Вы находитесь на странице: 1из 7

ASA JIWAMU, WAHAI CIMANUK

OLEH: HARISMAN

Hening riak nadimu mengalir, seakan bertutur


Dalam kegundahan jiwa ini, seakan kekuatan ini mengendur
Menelisik gaungnya nada, seakan mengguntur
Tersingkir dalam dilema jalanan, asa inipun seakan kendur
Engkau amat dinantikan, wahai pujaan para petani
Engkau adalah urat nadi kehidupan, wahai jalinan hati
Biarpun mereka hendak merampasmu dengan sejuta taktik yang jeli
Engkau tetap bersenandung, wahai tautan sanubari
Cimanuk, izinkan daku menggenggam asa dirimu
Cimanuk, perkenankan daku mereguk harapanmu
Kan kubawa ke hariban Negeri ini
Negeri yang penuh liku dan sandiwara serta tragedy
Kembali hening kurasakan, senyap
Rasa gundah pun seakan menyelimuti diri, merayap
Meninggalkanmu terasa berat
Cimanuk, engkau bagiku adalah emas 24 karat
Semilir angin membawa airmu ke tepi
Ingin kusibak dan kusapukan ke wajah ini
Merasakan tautan dalam sejuta simfoni

Ingin meredam kegalauan yang kian menyelimuti


Kembali kuhadapkan wajah ini ke riak beningmu
Seakan sejuta harap menatapku
Akankah Cimanuk seperti yang dulu
Masih asri dari jamahan tanga-tangan lalu
Sesaat sebelum fajar ini hilang
Aku tengadah dalam sepekat gulita malam
Merenungkan dirimu, wahai Cimanuk pujaan
Tetaplah tegar dalam gerusan zaman
Sukabumi, 5 oktober 2016

SENJA DI PARANGTRITIS
Oleh: Harisman
Saat mentari menuju peraduan, berharap akan kegelapan
Daku tersimpuh dalam lautan pasir harapan, bergumam akan masa silam
Meniti diri dalam kayuhan ombak kegalauan, ada asa yang tersimpan
Merengkuh putaran dalam simfoni kegundahan
Detik demi detik semakin kunikmati tautan angina senja
Waktu pun berjalan saat mentari tinggalkan buritan
Seakan ia turut merasakan akan hati yang ditentang kepiluan
Sejenak, namun tajam mengambang dalam bingkai kehampaan
Daku berdiri menjejakkan kaki di atasmu, wahai pantaiku
Berharap seseorang memanggil, menggenggam tanganku
Mengajakku pulang dengan sejuta rasa mendekapku
Menanti hujan membasuh kening ini yang diredam kepedihan
Untukmu ..ada secarik harap kusampaikan
Untukmumasih ingatkan rindu ini pernah kutanamkan
Kutancapkan dalam relungan pasir Parangtritis tiga tahun silam
Lalu gelombang takdir menghapus semuanya dalam satu hentakan
Tak ingin ku mengingat lagi
Namun secercah harap ini terlalu mengintai diri

Menelisik menamcapkan asanya dalam bilik-bilik sanubari


Lalu terungkap Tanyamasihkah engkau mengingatku lagi

Sukabumi, 5 Oktober 2016


Puisi ini Khusus dipersembahkan untuk Lynda Refnitasari, lulusan UGM 2015 Fakultas
Geografi. Semoga engkau bahagia dalam keberkahan Allah SWT.

MUNAJAT DHUHA
Oleh Harisman

Kulihat cerianya mereka


Mengejar ilmu meski dalam kondisi yang ada
Duduk bersila menghadap sang Guru
Begitu cerah dengan semangat menderu
Ku menatap kehidupan
Akankah cerita ini kusebarkan
Keceriaan pagi dalam lamunan
Ataukah esok yang membahagiakan
Begitu lurus hati yang tak terusik
Dalam keluguan, keyakinan yang membisik
Sanggupkah sang angkara merusak dan membalik
Ketulusan hati adalah cerminan nada dalam setiap lirik
Kembali daku tersadar

Ada kegundahan yang memudar


Ada nuansa dalam kegalauan yang tertukar
Berhenti dalam kegelisahan yang liar
Kuserahkan sebait doa dalam munajat
Meski kutahu begitu banyak diri ini dengan maksiat
Dalam Dhuha daku tuliskan sebait kalimat
Ya Rabb, Izinkan hati ini dan hatinya terikat

Ditulis di Ponpes Manbaus Shalihin Gresik, 8 Februari 2015

MUNAJAT SEPI
Oleh: Harisman
Biarakan debu ini merayap
Dunia terlalu jauh untuk terlelap
Terkadang terang, terkadang gelap
Terkadang sunyi dan terkadang senyap
Kuingin menggapaimu
Meski tidak serinci angina menderu
Meski hanya buaian diparuh rindu
Lalu hilang, lalu diam dalam nada yang sendu
Ingin kuraih bisikan
Ingin kuraih satu impian

Mengggenggam dalam seribu tautan


Walau sejenak tapi itu amat kuharapkan
Kembali ku berpikir
Akan keanggunan jalanan pesisir
Ada ombak ada perasaan yang mengalir
Ada kegundahan dibalik senyuman yang terakhir
Sejenak dan seakan retak
Berhenti nada jantung ini berdetak
Seakan menghantamku dengan serentak
Lalu pergi meninggalkanku dalam diam tak bergerak
Kubiarkan paduan suara hati bernyanyi
Meski sendu, tapi itulah yang kumiliki
Sendiri dalam munajat sepi
Kepadamu, izinkan daku melabuhkan diri
Ditulis di UIN Maliki Malang, 18 Februari 2015

BIODATA DIRI
Namanya Harisman, cukup pendek agar mudah diingat. Lahir di Sukabumi, 28
Nopember 1989. Menyelesaikan studi S2 di Kampus Universitas Darussalam (UNIDA)
Gontor Ponorogo tahun 2016. Pernah menjadi kontributor pada Sayembara Cipta Puisi
Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh True Indonesian Rhyme Legion dan Sajaksajak Anak Negeri pada periode April-Mei 2016. Alamat yang bisa dihubungi adalah
Kp. Baeud Rt 04/Rw 03, Desa/Kec. Warungkiara, Kab. Sukabumi, Jawa Barat 43362.
Adapun nomor telpon yang bisa dihubungi 0856 4205 1801 dengan e-mail:
perempatandunia@gmail.com.

Вам также может понравиться