Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
B. Penggolongan batuan:
1. Batuan beku
Batuan beku adalah batuan yang berasal dari hasil pembekuan magma.
Magma adalah massa batuan dalam keadaan cair, bersuhu sangat tinggi
(1000o-2000oC).
Magma berada di dalam bumi yang disebut dapur magma. Letak kedalaman,
volume dan sifat-sifat dapur magma bermacam-macam. Magma umumnya
mengandung bermacam-macam gas. Gas-gas yang ada di dalam magma
mempunyai energi yang besar sehingga mendorong magma ke atas hingga
kadang-kadang sampai ke permukaan bumi, seperti yang terjadi gunungapi
yang aktif, seperti di G. Merapi. Di Puncak G. Merapi terdapat kubah lava
yang merupakan hasil pembekuan magma berkomposisi andesit.
Komposisi mineral batuan beku tidak selalu sama dengan magma asalnya
karena ada kemungkinan bereaksi dengan batuan yang dilalui atau
diterobos.
Berdasar tempat terjadinya proses pembekuan, batuan beku dipilahkan
menjadi 2 kelompok, yaitu batuan beku dalam dan batuan beku luar.
Batuan beku luar/ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi dari magma
yang membeku di permukaan/luar bumi. Magma yang mengalir ke
permukaan bumi melalui lubang kawah gunungapi disebut lava. Magma
yang keluar permukaan bumi masih mempunyai suhu yang tinggi yaitu
800ohingga 1200o C. Selain lava yang terbentuk secara efusif (mengalir) ada
batuan beku luar yang terbentuk secara eksplosif (letusan) yang
menghasilkan batuan piroklastik yang berukuran sangat halus berupa abu
volkanik sampai dengan ukuran yang kasar, yaitu lapili (ukuran kedelai)
hingga bomb yang mencapai diameter sampai beberapa puluh cm.
Batuapung merupakan salah satu batuan piroklastik yang sangat terkenal,
berkomposisi gelas volkanik yang berkomposisi SiO2 amorf. Batuan beku luar
mempunyai ukuran kristal yang kecil hingga amorf karena proses
pembekuan magma berlangsung sangat cepat. Obsidian merupakan salah
satu contoh batuan ekstrusif yang proses pembekuannya sangat cepat
sehingga tidak terbentuk kristal (amorf).
2. Batuan sedimen
Batuan sediment adalah batuan yang terbentuk dari hasil proses pelapukan,
erosi, pengangkutan dan pengendapan dari batuan yang sudah ada, baik
batuan beku, sediment maupun batuan metamorf. Batuan sedimen yang
terbentuk melalui proses-proses ini dinamakan batuan sdimen klastik. Selain
batuan sediment klastik ada batuan sediment non klatik yaitu batuan
sediment yang terbentuk dari unsur-unsur organisme ataupun kimiawi,
misalnya garam dapur terjadi karena proses penguapan, batugamping koral
terbentuk karena organisme moluska.
Batuan sediment klastik yang sangat terkenal antara lain batupasir,
batulempung. Batuan sediment non klastk yang sangat terkenal antara lain
batugamping, garam dapur dan batu gips.
3. Batuan metamorf
Batuan metamorf adalah jenis batuan yang merupakan hasil ubahan dari
batuan yang sudah ada karena pengaruh suhu dan tekanan yang sangat
tinggi dalam waktu yang cukup lama. Batuan metamorf dapat berasal dari
batuan beku, batuan sediment maupun batuan metamorf sendiri.
Batubara
Pengertian Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen
yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk
melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika
dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.
Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untukbituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit.
Gambar 1
Rumus Bangun Batubara (USGS, 2012)
Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai berikut :
5(C6H10O5) menjadi C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Cellulosa
e. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji,
jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibandinggimnospermae sehingga, secara umum,
kurang dapat terawetkan.
2.6. Ganesa Batubara
a. Batubara
adalah
sedimen
(padatan)
yang
dapat
terbakar,
terbentuk
dari
sisa
tumbuhan
yang terhumifikasi, berwarna coklat sampai hitam yang selanjutnya terkena proses fisika dan kimia yang
berlangsung selama jutaan tahun hingga mengakibatkan pengkayaan kandungan C (Wolf, 1984 dalam
Anggayana 2002).
b. Cook (1999) menerangkan bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan yang terakumulasi
menjadi gambut yang kemudian tertimbun oleh sedimen, setelah pengendapan terjadi peningkatan
temperatur dan tekanan yang nantinya mengontrol kualitas batubara.
c. Pembentukan tanaman menjadi gambut dan batubara melalui dua tahap, yaitu tahap diagenesa gambut
(peatilification) dan tahap pembatubaraan (coalification). Tahap diagenesa gambut disebut juga dengan
tahap biokimia dengan melibatkan perubahan kimia dan mikroba, sedangkan tahap pembatubaraan
disebut juga dengan tahap geokimia atau tahap fisika-kimia yang melibatkan perubahan kimia dan fisika
serta batubara dari lignit sampai antrasit (Cook, 1982).
d. Ditinjau dari cara terbentuknya, batubara dapat dibedakan menjadi batubara ditempat (insitu) dan
batubara yang bersifat apungan (drift). Batubara ditempat terbentuk di tempat tumbuhan itu terbentuk,
mengalami proses dekomposisi dan tertimbun dalam waktu yang cepat, batubara ini dicirikan dengan
adanya bekasbekas akar pada seat earth serta memiliki kandungan pengotor yang rendah, sedangkan
batubara apingan terbentuk dari timbunan material tanaman yang telah mengalami perpindahan
selanjutnya terdekomposisi dan tertimbun, pada batubara ini tidak dijumpai bekas-bekas akar pada seat
earth dan memiliki kandungan pengotor yang tinggi.
e. Diessel (1992, dalam Mendra, 2008) menyatakan enam parameter yang mengendalikan pembentukan
endapan batubara, yaitu: adanya sumber vegetasi, posisi muka air tanah, penurunan yang terjadi dengan
pengendapan, penurununan yang terjadi setelah pengendapan, kendali lingkungan geoteknik endapan
batubara dan lingkungan pengendapan terbentuknya batubara.
Gambar 2
4. Sifat batubara jenis peat (gambut) merupakan peringkat rendah dengan ciri-ciri:
a. Kandungan air tinggi walaupun sudah dilakukan pengeringan
b. Nilai kalorinya rendah
c. Kandungan zat terbang (Volatil matter) tinggi
d. Mempunyai kadar karbon yang sangat rendah
e. Nyalanya berasap
3.5. Kualitas Batubara
Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Analisa Proksimat
Yaitu analisa yang digunakan untuk memberikan data mengenai batubara, antara lain pengukuran
kandungan moisture, kandungan abu (Ash), zat terbang (volatil matter) dan Carbon I (fixed carbon).
2. Analisa Ultimate
Yaitu analisa yang dilakukan untuk mengetahui komponen pembentuk batubara, terutama untuk
parameter atau unsur karbon (C), Hidrogen (H), Sulfur (S),Nitrogen (N) serta kandungan Oksigen (O) dari
batubara terebut.
Kualitas batubara diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan
untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian.
Semakin
tinggi
kualitas
batubara,
maka
kadar
karbon
akan
meningkat,
sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Batubara bermutu rendah, sepertilignite dan subbituminous, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga
energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta
warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan
kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.
2.8. Klasifikasi Batubara
Ada 3 macam Klasifikasi yang dikenal untuk dapat memperoleh beda variasi kelas/mutu dari
batubara yaitu:
1. Klasifikasi Menurut ASTM
Klasifikasi ini dikembangkan di Amerika oleh Bureau of Mines yang akhirnya dikenal dengan
Klasifikasi menurut ASTM (America Society for Testing and Material). Klasifikasi ini berdasarkan rank dari
batubara
itu
atau
berdasarkan
derajatmetamorphism nya
atau
perubahan
selama
proses coalifikasi (mulai dari lignit hinggaantrasit). Untuk menentukan rank batubara diperlukan data fixed
carbon (dmmf),volatile matter (dmmf) dan nilai kalor dalam Btu/lb dengan basis mmmf (moist, mmf)
2. Klasifikasi Menurut Natioal Coal Board (NCB)
Klasifikasi ini dikembangkan di Eropa pada tahun 1946 oleh suatu organisasi Fuel Research dari
departemen of Scientific and Industrial Research di Inggris. Klasifikasi ini berdasarkan rank dari batubara,
dengan menggunakan parameter volatile matter (dry, mineral matter free) dan cooking power yang
ditentukan oleh pengujian Gray King.
3. Klasifikasi Menurut International
Klasifikasi ini dikembangkan oleh Economic Commision for Europe pada tahun 1956 Klasifikasi
ini dibagi atas dua bagian yaitu:
a. Hard Coal
Di definisikan untuk batubara dengan gross calorific value lebih besar dari 10.260 Btu/lb atau
5.700 Kcal/kg (moist ash free). International System dari hard coaldibagi atas 10 kelas menurut
kandungan VM (daf). Kelas 0 sampai 5 mempunyai kandungan VM lebih kecil dari 33% dan kelas 6
sampai 9 dibedakan atas nilai kalornya (mmaf) dengan kandungan VM lebih dari 33%. Masing-masing
kelas dibagi atas 4 group (0-3) menurut sifat cracking nya dintentukan dari Free Swelling Index dan
Roga Index. Masing group ini dibagi lagi atas sub group berdasarkan tipe daricoke yang diperoleh
pengujian Gray King dan Audibert-Arnu dilatometer test. Jadi, pada International klasifikasi ini akan
terdapat 3 angka, angka pertama menunjukkan kelas, angka kedua menunjukkan group dan angka ketiga
menunjukkan sub-group.
b. Brown Coal
International klasifikasi
dari Brown
atas parameternya
yaitu