Вы находитесь на странице: 1из 2

PRIMA TANI : Solusi Permasalahan Rendahnya Pendapatan Petani Kopi

melalui Triple Simbiosis Mutualisme (Kopi, Pisang, Kambing)


(Studi Kasus di Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang)
Alfian Tanjung dan Muhammad Said Hannaf
Universitas Brawijaya Malang
Lumajang adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, terletak
dibagian timur wilayah Jawa Timur menempatkan kabupaten
Lumajang sebagai salah satu wilayah yang berada di kawasan
tapal kuda, sehingga termasuk sebagai daerah strategis
perekonomian karena berada di jalur aliran perdagangan yang
kompetitif. Salah satu kecamatan yang menarik terkait dengan
komoditas, luas lahan pertaniannya, serta iklim yang mendukung
pertaniaan yaitu kecamatan Pasrujambe, Terletak dibagian
selatan kabupaten Lumajang, kecamatan Pasrujambe posisinya
dibawah lereng sebelah timur gunung Semeru, menempatkan
kecamatan Pasrujambe berada di ketinggian + 400 m dpl sampai
dengan + 1.200 m dpl, dengan keadaan topografi tanah landai,
dan bergelombang, serta ciri yang khas memiliki lahan yang luas
dan subur. Tumbuhan yang dominan, dan menjadi unggulan yaitu
kopi. Sentra kopi di kecamatan Pasrujambe merupakan warisan
dari perekonomian nenek moyang mereka, mayoritas pohon
kopinya adalah pohon kopi yang sudah turunan ke lima bahkan
ada yang sampai turunan ke delapan. Tidak hanya bermanfaat
secara ekonomi, pohon kopi yang mayoritas di tanam pada
kebun warga, merupakan tanaman penyangga bagi kawasan
hutan lindung Bromo Semeru Tengger. Namun kebun kopi ini
memiliki permasalahan antara lain, hasil kopi yang kuantitasnya
rendah karena cara tradisional dalam pengelolaannya, dan kopi
hanya dapat dipanen per tahun. Serta ketergantungan petani
kopi pada pengepul karena petani tidak mempunyai wadah
dalam mengelola hasil panennya. Sehingga berimplikasi pada
tingkat pendapatan petani kopi, yang juga berpengaruh pada
tingginya tingkat kemiskinan di kecamatan Pasrujambe.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu resrukturisasi dan
penataan ulang kebun kopi milik petani sehingga dapat
meningkatkan pendapatan dan mereduksi kemiskinan, oleh
karena itu dibentuklah program PRIMA TANI, program ini
memberikan usulan yang efektif dan solutif untuk meningkatkan
pendapatan petani secara maksimal, tanpa mengganggu
ekosistem yang ada. Dengan menggunakan Zero Waste
Production System untuk mengimbangi kopi maka diperlukan
komoditas pendukung yang mampu memberikan manfaat yang
besar bukan hanya mendukung dari segi ekonomi tapi juga
mendukung dari segi lingkungan. Komoditas yang dinilai cocok
dengan kontur tanah dan kondisi iklim di daerah ini yaitu pisang

dan kambing. Kedua komoditas ini dianggap mampu saling


melengkapi dalam mendukung konsep Prima Tani. Pisang dapat
dipanen setiap bulan, sedangkan kambing mampu menghasilkan
susu setiap hari, disisi lingkungan pisang mampu memberikan
unsur hara alami yang baik bagi tanaman kopi, dan kambing
mampu untuk mencerna limbah daun, kulit dan batang dari kopi
dan pisang. Sehingga dalam proses produksinya tidak
meninggalkan limbah. Program ini kemudian menjabarkan suatu
bentuk praktek nyata perwujudan pertanian berkelanjutan
melalui keterpaduan antara ternak dengan tanaman, hubungan
ketiga komoditas ini merupakan hubungan komplementer.
Kemudian mempermudah proses marketing, produksi, dan forum
komunikasi yang baik, maka petani hendaknya bersatu
membentuk koperasi. Dengan adanya koperasi mampu menjadi
wadah dalam penyaluran hasil pertanian, dan hal yang
terpenting koperasi dibuat agar petani tidak terjebak lingkaran
setan pengepul yang suka memainkan harga lewat sistem ijon.
Kata Kunci: Petani Kopi, Prima Tani, Triple Simbiosis Mutualisme,
dan Zero Waste Production System

Вам также может понравиться