Вы находитесь на странице: 1из 8

APLIKASI TOMOGRAFI SEISMIK DALAM PEMODELAN BAWAH PERMUKAAN

GUNUNG KELUD
(Ridho Destawan, Dwiki Reza S, Muchtar Aziz, Ander Bernando P, Program Studi Teknik
Geosika, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta)

Dibuat untuk memenuhi mata kuliah Tomografi


oleh:
HAYATUL MUNA
1304107010006

Dosen Pembimbing :

Marwan, S. Si., M. T
Fahri Adrian, M. Sc

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2016

APLIKASI TOMOGRAFI SEISMIK DALAM PEMODELAN BAWAH PERMUKAAN


GUNUNG KELUD
Ridho Destawan, Dwiki Reza S, Muchtar Aziz, Ander Bernando P
Abstrak
Gunung Kelud merupakan gunung api Kuarter yang terbentuk akibat proses tumbukan
antara lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Asia, tepatnya di sebelah
selatan Jawa. Gunung api ini termasuk dalam tipe stratovulkano dengan karakteristik letusan
eksplosif. Dalam rangka pengamatan kondisi bawah permukaan, dilakukan pencitraan
tomogra. Penelitian menggunakan data hasil rekaman dari 4 titik stasiun pengamatan pada
tahun 2007. Pengolahan data dimulai dari pembuatan model kecepatan awal, perhitungan ray
tracing dengan menggunakan metode bending dan tomogra model kecepatan Vs dan Vp/Vs
menggunakan teknik inversi waktu tunda. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan,
diperoleh model struktur kecepatan bawah permukaan yang interpretatif terhadap medium
bawah permukaan. Anomali Vs rendah dan Vp/Vs tinggi terkonsentrasi pada kedalaman
2000m dari puncak dengan distribusi hiposenter yang tinggi mengindikasikan materi panas
dengan viskositas rendah. Sedangkan pada kedalaman yang lebih besar mengindikasikan
materi panas dengan viskositas yang tinggi. Distribusi hiposenter pada kedalaman 2000 m
dari puncakmenunjukkan tingkat intensitas kejadian gempa yang paling tinggi.
Kata kunci: Ray Tracing, Tomogra, Hiposenter, Viskositas
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai gunungapi terbanyak.
Secara geologis Indonesia merupakan pertemuan anatara tiga lempeng aktif yaitu lempeng
Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Pertemuan antar lempeng tersebut menghasilkan jajaran
gunungapi aktif yang memanjang dari ujung Pulau Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara.
Salah satu gunungapi dijajaran Pulau jawa adalah Gunung Kelud. Gunung Kelud merupakan
salah satu gunungapi aktif di Pulau Jawa terletak di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
Gunungapi Kelud tercatat aktif dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-25 tahun),
yang menjadikan sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia. Salah satu indikasi akan
terjadinya letusan adalah peningkatan gempa vulkanik akibat pergerakan magma dari dalam
bumi. Sehingga untuk memonitoring gunungapi dapat dilakukan dengan teknik pengolahan
data menggunakan tomografi seismik. Gelombang seismik yang terekam pada seismometer
tidak hanya fungsi dari sumber, tetapi juga dipengaruhi oleh medium penjalaran gelombang
seismik. Karakteristik medium bawah permukaan dapat diketahui dengan perhitungan
kecepatan gelombang Vp dan Vs, serta Vp/Vs. Teknik tomografi seismik dapat
menggambarkan kecepatan bawah permukaan baik secara vertikal maupun horizontal
sehingga dapat menganalisa kondisi medium bawah permukaan.
Melalui seismik tomografi, dimensi struktur bawah permukaan bumi terlihat dari
keberadaan dari anomali fisis medium terhadap medium sekitarnya. Pelemahan kecepatan
gelombang seismik berkaitan dengan material batuan yang dilaluinya, sehingga penciteraan
menggunakan tomografi kecepatan gelombang seismik akan memperoleh gambaran yang
memiliki anomali negatif yang dapat dianggap sebagai daerah keberadaan materi panas
gunungapi.

Tomografi didefinisikan sebagai suatu rekonstruksi sebuah model dari observasi


besaran fisis yang merepresentasikan efek dari penjalaran suatu bentuk radiasi melalui benda
yang diamati. Konsep dasar tomografi seismik adalah memperhitungkan data waktu tempuh
gelombang (travel time). Waktu tempuh dapat diperoleh dengan persamaan:
tj=i+Tij
Metode Ray Tracing Pseudo Bending
Letak hiposenter yang telah diketahui melalui metode tiga lingkaran selanjutnya
dihitung waktu tempuhnya dari posisi hiposenter sampai ke stasiun seismik yang disebut
dengan pemodelan maju (forward modelling). pemodelan maju (forward modelling). Lintasan
sinar (ray path) dari hiposenter dengan stasiun seismik disebut dengan ray tracing. Prinsip
Fermat adalah prinsip yang mendefinisikan kecenderungan gelombang cahaya untuk
menempuh jarak terpendek dan tercepat dalam arah penjalarannya. Prinsip ini dipakai karena
gelombang seismik cenderung menempuh jarak terpendek seperti melalui patahan-patahan
dalam penjalaran gelombangnya melalui medium dengan kecepatan tetap (fixed velocity
field).
METODOLOGI
Studi Pustaka
Pada tahapan ini, studi literatur dilakukan untuk mengetahui informasi objek
penelitian dan pemahaman mengenai konsep tomografi seismik yang diperoleh dari berbagai
hasil tulisan ilmiah. Berbagai informasi yang ada dapat digunakan sebagai referensi dalam
analisa dan interpretasi data sehingga dihasilkan informasi yang lebih akurat dan detil
mengenai kondisi bawah permukaan dan karakter gunung Kelud.
Tahap Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan berupa data gempa vulkanik yang terekam
pada pos pengamatan gunungapi. Gunungapi Kelud secara administratif terletak di tiga
Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dan secara
geogras terletak pada posisi 756'00 LS, 11218'30 BT dengan ketinggian puncak 1.731
meter di atas permukaan laut.

Gambar 1. Peta lokasi dan sebaran gempa Gunung Kelud tahun 2013 (Badan Geologi, 2014)
Tahap Pengolahan dan Analisa Data
Tahapan-tahapan pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mencari waktu gelombang P dan S.
2. Menghitung Menghitung tsp dengan metode rasio spektral.
3. Membuat model kecepatan 1-D untuk digunakan sebagai model awal.
4. Ray tracing gelombang P dan S dengan metode Pseudo Bending.
5. Menguji kekonsistenan teknik inversi pada model sintetik.
6. Inversi tomografi kecepatan gelombang P dan S.
7. Menghitung nilai rata-rata atenuasi gelombang P(Qp) dan S(Qs).
8. Mencari persamaan persamaan tomografi atenuasi.
9. Inversi atenuasi gelombang P dan S LSQR
10. Model bawah permukaan.
Tahap Interpretasi Hasil Pengolahan
Dalam tahap ini, dilakukan interpretasi model bawah perukaan dengan
mengkoreksikan dan membandingkan sumber data pendukung lainnya serta analisa berbagai
proses yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dari hasil interpretasi yang
dilakukan, menghasilkan informasi secara detail Gunung Kelud mengenai pergerakan magma
dan distribusi hiposenter.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam rangka pemantauan dan mitigasi bencana gunungapi, dilakukan tomografi
seismik gelombang Vp, Vs dan perbandingan Vp/Vs. Tomografi seismik merupakan metode
geofisika untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi gunung Kelud berupa variasi
sifat fisis medium baik secara vertikal maupun horizontal. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, dihasilkan metode struktur kecepatan Vp, Vs dan nilai Vp/Vs serta distribusi
hiposenter gempa vulkanik yang terjadi di gunung Kelud. Kecepatan Vp memiliki sifat akan

melemah ketika melewati medium cair, dalam hal ini fluida gunung Kelud. Struktur
kecepatan Vp (Gambar 2), memiliki variasi positif dan negatif antara 60 hingga -60%. Variasi
nilai negatif yaitu antara -60 hingga 0% mengindikasikan keberadaan fulida panas Gunung
Kelud. Sedangkan nilai anomali positif antara 0 hingga 20% yang mendominasi wilayah
selatan puncak diinterpretasikan sebagai sisa magma yang membeku dari aktivitas vulkanik
sebelumnya. Struktur kecepatan Vs (Gambar 3) memiliki pola nilai yang sama dengan
tomogram Vp, dengan variasi positif dan negatif antara 60 hingga -60%. Variasi nilai negatif
yaitu antara -60 hingga 0% mengindifikasikan panas Gunung Kelud. Sedangkan nilai
anomali positif antara 0 hingga 20% yang mendominasi wilayah selatan puncak
diinterpretasikan sebagai sisa magma yang membeku dari aktivitas vulkanik sebelumnya.
Distribusi hiposenter berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, mendominasi kedalaman
kurang dari 4000m dari puncak. Hiposenter merupakan titik pusat terjadinya gempa di bawah
permukaan. Semakin tinggi tingkat kejadian atau intensitas gempa, indikasi akan terjadinya
letusan gunungapi. Berdasarkan hasil distribusi nilai Vp/Vs, nilai anomali rendah
menunjukkan medium yang lebih kompak atau padat. Hal tersebut akibat penjalaran
gelombang Vs yang lebih cepat ketika menjalar pada medium yang padat. Anomali Vp/Vs
tinggi menunjukkan kondisi medium yang bersifat plastis, dalam hal ini magma dari
gunungapi. Dari distribusi hiposenter dan tomogram Vs, menunjukkan hubungan bahwa
anomali Vs negatif pada kedalaman 2000m dari puncak memiliki konsentrasi titik distribusi
hiposenter yang tinggi.

Gambar 2. Tomogram Vp

Gambar 3. Tomogram Vs

Gambar 4. Irisan horizontal Vp tiap kedalaman 2000m dari puncak Gunung Kelud

Gambar 5. Irisan horizontal tomogram Vs tiap kedalaman 2000m dari puncak Gunung Kelud
Berdasar kan hasi l per bandi ngan Vp/ Vs, menunjukkan bahwa nilai anomaly tinggi
lebih dari 1%, merupakan suatu medium yang bersifat plastis yang berasosiasi dengan materi
panas Gunung Kel ud. Pada penampang horizontal anomali Vp/Vs pada kedalaman 4000 m
hingga 8000 m dari puncak memiliki nilai anomali Vp/Vs lebih dari 1% terkonsentrasi pada
wilayah tengah yang diinterpretasikan sebagai jalur keluar materi panas yang memanasi
kawah Gunung Kelud. Keterdapatan materi panas memiliki viskositas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan materi panas di dekat permukaan. Materi panas di dekat permukaan
telah tercampur dengan air meteorik, sehingga memiliki tingkat viskositas yang rendah
dengan mobilitas pergerakan yang lebih tinggi. Hal tersebut berpengaruh pada distribusi
hiposenter yang lebih banyak pada kedalaman 2000 m dari puncak Gunung Kelud.

Gambar 6. Model irisan tomogram Vp/Vs kedalam 2000 dari puncak Gunung Kelud

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, diperoleh model struktur
kecepatan bawah permukaan yang interpretatif terhadap medium bawah permukaan.
Anomali Vs rendah dan Vp/Vs tinggi terkonsentrasi pada kedalaman 2000m dari puncak
dengan distribusi hiposenter yang tinggi mengindikasikan materi panas dengan viskositas
rendah. Sedangkan pada kedalaman yang lebih besar mengindikasikan materi panas deng
viskositas yang tinggi. Distribusi hiposenter pada kedalaman 2000m dari puncak
menunjukkan tingkat intensitas kejadian gempa yang paling tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
A. Djumarma. Some studies of volcanology, petrology and structure of Mt. Kelud, East
Java, Indonesia, thesis, 1991. G. Kelud Buletin berkala Vulkanologi, Dit
Vulkanologi,1985
N. Haerani, M. Hendrasto, H. Z. Abidin. 2010. Deformasi Gunung Kelud Pascapembentukan Kubah Lava November 200. Jurnal Geologi Indonesia. Vol. 5 No. 1 Maret 2010:
13-30 RR. Tugas Akhir. Program Studi Sarjana Geosika, FTTM, Institut
Teknologi Bandung.
Suantika, G., 2002. Pencitraan.
Santoso, S dan Atmowinoto, S.1992. Peta Geologi Lembar Kediri, Jawa Timur, Skala
1:100.000. PPGL, Bandung Tomogra Seismik 3-D Gunung Guntur. Tesis Magister.
Program Studi Pascasarjana Sains Kebumian FIKTIM Institut Teknologi Bandung.
Verdhora, Rexha. 2013. Aplikasi Metode Inversi Simulated Annealing pada Penentuan
Hiposenter Gempa Mikro dan Tomogra Waktu Tunda 3-D Struktur Kecepatan
Seismik untuk Studi Kasus Lapangan Panas Bumi.
Wegler, U., Luhr, B,. Ratdomopurbo, A,. 1999. A Repeatable Seismic Source for Tomography
at Volcanoes. Annali Di Geosica. Vol. 42, N. 3 June 1999.

Вам также может понравиться