Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ANATOMI REKTUM
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian
ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis,
dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian
ampula terbentang dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus
levator ani. Panjang rrektum berkisa 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada
rectosigmoid junction dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang
dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa, submukosa, muskularis
(sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa. 1
yang lebih jarang terjadi termasuk limfoma (1,3%), karsinoid (0,4%), dan sarcoma
(0,3%). 2
2.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko
1. Polip 3
Kepentingan utama dari polip bahwa telah diketahui potensial untuk
menjadi kanker kolorektal. Evolusi dari kanker itu sendiri merupakan sebuah
proses yang bertahap,dimana proses dimulai dari hiperplasia sel mukosa, adenoma
formation, perkembangandari displasia menuju transformasi maligna dan invasif
kanker. Aktifasi onkogen, inaktifasitumor supresi gen, dan kromosomal deletion
memungkinkan
perkembangan
dari
formasiadenoma,
perkembangan
dan
kecil dari 1 cm. Allelic deletion dari 17p ditunjukkan pada dari seluruh kanker
kolon, dan deletion dari 5q ditunjukkan lebih dari 1/3 dari karsinoma kolon dan
adenoma yang besar. Dua sindrom yang utama dan beberapa varian yang utama
dari sindrom ini menyebabkan kanker kolorektal telah dikenali karakternya. Dua
sindrom ini, dimana mempunyai predisposisi menuju kanker kolorektal memiliki
mekanisme yang berbeda, yaitu familial adenomatous polyposis (FAP) dan
hereditary non polyposis colorectal cancer (HNPCC).
3.3 FAP (Familial Adenomatous Polyposis)
Gen yang bertanggung jawab untuk FAP yaitu gen APC, yang berlokasi
pada kromosom 5q21. Adanya defek pada APC tumor supresor gen dapat
menggiring kepada kemungkinan pembentukan kanker kolorektal pada umur 40
sampai 50 tahun. Pada FAP yang telah berlangsung cukup lama, didapatkan polip
yang sangat banyak untuk dapat dilakukannya kolonoskopi polipektomi yang
aman dan adekuat; ketika hal ini terjadi,direkomendasikan untuk melakukan
prophylactic subtotal colectomy diikuti dengan endoskopi pada bagian yang
tersisa. Idealnya prophylactic colectomy harus ditunda kecuali terdapat terlalu
banyak polip yang dapat ditangani dengan aman. Prosedur pembedahan elektif
harus sedapat mungkin dihindari ketika memungkinkan. Screening untuk polip
harus dimulai pada saat usia muda. Pasien dengan FAP yang diberi 400 mg
celecoxib, dua kali sehari selama enam bulan mengurangi rata rata jumlah polip
sebesar 28%. Tumor lainyang mungkin muncul pada sindrom FAP adalah
karsinoma papillary thyroid, sarcoma,hepatoblastomas, pancreatic carcinomas,
dan medulloblastomas otak. Varian dari FAPtermasuk gardners syndrom dan
turcots syndrom.
ini
mengakibatkan
ekspresi
dari
phenotype
mutator,
yang
sebaceous,
dan
multipel
keratocanthoma,
Termasuk
kanker
kegagalan pertahanan fokal epitel yang berperan secara lokal, dapat menjelaskan
hubunganantara diet dan resiko kanker kolorektal.
5. Gaya Hidup 2
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko tiga
kali untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk yang besar.
Sedangkan merokok lebih dari 20 tahun berhubungan dengan risiko dua setengah
kali untuk menderita adenoma yang berukuran besar. Diperkirakan 5000-7000
kematian karena kanker kolorektal di Amerika dihubungkan dengan pemakaian
rokok. Pemakaian alkohol juga menunjukkan hubungan dengan meningkatnya
risiko kanker kolorektal. Pada berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan
antara aktifitas, obesitas danasupan energi dengan kanker kolorektal. Pada
percobaan terhadap hewan, pembatasan asupan energi telah menurunkan
perkembangan dari kanker. Interaksi antara obesitas dan aktifitas fisik
menunjukkan
penekanan
pada
aktifitas
prostaglandin
intestinal,
yang
berhubungan dengan risiko kanker kolorektal. The Nurses Health Study telah
menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara aktifitas fisik dengan terjadinya
adenoma, yang dapat diartikan bahwa penurunan aktifitas fisik akan
meningkatkan risiko terjadinya adenoma.
6. Usia 2
Proporsi dari semua kanker pada orang usia lanjut ( 65 thn) pria dan
wanita adalah 61% dan 56%. Frekuensi kanker pada pria berusia lanjut hampir 7
kali (2158 per 100.000orang per tahun) dan pada wanita berusia lanjut sekitar 4
kali (1192 per 100.000 orang per tahun) bila dibandingkan dengan orang yang
berusia lebih muda (30-64 thn). Sekitar setengah dari kanker yang terdiagnosa
pada pria yang berusia lanjut adalah kanker prostat (451 per 100.000), kanker
paru-paru (118 per 100.000) dan kanker kolon (176 per 100.000). Sekitar 48%
kanker yang terdiagnosa pada wanita yang berusia lanjut adalah kanker payudara
(248 per 100.000), kanker kolon (133 per 100.000), kanker paru paru (118 per
100.000) dan kanker lambung (75 per 100.000).Usia merupakan faktor paling
relevan yang mempengaruhi risiko kanker kolorektal pada sebagian besar
populasi. Risiko dari kanker kolorektal meningkat bersamaan dengan usia,
terutama pada pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih, dan hanya 3% dari
kanker kolorektal muncul pada orang dengan usia dibawah 40 tahun. Lima puluh
lima persen kanker terdapat pada usia 65 tahun, angka insiden 19 per 100.000
populasi yang berumur kurang dari 65 tahun, dan 337 per 100.000 pada orang
yang berusia lebih dari 65 tahun. Di Amerika seseorang mempunyai risiko untuk
terkena kanker kolorektal sebesar 5%. Sedangkan kelompok terbesar dengan
peningkatan risiko kanker kolorektal adalah pada usia diatas 40 tahun. Seseorang
dengan usia dibawah empat puluh tahun hanya memiliki kemungkinan menderita
kanker kolorektal kurang dari 10%.
Dari tahun 2000-2003, rata-rata usia saat terdiagnosa menderita kanker
kolorektal pada usia 71 tahun.Insidensi berdasarkan usia dibawah 20 tahun
sebesar 0,0%, 20-34 tahun sebesar 0,9%, 35-44 tahun sebesar 3,5%, 45-54 tahun
sebesar 10,9%, 55-64 tahun sebesar 17,6%, 65-74 tahun sebesar 25,9%, 75-84
tahun sebesar 28,8%, dan > 85 sebesar 12,3%.
2.2.3 Patofisiologi Karsinoma rectum
Mukosa rektum yang normal sel-sel epitelnya beregenerasi setiap 6 hari.
Pada adenoma terjadi perubahan genetik yang mengganggu proses diferensiasi
dan maturasi sel-sel tersebut, yang dimulai dengan inaktivasi gen adenomatous
polyposis coli (APC) yang menyebabkan replikasi yang tidak terkontrol. Dengan
peningkatan jumlah sel tersebut menyebabkan terjadi mutasi yang mengaktivasi
K-ras onkogen dan mutasi gen p53, hal ini akan mencegah apoptosis dan
memperpanjang hidup sel. 2,3
Tumor kanker rektum menyebar dengan menginvasi dinding usus. Setelah
melintasi menembus lapisan otot dalam dinding usus, memasuki pembuluh
limfatik, menyebar ke kelenjar getah bening lokal dan kemudian regional.
Kadang-kadang kanker rektum menyebar melalui aliran darah ke hati, yang
10
merupakan daerah yang paling umum dari metastasis dari tumor ini. Organ lain
yang dapat dipengaruhi oleh penyebaran darah adalah paru-paru, lebih jarang
tulang, dan bahkan lebih jarang otak. 1,3
Jika banyak sel-sel tumor masuk melalui dinding usus, mereka cenderung
berapung sebagai sejumlah kecil cairan di dalam perut dan dapat membenih pada
pembungkus dari usus (peritoneum). Jenis penyemaian ini menghasilkan nodul
kecil di seluruh perut yang mengganggu jaringan dan menyebabkan produksi
asites (cairan) dalam jumlah besar. Penyebaran langsung dari rektum dapat
menyebabkan perlengketan tumor ke kandung kemih pada laki-laki dan
menyebabkan fistula. Pada wanita mungkin menyerang vagina atau organ panggul
yang berdekatan. 2
Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu
saat BAB
Feses yang lebih kecil dari biasanya
Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa
2.2.5
Diagnosa
I.
Anamnesis
11
II.
Pemeriksaan Pemunjang
Ada beberapa tes pada daerah rektum dan kolon untuk mendeteksi kanker
perdarahan di jaringan
Digital rectal examination (DRE) dapat digunakan sebagai pemeriksaan
skrining awal. Kurang lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada
pemeriksaan rektal pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang
terletak sekitar 10 cm dari rektum, tumor akan teraba keras dan
menggaung.
12
Gambar 5. sigmoidoscopy
13
Gambar 6. Colonoscopy
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus
dilakukan.Secara patologi anatomi,adenocarcinoma merupakan jenis yang paling
sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar.Jenis lainnya ialah
karsinoma sel skuamosa,carcinoid btumors,adenosquamous carcinomas,dan
undifferentiated tumors.
Staging
The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan TNM
staging system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4 stadium
(Stadium I-IV).6,7
1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam
rektum.yaitu pada mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan
muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak
14
T0
Tis
15
T1
T2
T3
N0
N1
No distant metastasis.
M1
Distant metastasis.
M1a Metastasis confined to 1organ or site (e.g., liver, lung, ovary, nonregional
node).
M1b Metastases in >1 organ/site or the peritoneum.
16
Dukesc
MACc
Tis
N0
M0
--
--
T1
N0
M0
T2
N0
M0
B1
IIA
T3
N0
M0
B2
IIB
T4a
N0
M0
B2
IIC
T4b
N0
M0
B3
IIIA
T1T2
N1/N1c
M0
C1
T1
N2a
M0
C1
T3T4a
N1/N1c
M0
C2
T2T3
N2a
M0
C1/C2
T1T2
N2b
M0
C1
T4a
N2a
M0
C2
T3T4a
N2b
M0
C2
T4b
N1N2
M0
C3
IVA
Any T
Any N
M1a
--
--
IVB
Any T
Any N
M1b
--
--
IIIB
IIIC
2.2.6
Diagnosis Banding
17
7. Limfogranuloma inguinale
8. Granuloma dari amuba
9. Kelainan kelainan yang disebabkan divertikel
10. Tumor maligna yang jarang dijumpai di rectum
11. Feses
2.2.7
Penatalaksanaan
18
Jika kanker rektum telah bermetastasis, maka operasi dan terapi radiasi hanya
akan dilakukan jika perdarahan yang persisten atau obstruksi usus dari massa
rektum terjadi. Jika tidak, kemoterapi saja adalah pengobatan standar metastasis
kanker rektum. Pada saat ini, kanker rektum metastatik tidak dapat sembuh, tetapi
waktu kelangsungan hidup rata-rata untuk orang-orang dengan kanker rektum
metastatik telah diperpanjang selama beberapa tahun terakhir karena pengenalan
obat-obatan baru.8,9
Operasi
Operasi pengangkatan tumor adalah landasan terapi kuratif untuk kanker
rektum lokal . Selain mengangkat tumor rektal , pengangkatan lemak dan kelenjar
getah bening di daerah tumor rektal juga diperlukan untuk meminimalkan
kemungkinan bahwa sel-sel kanker yang mungkin ditinggalkan.8
Empat jenis operasi yang mungkin dapat dilakukan, tergantung pada lokasi
tumor dalam kaitannya dengan anus.8,9
a) Eksisi transanal: Jika tumor kecil, terletak dekat dengan anus, dan terbatas
hanya pada mukosa (lapisan terdalam), melakukan eksisi transanal, di
mana tumor tersebut diangkat melalui anus, dapat dibuat. Tidak ada
kelenjar getah bening diangkat dengan prosedur ini. Tidak ada sayatan
dibuat di kulit.
b) Operasi mesorektal: Prosedur bedah melibatkan pengangkatan tumor dari
jaringan sehat.
c) Reseksi anterior rendah: Ketika kanker pada bagian atas rektum, maka
reseksi anterior rendah dilakukan . Prosedur bedah memerlukan sayatan
perut, dan kelenjar getah bening biasanya diangkat bersama dengan
segmen rektum yang mengandung tumor. Kedua ujung dari usus besar dan
rektum yang tertinggal dapat digabungkan, dan fungsi normal usus dapat
dilanjutkan setelah operasi.
d) Reseksi abdominoperineal: Jika tumor ini terletak dekat dengan anus
(biasanya dalam waktu 5 cm), melakukan reseksi abdominoperineal dan
pengangkatan sfingter anal mungkin diperlukan. Kelenjar getah bening
19
20
tidak menyakitkan. Efek samping utama dari terapi radiasi untuk kanker rektum
termasuk iritasi ringan kulit, diare, iritasi rektum atau kandung kemih, dan
kelelahan. Efek samping ini biasanya membaik segera setelah pengobatan
selesai.8,9
2.2.8 Komplikasi
Pasien yang menjalani reseksi kanker rektum bisa mengalami sejumlah
komplikasi dan risiko kematian perioperatif dan infeksi. Terdiri dari infeksi luka,
abses intra-abdomen, dan / atau kebocoran anastomosis. Kebocoran anastomotik
menyebabkan morbiditas dan mortalitas.10 Di luar risiko pasca-operasi, pasien
juga berisiko mengalami gangguan fungsional terutama inkontinensia, setelah
radiasi praoperasi. Fungsi seksual dan kandung kemih juga dapat terpengaruh,
mungkin karena cedera pada saraf otonom.11
2.2.9 Prognosis
Karsinoma recti dini memiliki prognosis yang sangat baik. Jika penyakit
ini tidak menyerang melalui dinding otot, sebagian besar dapat disembuhkan
dengan operasi.11 Setelah tumor telah menembus dinding otot dan kelenjar getah
bening regional, lebih dari 60% pasien karsinoma recti akan bertahan minimal 5
tahun. Jika tumor kanker rektum telah menyebar ke organ lain seperti hati atau
paru-paru, maka 5 year survival rate adalah sekitar 10%.10
5 year survival rate yang bertahap adalah:
Dukes A: 90% 5 YS
Dukes B: 70% 5 YS
Dukes C: 50% 5 YS
Dukes D: 10% 5 YS
21
Ada juga upaya untuk lebih mengklasifikasikan setiap tahap dengan lebih
lanjut, terutama Dukes B dan C menggunakan klasifikasi TNM. Hal ini
memberikan Tahapan I sampai IV (yang kira-kira setara dengan Tahapan Dukes,
tapi memberi Stadium IIA dan B, Tahap IIIA dan B).11
Munculnya agen kemoterapi baru telah membuat dampak yang signifikan
terhadap prognosis kanker rektum. Irinotecan dan oxaliplatin dikombinasikan
dengan 5FU menawarkan manfaat yang signifikan atas standar emas lama dari 5
hari dosis bolus 5FU - rezim Mayo. Agen baru, terutama agen biologi
bevacizumab dan cetuximab terlihat seperti akan secara signifikan meningkatkan
prognosis dari tumor kanker rektum.11
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama Pasien
Umur
: 39 tahun
22
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Petani
Tanggal Masuk
: 16 Agustus 2014
Anamnesis
Keluhan Utama
: BAB berdarah
Telaah
saat BAB (+), BAB berdarah berwarna kehitaman. OS juga mengeluhkan terdapat
benjolan pada perut sejak 1 tahun lalu, dan riwayat konstipasi 4 bulan yang lalu.
Selain itu OS mengeluhkan lubang anus berkudis sejak 3 bulan lalu. BAK (+)
normal, mual (-), muntah (-), demam (-).
RPT
: Tidak Jelas
RPO
: Tidak Jelas
Status Presens
Sensorium : compos mentis
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 20 x/i
Suhu : 37,2 C
23
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mata RC (+/+), pupil isokor, konjungtiva palpebra inferior pucat (-),
sklera ikterik (-), Telinga/hidung/mulut: tidak ada kelainan.
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks:
Inspeksi: simetris
Palpasi: SF ka=ki
Perkusi: sonor ka=ki
Auskultasi: SP: vesikuler, ST: -
Abdomen:
umbilikus
Palpasi: teraba massa di kiri bawah dan kanan bawah, keras, batas tegas,
Diagnosa Kerja
Susp. Ca. Recti
Tatalaksana
IVFD RL 20gtt/i
Inj Ceftriaxon 1gr/12 jam
Inj Ketorolac 30mg/8jam
24
Rencana
Darah lengkap
LFT
RFT
SGOT
SGPT
Albumin
Periksa tumor marker CEA
Kolonoskopi
CT scan whole abdomen IV kontras untuk menentukan staging dan pilihan
terapi
Miles Procedure
BAB 4
KESIMPULAN
Kanker rektum adalah penyakit di mana sel-sel kanker terbentuk pada
jaringan rektum, kanker rektal terjadi pada usus besar atau rektum.
Adenokarsinoma mencakup sebagian besar (98%) dari kanker kolon dan rektum.
Faktor resiko terjadinya kanker rektum bias saja akibat polip, idiopatik inflamatori
bowel disease, genetic, diet, gaya hidup serta usia.. Gejala yang biasa dijumpai
pada pasien kanker rectum ini adalah perubahan pada kebiasaan buang air besar
atau adanya darah pada feses, baik itu darah segar maupun yang berwarna hitam,
bias juga terjadi diare atau konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar
benar kosong saat buang air besar, feses yang lebih kecil dari biasanya serta
keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada
perut atau nyeri dan penurunan berat badan. Pasien dengan kanker rectum bias
didiagnosis dengan anamnesis yang lengkap, pemeriksaan digital rectal
examination (DRE) serta CTscan abdomen dapat dilakukan untuk melihat
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Norman et al. Bailey and Loves Short Practice of Surgery 26th Edition.
p 1219-1241
2. Burt Cagir, MD. 2013. Rectal Cancer, Medscape. Available from :
www.medscape.com ( diakses pada : 20 September 2013)
3. James S.Wu. 2007. Rectal Cancer, NCBI. Available from : www.ncbi.com
(diakses pada : 20 September 2013)
4. Casciato DA,(ed).2004.Manual of Clinical Oncology 5th ed. Lippincott
Williams & Wilkins :USA .p 231
5. Anomin,2006,Rectal Carcinoma -
,2006.Rectal
Carcinoma.
Available
from
from
26
27