Вы находитесь на странице: 1из 10

LAPORAN PRAKTIKUM

Hari/Tanggal: Rabu, 28 September 2016

HIDROLOGI

Asisten: Siti Komariah


Prahditya R
Orita M
Dosen: Sisi Febriyanti Muin, M.si

EVAPOTRANSPIRASI

Endah Rahayu Restini


J3M115067

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air berfungsi sebagai media transportasi unsur hara dan terlibat dalam
reaksi biokimia dalam sel tumbuhan. Dibidang pertanian, air diperoleh dari hujan
atau irigasi, Sebagian air juga berasal dari bawah tanah yang bergerak ke atas
secara lambat sebagai pengganti kehilangan air pada tanaman (Satrodarsono dan
Takeda, 2003).
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan
bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air
diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut
dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal).
Evaporai terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan
pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporisasi
di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari
permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporisasi
terjadi terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air
akan lepas ke atmosfer. Hampir semua air yang diambil tanaman dari media
tanam (tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan
tanaman (Allen et al. 1998).
Evapotranspirasi potensial akan berlangsung bila pasokan air tidak terbatas
bagi stomata tanaman dan permukaan tanah lebih dekat pada fase dengan radiasi
matahari karena sedikit panas disimpan oleh tanaman dan stomata menutup
selama malam hari. Variabilitas waktu evapotranspirasi mengikuti pola yang sama
seperti evaporasi permukaan air bebas pada kawasan kawasan yang tidak
kekurangan air. Pada daerah daerah yang kering ia mungkin berbeda cukup basah
(Seyhan, 1990).
Evapotranspirasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi produksi
bahan kering karena itu merupakan penentu produksi pertanian untuk suatu
wilayah. Taksiran mengenai besarnya evapotranspirasi yang mendekati kenyataan
sangat penting bagi para ahli teknik irigasi, ahli agronomi dan pihak lain yang
berecimpung dalam bidang perencanaan pertanian (Pasandaran dan Donald,
1984).
Evapotranspirasi merupakan komponen penting dalam keseimbangan
hidrologi. Evapotranspirasi merupakan komponen tunggal terbesar disiklus air.
Oleh karena itu , pengetahuan tentang pentingnya dalam menejemen sumberdaya
air, pendugaan hasil tanaman, dan dalam mempelajari hubungan antara perubahan
lahan dan iklim.
Tujuan
Menentukan evapotranspirasi dengan mengunakan metode panman dan metode
thornthwaite.

Bahan dan Metode


1.1
1.
2.
3.
4.
5.

Bahan dan Alat yang diperlukan:


Modul Hidrologi
Kalkulator
Data
Alat Tulis
Laptop

1.2 Prosedur kerja


Perhitungan Evaporasi
Tentukan evaporasi suatu danau, jika diketahui suhu udara 87oF, suhu air 63oF,
kecepatan angin 10 mph, dan kelembaban relatif 20%

Tabel 1
Suhu
(oF)

Tekanan uap (e)

32

0,18

40

0,25

50

0,36

60

0,52

70

0,74

80

1,03

90

1,42

100

1,91

(in.Hg)

1. Hitung nilai es dengan menggunakan tabel 1 (interpolasi)


2. Hitung nilai ea dengan menggunakan tabel 1 (interpolasi)
ea = e*RH

3. hitung nilai Evaporasi


E = k(es-ea)*(1+Vangin/10)

Perhitungan Evapotraspirasi Potensial (Etp)

Tabel 2 Data iklim 1987 1992 di Stasiun Rahadi Usman, Ketapang


Kalimantan Barat
Unsur iklim

Tmax ( C)

30.1

30.3

30.8

31.4

31.6

31.6

31.4

31.4

31.4

31.3

30.7

30.0

Tmin

24.2

24.1

24.6

24.2

24.2

23.6

23.1

23.7

23.3

23.5

23.9

24.1

2.2

1.8

1.6

1.5

1.9

2.0

3.2

3.5

2.2

2.1

1.6

2.0

Qs (MJ m hari )

14.9

16.0

16.4

15.9

15.5

15.3

15.5

16.8

16.7

15.7

15.2

14.6

CH (mm)

350

242

365

280

270

160

123

86

102

210

417

492

-1

Vangin (m s )
-2

-1

Metode Penman (Meyer et al. (1987))


Diketahui =0.0661 kPa oC-1 dan G=0 (asumsi)

1. Hitung nilai T dari (Tmax+Tmin) / 2


2. Hitung Vangin (km/hari)
3. Hitung Qn, , f(u), es, ea, dan
Qn

= 0.75*Qs 0.4

= 0.1 exp(21.555 5304/(T+273.1)) x {5304/(T+273.1)2}

f(u)

= 4.84 + 0.0742 u

es

= 0.6108 exp(17.27 T/(T+237.3))

ea

= 0.6108 exp(17.27 Tmin/(Tmin+237.3))


=2.50025 0.002365 T

4. Hitung ETp
ETp = {(/(+)) (Qn G) + (/(+)) f(u) (es-ea)} /
Nilai ETp tiap bulan = nilai ETp yang didapatkan dikalikan jumlah hari pada tiap
bulan

ETp Thornthwaite
Perhitungan dilakukan dengan data yang sama (Tabel 2).
1. Hitung nilai i untuk masing-masing bulan dengan rumus
i = (T/5)1.54

*nilai T merupakan nilai T rata-rata

2. buat tabel i untuk setiap bulan, lalu hitung nilai i dalam 1 tahun (=165)
J

i = (T/5)1.54

3. Hitung nilai A
A=(6.75x10-7 i3) (7.71x10-5 i2) + (1.79x10-2 i) + 0.4424
4. Cari eTp tiap bulan dengan rumus
ETp

1.6 (10 T/I)A

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Tabel 1 Interpolasi
Suhu
(oF)
32
40
50
60
70
80
90
100

Tekanan
uap (e)
(in,Hg)
0,18
0,25
0,36
0,52
0,74
1,03
1,42
1,91

Contoh Perhitungan
Tentukan evaporasi suatu danau, jika diketahui suhu udara 87oF, suhu air 63oF,
kecepatan angin 10 mph, dan kelembaban relatif 20%

Ea = e x Rh
= 1,303 x 20%
= 0,2606 inHg

Tabel 2 Evapotraspirasi Potensial (Etp) dengan Metode Penman


Unsur iklim

Tmax (oC)

30,1

30,3

30,8

31,4

31,6

31,6

31,4

31,4

31,4

31,3

30,7

30

Tmin

24,2

24,1

24,6

24,2

24,2

23,6

23,1

23,7

23,3

23,5

23,9

24,1

Tmean (oC)

27,16

27,2

27,7

27,8

27,9

27,6

27,25

27,55

27,35

27,4

27,3

27,05

jumlah hari

31

28

31

30

31

30

31

31

30

31

30

31

Vangin (m s-1)

2,2

1,8

1,6

1,5

1,9

3,2

3,5

2,2

2,1

1,6

Vangin
(km/jam)

190,1

155,52

138,24

129,6

164,16

172,8

276,48

302,4

190,08

181,44

138,24

172,8

Qs (MJ m-2
hari-1)

14,9

16

16,4

15,9

15,5

15,3

15,5

16,8

16,7

15,7

15,2

14,6

CH (mm)

350

242

365

280

270

160

123

86

102

210

417

492

Qn

10,78

11,6

11,9

11,5

11,23

11,08

11,23

12,2

12,13

11,38

11

10,55

0,29

0,29

0,29

0,30

0,30

0,29

0,29

0,29

0,29

0,29

0,29

0,28

f(u)

18,95

16,38

15,10

14,46

17,02

17,66

25,35

27,28

18,94

18,30

15,10

17,66

es

3,60

3,61

3,71

3,74

3,76

3,69

3,62

3,68

3,64

3,65

3,63

3,58

ea

3,02

3,00

3,09

3,02

3,02

2,91

2,83

2,93

2,86

2,90

2,97

3,00

2,44

2,44

2,43

2,43

2,43

2,43

2,44

2,44

2,44

2,44

2,44

2,44

Etp(mm/hari)

4,44

4,63

4,70

4,64

4,71

4,75

5,29

5,64

5,18

4,86

4,44

4,30

Etp(mm/bulan)

137,64

129,72

145,64

139,13

146,10

142,61

163,93

174,79

155,40

150,59

133,19

133,25

Tabel 3 Evapotraspirasi Potensial (Etp) dengan Metode Thornthwaite


unsur
iklim
jmh hari

31

28

31

30

31

30

31

31

30

31

30

31

Tmean

27,16

27,2

27,7

27,8

27,9

27,6

27,25

27,55

27,35

27,4

27,3

27,05

13,55

13,58

13,96

14,04

14,12

13,89

13,62

13,85

13,69

13,73

13,65

13,46

4,34

4,34

4,34

4,34

4,34

I
A
Etp
(mm/bln)

165,14
4,34
142,96

4,34

4,34

4,34

4,34

4,34

4,34

129,95 155,69 153,04 160,63 148,33 145,02 152,07 142,59 148,51 141,46 140,46

Grafik Metode Panman dan Metode Thornwate

Grafik Metode Panman dan Metode


Thornwate
350,00
300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00
THORNWATE

PANMAN

PEMBAHASAN
Proses hilangnya air akibat evapotranspirasi merupakan salah satu
komponen penting dalam hidrologi karena proses tersebut dapat mengurangi
simpanan air dalam badan-badan air, tanah, dan tanaman. Untuk kepentingan
sumber daya air, data evapotranspirasi ini diperlukan untuk perhitungan
kesetimbangan air (neraca air). Evapotranspirasi ditentukan oleh beberapa faktor
meteorologi diantaranya radiasi surya, kecepatan angin, kelembapan relatif (RH)
dan temperatur (Allen et al. 1998).
Berdasarkan tabel 1 interpolasi serta contoh perhitungannya, besar
pengaruh suhu dengan besar laju evapotranspirasi memiliki hubungan yang
berkorelasi positif menunjukan bahwa hubungan antara suhu dan evapotranspirasi

berbanding lurus yaitu semakin besar suhu pada suatu daerah maka semakin besar
pula laju evapotranspirasi di daerah tersebut dan sebaliknya. Selanjutnya,
kecepatan angin jugamerupakan faktor yang menyebabkan terdistribusinya air
yang telah diuapkan diatmosfer, sehingga proses penguapan penguapan dapat
berlangsung secara terus menerus. Hubungan kecepatan angin terhadap pengaruh
angin berbanding terbalik terhadap laju evapotranspirasinya yaitu semakin besar
pengaruh kecepatan angin maka akan semakin kecil laju evapotranspirasi begitu
pun sebaliknya. Selain suhu dan kecepatan angin, kelembapan juga memiliki
pengaruh besar dalam laju evapotranspirasi. Hubungan kelembapan terhadap
besarnya laju evapotranspirasi yaitu semakin besar RH berbanding terbalik
dengan laju evapotranspirasi.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil yang dapat
dibandingkan antara perhitungan satu dengan yang lainnya terutama perhitungan
evapotranspirasi potensial dengan berbeda metode, yaitu metode penman dan
metode thornthwaite. Hasil evaporasi potensial yang didapat dari metode panman
adalah 137.64, 129.72, 145.64, 139.13, 146.10, 142.61, 163.93, 174.79, 155.40,
150.59, 133.19, dan 133.25mm/bulan selama 12 bulan berturut-turut. Sedangkan
jika menggunakan metode thornthwaite hasil evaporasi potensial yang didapat
adalah 142.96, 129.95, 155.69, 153.04, 160.63, 148.33, 145.02, 152.07, 142.59,
148.51, 141.46, dan 140.46mm/bulan selama 12 bulan berturut-turut. Nilai
evapotranspirasi potensial terkecil baik dengan metode panman dan thornthwaite
terdapat pada bulan Februari. Dan nilai evapotranspirasi tertinggi pada metode
panman terdapat pada bulan Agustus sedangkan pada metode thornthwaite ada
pada bulan Mei. Sehingga grafik metode panman dan thornthwaite yang dibuat
akan sejajar dan tidak berpotongan.
Perhitungan antara metode panman dan thornthwaite lebih mudah
menggunakan metode thornthwaite. Hal tersebut karena mettode thornthwaite
tidak membutuhkan waktu yang lama dengan perhitungan yang sedikit, sehingga
keefektifan dan keefisienan waktu dapat terjaga.Namun metode penman
memberikan hasil yang baik bagi besarnya penguapan air bebas Eo jika ditempat
itu tidak ada pengamatan dengan panci penguapan atau tidak ada studi neraca air
(water balance study). Hasil perhitungan dengan rumus ini lebih dapat dipercaya
dengan metode Thornthwaite. Meskipun rumus penman menghasilkan evaporasi
dari permukaan air bebas rumus ini dapat juga digunakan untuk menghitung
evapotranspirasi potensial dengan masukan faktor f (Soemarto, 1995).
Metode thornthwaite mendekati laju evapotranspirasi potensial dengan
menggunakan indeks panas bulanan, terutama sekali untuk tanaman-tanaman yang
rapat dan pendek. Seperti pada pendekatan penman, posisi tempat di permukaan
bumi merupakan faktor yang penting. Demikian pula pada pendekatan ini, masih
diperlukan koreksi terhadap nilai evapotranspirasi potensial hipotetik dengan
koefisien yang sesuai dengan loasi dan bulannya (Harto, 1993).

Pada musim kemarau tentu niali evaporasinya semakin besar bila


dibandingkan dengan musim hujan. Hal ini kembali lagi disebabkan oleh faktorfaktor evaporasi seperi temperatur, tekanan udara, kelembapan dan sebagainnya.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapat disimpulkan
bahwa evapotranspirasi ditentukan oleh beberapa faktor meteorologi diantaranya
radiasi surya, kecepatan angin, kelembapan relatif (RH) dan temperatur. Dimana
semuanya memiliki hubungan yang sangat berpengaruh terhadap laju
evapotranspirasi. Metode penman memberikan hasil yang baik bagi besarnya
penguapan air bebas Eo jika ditempat itu tidak ada pengamatan dengan panci
penguapan atau tidak ada studi neraca air. Hasil perhitungan dengan rumus ini
lebih dapat dipercaya dengan metode Thornthwaite. Meskipun rumus penman
menghasilkan evaporasi dari permukaan air bebas rumus ini dapat juga digunakan
untuk menghitung evapotranspirasi potensial dengan masukan faktor.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, R. G. 1998. Crop Evapotranspiration: Guidelines For Computing Crop
Requirements. Irrigation and Drainage Paper No. 56, FAO, Rome, Italy.
Harto, Sri.1993. Analsisi Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Pasandaran, Effendi dan Donald C.T. 1984.Irigasi Perencanaan dan Pengelolaan.
Gramedia. Jakarta.
Satrodarsono, dan Takeda, K.2003. Hidrologi untuk pengairan. Pradnya
Paramitha : Jakarta.
Soemarto, C.D. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga. Jakarta.
Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Вам также может понравиться