Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan ini memberikan berbagai dampak positif yaitu terbukanya lapangan
kerja, membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf
sosial ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan yang perlu disadari bahwa
perkembangan kegiatan industri secara umum juga merupakan sektor yang sangat
potensial sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan
lingkungan (Assegaf, 1993).
Salah satu industri yang pertumbuhannya cukup pesat adalah industri
perminyakan, yang diawali dengan berdirinya perusahaan yang mengeksplorasi
dan ekspolitasi minyak bumi di Indonesia baik perusahaan milik Negara ataupun
perusahaan swata. Penambangan dan Pengolahan minyak bumi (crude oil) sangat
membutuhkan energi yang merupakan bahan baku sumber daya alam sangat
berpotensi terjadinya kerusakan/pencemaran lingkungan.
Salah satu dampak negatif dari kilang minyak adalah timbulnya pencemaran
lingkungan oleh limbah yang berbentuk gas, padatan atau cairan yang timbul pada
proses dan hasil pengolahan minyak tersebut. Limbah ini akan mencemari daerah
kilang minyak dan lingkungannya, sehingga pekerja maupun masyarakat disekitar
kilang minyak dapat terpapar oleh limbah. Limbah gas, padat maupun cair dapat
berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan manusia bila tidak ditangani
dengan baik dan benar (Susilo, 2006).
Menurut Marsaoli (2004), pada umumnya pencemaran laut yang terjadi baik
secara fisika, kimiawi maupun biologis, banyak menghasilkan racun bagi biota
laut dan manusia. Salah satu dari bahan pencemar itu adalah hidrokarbon minyak
bumi. Minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta

tahun yang lalu di masa lampau sebagai hasil dekomposisi bahan-bahan organik
dari tumbuhan-tumbuhan dan hewan. Minyak bumi berupa cairan kental berwarna
kehitaman yang teradapat dalam cekungan-cekuangan kerak bumi dan merupakan
campuran sangat kompleks dari senyawa-senyawa hidrokarbon dan bukan
hidrokarbon. Dewasa ini terdapat 500 senyawa yang pernah dideteksi dalam suatu
cuplikan minyak bumi yang terdiri dari minyak bumi fraksi ringan dan fraksi
berat. Minyak bumi fraksi ringan, komponen utamanya adalah n-alkana dengan
atom C15-17, sedangkan minyak bumi fraksi berat komponen utamanya adalah
fraksi hidrokarbon dengan tidik didih tinggi (Farrington dkk, 1975). Minyak
pencemar tersebut mengandung hidrokarbon bercampur dengan air dan bahanbahan anorganik maupun organik yang terkandung di dalam tanah. Undangundang No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi mensyaratkan
pengelolaan

lingkungan

hidup,

yakni

pencegahan

dan

penanggulangan

pencemaran serta pemulihan atas terjadinya kerusakan lingkungan hidup sebagai


akibat kegiatan pertambangan, bagi badan usaha yang menjalankan usaha di
bidang eksploitasi minyak bumi (Prijambada, 2006).
Limbah lumpur minyak bumi (LMB) merupakan limbah awal dan akhir dari
serangkaian proses dalam industri pengilangan minyak bumi (Scora et al., 1997).
Kegiatan operasinya dimulai dari eksplorasi, produksi (pengolahan sampai
pemurnian) sampai penimbunan dan berpotensi menghasilkan limbah berupa
lumpur minyak bumi (oily sludge)Limbah lumpur minyak bumi terdiri dari
senyawa hidrokarbon yang merupakan polialifatik hidrokarbon seperti alkana (nnormal, iso dan siklo) dan poliaromatik hidrokarbon (PAH) seperti naftaeno,
benzena, naftalena, benzo(a)pirena, air, unsur logam (As, Cd, Cr, Hg, Pb, Zn, Ni,
Cu) serta non hidrokarbon seperti senyawa nitrogen, sulfur, oksigen dan aspal
(Connell & Miller, 1995). Limbah tersebut, termasuk dalam kategori limbah B3
yaitu Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun karena sifat dan konsentrasinya
dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup (Rossiana et al.,
2007). Oleh karena itu sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Peraturan
Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun (B3), tertera bahwa limbah lumpur minyak termasuk kedalam daftar
limbah B3 dari sumber spesifik dengan kode kegiatan 2320, maka pengelolaannya
diperlukan penanganan secara baik sehingga tidak mencemari lingkungan
(BAPEDAL, 2001). Hal inilah yang dibahas dalam makalah ini yaitu bagaimana
mengolah limbah minyak bumi baik melalui pendekatan secara biologis atau
dikenal dengan istilah bioremediasi (Kementerian Lingkungan Hidup, 2003),
melalui pendekatan secara kimiawi maupun dengan cara lain yang bermanfaat
dalam menangani masalah pencemaran akibat limbah minyak bumi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik dari minyak bumi?
2. Apa saja indicator polusi di lingkungan?
3. Apa saja sumber-sumber limbah minyak yang terdapat di lingkungan?
4.

Limbah yang dihasilkan dari segi penambangan, pengolahan dan


pemanfaatan minyak bumi terhadap lingkungan berdasarkan baku mutu
lingkungan hidup serta cara pengolahan limbah B3 tersebut ?

5. Bagaimana dampak limbah yang dihasilkan terhadap lingkungan ?


1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik dari minyak bumi.
2. Untuk mengetahui indikator-indikator pencemar di lingkungan
3. Untuk mengetahui sumber-sumber limbah minyak yang terdapat di
lingkungan.
4. Untuk mengetahui dampak limbah dari segi penambangan, pengolahan
dan pemanfaatan minyak bumi terhadap lingkungan.

5. Untuk dapat mengidentifikasi suatu limbah berdasarkan baku mutu


lingkungan hidup.
6. Untuk mengetahui metode pengolahan limbah minyak bumi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Karakteristik Minyak Bumi

a. Sifat Kimia Minyak Bumi.


Minyak bumi merupakan senyawa hidrogen dan Carbon (C dan H)
ditambah beberapa senyawa lain yang tidak dominan seperti: Nitrogen, Oksigen,
Sulfur, Hidrogen Sulfida, Porfirin dan senyawa Logam.
Senyawa Hidrocarbon (HC) dapat digolongkan menjadi tiga:

HC padat adalah senyawa HC yang bersifat padat. Contoh : Aspal


HC cair adalah senyawa HC yang berbentuk cair. Contoh : minyak bumi

yang merupakan rembesan di permukaan atau di dalam reservoir.


HC yang bersifat gas, ini selalu berasosiasi dengan minyak bumi dan dapat
berwujud gas bebas, gas yang terlarut dalam minyak bumi (gelembunggelembung gas) dan gas tercairkan, pada kondisi reservoir dengan tekanan
dan temperatur (suhu) yang tinggi maka gas akan mencair.

b. Sifat Fisika Minyak Bumi


Sifat fisika minyak bumi yaitu :

Semakin dalam terdapatnya minyak bumi serta semakin tua umurnya


maka berat jenis minyak bumi semakin kecil. Berat jenis minyak bumi

berkisar antara 0,84 sampai 0,89.


Viskositas/ kekentalan (satuan centipoise/ cp) adalah daya hambatan suatu
cairan bila kedalam cairan tersebut dimasukkan suatu materi atau benda yang
diputar. Semakin kecil berat jenis minyak, semakin besar temperatur dan

tekanan semakin kecil viskositasnya.


Titik didih dan titik nyala, titik didih adalah titik dimana minyak bumi
mulai mendidih. Semakin besar berat jenis, titik didih semakin tinggi. Titik
nyala adalah kemampuan materi untuk bisa terbakar. Semakin ringan berat

jenis, titik nyala semakin tinggi.


Warna, senyawa hidrokarbon sebenarnya tidak berwarna, tetapi adanya
impurities dan senyawa- senyawa yang lain akan mempengaruhi warna dari
minyak bumi. Untuk minyak berberat jenis besar maka berwarna hijau

kehitaman, sedang yang berat jenis ringan berwarna coklat kehitaman.


Nilai kalori minyak bumi cukup tinggi antara 11.700- 11.750 kal/ gram
untuk minyak BJ= 0,75 dan antara 10000- 10.500 kal/ gram untuk minyak
BJ= 0,9- 0,95.

2.2 indikator polusi dilingkungan


A. Indikator polusi udara
Indicator yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya polusi

udara adalah dengan mengamati sifat-sifat udara.


Ciri dari udara bersih adalah tidak berwarna dan tidak berbau,

adanya bau pada udara mennunjukkan adanya polutan.


Jenis polutan : karbonmonoksida, sulfur dioksida, nitrogen oksida,

ozon dan materi partikulat.


Peningkatan konsentrasi senyawa-senyawa polutan di udara dapat

dijadikan indicator polusi udara.


B. Indicator polusi air
Sifat-sifat fisik air seperti kekeruhan, bau, warna dan suhu dapat

menjadi indicator bagi polusi.


Kandungan-kandungan senyawa kimia dalam air dapat menjadi

indicator terjadinya pemcemaran atau polusi air.


Berikut ini beberapa contohnya :

- Kandungan nutrisi ( fosfor, nitrogen, dan karbon)


- Kandungan logam berat ( Pb, Si, Hg dan Kadmium )
- Oksigen terlarut (COD)
- Kebutuhan oksigen biokimia (BOD)
- PH
C. Indicator polusi tanah
Limbah padat ( kertas, plastic, kayu, metal, kaca, dan karet)
Logam berat (Pb, Cu, Fe, nikel dan cadmium )
Nitrogen, fosfor dan garam mineral
2.3 Sumber Limbah Minyak Bumi Pada Industry Migas
Berdasarkan buku Pertamina (1986), sumber limbah cair minyak bumi berasal
dari kegiatan-kegiatan antara lain:
1. Limbah gas yang dihasilkan dari proses pengeboran
2. Lumpur dan serbuk hasil pengeboran minyak bumi.
3. Lumpur dari proses pengolahan minyak bumi.
4. Limbah cair hasil dari pengolahan minyak bumi.
2.4 Limbah Dari Kegiatan Industry Migas dan Pemanfaatan Minyak Bumi
Terhadap Lingkungan
2.4.1. Limbah Minyak Bumi Dari Kegiatan Industry Migas
A. Limbah Padat
Limbah minyak bumi pada tahap penambangan (pengeboran) adalah lumpur
dan serbuk bor sisa hasil pemboran minyak bumi dengan kedalaman tertentu.
Berdasarkan referensi buku PT. PERTAMINA EP PPGM kandungan yang
terdapat dalam lumpur

dan serbuk bor adalah kandungan-kandungan logam

seperti Ba, Cd, Hg, Pb, Ag, Cr6+, Zn dan Cu. Besarnya nilai masing-masing
logam ini ditetapkan sebagai bahan limbah B3 oleh badan lingkungan hidup dan

harus diolah lagi sehingga kadarnya kurang dari batas maksimum yang
ditentukan. Berikut data yang diambil dari badan lingkungan hidup
Tabel 1. Baku mutu logam berat limbah lumpur
N
o

Nama Kimia

Simbol

Baku Mutu (Mg/L)

Arsen

As

5,0

Barium

Ba

100

Cadmium

Cd

1,0

Chromium

Cr

5,0

Copper

Cu

10

Lead

Pb

5,0

Mercury

Hg

0,2

Selenium

Se

1,0

Silver

Ag

5,0

10

Zinc

Zn

50

Sumber : peraturan menteri energy dan sumber daya mineral

B. Limbah cair
Pengolahan air limbah pemboran dan pengolahan dilakukan secara fisika
dan kimia. Air limbah lain yang berasal dari kamar mandi akan ditampung
dalam septic tank, sedangkan air hujan disalurkan ke saluran umum melalui
parit. berikut adalah btasan-batasan maksimum sebelum limbah cair ini
dibuang ke lingkungan. Berikut adalah baku mutu limbah cair kegiatan
eksplorasi dan produksi minyak dan gas.

Table 2. baku mutu air limbah kegiatan eksplorasi migas


No
1

Jenis Air Limbah


Air Terproduksi

Parameter
Sulfide Terlarut(H2S)
Ammonia (NH3-N)
Phenol total
TDS

Kadar Maksimum
25 Ppm
5 Ppm
2 Ppm
4000 Ppm

COD
200 ppm
PH
6-9
2
Air Limbah Drainase Karbon Organik
110 ppm
Sumber : peraturan menteri Negara dan lingkungan hidup no 4 tahun 2007
Table 3. Standar Bahan Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Eksploitasi
Parameter

Kadar Max
Beban Pencemaran Max
BOD
80 mg/L
80 g/m3
COD
160 mg/L
160 g/m3
Minyak dan Lemak
20 mg/L
20 g/m3
Sulfida Terlarut
0,5 mg/L
0,5 g/m3
Phenol total
0,8 mg/L
0,8 g/m3
Cr
0,5 mg/L
0,5 g/m3
NH3-N
8 mg/L
8 g/m3
pH
6-9
Sumber : peraturan menteri Negara dan lingkungan hidup no 4 tahun 2007
C. Emisi gas
Hasil dari pengeboran minyak bumi juga menghasilkan limbah gas seperti
gas hydrogen sulfide(H2S), gas hidrokarbon dan gas karbondioksida(CO2) yang
terkandung dalam lumpur hasil pengeboran. batas maksimum H2S yang menjadi
acuan dalam yaitu sebesar 10 ppm ( buku pertamina EP).
Untuk emisi gas, dalam pengolahannya Pertamina mengacu pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Minyak Dan Gas Bumi. Limbah gas dari kilang ini diolah di sulfur recovery unit
dan sisanya dibakar di incinerator (untuk gas berupa H2S dan CO) maupun flare
(gas hidrokarbon).

Table 4. Baku Mutu Emisi Unit Penangkapan Sulfur

Sulfur Feed Rate

Minimum Sulfur Recovery

(Ton/Hari)

(%)

No

1
<2
70
2
2-10
85
3
10-50
95
4
>50
97
Sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009
Table 5. Baku Mutu Emisi Unti Oksidasi Thermal Sulfur
No
Parameter
Baku Mutu Emisi
1
Sulfur Dioksida
2600 mg/Nm3
Sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009
Emisi gas dari kegiatan uji kandung lapisan (DST) akan dikelola dengan cara
sebagai berikut :

Pembakaran gas di flare pit setelah dipisahkan melalui separator, sehingga


gas yang bersifat racun seperti H2S akan terurai dan tidak bersifat toksik.

Kondensat/minyak yang terproduksi disalurkan ke tangki penampung.


Gas H2S yang terkandung dalam lumpur bor dilarutkan dengan
suspensikalsium hidroksida ( Ca(OH)2) di bak lumpur, sehingga terbentuk
garam sulfida.

2.4.2

limbah yang dihasilkan dari proses pemanfaatan minyak bumi sebagai


bahan bakar dan bahan baku disuatu industri

A. Sebagai Bahan Bakar Untuk Pembangkit Tenaga Listrik


Minyak bumi banyak dimanfaatkan oleh industry pembangkit listrik
untuk menghasilkan listrik dengan cara mengkonversi energy kimia minyak bumi
menjadi energy mekanik yang menghasilkan listrik . setiap pemnafaatan sumber
energy pasti terdapat limbah yang dihasilkan, dalam kasus pembangkit listrik ini
9

limbah yang dihasilkan berupa emisi gas buang hasil pembakaran bahan bakar.
Emisi gas buang ini meliputi : gas sulfur dioksida (SO 2), NO2 dan karbon
monoksida(CO)

Limbah emeisi gas buang hasil pembakaran ini diatur oleh

peraturan menteri Negara dan limgkungan hidup pada undang-undang no 13


tahun 2009.berikut adalah Baku mutu emisi gas hasil pembakaran bahan bakar
Tabel 6. Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran Dari Turbin Gas

No

Bahan Bakar

Minyak

Parameter

Kadar Maksimum (Mg/Nm3)

Total Partikulat

100

Sulfur Dioksida (SO2)

650

Nitrogen Oksida (NO2)

450

Sumber : peraturan meteri negeri dan lingkungan hidup UU no 13 tahun 2009


Tabel 7. Baku Mutu Emisi Proses Pembakaran Dari Turbin Uap

No

Bahan Bakar

Minyak

Parameter

Kadar Maksimum (Mg/Nm3)

Total Partikulat

150

Sulfur Dioksida (SO2)

1200

Nitrogen Oksida (NO2)

800

Sumber : peraturan meteri negeri dan lingkungan hidup UU no 13 tahun 2009


2.4.3 Pemanfaatan Minyak Bumi Pada Alat Transportasi
Selain digunakan untuk pembangkit tenaga listrik, minyak bumi juga
digunakan untuk alat transportasi. Tanpa kita sadari bahwa penyumbang emisi gas
terbesar adalah limbah gas yang dihasilkan dari pembakaran minyak sebagai
bahan bakar kendaraan kita. Gas yang dihasilkan dari bahan bakar minyak yaitu

10

SO2, NO2, CO dan CO2. Emisi gas buang kendaraan bermotor diatur dalam
peraturan menteri negeri dan lingkungan hidup dalam UU no10 tahun 2012.
Tabel 8. Baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor dengan metode NEDC

Nilai ambang batas


No

Katagori

Parameter
(gram/km)

>130 km/jam

<130 km/jam

CO

2,62

HC

0,33

NOx

0,22

CO

2,62

HC

0,75

NOx

0,17

Sumber : peraturan menteri negeri dan lingkungan hidup dalam UU no10 tahun `
2012
2.4.4. Minyak Bumi Digunakan Sebagai Bahan Baku Pada Industry Petrokimia
Industry petrokimia adalah industry yang berkembang berdasarkan suatu
pola yang mengaitkan suatu produk-produk industry minyak bumi yang tersedia,
dengan kebutuhan masyrakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi dalam
kehidupan sehari-hari. Industry petrokimia hulu antara lain methanol, butadiene,
benzene, toluene, fuel coproducts dan raffinate. Bahan baku dari industry
petrokimia hulu adalah minyak bumi ( paraffin, olefin dan nepthane).
Limbah yang dihasilkan dari industry petrokimia hulu adalah limbah cair
yang termasuk limbah B3. Limbah ini diatur dalam peraturan menteri negeri dan
lingkungan hidup nomor 08 tahun 2007.

11

Table 9. Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Industry Petrokimia Hulu

Kadar Maksimum
Parameter
( ppm )
BOD

100

COD

200

TSS

150

Fenol

Cr

Cu

Zn

10

Ni

0,5

PH

6-9

Kuantitas air limbah

0,6 m3 / ton bahan baku

Sumber : peraturan menteri negeri dan lingkungan hidup nomor 08 tahun


2007.
Proses Pengolahan Limbah Cair
Ada beberapa cara penanggulangan pencemaran akibat pembuangan limbah
organik cair, yaitu antara lain :
1.

Secara Fisika, Seperti dengan sedimentasi, yaitu pemisahan secara gravimetri,


flotasi, stripping(penguraian) dan ekstraksi absorbsi.

12

2.

Secara Kimia, cara penanggulangan pencemaran ini dipakai secara luas dalam
mengolah air buangan industri yaitu dengan cara netralisai, koagulasi,
resipitasi, dan oksidasi.

3.

Secara Biologi, penanggulangan dengan cara pertolongan bakteri telah


berkembang pesat dan banyak digunakan untuk mengolah limbah buangan
yang mudah terurai secara biologis.

2.4 Pengelolaan Limbah PT. PERTAMINA RU III PLAJU


2.4.1 Potensi Limbah
Dalam pemrosesannya, Pertamina RU III menghasilkan limbah-limbah,
yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Proses pengelolaan limbah sangat
diperlukan oleh suatu industry karena bila tidak diolah dengan benar maka dapat
mencemari lingkungan dan memberikan dampak yang buruk pada lingkungan
tersebut. Berikut ini adalah berbagai macam jenis limbah yang terdapat di
PT.Pertamina (Persero) RU III, Plaju-Sungai Gerong:
a. Limbah Cair
1. Air buangan CDU dan Catalytic Cracking
2. Air buangan Caustic Treater
3. Air kondensat dari HVU yang menggunakan Steam Ejector
4. Drain Pompa-pompa akumulator air pendingin
5. Boiler water
6. Cooling water
7. Water trating plant
8. Backwash demin water plant
b. Limbah Gas
1. Fuel gas dari pembakaran di furnace dan boiler
2. Buangan gas dari turbin
3. Flare
4. LPG markaptan injection
5. Tangki asam asetat

c. Limbah Padat
1. Coke

13

2.
3.
4.
5.
2.4.2

Oil sludge ex tankage


Dissolved air flotation sludge
Catalyst spent
Separator sludge

Pengelolaan Limbah
Berikut ini adalah beberapa metode pengelolaan limbah yang berguna

untuk mengurangi potensi kerusakan lingkungan oleh limbah tersebut:


1. Pengelolaan Limbah Cair
Limbah sebelum dibuang ketempat pembuangan akhir dilakukan
treatment supaya tidak memberikan dampak yang merugikan
lingkungan. Penanganan limbah dan system pembuangan suatu
industry yang akan dibangun harus direncanakan sejak awal dan sedini
mungkin. Pengelolaan limbah cair terbagi menjadi 2 pengolahan,
yaitu:
a. Physical treatment, antara lain: Separator, Filtration, Adsorbtion,
Settling, dan Cyclone.
b. Chemical treatment, antara lain: Aerasi, dan Dissolved Air
Flotation.
Table 2.7 Sistem Pengelolaan Limbah
Oil content in waste

System/Process
water (ppm)
1000-5000
API Separator
30-1000
CPI Separator
5-30
Air flotation
1-10
Activated sludge
0-5
Activated carbon
Sumber: Proses unit Produksi Utilitas, Pertamina 2007
Pemisahan minyak dan air atas dasar perbedaan kerapatan atau gravitasi
(physical treatment) untuk oil trap, API Separator, dan CPI Separator. Dikilang
Plaju/Sungai Gerong dikenal dengan nama Oil Cather/Oil Separator. Sebelum air
buangan tersebut mengalir sewer existing dan selanjutnya dibuang kesungai
melalui oil cather, air buangan yang mengandung minyak dialirkan ke
Corrugated Plate Interceptor (CPI) yang sudah terpasang di CDU.

14

Pada CPI minyak yang terkandung di Oil Water tersebut dipisahkan oleh
skimmer, kemudian dialirkan ke Oil Sump. Minyak yang telah terpisah
dipompakan ke tangki Slop Oil untuk diolah kembali. Sedangkan air yang berada
dibawah akan dibuang ke Sungai Komering atau Sungai Musi. Kilang Plaju
memiliki 8 Oil Separator (OS) dan kilang Sungai Gerong memiliki 2 Oil
Separator (OS). Air yang telah diolah sebelum dibuang ke sungai harus
memenuhi standard baku mutu limbah cair.
2. Pengelolaan Limbah Gas
Kadar CO dapat dikurangi dengan jalan memperbaiki system
pembakaran, dilakukan dengan menggunakan komposisi atau rasio
yang baik antara bahan bakar yang digunakan dengan supply udara
yang digunakan, sehingga pembakaran berlangsung sempurna. Adapun
reaksi pembakaran sempurna yaitu:
CO +0,5 O2

CO2

Particular dapat diambil dengan bantuan peralatan, antara lain:


Dust, Collector, Cyclone, Scrubber, Filter ataupun Electrostatic
Prescipiator. Sebagai salah satu contoh di FCCU telah terpasang
cyclone di unit Regenerator dan Reactor yang berfungsi untuk
mengurangi emisi particular.

3. Pengelolaan Limbah Padat


Penanganan sludge dan slop mengacu pada SK Pertamina
No.Kpts70/C0000/91-B1 tanggal 1 Maret 1991 bahwa:
1. Sludge yang mengandung minyak perlu diadakan

proses

pemisahan minyaknya terlebih dahulu dengan pemanasan dan


filtrasi bertekanan, minyak yang terpisah dari sludge tersebut dapat
diproses kembali atau dicampur dengan minyak mentah atau
minyak slop.

15

Sebagai salah satu industry besar, Pertamina RU-III telah melakukan upaya
pengelolaan lingkungan dan mengukur dampak-dampak limbah tersebut terhadap
lingkungan seperti yang ada pada table 2.10 berikut.
Tabel 10. Sumber dan Upaya Pengelolaan Limbah PT. Pertamina RU III
Sumber
Dampak

Faktor
Lingkungan yang
Terkena Dampak.
Emisi gas
Kualitas udara
NOx, CO, SOx, ambien di
dan partikulat Komperta S.
dari stack
Gerong, Plaju &
RFCCU
pemukiman Sei
Rebo.
Air Limbah : - Bahan cemaran
debit dan
BOD, COD
kualitas air
minyak dan fenol
limbah outlet
kilang Musi
PKM II, yaitu
melampui baku
OS-IV Sungai mutu
Gerong dan - Dispersi minyak
OC-8 Plaju
Sungai Komering
dan berlanjut ke Sungai Musi
menaikkan kadar
minyak 0.6-1.4
mg/L
- Suhu cooling tower
terkendali tidak
melebihi 3oC
diatas suhu
ambien.
Limbah padat Kehawatiran
berupa sisa
terjadinya

Bobot dan Tolak


Ukur Dampak
Emisi gas masih
terkendali di bawah
baku mutu

Upaya Pengelolaan
Lingkungan
Pengendalian kadar
S dan N dalam
crude oil

PKM II
- Pemasangan CPI
memperkecil beban
untuk mengurangi
cemaran dan
beban cemaran
dispersi minyak,
BOD, COD, dan
tetapi total kilang
minyak pada OSMusi masih
I/II, OS-IV, OCmelebihi baku
2/3, OC-6, OC-8.
mutunya.
- Rencana
Dispersi termal di
pembangunan
Sungai Komering
cooling tower
tidak melebihi 50
berkapasitas
m dari keluaran
2x5000 m3/jam

Rembesan
diperkirakan tidak

Dijual ke pabrik
semen Baturaja

16

katalis
RFCCU

rembesan Ni dan V
dalam air limbah di
dumping area.

Sludge minyak Kekhawatiran


terjadinya
rembesan minyak
ke dalam air tanah.

melebihi 225 m

Minyak dalam tanah


mengalami
biodegredasi, tetapi
metode dumping
harus dihentikan

sebagai aditif semen


atau dimanfaatkan
untuk bahan
konstruksi
bangunan.
Membangun sludge
oil recovery yang
disesuaikan dengan
PKM II

Sumber: Pertamina RU III Plaju, 2011

2.5

Dampak Kegiatan Industri Migas Terhadap Lingkungan


1. Pencemaran udara
a. Gas hidrikarbon
Gas hidrokarbon timbul dari kegiatanekspolitasi migas. Gas
hidrokarbon terdiri dari gas methane, ethane, propane, butane ,
pentane dan senyawa aromatic. Gas-gas tersebut umunya berasal
dari sumur migas kegiatn ekploitasi migas. Gas hidrokarbon
tersebut mempunyai sifat karsinogenik yaitu dapat memicu
terjadinya kanker pada manusia terutama kanker darah.
b. Gas Hydrogen Sulfide (H2S)
Gas hydrogen sulfide merupakan gas yang keliar bersama gas
hidrokarbon dari sumur migas, yang timbul dari kegiatan
eksploitasi migas. Hydrogen sulfide merupakan suatu gas tak
berwarna yang sangat korosif, beracun dan berbau.
c. Gas Karbon Dioksida (CO2)
Gas karbon dioksida adalah suatu gas yang keluar dari gas inert
dan gas ikutan yang keliar bersama gas alam yang timbul dari
kegiatan eksploplotasi migas. Selain itu gas karbon diokida adalah
gas polutan dari emisi pembakaran bahan bakar baik industry atau
pun kendaraan bermotor. Gas ini menjadi penyumbang utama
pemanasan global
d. Gas Karbon Monoksida (CO)

17

Gas karbon monoksida adalah gas yang timbul dari akibat


pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna. Gas karbon
monoksoda berbahaya bagi tubuh karena daya ikat gas ccccco
terhadap Hb adalah 240 kali dari daya ikat CO terhadap O2.
2. Pencemaran Air
a. Limbah Pemboran
Limbah pemboran, lumpur sisa adalah material-material dari hasil
kegiatan eksplorasi migas . limbah pemboran ini juga berpotensi
mempengaruhi kualitas air permukaan didaerah sikitar kegiatan
eksplorasi.
b. Air Terproduksi
Air terproduksi adalah air yang berasal dari tambang atau dari
sumur minyak yang masih bercampur denhan minyak mentah dan
gas alam yang dibawa keatas dari strata yang mengadung senyawa
hidrokarbon selalam kegiatan pengambilan minyak dan gas bumi,
termasuk didalamnya air injeksi dan air formasi, air injeksi dan
bahan kimia yang ditambahkan untuk pengeboran atau untuk
proses pemisahan minyak dan air.
c. Tumpahan Minyak Diperairan
Tumpahan minyak di perairan sungai atau laut dapat terjadi karena
minyak

tumpah

akibat

penyimpanan dan niaga.

kebocoran

sarana

pengangkutan,

Tumpahan minyak akibat kebocoran

tersebut berpotensi mencemari

lingkungan dan membahayakan

biota perairan.
3. Pencemaran Tanah
a. Oil Sludge ( lumpur minyak )
Merupakan kotoran minyak

yang

terbentuk

dari

proses

pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak yang terdiri


dari air, minyak dan logam ( As, Hg, Cu, Zn, Cr, Ni )

18

BAB III
PENUTUP

minyak bumi merupakan cairan kental berwarna coklat gelap yang mudah
terbakar yang berada pada lapisan atas dari beberapa area kerak bumi. Dalam
proses eksplorasi (penambangan), eksploitasi (pengolahan) dan pemanfaatan
minyak bumi selalu ada limbah B3 yang dihasilkan, baik dalam bentuk limbah
padat, cair dan gas. Masing-masing komponen limbah yang terdapat pada masingmasing limbah diatur dalam peraturan menteri negara lingkungan hidup no 10
tahun 2012 dan uu no 07 tahun 2010 berdasarkan baku mutu nya, apabila senyawa
yang terdapat dalam baku mutu melampaui kadar maksimumnya, maka limbah itu
harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang kelingkungan karena akan
menyebabkan dampak pencemaran terhadap lingkungan,

19

Dampak yang dihasilkan dari proses penambangan, pengolahan dan


pemanfaatan minyak bumi ini menimbulkan efek buruk terhadap lingkungan,
lingkungan yang dimaksud adalah udara, air dan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Perrys chemical engineering handbook.


Pt. Pertamina EP-PPGM.2012. pendekatan pengelolaan lingkungan . diakses pada
23 september 2016.
BAPEDAL.2010. peraturan menteri negeri dan sumber daya mineral republik
indonesia nomor 10 tahun 2012 tentang baku mutu limbah cair padat dan
gas. Jakarta
BAPEDAL.2007. peraturan menteri negeri dan sumber daya mineral republik
indonesia nomor 4 tahun 2007 tentang baku mutu limbah cair padat dan
gas. Jakarta

20

Damanhuri.e.(1993/1994).pengelolaan limbah B3.Bandung.Teknik lingkunganITB.Bandung

21

Вам также может понравиться