Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan ini memberikan berbagai dampak positif yaitu terbukanya lapangan
kerja, membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf
sosial ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan yang perlu disadari bahwa
perkembangan kegiatan industri secara umum juga merupakan sektor yang sangat
potensial sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan
lingkungan (Assegaf, 1993).
Salah satu industri yang pertumbuhannya cukup pesat adalah industri
perminyakan, yang diawali dengan berdirinya perusahaan yang mengeksplorasi
dan ekspolitasi minyak bumi di Indonesia baik perusahaan milik Negara ataupun
perusahaan swata. Penambangan dan Pengolahan minyak bumi (crude oil) sangat
membutuhkan energi yang merupakan bahan baku sumber daya alam sangat
berpotensi terjadinya kerusakan/pencemaran lingkungan.
Salah satu dampak negatif dari kilang minyak adalah timbulnya pencemaran
lingkungan oleh limbah yang berbentuk gas, padatan atau cairan yang timbul pada
proses dan hasil pengolahan minyak tersebut. Limbah ini akan mencemari daerah
kilang minyak dan lingkungannya, sehingga pekerja maupun masyarakat disekitar
kilang minyak dapat terpapar oleh limbah. Limbah gas, padat maupun cair dapat
berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan manusia bila tidak ditangani
dengan baik dan benar (Susilo, 2006).
Menurut Marsaoli (2004), pada umumnya pencemaran laut yang terjadi baik
secara fisika, kimiawi maupun biologis, banyak menghasilkan racun bagi biota
laut dan manusia. Salah satu dari bahan pencemar itu adalah hidrokarbon minyak
bumi. Minyak bumi adalah campuran hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta
tahun yang lalu di masa lampau sebagai hasil dekomposisi bahan-bahan organik
dari tumbuhan-tumbuhan dan hewan. Minyak bumi berupa cairan kental berwarna
kehitaman yang teradapat dalam cekungan-cekuangan kerak bumi dan merupakan
campuran sangat kompleks dari senyawa-senyawa hidrokarbon dan bukan
hidrokarbon. Dewasa ini terdapat 500 senyawa yang pernah dideteksi dalam suatu
cuplikan minyak bumi yang terdiri dari minyak bumi fraksi ringan dan fraksi
berat. Minyak bumi fraksi ringan, komponen utamanya adalah n-alkana dengan
atom C15-17, sedangkan minyak bumi fraksi berat komponen utamanya adalah
fraksi hidrokarbon dengan tidik didih tinggi (Farrington dkk, 1975). Minyak
pencemar tersebut mengandung hidrokarbon bercampur dengan air dan bahanbahan anorganik maupun organik yang terkandung di dalam tanah. Undangundang No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi mensyaratkan
pengelolaan
lingkungan
hidup,
yakni
pencegahan
dan
penanggulangan
Beracun (B3), tertera bahwa limbah lumpur minyak termasuk kedalam daftar
limbah B3 dari sumber spesifik dengan kode kegiatan 2320, maka pengelolaannya
diperlukan penanganan secara baik sehingga tidak mencemari lingkungan
(BAPEDAL, 2001). Hal inilah yang dibahas dalam makalah ini yaitu bagaimana
mengolah limbah minyak bumi baik melalui pendekatan secara biologis atau
dikenal dengan istilah bioremediasi (Kementerian Lingkungan Hidup, 2003),
melalui pendekatan secara kimiawi maupun dengan cara lain yang bermanfaat
dalam menangani masalah pencemaran akibat limbah minyak bumi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik dari minyak bumi?
2. Apa saja indicator polusi di lingkungan?
3. Apa saja sumber-sumber limbah minyak yang terdapat di lingkungan?
4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
seperti Ba, Cd, Hg, Pb, Ag, Cr6+, Zn dan Cu. Besarnya nilai masing-masing
logam ini ditetapkan sebagai bahan limbah B3 oleh badan lingkungan hidup dan
harus diolah lagi sehingga kadarnya kurang dari batas maksimum yang
ditentukan. Berikut data yang diambil dari badan lingkungan hidup
Tabel 1. Baku mutu logam berat limbah lumpur
N
o
Nama Kimia
Simbol
Arsen
As
5,0
Barium
Ba
100
Cadmium
Cd
1,0
Chromium
Cr
5,0
Copper
Cu
10
Lead
Pb
5,0
Mercury
Hg
0,2
Selenium
Se
1,0
Silver
Ag
5,0
10
Zinc
Zn
50
B. Limbah cair
Pengolahan air limbah pemboran dan pengolahan dilakukan secara fisika
dan kimia. Air limbah lain yang berasal dari kamar mandi akan ditampung
dalam septic tank, sedangkan air hujan disalurkan ke saluran umum melalui
parit. berikut adalah btasan-batasan maksimum sebelum limbah cair ini
dibuang ke lingkungan. Berikut adalah baku mutu limbah cair kegiatan
eksplorasi dan produksi minyak dan gas.
Parameter
Sulfide Terlarut(H2S)
Ammonia (NH3-N)
Phenol total
TDS
Kadar Maksimum
25 Ppm
5 Ppm
2 Ppm
4000 Ppm
COD
200 ppm
PH
6-9
2
Air Limbah Drainase Karbon Organik
110 ppm
Sumber : peraturan menteri Negara dan lingkungan hidup no 4 tahun 2007
Table 3. Standar Bahan Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Eksploitasi
Parameter
Kadar Max
Beban Pencemaran Max
BOD
80 mg/L
80 g/m3
COD
160 mg/L
160 g/m3
Minyak dan Lemak
20 mg/L
20 g/m3
Sulfida Terlarut
0,5 mg/L
0,5 g/m3
Phenol total
0,8 mg/L
0,8 g/m3
Cr
0,5 mg/L
0,5 g/m3
NH3-N
8 mg/L
8 g/m3
pH
6-9
Sumber : peraturan menteri Negara dan lingkungan hidup no 4 tahun 2007
C. Emisi gas
Hasil dari pengeboran minyak bumi juga menghasilkan limbah gas seperti
gas hydrogen sulfide(H2S), gas hidrokarbon dan gas karbondioksida(CO2) yang
terkandung dalam lumpur hasil pengeboran. batas maksimum H2S yang menjadi
acuan dalam yaitu sebesar 10 ppm ( buku pertamina EP).
Untuk emisi gas, dalam pengolahannya Pertamina mengacu pada
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan
Minyak Dan Gas Bumi. Limbah gas dari kilang ini diolah di sulfur recovery unit
dan sisanya dibakar di incinerator (untuk gas berupa H2S dan CO) maupun flare
(gas hidrokarbon).
(Ton/Hari)
(%)
No
1
<2
70
2
2-10
85
3
10-50
95
4
>50
97
Sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009
Table 5. Baku Mutu Emisi Unti Oksidasi Thermal Sulfur
No
Parameter
Baku Mutu Emisi
1
Sulfur Dioksida
2600 mg/Nm3
Sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009
Emisi gas dari kegiatan uji kandung lapisan (DST) akan dikelola dengan cara
sebagai berikut :
2.4.2
limbah yang dihasilkan berupa emisi gas buang hasil pembakaran bahan bakar.
Emisi gas buang ini meliputi : gas sulfur dioksida (SO 2), NO2 dan karbon
monoksida(CO)
No
Bahan Bakar
Minyak
Parameter
Total Partikulat
100
650
450
No
Bahan Bakar
Minyak
Parameter
Total Partikulat
150
1200
800
10
SO2, NO2, CO dan CO2. Emisi gas buang kendaraan bermotor diatur dalam
peraturan menteri negeri dan lingkungan hidup dalam UU no10 tahun 2012.
Tabel 8. Baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor dengan metode NEDC
Katagori
Parameter
(gram/km)
>130 km/jam
<130 km/jam
CO
2,62
HC
0,33
NOx
0,22
CO
2,62
HC
0,75
NOx
0,17
Sumber : peraturan menteri negeri dan lingkungan hidup dalam UU no10 tahun `
2012
2.4.4. Minyak Bumi Digunakan Sebagai Bahan Baku Pada Industry Petrokimia
Industry petrokimia adalah industry yang berkembang berdasarkan suatu
pola yang mengaitkan suatu produk-produk industry minyak bumi yang tersedia,
dengan kebutuhan masyrakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi dalam
kehidupan sehari-hari. Industry petrokimia hulu antara lain methanol, butadiene,
benzene, toluene, fuel coproducts dan raffinate. Bahan baku dari industry
petrokimia hulu adalah minyak bumi ( paraffin, olefin dan nepthane).
Limbah yang dihasilkan dari industry petrokimia hulu adalah limbah cair
yang termasuk limbah B3. Limbah ini diatur dalam peraturan menteri negeri dan
lingkungan hidup nomor 08 tahun 2007.
11
Kadar Maksimum
Parameter
( ppm )
BOD
100
COD
200
TSS
150
Fenol
Cr
Cu
Zn
10
Ni
0,5
PH
6-9
12
2.
Secara Kimia, cara penanggulangan pencemaran ini dipakai secara luas dalam
mengolah air buangan industri yaitu dengan cara netralisai, koagulasi,
resipitasi, dan oksidasi.
3.
c. Limbah Padat
1. Coke
13
2.
3.
4.
5.
2.4.2
Pengelolaan Limbah
Berikut ini adalah beberapa metode pengelolaan limbah yang berguna
System/Process
water (ppm)
1000-5000
API Separator
30-1000
CPI Separator
5-30
Air flotation
1-10
Activated sludge
0-5
Activated carbon
Sumber: Proses unit Produksi Utilitas, Pertamina 2007
Pemisahan minyak dan air atas dasar perbedaan kerapatan atau gravitasi
(physical treatment) untuk oil trap, API Separator, dan CPI Separator. Dikilang
Plaju/Sungai Gerong dikenal dengan nama Oil Cather/Oil Separator. Sebelum air
buangan tersebut mengalir sewer existing dan selanjutnya dibuang kesungai
melalui oil cather, air buangan yang mengandung minyak dialirkan ke
Corrugated Plate Interceptor (CPI) yang sudah terpasang di CDU.
14
Pada CPI minyak yang terkandung di Oil Water tersebut dipisahkan oleh
skimmer, kemudian dialirkan ke Oil Sump. Minyak yang telah terpisah
dipompakan ke tangki Slop Oil untuk diolah kembali. Sedangkan air yang berada
dibawah akan dibuang ke Sungai Komering atau Sungai Musi. Kilang Plaju
memiliki 8 Oil Separator (OS) dan kilang Sungai Gerong memiliki 2 Oil
Separator (OS). Air yang telah diolah sebelum dibuang ke sungai harus
memenuhi standard baku mutu limbah cair.
2. Pengelolaan Limbah Gas
Kadar CO dapat dikurangi dengan jalan memperbaiki system
pembakaran, dilakukan dengan menggunakan komposisi atau rasio
yang baik antara bahan bakar yang digunakan dengan supply udara
yang digunakan, sehingga pembakaran berlangsung sempurna. Adapun
reaksi pembakaran sempurna yaitu:
CO +0,5 O2
CO2
proses
15
Sebagai salah satu industry besar, Pertamina RU-III telah melakukan upaya
pengelolaan lingkungan dan mengukur dampak-dampak limbah tersebut terhadap
lingkungan seperti yang ada pada table 2.10 berikut.
Tabel 10. Sumber dan Upaya Pengelolaan Limbah PT. Pertamina RU III
Sumber
Dampak
Faktor
Lingkungan yang
Terkena Dampak.
Emisi gas
Kualitas udara
NOx, CO, SOx, ambien di
dan partikulat Komperta S.
dari stack
Gerong, Plaju &
RFCCU
pemukiman Sei
Rebo.
Air Limbah : - Bahan cemaran
debit dan
BOD, COD
kualitas air
minyak dan fenol
limbah outlet
kilang Musi
PKM II, yaitu
melampui baku
OS-IV Sungai mutu
Gerong dan - Dispersi minyak
OC-8 Plaju
Sungai Komering
dan berlanjut ke Sungai Musi
menaikkan kadar
minyak 0.6-1.4
mg/L
- Suhu cooling tower
terkendali tidak
melebihi 3oC
diatas suhu
ambien.
Limbah padat Kehawatiran
berupa sisa
terjadinya
Upaya Pengelolaan
Lingkungan
Pengendalian kadar
S dan N dalam
crude oil
PKM II
- Pemasangan CPI
memperkecil beban
untuk mengurangi
cemaran dan
beban cemaran
dispersi minyak,
BOD, COD, dan
tetapi total kilang
minyak pada OSMusi masih
I/II, OS-IV, OCmelebihi baku
2/3, OC-6, OC-8.
mutunya.
- Rencana
Dispersi termal di
pembangunan
Sungai Komering
cooling tower
tidak melebihi 50
berkapasitas
m dari keluaran
2x5000 m3/jam
Rembesan
diperkirakan tidak
Dijual ke pabrik
semen Baturaja
16
katalis
RFCCU
rembesan Ni dan V
dalam air limbah di
dumping area.
melebihi 225 m
2.5
17
tumpah
akibat
kebocoran
sarana
pengangkutan,
biota perairan.
3. Pencemaran Tanah
a. Oil Sludge ( lumpur minyak )
Merupakan kotoran minyak
yang
terbentuk
dari
proses
18
BAB III
PENUTUP
minyak bumi merupakan cairan kental berwarna coklat gelap yang mudah
terbakar yang berada pada lapisan atas dari beberapa area kerak bumi. Dalam
proses eksplorasi (penambangan), eksploitasi (pengolahan) dan pemanfaatan
minyak bumi selalu ada limbah B3 yang dihasilkan, baik dalam bentuk limbah
padat, cair dan gas. Masing-masing komponen limbah yang terdapat pada masingmasing limbah diatur dalam peraturan menteri negara lingkungan hidup no 10
tahun 2012 dan uu no 07 tahun 2010 berdasarkan baku mutu nya, apabila senyawa
yang terdapat dalam baku mutu melampaui kadar maksimumnya, maka limbah itu
harus diolah terlebih dahulu sebelum di buang kelingkungan karena akan
menyebabkan dampak pencemaran terhadap lingkungan,
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21