Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang
sempurna. Tetapi dalam kenyataannya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik. Dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka
vaskularisasi, dan edematous. Janin biasanya meninggal tetapi villus-villus yang
membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus. Gambaran yang diberikan
ialah sebagai segugus buah anggur. Mola hidatidosa merupakan salah satu dari
penyakit karena kelainan plasenta yang meliputi mola hidatidosa komplit dan
parsial, tumor plasenta situs trofoblas, koriokarsinoma dan mola invasif.1,2
terjadinya mola hidatidosa, seperti tidak hamil pada usia yang tua dan
memperbaiki gizi.1,2
2.5 Klasifikasi
Ada berbagai macam klasifikasi penyakit trofoblas gestasional:1,2,3,4
1.
homozigot, tetapi kedua kromosom X-nya berasal dari ayah dan tidak ada
faktor ibu. Teori ini disebut sebagai teori Diploid Androgenetik.1,2
Gambaran histopatologis yang khas dari mola hidatidosa komplit
adalah edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili dan proliferasi
sel-sel trofoblas. Secara makroskopik, pada kehamilan trimester pertama,
vili korialis mengandung cairan dalam jumlah sedikit, bercabang dan
mengandung sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas hiperplastik dengan banyak
pembuluh darah. Pada trimester dua, mola hidatidosa komplit berbentuk
seperti anggur karena vili korialis mengalami pembengkakan secara
menyeluruh.1,2
terkena.
Hiperplasia
trofoblastik
lebih
bersifat
fokal
daripada
generalisata.1,2
Secara sitogenetik MHP terjadi karena satu ovum yang normal dibuahi
oleh dua sperma. Hasil konsepsi meliputi 69 XXX, 69 XXY, atau 69 XYY.
MHP mempunyai satu haploid ibu dan dua haploid bapak, sehingga
disebut Diandro Triploid. Komposisi unsur ayah dan ibu yang tidak
seimbang menyebabkan pembentukan plasenta tidak wajar, yang
merupakan gabungan vili korialis yang normal dan yang mengalami
degenerasi hidropik. Biasanya kematian janin terjadi sangat dini.1,2
MHP umumnya dianggap sebagai missed abortion dan diagnosisnya
ditegakkan atas dasar pemeriksaan patologi anatomi yang memperlihatkan
degenerasi hidropik vili korialis setempat dan hiperplasia sinsitiotrofoblas.
Gambaran khas MHP adalah crinkling atau scalloping vili dan inklusi
trofoblas di stroma (stromal trophoblastic inclusion), serta terdapat
jaringan embrionik atau janin.1,2,4
Patologi
2
3
Janin
Kadang-kadang
Amnion, sel darah merah Kadang-kadang
4
5
janin
Edema vilus
Proliferasi Trofoblas
Bervariasi, fokal
Bervariasi, fokal,
Tidak ada
Tidak ada
Difus
ringan- Bervariasi, ringan-berat
sedang
Gambaran Klinis
6 Diagnosis
7 Ukuran uterus
Missed abortion
Kecil untuk masa kehamilan
Gestasi mola
50% besar
8 Kista teka-lutein
9 Penyulit medis
10 Penyakit pasca-mola
Jarang
Jarang
1-5%
kehamilan
25-30%
Sering
15-20%
untuk
masa
pertama
sampai
ketujuh dengan
rata-rata
12-14
minggu.
Sifat
pendarahannya bisa intermitten, sedikit-sedikit atau langsung banyak. Kadangkadang terjadi perdarahan berat yang tertutup didalam uterus sehingga
menyebabkan uterus mengalami distensi karena terisi banyak darah dan kadang
tampak cairan berwarna gelap yang keluar dari vagina, gejala ini dapat muncul
pada 50% kasus. Akibat pendarahan ini, selain anemia juga dapat terjadi syok atau
kematian.
2. Pembesaran ukuran uterus
Pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan usia kehamilan adalah gejala
klasik dari mola hidatidosa komplit. Pembesaran ini disebabkan karena
perkembangan sel trofoblas yang berlangsung dengan sangat cepat. Uterus
mungkin sulit diidentifikasi secara pasti dengan palpasi, terutama pada wanita
nulipara karena konsistensi yang lunak di bawah dinding abdomen yang kencang.
Kadang-kadanag ovarium sangat membesar akibat kista-kista lutein sehingga sulit
dibedakan dengan uterus yang membesar.
3. Hiperemesis
Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering pada trimester
pertama kehamilan. Hal ini dipengaruhi oleh kadar hormon HCG yang berlebihan.
8
4. Pre-eklamsia
Mola hidatidosa bisa disertai dengan pre-eklamsia, terjadinya lebih muda
daripada kehamilan biasa (yang menetap sampai trimester kedua). Karena
hipertensi akibat kehamilan jarang dijumpai sebelum usia gestasi 24 minggu, preeklamsia yang terjadi sebelum waktu ini sedikitnya harus mengisyaratkan mola
hidatidosa atau adanya mola yang luas.
5. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral
maupun bilateral. Kista lutein ini terbentuk karena respon terhadap kadar hormon
HCG yang meningkat dan biasanya disertai dengan hydrops fetalis dan hipertrofi
plasenta. Pasien biasanya megeluh adanya nyeri pada pelvis karena pembesaran
dari ovarium. Karena ada pembesaran ovarium, otomatis ada resiko terjadinya
torsi kista lutein, infark dan pendarahan yang dapat mengakibatkan gejala akut
abodmen. Dengan pemeriksaan klinis insidensi kista lutein lebih kurang 10,2%
(biasanya tidak teraba dengan palpasi bimanual), tetapi bila menggunakan USG
angka-nya meningkat sampai 50%.
Kasus mola dengan kista lutein mempunyai risiko 4 kali lebih besar untuk
mendapat degenerasi keganasan di kemudian hari daripada kasus tanpa kista.
6. Tirotoksikosis
7. Terjadi akibat rangsangan kadar B-hCG yang tinggi.
8. Emboli sel trofoblas
Sebenarnya dalam setiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke
peredaran darah kemudian ke paru-paru tanpa memberikan gejala apapun. Tetapi
pada mola, kadang-kadang jumlah sel trofoblas ini terlalu banyak sehingga dapat
menimbulkan emboli paru akut yang bisa menyebabkan kematian. Semakin besar
ukuran uterus, resiko terjadinya komplikasi ini semakin besar terutama saat usia
kehamilan 16 minggu.
Ada beberapa gejala pada mola hidatidosa parsial agak berbeda dengan
mola hidatidosa komplit, antara lain :
1) Pasien dengan mola parsial tidak memiliki gejala klinis seperti mola
hidatidosa komplit. Pasien tersebut biasanya datang dengan gejala dan
tanda seperti abortus inkomplet atau missed abortion, yaitu perdarahan per
vaginam dengan tidak ditemukannya aktivitas janyung janin.
2) Pembesaran uterus dan pre-eklamsia hanya terjadi pada 5% pasien kista
lutein, hiperemesis dan komplikasi hipertiroid sangat amat jarang
ditemukan.
2.7 Patofisiologi
Patofisiologi
dari
kehamilan
mola
hidatidosa
yaitu
karena
tidak
sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu :
hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 5 minggu dan
karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di
dalam jaringan mesenkim villi.1,3,6
Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola
memberikan beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan
mola hidatidosa adalah mola lengkap dan mempunyai 46 kariotipe XX.
Penelitian khusus menunjukkan bahwa kedua kromosom X itu diturunkan dari
ayah. Secara genetik, sebagian besar mola hidatidosa komplit berasal dari
10
pembuahan pada suatu telur kosong (yakni, telur tanpa kromosom) oleh satu
sperma haploid (23 X), yang kemudian berduplikasi untuk memulihkan
komplemen kromosom diploid (46 XX). Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46
XY.1,3,6
Pada mola yang tidak lengkap atau sebagian, kariotipe biasanya suatu
triploid, sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau
69 XYY. Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan mola
lengkap, sering disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin itu
biasanya triploid dan cacat.1,3,6
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas, yang
abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal. Hal
ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi
sehingga menimbulkan gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran
darah dan kematian mudigah.
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur
atau mata ikan. Ukuran gelembung-gelembung ini bervariasi dari beberapa
milimeter sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat trias: (1) Proliferasi dari
trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban; (3)
Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel
polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells).
Pada kasus mola banyak dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter
10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan
kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.
2.8 Diagnosis
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila pasien datang dengan
amenorea, perdarahan per vaginam, uterus yang lebih besar dari usia
kehamilannya dan tidak ditemukan tanda-tanda kehamilan pasti seperti
ballotement dan detak jantung janin. Untuk memperkuat diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan kadar Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah
atau urin. Peninggian hCG >100,000 mIU/mL, terutama dari hari ke-100 sangat
sugestif. Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG, dimana kasus mola
menunjukkan gambara yang khas, yaitu berupa badai salju (snow flake pattern)
atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb). Diagnosis yang paling tepat
setelah kita melihat keluarnya gelembung mola.3,4
Dari pemeriksaan histopatologis didapatkan pada mola hidatidosa komplit
ditemukan villi yang edema, hiperplasia sel trofoblas, dan penurunan atau bahkan
tidak adanya aliran darah janin. Kromosom menunjukkan 46 XX pada sebagian
besar kasus dan 46 XY pada 10-15% kasus. Pada mola hidatidosa parsial kadang12
kadang ditemukan adanya janin, dan juga plasenta serta pembuluh darah janin
dengan eritrosit janin di dalamnya. Dapat ditemukan juga edema villi dan
proliferasi trofoblas seperti pada mola komplit.3,4
13
(dilatasi
dan
kuretase).
Dapat
ditambahkan
uretonika
untuk
penderita mola akan kembali sehat setelah menjalani kuretase. Bila ingin kembali
hamil, umumnya kehamilan akan berjalan normal.7,8
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di
mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik. Dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka
vaskularisasi, dan edematous. Janin biasanya meninggal tetapi villus-villus yang
membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus. Gambaran yang diberikan
ialah sebagai segugus buah anggur. Mola hidatidosa merupakan salah satu dari
penyakit karena kelainan plasenta yang meliputi mola hidatidosa komplit dan
parsial, tumor plasenta situs trofoblas, koriokarsinoma dan mola invasif.
Banyak ditemukan pada wanita keturunan Asia. Faktor risiko terjadinya
mola yaitu usia ibu yang sangat muda (belasan tahun) dan usia 36 hingga 40 tahun
memiliki risiko 2 kali lipat. Wanita dengan usia lebih dari 40 tahun memiliki
risiko 10 kali lebih tinggi. Mola hidatidosa dibagi menjadi 2 yaitu mola hidatidosa
kompliy yang tidak ditandai dengan adanya janin dan mola hidatidosa parsial
yang ditandai dengan adanya janin.
Gejala-gejala sebelumnya tidak berbeda dengan kehamilan biasa seperti
mual, muntah, pusing. Gejala utama mola hidatidosa ada perdarahan yang
biasanya disertai anemia, hiperemesis, tidak dirasakan tanda-tanda janin seperti
gerakan janin maupun ballotement, tanda pasti ditemukan adanya gelembung pada
darah yang keluar pervaginam. Pemeriksaan tambahan adalah pengukuran kadar
hCG serum meningkat, ditemukan snow flake pattern atau honey comb pada
pemeriksaan USG.
Penanganan mola dilakukan secara bertahap, yaitu memperbaiki kondisi
umum, evakuasi mola dengan kuretase atau histerektomi, pemberian terapi
16
profilaksis dan pemeriksaan tindakan lanjut. Saat dilakuakn tndakan lanjut, pasien
dilarang hamil dahulu. Prognosis mola masih bagus asal tidak menjadi keganasan.
DAFTAR PUSTAKA
17