Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak
terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia
kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam
pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami
dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
1. Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi
pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang
dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan (silau), kesemutan,
perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali
dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan
kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
2. Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang
dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi,
beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
3. Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot
dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk
waktu yang panjang.
2. Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada
pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri
yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti
mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang
menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis,
yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon
terhadap klorpromazin.
3. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit
kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini
perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar
sebagai beban berat yang menutupi kepala. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada
berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan
ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk
memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
E. PENGKAJIAN CHEFALGIA
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari
sakit kepala.
1. Data Subyektif
1. Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
2. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
3. Langkah langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
4. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan
interval diantara sakit kepala.
5. Awal serangan sakit kepala.
6. Ada gejala prodomal atau tidak
7. Ada gejala yang menyertai.
8. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
9. Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
10. Ada alergi atau tidak
2. Data Obyektif
1. Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
2. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari hari.
3. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
4. Suhu badan
5. Drainase dari sinus.
Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:
1. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau
gangguan organik.
2. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi
peningkatan tekanan intrakranial.
3. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
4. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu
bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
5. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
6. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
7. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada
sakit kepala yang psikogenis.
8. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
9. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan
makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga
alkohol.
10. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja
dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
11. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
12. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.
F. DIAGNOSTIK
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk
menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan
struktur tubuh.
3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini
tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak,
karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN CHEFALGIA
1. Nyeri berhubungan dengan stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme,
peningkatan tekana intrakranial.
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan situasi krisis, kerentanan personal,
sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi,
metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme,
peningkatan tekana intrakranial.
1. Intervensi:
1. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat
dan/atau terapi apa yang telah digunakan
2. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ),
karakteristiknya (misal : berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya,
faktor yang memperburuk atau meredakan.
3. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya
otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi atau trauma.
4. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah,
posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis,
perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah.
5. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
6. Evaluasi perilaku nyeri
7. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup,
penurunan aktivitas, penurunan berat badan.
8. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien,
seperti mengisolasi diri.
9. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti
asuransi, pasangan/keluarga
10. Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan
pasien/orang terdekat
11. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu
timbul.
12. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
13. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang
14. Berikan kompres dingin pada kepala.
15. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai
kebutuhan.
16. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi
sentuhan
17. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback,
hipnotik sendiri, dan reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.
18. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif Saya sembuh,
saya sedang relaksasi, Saya suka hidup ini. Sarankan pasien untuk
menyadari dialog eksternal-internal dan katakan berhenti atau tunda
jika muncul pikiran yang negatif.
19. Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung
karbonat sesuai indikasi.
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan situasi krisis, kerentanan personal,
sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi,
metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
1. Intervensi.
1. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari
kegiatan yang daoat diajarkan.
2. Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.
3. Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana
sakit kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
4. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.
5. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil
yang diharapkan.
6. Kolaborasi
7. Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas
tempat pelatihan sikap asertif sesuai indikasi.
4. Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta.
5. Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa
dan Evaluasi, Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta.
6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses proses penyakit. EGC, Jakarta
Semoga ada manfaatnya...
FacebookTweetGoogle+
Related Post : Askep Asuhan Keperawatan Chefalgia
Patofisiologi Leptospirosis
Askep Asma
Askep
ASKEP ANAK
ASKEP BEDAH
ASKEP DALAM
ASKEP GERONTIK
ASKEP JIWA
ASKEP KOMUNITAS
ASKEP MATA
ASKEP MATERNITAS
Askep Paru
ASKEP SARAF
ASKEP THT
ASKEP TULANG
BIOKIMIA PERAWAT
CPNS
CPNS 2014
DOENGES
GAME
INFO
LEAFLET
MAKALAH KEPERAWATAN
MAKALAH KESEHATAN
PENYULUHAN
RUU Keperawatan
Site Map
Tips Blogspot
TIPS KESEHATAN
TOKOH PERAWAT
Tutorial Blogspot
Undang Undang
Hak Cipta KapukOnline.com. Didukung Oleh Kang Kapuk. Template Oleh Askep ID
Privacy Police - Desclaimer - Askep Asuhan Keperawatan Chefalgia