Вы находитесь на странице: 1из 56

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


DI PUSKESMAS GODEAN I YOGYAKARTA
PERIODE 16-28 MEI 2016
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh gelar Apoteker (Apt.)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh:
Venny Claudia Hermanto, S.Farm

158115123

Rury Henggar Tyas Utami, S.Farm

158115194

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI PUSKESMAS GODEAN I YOGYAKARTA
PERIODE 16-28 MEI 2016

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh gelar Apoteker (Apt.)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun oleh:
Venny Claudia Hermanto, S.Farm

158115123

Rury Henggar Tyas Utami, S.Farm

158115194

Telah disetujui oleh :


Pembimbing Fakultas

Kepala Puskesmas Godean I

Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt.

Muhammad Daroji, SKM MP.h

NIDN. 0514117801

NIP. 19700314 199203 1 003

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan XXXII Universitas Sanata Dharma di
Puskesmas Godean I Sleman selama tanggal 16-28 Mei 2016 dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih atas kesempatan, perhatian,
bimbingan, serta kerjasama yang telah diberikan sebelum, selama, dan sesudah
pelaksanaan praktek kerja di Puskesmas Godean I. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. T. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. selaku Ketua Program Studi
Profesi APoteker Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku Wakil Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus dosen pembimbing
PKPA atas dukungan, bimbingan, dan arahan yang telah diberikan kepada
penulis.
4. Muhammad Daroji, SKM MP.h selaku kepala Puskesmas Godean I yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA.
5. Intan Meliasani, S. Farm., Apt. selaku Apoteker Puskesmas Godean I dan
pembimbing PKPA di Puskesmas Minggir yang telah banyak memberikan
bimbingan, pengetahuan, dan saran.
6. Aryati dan Wijaya selaku Asisten Apoteker Puskesmas Godean I yang telah
sangat banyak membantu selama PKPA.
7. Orang tua, saudara, serta teman angkatan XXXII atas semangat, cinta kasih,
dukungan, dan doa yang selalu diberikan kepada penulis selama pelaksanaan
hingga penyusunan laporan PKPA.
8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu kami dalam melaksanakan praktek kerja ini.

Tiada mawar yang tak berduri, begitulah kata pepatah untuk


menggambarkan ketidaksempurnaan segala sesuatu yang ada di dunia ini. Begitu
pula dengan laporan PKPA ini, yang juga bukan merupakan laporan yang
sempurna. Penulis menyadari terdapatnya kekurangan dalam penulisan laporan
ini, sehingga segala kritik dan saran sangat diterima dalam rangka membangun
laporan ini.

Yogyakarta, 30 Mei 2016


Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKATA

iii

DAFTAR ISI

ii

DAFTAR GAMBAR viii


DAFTAR TABEL

ix

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi Apoteker 1


B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas

C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas 3


BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PUSKESMAS
A. Aspek Umum

1. Struktur organisasi dan sistem jaminan sosial nasional


2. Kebijakan pengelolaan obat di Puskesmas 6
B. Distribusi Sediaan Farmasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Perencanaan
Permintaan
Penerimaan
Penyimpanan
Distribusi
Pengendalian

7
8
9
10
14
15

C. Pemeriksaan dan Pencatatan Obat Masuk-Keluar


1. Pemeriksaan 16
2. Pencatatan dan pelaporan
D. Evaluasi

16

17

16

1.
2.
3.
4.
5.

Audit sediaan farmasi 17


Audit SOP manajemen
Audit finansial17
Survei kepuasan konsumen
Audit SOP distribusi 19

17
17

BAB III. KEGIATAN PRAKTEK KERJA DAN PEMBAHASAN


MEMBANDINGKAN ANTARA TEORI DAN PRAKTEK 20
A. Aspek Umum
20
1. Struktur organisasi Puskesmas Godean I
20
2. Sumber daya manusia di Puskesmas Godean I
21
B. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas
1. Perencanaan 23
2. Permintaan 23
3. Penerimaan 26
4. Penyimpanan 26
5. Administrasi 27
6. Distribusi
27
7. Pengendalian 28
8. Penyimpanan dan pemusnahan
30
C. Evaluasi 30
1. Evaluasi penggunaan obat
30
2. Pencatatan dan laporan obat keluar dan masuk
30
3. Audit sediaan farmasi 31
4. Audit SOP manajemen
32
5. Audit finansial32
6. Survei kepuasan konsumen 32
7. Audit SOP distribusi 33

BAB IV. TUGAS-TUGAS

23

34

A. Skrining Resep Secara Umum dan Terhadap Antibiotik Pada Anak Usia
Dibawah 12 tahun 34
B. Mengerjakan Jurnal Harian Pengeluaran Obat Per Hari 40
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
42

42

42

DAFTAR PUSTAKA 43

LAMPIRAN

45

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.

Model struktur organisasi Puskesmas 5

Gambar 2.

Formulir kuesioner kepuasan pasien

Gambar 3.

Bagan stuktur organisasi Puskesmas Godean I 20

Gambar 4.

Bagan alur pembelian obat dan alat kesehatan 25

18

Gambar 5.

Lembar suvei kepuasan konsumen Puskesmas Godean I

Gambar 6.

Resep antibiotik pada anak dengan Dx faringitis

Gambar 7.

Jurnal harian pengeluaran obat per hari 40

32

34

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel I.

Sumber daya manusia di Puskesmas Godean 1 21

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi Apoteker
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
seperti yang tercantum dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan berdasarkan Undang-undang
No. 36 tahun 2009 diartikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan,
masyarakat memerlukan sarana penunjang kesehatan yang salah satunya adalah
berupa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Tujuan pembangunan
kesehatan yang diselenggarkan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes
RI, 2004a).
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan tingkat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan saat ini
telah berkembang dari yang sebelumnya berupa drug oriented menjadi patient
oriented yaitu di mana kegiatan pelayanan kefarmasian yang berfokus pada
pengelolaan obat mulai berubah menjadi pelayanan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Karenanya, hal ini menuntut seorang
apoteker

untuk

lebih

Periode 16-28 Mei 2016

mengembangkan

dan

meningkatkan

pengetahuan,

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
keterampilan, serta perilaku dalam berinteraksi secara langsung dengan pasien
dalam bidang pelayanan kefarmasian di Puskesmas (Depkes RI, 2014a).
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan dari dinas kesehatan kota
maupun kabupaten yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama pada daerahnya (kabupaten atau
kota), dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang tinggi pada wilayah kerja di kota atau
kabupaten berdasarkan Permenkes No. 75 tahun 2014. Puskesmas bersifat pokok
(basic health service) yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat di
Indonesia, termasuk di dalamnya meliputi pelayanan kefarmasian di Puskesmas
yang tidak terlepas dari peran dan tanggung jawab seorang apoteker. Pelayanan
kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya manusia (SDM), sarana,
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi dan
pelayanan farmasi klinik yang terdiri dari penerimaan resep, peracikan obat,
penyerahan obat, informasi obat, dan pencatatan atau penyimpanan resep. Unit
kefarmasian di Puskesmas dipimpin oleh seorang apoteker yang biasa disebut
dengan apoteker penanggung jawab instalasi farmasi Puskesmas (Depkes RI,
2014b).
Peran apoteker sangat penting dalam bidang pelayanan kesehatan
khususnya dalam melakukan pelayanan kefarmasian. Karenanya, para calon
apoteker perlu dipersiapkan dan dibekali dengan pengalaman praktek kerja agar
dapat memiliki gambaran mengenai peran, fungsi dan pelayanan kefarmasian oleh
apoteker di Puskesmas. Maka, Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
dilaksanakan di Puskesmas Godean I pada tanggal 16 28 Mei 2016 perlu untuk
dilakukan guna sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa calon apoteker.
B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas.
2. Meningkatkan pengetahuan calon apoteker agar memiliki wawasan,
keterampilan, dan pengalaman untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
3. Meningkatkan pengetahuan calon apoteker mengenai strategi dan manajemen
kefarmasian di Puskesmas.
4. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas.
C. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas
1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan megenai pekerjaan kefarmasian
di Puskesmas.
2. Mendapatkan pemahaman mengenai peran, fungsi, dan tanggung jawab
apoteker Puskesmas.
3. Memperoleh gambaran pengalaman kerja secara langsung tentang pekerjaan
kefarmasian di Puskesmas.
4. Mendapatkan pengetahuan mengenai strategi dan manajemen kefarmasian di
Puskesmas.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PUSKESMAS
A. Aspek Umum
1. Struktur organisasi dan sistem jaminan sosial nasional
a. Struktur organisasi
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten atau kota yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004b).
Pengorganisasian

dalam

Puskesmas

didefinisikan

sebagai

proses

penetapan pekerjaan-pekerjaan pokok untuk dikerjakan, pengelompokan


pekerjaan, pendistribusian otoritas atau wewenang dan pengintegrasian
semua tugas dan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan Puskesmas
secara efektif dan efisien (Sulaeman, 2009).
Pengorganisasian Puskesmas merupakan alat untuk memadukan
dan mengatur semua kegiatan yang dihubungkan dengan personil atau
pegawai, finansial, material dan metode Puskesmas untuk mencapai tujuan
Puskesmas yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan pegawai
Puskesmas (Sulaeman, 2009).
Struktur organisasi yang diterapkan oleh Puskesmas yang satu
dengan yang lain dapat berbeda, hal ini didasarkan pada macam kegiatan
dan beban tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur
organisasi Puskesmas di satu kabupaten atau kota dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten atau kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan
peraturan daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur
organisasi Puskesmas sebagai berikut:
Kepala Puskesmas
Unit Tata Usaha
Bertanggungjawab membantu kepala Puskesmas dalam pengelolaan
data dan informasi, perencanaan dan penilaian, keuangan, umum serta

pengawasan
Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap Upaya
Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) dan upaya kesehatan

perorangan
Jaringan Pelayanan Puskesmas
Unit Puskesmas pembantu (pustu), unit Puskesmas keliling (pusling)
dan unit bidan di desa atau komunitas

Gambar 1. Model struktur organisasi Puskesmas (Depkes RI, 2004b)


b. Sumber daya manusia Puskesmas
SDM kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara aktif di
bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan
maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 2004a).
Kepmenkes RI No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman
penyusunan rencana SDM kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten atau
kota, serta rumah sakit menyatakan bahwa, dalam perencanaan SDM
Kesehatan perlu memperhatikan beberapa aspek seperti berikut:
a. Rencana kebutuhan SDM Kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan baik kebutuhan lokal, nasional maupun global.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
b. Pendayagunaan SDM Kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi,
seimbang dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik
di tingkat pusat maupun tingkat daerah.
c. Penyusunan perencanaan mendasarkan pada sasaran nasional upaya
kesehatan dari Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2010.
d. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan didasarkan
pada kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan daerah
masing-masing.
Pada dasarnya kebutuhan SDM kesehatan dapat ditentukan berdasarkan:
a. Kebutuhan epidemiologi penyakit utama masyarakat.
b. Permintaan (demand) akibat beban pelayanan kesehatan; atau
c. Sarana upaya kesehatan yang ditetapkan.
d. Standar atau ratio terhadap nilai tertentu.
2. Kebijakan pengelolaan obat di Puskesmas
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan
peralatan

yang

diperlukan

untuk

menyelenggarakan

kesehatan.

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dibagi berdasarkan


peran setiap tingkatan yaitu pembagian tugas, tugas dan tanggung jawab
pengelolaan obat di Puskesmas.

B. Distribusi Sediaan Farmasi


Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan
obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi, dan gas medik. Pengelolaan
perbekalan farmasi adalah suatu proses yang berupa siklus kegiatan, dimulai dari
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Depkes RI, 2004d).
Berikut ini merupakan siklus manajemen pengelolaan perbekalan farmasi
di Puskesmas, antara lain:
1. Perencanaan

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk
Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat dan perbekalan
kesehatan di Puskesmas (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,
2010).
Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas diminta
menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya instalasi farmasi kabupaten atau
kota yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat
Puskesmas di wilayah kerjanya. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan
berpengaruh terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara
keseluruhan di kabupaten atau kota (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan, 2010).
Tujuan perencanaan obat adalah untuk:
a. mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan,
b. meningkatkan efisiensi penggunaan obat, dan
c. meningkatkan penggunaan obat secara rasional
(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
2. Permintaan
Sumber penyediaan obat di Puskemas berasal dari Dinas Kesehatan
kabupaten atau kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas
adalah obat esensial yang jenis dan itemnya telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan dengan merujuk pada Formularium Nasional (FORNAS). Formularium
Nasional sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu merupakan daftar obat
terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan
sebagai acuan dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dalam hal
obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam FORNAS, dapat digunakan obat lain
secara terbatas berdasarkan persetujuan komite medik (Depkes RI, 2013).
Menurut Permenkes RI No. HK.0202/Menkes/068/1/2010, pelayanan
kesehatan milik pemerintah wajib menggunakan obat generik, maka hanya obat

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
generik saja yang diperkenankan tersedia di Puskesmas. Dasar pertimbangan dari
kebijakan ini meliputi:
a. obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan diseluruh
dunia bagi pelayanan kesehatan publik,
b. obat generik mempunyai mutu dan efikasi yang memenuhi standar pengobatan,
c. meningkatkan cakupan dan kesinambungan pelayanan kesehatan publik, dan
d. meningkatkan efektivitas dan efisiensi alokasi dana obat di pelayanan kesehatan
publik (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing
Puskesmas diajukan oleh kepala Puskesmas kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten atau kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan
dari sub unit ke kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan
LPLPO sub unit. Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu
penyerahan obat kepada Puskesmas, kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat
menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan penyerahan obat
secara langsung dari instalasi farmasi kabupaten/kota ke Puskesmas (Direktorat
Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
Permintaan obat bertujuan untuk memenuhi kebutuhan obat di masingmasing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah
kerjanya. Terdapat dua jenis permintaan, yaitu:
a. Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh dinas
kesehatan kabupaten atau kota untuk masing-masing Puskesmas.
b. Permintaan khusus, dilakukan di luar jadwal distribusi rutin yakni apabila
kebutuhan meningkat, terjadi kekosongan, ada Kejadian Luar Biasa
(KLB).
Data yang diperlukan untuk menentukan jumlah permintaan obat antara
lain data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, jadwal
distribusi obat dari instalasi farmasi kabupaten/kota dan sisa stok (Direktorat Bina
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
Kebutuhan obat dihitung dengan cara sebagai berikut:
SO = SK + SWK + SWT + SP
dengan catatan jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan
sama dengan pemakaian pada periode sebelumnya. Perhitungan permintaan obat
dapat dilakukan dengan rumus berikut:
Permintaan = SO SS
Keterangan :

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
SO = stok optimum
SK = stok kerja (stok pada periode berjalan)
SWK = jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (lead time)
SP = stok penyangga
SS = sisa stok
(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
3. Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di
bawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau
petugas lain yang diberi kuasa oleh kepala Puskesmas. Penerimaan obat bertujuan
agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan pemintaan yang
diajukan oleh Puskesmas. Setiap penyerahan obat Instalasi Farmasi Kabupaten
atau Kota kepada Puskesmas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari
kepala dinas kesehatan kabupaten atau kota atau pejabat yang diberi wewenang
untuk itu. Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik,
penyimpanan,

pemindahan,

emeliharaan,

dan

penggunaan

obat

berikut

kelengkapan catatan yang


menyertainya (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
Petugas penerimaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat
yang diserahterimakan, mencakup kemasan atau peti, jenis dan jumlah obat, bentuk
sediaan obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas
penerima serta diketahui kepala Puskesmas. Setiap ada penambahan obat, dicatat
dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok (Direktorat Bina Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan
yang diterima agar aman (tidak hilang), serta terhindar dari kerusakan fisik
maupun kimia dan mutunya tetap terjamin (Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan, 2010).
Persyaratan Gudang antara lain:
a. luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang disimpan;
b. ruangan kering dan tidak lembab;
c. memiliki ventilasi yang cukup;
d. memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk
menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis;

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
e. lantai dibuat dari semen/ tegel/ keramik/ papan (bahan lain) yang tidak
memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain, bila perlu beralas papan
(pallet);
f. dinding dibuat licin dan dicat warna cerah;
g. hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam;
h. gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat;
i. mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda;
j. tersedia lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci
dan terjamin keamanannya;
k. harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan
(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
Penyimpanan obat diatur sebagai berikut:
a. obat disusun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan;
b. obat dirotasi dengan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In
First Out);
c. obat disimpan pada rak;
d. obat yang disimpan pada lantai harus diletakan di atas palet;
e. tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk;
f. sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan;
g. sera, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin;
h. lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya
(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
Kondisi penyimpanan yang perlu diperhatikan untuk menjaga mutu obat
sebagai berikut:
a. Kelembaban
Udara

lembab

dapat

mempengaruhi

obat-obatan

sehingga

mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu


dilakukan upaya-upaya berikut:
1) ventilasi harus baik, jendela dibuka;
2) simpan obat ditempat yang kering;
3) wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka;
4) bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC, semakin panas udara di
dalam ruangan maka udara semakin lembab;
5) biarkan pengering (silica gel) tetap dalam wadah tablet dan kapsul;
6) jika ada atap yang bocor harus segera diperbaiki
(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
b. Sinar Matahari
Sebagian besar cairan, larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh
sinar matahari. Sebagai contoh, injeksi klorpromazin yang terkena sinar

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
matahari akan berubah warna menjadi kuning terang sebelum tanggal
kadaluwarsa. Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari antara lain:
1) jendela-jendela diberi gorden,
2) kaca jendela dicat putih
(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
c. Suhu
Obat seperti salep, krim dan supositoria sangat sensitif terhadap
pengaruh panas, dapat meleleh. Oleh karena itu hindarkan obat dari udara
panas. Sebagai contoh, salep oksitetrasiklin akan lumer bila suhu penyimpanan
tinggi dan akan mempengaruhi kualitas salep tersebut. Ruangan obat harus
sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu
4-8C, seperti vaksin, sera dan produk darah, antitoksin, insulin, injeksi
antibiotika yang sudah dipakai (sisa), injeksi oksitosin, dan injeksi metil
ergometrin (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
Untuk DPT, DT, TT, vaksin atau kontrasepsi jangan dibekukan karena
akan menjadi rusak. Cara mencegah kerusakan karena panas antara lain :
1) bangunan harus memiliki ventilasi/sirkulasi udara yang memadai;
2) hindari atap gedung dari bahan metal;
3) jika memungkinkan dipasang Exhaust Fan atau AC
(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
d. Kerusakan Fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik dapat dilakukan antara lain:
1) Penumpukan dus obat harus sesuai dengan petunjuk pada karton. Jika tidak
tertulis pada karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus
karena obat yang ada di dalam dus bagian tengah ke bawah dapat pecah dan
rusak. Selain itu, penumpukan berlebihan akan menyulitkan pengambilan
obat.
2) Hindari kontak dengan benda - benda yang tajam
(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
e. Kontaminasi
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka
obat mudah tercemar oleh bakteri atau jamur (Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan, 2010).
f. Pengotor.
Ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang
kemudian merusak obat. Etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca. Oleh

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
karena itu bersihkan ruangan setiap hari. Lantai disapu dan dipel, dinding dan
rak dibersihkan (Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
Berikut ini merupakan kriteria pengamatan mutu obat, antara lain:
a. Tablet
1) Terjadi perubahan warna, bau dan rasa, serta lembab.
2) Kerusakan fisik seperti pecah, retak, sumbing, gripis dan rapuh.
3) Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat.
4) Untuk tablet salut, disamping informasi di atas, juga basah dan lengket
satu dengan lainnya.
5) Wadah yang rusak.
b. Kapsul
1) Cangkangnya terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya.
2) Wadah rusak.
3) Terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun lainnya.
c. Cairan
1) Cairan jernih menjadi keruh, timbul endapan.
2) Cairan suspensi tidak bisa dikocok.
3) Cairan emulsi memisah dan tidak tercampur kembali.
d. Salep
1) Konsistensi warna dan bau berubah (tengik).
2) Pot/tube rusak.
e. Injeksi
1) Kebocoran.
2) Terdapat partikel untuk sediaan injeksi yang seharusnya jernih sehingga
keruh atau partikel asing dalam serbuk untuk injeksi.
3) Wadah rusak atau terjadi perubahan warna
(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
5. Distribusi
Distribusi/ penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan, antara lain:
a. sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas;
b. Puskesmas pembantu;
c. Puskesmas keliling;
d. posyandu; dan
e. pondok bersalin desa/ polindes
(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
Tujuan dari distribusi ialah memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, jumlah dan waktu
yang tepat serta mutu terjamin. Kegiatan yang dilakukan pada saat pendistribusian
obat meliputi:
a. Menentukan frekuensi distribusi.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan jarak sub unit
pelayanan dan biaya distribusi yang tersedia.
b. Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan.
Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan :
1) Pemakaian rata-rata per periode untuk setiap jenis obat.
2) Sisa stok.
3) Pola penyakit yang ada, dan
4) Jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan.
c. Melaksanakan penyerahan obat dan menerima sisa obat dari sub-sub unit.
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Puskesmas menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima di sub unit
2)

pelayanan.
Obat diambil sendiri oleh sub-sub unit pelayanan. Obat diserahkan
bersama-sama dengan formulir LPLPO sub unit yang ditandatangani oleh
penanggung jawab sub unit pelayanan Puskesmas dan kepala Puskesmas
sebagai penanggung jawab pemberi obat dan lembar pertama disimpan

sebagai tanda bukti penerimaan obat


(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
6. Pengendalian
Pengendalian persediaan obat adalah suatu kegiatan memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan. Tujuan dari pengendalian obat yaitu agar tidak terjadi kelebihan
dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar (Latarrisa, 2013).
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan
obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Dalam melakukan pengendalian
persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu
tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk mencapai kebutuhan, perlu diperhitungkan
keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat dalam persediaan,
maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1) Mencantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok.
2) Melaporkan segera kepada UPOPPK, jika terdapat pemakaian yang melebihi
rencana karena keadaaan yang tidak terduga.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
3) Membuat laporan sederhana secara berkala kepada kepala Puskesmas tentang
pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainya yang masih mempunyai
persediaan yang banyak
(Latarrisa, 2013).
Selain itu, terdapat pengendalian penggunaan bertujuan untuk menjaga
kualitas pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana.
Pengendalian

penggunaan

meliputi

presentase

penggunaan

antibiotik,

presentase penggunaan injeksi, presentase rata-rata jumlah resep, presentase


penggunaan obat generik, dan kesesuaian dengan pedoman (Latarrisa, 2013).
C. Pemeriksaan dan Pencatatan Obat Masuk-Keluar
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dimaksudkan untuk mengetahui kecocokan antara kartu
stok obat dengan fisik obat, yaitu jumlah setiap jenis obat. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan setiap bulan, triwulan, semester atau setahun sekali. Semakin
sering pemeriksaan dilakukan, semakin kecil kemungkinan terjadi perbedaan
antara fisik obat dan kartu stok (Latarrisa, 2013).
Jika terjadi kehilangan, kerusakan, atau kadaluwarsa terhadap sediaan
obat, maka diperlukan adanya penanganan obat hilang. Penanganan obat
hilang bertujuan untuk dijadikan sebagai bukti pertanggungjawaban kepala
Puskesmas sehingga diketahui persediaan obat saat itu. Penanganan obat rusak
dan kadaluarsa perlu dilakukan untuk melindungi pasien dari efek samping
penggunaan obat rusak dan kadaluwarsa (Latarrisa, 2013).
2. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib,
baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di
Puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya. Tujuan dilakukannya pencatatan
dan pelaporan yaitu sebagai bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan,
sebagai sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, dan
sebagai sumber data untuk pembuat laporan (Direktorat Bina Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan, 2010).
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di
Puskesmas adalah Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh petugas Puskesmas harus tepat data,

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
tepat isi dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan baik.
LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisis penggunaan, perencanaan kebutuhan
obat, pengendalian persediaan, dan pembuatan laporan pengelolaan obat. Data
LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit. LPLPO dibuat 3
(tiga) rangkap, diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah yang diserahkan. Setelah ditandatangani
oleh kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, satu rangkap untuk Kepala
Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, dan
satu rangkap dikembalikan ke Puskesmas. LPLPO sudah harus diterima oleh
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 10 setiap bulannya
(Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010).
D. Evaluasi
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan
dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan
kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan
menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk
menilai, mengevaluasi, menyempurnakan pelayanan kefarmasian secara sistematis
(Depkes RI, 2014a).
1. Audit sediaan farmasi
Audit sediaan farmasi bertujuan dalam memberikan pendapat
mengenai segala sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dimiliki oleh
Puskesmas, yang didasarkan terhadap bukti-bukti dan semua data yang terkait.
2. Audit SOP manajemen
Standard operational procedure (SOP) terhadap suatu manajemen
sediaan farmasi di Puskesmas perlu dilakukan untuk meningkatkan
manajemen pengelolaan sediaan di Puskesmas berjalan dengan optimal
(Dinkes Kabupaten Balangan, 2013).
3. Audit finansial
Audit finansial adalah audit yang bertujuan untuk memberikan
pendapat tentang laporan keuangan entitas yang didasarkan terhadap hasil dari
evaluasi bukti-bukti. Bukti audit finansial dapat berupa data-data akuntansi
dan semua informasi yang tersedia yang terkait (Bastian, 2007).
4. Suvei kepuasan konsumen

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Evaluasi dapat dilakukan dengan metode pengumpulan data dalam
bentuk suvei. Survei adalah pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner (Depkes RI, 2014a).
Formulir kuesioner kepuasan

konsumen

haruslah

mencakup

mengenai penilaian konsumen terhadap kinerja pelayanan apoteker,


kelengkapan dalam pemberian obat, kenyamanan ruang tunggu, dan
kelengkapan brosur dalam rangka pemberian informasi seputar obat dan
kesehatan kepada konsumen. Sehingga, dapat diketahui persepsi konsumen
terhadap harapan dalam pelayanan kefarmasian di Puskesmas (Depkes RI,
2014a).

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Gambar 2. Formulir kuesioner kepuasan pasien (Depkes RI, 2014a)
5. Audit SOP distribusi
Audit SOP distribusi dilakukan dalam rangka pemastian dan
pengendalian implementasi SOP yang baik dan benar. Sehingga, proses
distribusi dapat berjalan dengan optimal.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
BAB III
KEGIATAN PRAKTEK KERJA DAN PEMBAHASAN
MEMBANDINGKAN ANTARA TEORI DAN PRAKTEK
A. Aspek Umum
1. Struktur organisasi Puskesmas Godean I
Struktur organisasi Puskesmas Godean I terdiri dari kepala
Puskesmas, unit tata usaha, dan tenaga teknis fungsional Puskesmas
(gambar 3). Struktur organisasi Puskesmas Godean I sudah sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
Berikut merupakan bagan struktur organisasi pada Puskesmas
Godean I:
Kepala
Puskesmas

Ka. Subag TU

1.
Kepegawaian
1. Kepegawaian
2.
Keuangan
2. Keuangan
3.
Perencanaan &
3. Perencanaan
& SIK
SIK
4.
Umum &
&
4. Umum
kerumahtanggaan
kerumahtanggaan

PJ UKM
Esensial-Perkesmas
Esensial-Perkesmas
1.
1. Promkes
Promkes
2.
2. PL
PL
3.
3. KIA-KB
KIA-KB
4.
Masyarakat
4. Gizi
Gizi Masyarakat
5.
P2
5. P2
6.
Perkesmas
6. Perkesmas
Pengembangan:
Pengembangan:
1.
1. Keswa
Keswa
2.
2. Kesgilut
Kesgilut
3.
Keslansia
3. Keslansia
4.
Kespro
4. Kespro

PJ UKP
1.
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan
Umum
Umum
2. Kesgilut
3.
3. KIA-KB
KIA-KB
4.
Darurat/
4. Gawat
Gawat Darurat/
Tindakan
medis
Tindakan medis
5.
Konsultasi
5. Konsultasi Gizi
Gizi
6.
Kefarmasian
6. Kefarmasian
7.
7. Laboratorium
Laboratorium
8. Konsultasi Sanitasi
9.
9. Psikologi
Psikologi
10.
10. Klinik
Klinik
Keperawatan

PJ J2 Fasyankes
Jaringan:
Jaringan:
1.
1. PUSTU
PUSTU
2.
2. PUSLING
PUSLING
3.
POLINDES
3. POLINDES
Jejaring:
Jejaring:
1.
1. RS
RS Rujukan
Rujukan
2.
2. BPM
BPM
3. Apotek
4.
4. Laboratorium
Laboratorium
5.
5. UKS
UKS

Gambar 3. Bagan stuktur organisasi Puskesmas Godean I


Puskesmas Godean I memiliki tiga pustu di Pustu Sidoagung,
Pustu Sidomulyo, Pustu Sidomoyo. Pusling yang dimiliki oleh

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Puskesmas Godean I mencakup kawasan empat desa, yaitu Sidoluhur,
Sidoagung, Sidomulyo, dan Sidomoyo. Dari empat desa tersebut terdapat
dusun (padukuhan) sebanyak 42 dusun dan posyandu (yang dilaksanakan
bersamaan dengan pusling) sebanyak 44. Jumlah posyandu lebih banyak
dibandingkan jumlah dusun, karena terdapat padukuhan yang memiliki
posyandu lebih dari satu.
2. Sumber daya manusia di Puskesmas Godean I
a. Sumber daya manusia di Puskesmas Godean I
Berikut ini merupakan data jumlah SDM di Puskesmas
Godean I per Desember 2015 yang tertera pada tabel I.
Tabel I. Sumber daya manusia di Puskesmas Godean 1
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Jenis Tenaga
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat Umum
Perawat Gigi
Petugas Sanitasi
Petugas Gizi
Analisi Kesehatan
Asisten Apoteker
Tata Usaha
Rekam Medis
Psikolog
Akutansi
Fisioterapi
Satpam
Bidan

Jumlah
2 orang
1 orang
6 orang
3 orang
1 orang
2 orang
2 orang
2 orang
6 orang
2 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
5 orang

Data di atas merupakan data yang diambil pada Desember


2015. Dalam data tersebut belum dicantumkan Apoteker penanggung
jawab di Puskesmas Godean I, karena Puskesmas Godean I baru
memiliki apoteker per Januari 2016, dan sebelumnya belum ada
apoteker pada unit pelayanan farmasi dan masih menjadi tanggung
jawab seorang Asisten Apoteker. Akan tetapi, saat ini unit pelayanan
kefarmasian Puskesmas Godean I masih dibawah tanggung jawab
seorang asisten apoteker, dikarenakan asisten apoteker sudah memiliki

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sedangkan apoteker yang
ada di Puskesmas Godean I berstatus sebagai pegawai BULD (Badan
Layanan Umum Daerah).
b. Sumber daya manusia bagian farmasi di Puskesmas Godean I
Unit farmasi Puskesmas Godean I terdiri dari satu orang
apoteker dan dua orang asisten apoteker, dan memiliki tugas yang
berbeda dalam menjalankan pelayanan di Puskesmas Godean I.
Pembagian tugas masing-masing individu adalah sebagai berikut:
1. Apoteker:
1.1. Membuat kerangka acuan untuk penyiapan rencana
kegiatan farmasian
1.2. Menyusun mengenai perbekalan farmasi dalam rangka
penyimpanan perbekalan farmasi
1.3. Mengawasi kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
dalam rangka sterilisasi sentral
1.4. Melakukan pelayanan kefarmasian

yang

meliputi,

penyiapan resep dan penyerahan obat kepada pasien


1.5. Melakukan konsultasi kepada dokter, perawat, dan tenaga
kesehatan yang lain
1.6. Melakukan rekapitulasi dafatar usulan perbekalan farmasi
2. Asisten apoteker I:
2.1. Koordinator dan pelaksanaan pelayanan farmasi
2.2. Pelaksanaan program Monitoring, Training, Planning
(MTP) pengobatan rasional
2.3. Pelaksanaan program pembinaan kesehatan dan olahraga
2.4. Pelaksanaan jejaring dengan apotek
2.5. Pelaksanaan pelayanan P3K dan kedaruratan
2.6. Pelaksanaan pelayanan Puskesmas keliling
2.7. Pembinaan dan penyuluhan kesehatan
3. Asisten apoteker II:
3.1. Pelaksanaan pelayanan farmasi
3.2. Pelaksanaan jejaring dengan apotek
3.3. Pelaksanaan SIMO (Sistem Informasi dan Manajemen
Obat)
3.4. Pelaksanaan pelayanan P3K dan kedaruratan
3.5. Pelaksanaan Puskesmas keliling
3.6. Pembinaan dan penyuluhan kesehatan
B. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas
1. Perencanaan

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Perencanaan kebutuhan obat bulanan Puskesmas Godean I
dilakukan oleh Asisten Apoteker setiap awal bulan, dengan melihat ratarata penggunaan obat dari bulan sebelumnya. Asisten Apoteker akan
menerima blanko perencanaan dari UPT POAK (Pelayanan Obat dan Alat
Kesehatan) Kabupaten Sleman, dan kemudian akan membuat perhitungan
perencanaan berdasarkan data-data penggunaan obat pada bulan
sebelumnya di seluruh unit kerja yang meliputi, Pustu Sidoagung, Pustu
Sidomulyo, Pustu Sidomoyo, Pusling, dan pelayanan pada Puskesmas
Godean I (BP Umum, Kesehatan Ibu Anak (KIA), Laboratorium, Gizi dan
Poli gigi).
Metode konsumsi digunakan untuk perencanaan setiap bulan
dilakukan untuk obat serta alat kesehatan, seperti bahan habis pakai, alat
kesehatan, reagen untuk laboratorium, poli gigi dan poli KIA bersarkan
data penggunaan pada bulan sebelumnya.
2. Permintaan
Dalam melakukan permintaan, Puskesmas Godean I memiliki
Formularium Puskesmas (FORPUS) yang diperbarui setiap tahunnya.
FORPUS mengacu pada kepada FORNAS dan Formularium Kabupaten
(FORKAB). Sehingga, obat-obat yang dipilih untuk disediakan di
Puskesmas harus sesuai dengan yang ada pada FORNAS dan FORKAB.
Apabila obat yang diminta tidak terdapat di POAK, maka Puskesmas
dapat melakukan pengadaan pembelian obat sendiri tanpa melalui POAK
selama obat tersebut masih terdaftar dalam FORNAS. Hal ini sudah
sesuai dengan aturan yang berlaku yang tertera dalam PerMenKes RI No.
71 tahun 2013.
Permintaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Godean I
dituliskan dalam formulir LPLPO, yang terdiri dari:
a. Stok awal, yaitu jumlah stok obat sisa pada akhir bulan sebelumnya.
b. Penerimaan, yaitu jumlah stok obat penerimaan pada bulan
sebelumnya.
c. Persediaan, yaitu jumlah stok obat awal dan penerimaan.
d. Pemakaian, yaitu jumlah pemakaian obat pada bulan ini.
e. Expired date dan rusak, yaitu jumlah stok obat yang kadaluarsa atau
rusak.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
f. Sisa stok, yaitu yaitu selisih antara persediaan dengan pemakaian dan
jumlah obat.
g. Permintaan, yaitu jumlah barang yang diminta untuk bulan depan.
h. Pemberian, yaitu jumlah barang yang diterima dari gudang obat Dinas
Kesehatan Kabupaten Sleman.
Sumber penyedian obat di Puskesmas Godean I dapat berasal
dari UPT POAK, pembelian (pengadaan secara mandiri), serah terima
obat dengan Puskesmas lain atau hibah (bantuan). Sebagian besar obat
dan alat kesehatan yang digunakan di Puskesmas Godean I berasal dari
POAK, hanya obat emergency, reagen, beberapa alat kesehatan, dan
bahan gigi yang berasal dari penganggaran atau pembelian sendiri.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Berikut alur pembelian pada Puskesmas Godean I yang tertera dalam
gambar 4:
Penanggung jawab unit pelayanan mengajukan permintaan ke pengurus barang

Pengurus barang mengecek sisa stok dan mengajukan permintaan ke tim belanja

Tim belanja melakukan evaluasi terhadap anggaran

Tim belanja membuat surat pesanan kepada penyedia barang

Barang datang dan diperiksa oleh pengurus barang

Dibuat berita acar serah terima barang

Barang masuk ke gudang

Barang didistribusikan pada unit yang terkait atau yang melakukan permintaan
Gambar 4. Bagan alur pembelian obat dan alat kesehatan

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Jika pada masa pertengahan bulan terjadi kekurangan atau
kekosongan obat, maka dapat dipenuhi dengan pengambilan obat diluar
jadwal atau yang disebut dengan bon.
3. Penerimaan
Barang farmasi yang diterima oleh apoteker Puskesmas Godean
I berasal dari gudang farmasi Kabupaten Sleman. Apoteker penanggung
jawab yang menerima stok obat dan alat kesehatan kemudian akan
melakukan pengecekan kesesuaian barang atau obat yang diminta, yang
terdiri dari:
a. Nama obat yang diterima
b. Bentuk sediaan
c. Jumlah
d. Kondisi fisik sedian (bentuk, warna, dan keutuhan)
e. Tanggal kadaluwarsa
f. Nomor batch
g. Suhu
4. Penyimpanan
a. Kondisi gudang
Gudang farmasi yang digunakan untuk penyimpanan di
Puskesmas Godean I berada di satu tempat (tidak terpencar) yang
terletak di lantai dua. Dalam upaya menjaga mutu perbekalan farmasi
agar tetap stabil dan tidak rusak, gudang farmasi Puskesmas Godean I
dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC) untuk menjaga stabilitas
suhu ruangan penyimpanan. Gudang farmasi juga dilengkapi dengan
termometer ruangan untuk memonitoring suhu. Tetapi, memang
Puskesmas Godean I belum memiliki higrometer, serta belum
dilakukan pengecekan suhu secara berkala oleh petugas Puskesmas.
Gudang farmasi Puskesmas Godean I memiliki lemari
penyimpanan obat sebagai tempat penyimpan perbekalan farmasi
seperti obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan dalam operasional
pelayanan Puskesmas. Lemari penyimpanan obat yang dimiliki oleh
Puskesmas Godean I merupakan lemari dua pintu, sedangkan pada
obat-obatan psikotropika disimpan pada lemari yang memiliki

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
berpintu ganda yang masing-masing pintu memiliki kunci yang
berbeda.
b. Sistem penyimpanan
Sistem penyimpanan perbekalan farmasi di gudang farmasi
Puskesmas Godean I diatur secara alfabetis dengan sistem FIFO dan
FEFO, dan lebih diutamakan dalam sistem FEFO. Sistem FEFO yang
dimaksud adalah meletakkan obat yang memiliki tanggal kadaluwarsa
paling dekat di bagian paling depan.
Obat yang memiliki stabilitas pada suhu dingin 2 oC 8oC
disimpan dalam lemari es. Contoh obat yang disimpan dalam lemari
es yang ada di Puskesmas Godean I adalah ephineprin, serum anti
tetanus, vitamin K, paracetamol suppositoria, nystatin vagina,
dulcolax suppositoria, ethil chlorid, dan antihemoroid. Selain itu,
terdapat juga vaksin yang disimpan di ruang KIA Puskesmas Godean
1 menggunakan deep freezer pada suhu 5oC dan pengontrolan suhu
menggunakan thermometer dan kulkas obat. Tetapi memang belum
dilakukan pengontrolan suhu secara berkala yang dilakukan petugas
Puskesmas.
5. Administrasi
Administrasi yang dilakukan berupa pencatatan jumlah barang
yang diterima dan dikeluarkan untuk masing-masing item obat, dengan
menggunakan kartu stok. Hal-hal yang dicatat dalam kartu stok antara
lain:
a. Nama obat
b. Nomor batch
c. Asal/sumber
d. Tanggal obat yang masuk dan keluar
e. Jumlah obat yang masuk dan keluar
f. Jumlah obat yang tersisa
g. keterangan
6. Distribusi
Obat dan alat kesehatan didistribusikan sesuai kebutuhan unitunit yang ada di Puskesmas Godean I. Unit-unit pelayanan kesehatan di
Godean I adalah pustu yang meliputi pustu Sidoagung, pustu Sidomulyo,
pustu Sidomoyo, ruang tindakan, BP Gigi, BP KIA, laboratorium, dan

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
kamar obat. Pendistribusian obat dan alat kesehatan ke Puskesmas
pembantu dan BP dilakukan setiap bulan sekali. Pada bagan struktur
organisasi Puskesmas Godean 1 menerangkan terdapatnya jaringan unit
Puskesmas berupa polindes, akan tetapi polindes Puskesmas tidak
termasuk dalam unit penerima obat dari Puskesmas.
Distribusi obat dan alat kesehatan Puskesmas Godean I
menggunakan sistem individual prescribing dan floor stock. Sistem
individual prescribing dilakukan di apotek rawat jalan yaitu resep obat
yang diberikan dokter untuk masing-masing individu atau pasien.
Sedangkan sitem distribusi floor stock digunakan pada bagian BP KIA,
laboratorium, ruang tindakan, dan BP gigi yang dilakukan setiap satu
bulan sekali. Apabila terjadi kekosongan stok perbekalan farmasi pada
masing-masing unit, dapat dibuat permintaan obat kembali dengan
mencatat di buku bon yang nantinya jumlah permintaan obat yang diminta
akan dikurangi dari jumlah pemberian obat untuk bulan selanjutnya.
Pengecekan dan pengisian kembali stok obat floor stock pada
setiap unit idealnya dilakukan setiap hari, jika terdapat obat yang keluar.
Tetapi, pada praktiknya masih sering kali ditemui stok obat yang habis
terutama pada unit Pusling, dikarenakan belum dilakukan pengecekan dan
pengisian stok obat secara berkala (setiap kali ada kegiatan pengeluaran
obat).
7. Pengendalian
Pengendalian perbekalan farmasi di Puskesmas Godean I
dilakukan dengan cara melakukan pencatatan pada kartu stok. Pencatatan
pemasukan dilakukan apabila terdapat barang datang dari gudang farmasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman atau pembelian sendiri. Sedangkan
pencatatan pengeluaran perbekalan farmasi yang dilakukan disesuakan
dengan jumlah perbekalan farmasi yang keluar pada hari tersebut.
Pengendalian melalui pencatatan kartu stok yang dilakukan sudah cukup
baik dan jelas sehingga memudahkan pemantauan persedian perbekalan
farmasi, dan dapat menghindari kekosongan persedian di Puskesmas.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Pengecekan dan perhitungan stok opname dilakukan setiap bulan pada
akhir bulan.
Pengendalian yang dilakukan dalam pemantauan penggunaan
obat di Puskesmas dapat dilihat dalam laporan bulanan. Laporan tersebut
dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kehilangan obat. Laporan
yang dibuat antara lain:
a. LPLPO
b. Laporan pola peresepan (MTP)
c. Laporan obat generik
d. Laporan psikotropika
Stok obat minimal yang ada di gudang farmsi Puskesmas Godean
I merupakan jumlah rata-rata dari persedian selama 10 hari, setelah tanggal
30 pada setiap bulannya. Apabila jumlah persediaan farmasi sudah
mencapai stok minimal atau persediaan habis, maka apoteker dapat
mengajukan permintaan obat kepada POAK Dinas Kesehatan Kabupaten
Sleman.
Monitoring kadaluwarsa perbekalan farmasi di Puskesmas
Godean I dilakukan dengan membuat prosedur tetap (protap). Obat yang
sudah mendekati tanggal kadaluwarsa kemudian dicatat dalam buku
kadaluwarsa. Tetapi, pada kemasan hanya diberi tanggal kadaluwarsa
dengan menggunakan tinta merah yang dihadapkan mengarah keluar.
Obat yang sudah kadaluwarsa dipisahkan dari obat-obat lain dan
ditulis di buku obat kadaluwarsa, kemudian dibuat laporan kadaluwarsa
obat, berita acara kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dan
dimusnahkan. Prosedur pemusnahan obat yang dilakukan oleh Puskesmas
Godean I sesuai dengan protap unit farmasi Puskesmas Godean I dengan
pemusnahannya melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
8. Penyimpanan dan pemusnahan
Penyimpanan resep dilakukan setelah pencatatan ke dalam
komputer setiap harinya, dan di kelompokan berdasarkan tanggal per
lembar. Resep tersebut disimpan dalam satu tempat yang sama, sedangkan
untuk

resep

psikotropika

disimpan

di

tempat

tersendiri

dan

dikelompokkan setiap hari per tanggal resep, serta diberikan tanda khusus

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
pada resep tersebut. Pemusnahan resep di Puskesmas Godean I dilakukan
setiap 5 tahun sekali.
Pemusnahan obat dilakukan setelah berita acara kadaluwarsa obat
dibuat. Berita acara diserahkan pada POAK Dinas Kesehatan Kabupaten
Sleman untuk dilakukan pemusnahan. Pemusnahan obat dilakukan setiap
satu tahun sekali oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
C. Evaluasi
a Evaluasi penggunaan obat
Apoteker melakukan evaluasi penggunaan obat yang meliputi:
1 Pertemuan klinis dengan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter,
2

perawat, bidan, dan farmasi.


Pertemuan MTP, digunakan sebagai pendekatan inovatif dalam
mengevaluasi obat. MTP dilakukan oleh suatu tim internal Puskesmas
untuk melaksanakan suatu monitoring (pengawasan resep), training
(pelatihan), dan planning (perencanaan target) dalam penggunaan obat
yang rasional. Puskesmas Godean I membentuk tim MTP dan
melaksanakan program MTP secara rutin. Laporan peresepan bulanan
dilakukan untuk mengetahui penggunaan antibiotika, penggunaan oralit

pada diare, ISPA, dan resep umum.


a. Pencatatan dan laporan obat keluar dan masuk
Pencatatan
dan
pelaporan
memiliki

fungsi

untuk

mendokumentasikan bahwa suatu kegiatan telah dilakukan, sumber data


dalam melakukan pengendalian dan sumber data untuk membuat laporan.
Pencatatan yang dilakukan di unit farmasi Puskesmas Godean I adalah
pencatatan buku distribusi, buku tanggal kadaluwarsa, buku daftar obat
kadaluwarsa, buku bon unit serta pustu.
Stok opname dilakukan tiap satu bulan sekali dan laporan
kebutuhan obat tahunan dibuat setiap satu tahun sekali. Pencatatan
distribusi obat yang dilaporkan berupa rekapan gudang setiap bulan yang
berisi rincian pemakaian obat per unit. Laporan bulanan meliputi laporan
pola peresepan, generik, dan psikotropika yang telah dibuat kemudian
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
Laporan pola resep yang berisi penggunaan obat resep yang telah
dikelompokkan berdasarkan jenis penyakit, serta penggunaan antibiotik

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
selama satu bulan. Pencatatan secara umum berisi nama pasien, tanggal,
jumlah obat, aturan pakai serta dosis obat. Sedangkan, laporan
psikotropika yang berisi nama obat, satuan (bentuk sediaan obat), jumlah
awal, pemasukan, penggunaan (jumlah pemakaian resep), jumlah akhir.
Laporan
obat
generik
berisi
data
jenis
pasien
(umum/askes/jamkesmas/jamkesta/jamkesda/BPJS), total jumlah lembar
resep berdasarkan jenis pasien, total jumlah obat yang diresepkan, dan
jumlah obat generik yang digunakan. Penggunaan obat generik
Puskesmas Godean I tergolong tinggi yaitu lebih dari 90%. Hal ini telah
sesuai

Permenkes

Nomor

HK.02.02/MENKES/068/I/2010

tentang

Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Pemerintah.
b. Audit sediaan farmasi
Audit sediaan farmasi yang dilakukan Puskesmas Godean I
adalah berupa monitoring dan evaluasi (monev) terhadap stok opname
semua sediaan farmasi yang ada, dilakukan setiap bulannya oleh Tim
Farmasi Puskesmas. Selain itu, dilakukan juga audit internal setiap 6
bulan sekali yang dilakukan oleh tim dari unit lain dalam Puskesmas
(selain tim farmasi). Audit eksternal juga biasa dilakukan oleh Dinas
Kesehatan, BPOM, Kabupaten Sleman, akreditasi dan ISO, serta Dinas
Provinsi.
Sistem ISO dan sistem akreditasi yang telah diterapkan oleh
Puskesmas Godean I sangat membantu dalam berjalannya seluruh proses
pengaturan sediaan farmasi. Jika dalam melakukan audit internal maupun
eksternal ditemukan adanya temuan, maka tim farmasi akan segera
mencari penyelesaian dari temuan tersebut. Hasil audit, temuan, serta
solusi dari temuan akan diberitakan pada rapat bulanan Puskesmas.
c. Audit SOP manajemen
Audit SOP manajemen yang dilakukan meliputi manajemen SOP
dalam hal pengaturan pengelolaan obat dan alat kesehatan yang ada di
Puskesmas. Sama halnya seperti audit pada sediaan farmasi, audit yang
dilakukan terhadap aspek SOP manajemen bagian farmasi juga meliputi

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
audit internal dan eksternal, dengan hasil yang akan diberitakan pada
rapat bulanan Puskesmas.
d. Audit finansial
Puskesmas Godean I tidak mengadakan pembelian dan penjualan
sediaan dan alat kesehatan secara mandiri, sehingga tidak ada catatan
finansial dan audit yang dilakukan.
e. Suvei kepuasan konsumen
Puskesmas Godean I juga melakukan suvei terhadap kepuasan
konsumen untuk masing-masing unit, dengan kuesioner seperti pada
gambar 5.

Gambar 5. Lembar suvei kepuasan konsumen Puskesmas Godean I


Suvei atau kuesioner yang dibuat oleh Puskesmas Godean I
berbeda dengan kuesioner kepuasan pasien yang dianjurkan pada
PerMenKes No. 30 tahun 2014, di mana pada kuesioner yang dimiliki
Puskesmas Godean I hanya mencakup pendapat pasien terhadap kepuasan
pelayanan Puskesmas Godean I, dan hanya terdapat kesan pesan pasien.
Selain itu, kuesioner yang dimiliki Puskesmas Godean I tidak spesifik
mengarah pada pelayanan kefarmasian saja, tetapi masih mengarah pada
pelayanan Puskesmas secara keseluruhan. Berbeda dengan contoh
kuesioner kepuasan pasien yang dicontohkan pada PerMenKes, yang
seharusnya mencakup mengenai kinerja apoteker dalam melakukan

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
pelayanan kefarmasian, kenyaman pasien dalam menunggu, serta
mengenai kelengkapan obat dan alat kesehatan.
f. Audit SOP distribusi
Audit SOP distribusi Puskesmas meliputi audit terhadap SOP
distribusi obat dan alat kesehatan, baik dari pusat ke Puskesmas maupun
distribusi obat dari Puskesmas ke pusling, pustu, serta distribusi obat ke
unit lain seperti ke unit BP Umum, KIA, BP Gigi, dan pada P3K. Audit
yang dilakukan terhadap aspek SOP distribusi bagian farmasi juga
meliputi audit internal dan eksternal, dengan hasil yang akan diberitakan
pada rapat bulanan Puskesmas.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
BAB IV
TUGAS-TUGAS
A. Skrining Resep Secara Umum dan Terhadap Antibiotik Pada Anak Usia
Dibawah 12 tahun
Pada praktek kerja ini, tugas yang diberikan adalah melakukan
skrining resep pemberian antibiotik pada anak usia dibawah 12 tahun. Tujuan
dari tugas ini adalah untuk mengetahui ketepatan pemberian serta ketepatan
dosis yang diberikan pada pasien anak.

Gambar 6. Resep antibiotik pada anak dengan Dx faringitis


A. ADMINISTRATIF
Identitas Dokter :
1. Nama dokter
: Tidak ada (tidak tertulis)
2. Alamat dokter : Tidak ada (tidak tertulis)
3. SIP
: Tidak ada (tidak tertulis)
Paraf / tanda tangan dokter

: Ada

Tempat dan tanggal penulisan resep

(Puskesmas Godean 1 / BP Umum)


Identitas Pasien :
1. Nama pasien

Periode 16-28 Mei 2016

: M. Ramadhan

19

Mei

2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
2.
3.
4.
5.

Usia
Jenis kelamin
Berat badan
Alamat

: 11 tahun
: laki-laki
:: Ada (tertulis)

Nama obat

: Ada (tertulis)

Potensi obat

: Tidak ada (tidak tertulis)

Dosis

: Ada (tertulis)

Jumlah yang diminta

: Ada (tertulis)

Diagnose

: Faringitis

B. FARMAKOLOGI
Obat yang diberikan kepada pasien:
1. Parasetamol 3 x No. VI
2. Amoxicillin 3 x 1 No. XV
3. Ambroxol
3 x 1 No. X
Kerasional obat yang diberikan kepada pasien:
1. Pemeriksaan Farmasetis:
1.1. Parasetamol
a. Potensi : Pacetamol 500 mg
b. Komposisi
: Parasetamol 500 mg
c. Dosis
: Dosis dewasa

: 250-500 mg,

1-2 tablet 3-4x sehari.


Dosis anak 6-12th: - 1 tablet tiap 6 5 jam
Dosis anak 2-5th : - tablet tiap 4 6 jam
d. Indikasi
: untuk demam, nyeri, dan nyeri kepala (pusing).
e. KI
: Tidak diberikan pada pasien hipersensitif
parasetamol. Tidak boleh diberikan pada pasien dengan
gangguan hati berat.
f. ESO
: Mual, muntah, nyeri perut, dan kehilangan nafsu
makan. Penggunaan jangka waktu lama dan dosis besar dapat
menyebabkan kerusakan hai, dan dapat menyebabkan reaksi
hipersensitif / alergi, seperti ruam, kemerahan pada kulit,
bengkak diwajah (mata, bibir), sesak napas, dan syok.
g. IO
:
Antikoagulan,
antihipertensi,
ainopirin,
vasopressin.
1.2. Amoxicillin

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
a. Potensi
: Amoxicillin 500 mg
b. Komposisi : Amoxicillin 500 mg
c. Dosis
: Dosis Dewasa

: 250 500 mg, 3

4x/hari.
Anak 4 bln 12 th : 20 50 mg/kgBB, setiap 8 12 jam (tidak
boleh lebih dari 1 g/hari).
Diberikan selama 7 - 10 hari.
d. Indikasi
: pengobatan pada infeksi saluran pernapasan atas,
infeksi saluran kemih, otitis media, bronkipnemonia, infeksi
kulit dan jaringan lunak.
e. KI
: hipersensitivitas terhadap amoxicillin atau riwayat
alergi golongan antibiotik penisilin.
f. ESO
: gangguan gastro intestinal (mual, muntah, dan
diare), reaksi alergi, anafilaksis, dan superinfeksi.
g. IO
: tetrasiklin (dapat mengurangi atau menurunkan
efek

amoxicillin

yang

dikarenakan

adanya

antagonism

farmakodinamik dari masing-masing obat), allopurinol, dan


kontrasepsi oral.
1.3. Ambroxol
a. Potensi
: Ambroxol 30 mg
b. Komposisi : Ambroxol hidroklorida 30 mg
c. Dosis
: Dosis Dewasa
: 30 mg, 3 x1 tablet/ hari
Dosis anak
: 2 3 kali tablet/hari
d. Indikasi
: Untuk saluran napas akut dan kronik (peningkatan
lendir). Untuk batuk berdahak dan saluran napas bagian atas.
e. KI
: Hipersensitif terhadap ambroxol
f. ESO
: efek samping yang ditimbulkan ringan pada
saluran pencernaan, dan terjadi reaksi alergi apabila dikonsumsi
oleh pasien yang memiliki hipersensitivitas terhadap ambroxol
(Drugs, 2016).
g. IO
: Kombinasi ambroxol dengan obat-obatan lain,
terutama yang berhubungan dengan sediaan yang digunakan
sebagai obat standar untuk sindroma bronchitis (glikosida
jantung,

kortikosteroid,

antibiotik).
2. Evaluasi Dosis

Periode 16-28 Mei 2016

bronkopasmolitik,

diuretic,

dan

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Kesesuaian dosis yang diberikan kepada pasien:
a. Parasetamol 3 x (500 mg)
Dosis dewasa
= 500 g x 3
= 1500 mg/hari
Dosis pada resep
= x 500 mg x 3
=
1125
mg/hari
Dosis seharusnya

= - 1 tablet tiap 6 5 jam


= (( x 500 mg) x 4) atau (( x

500mg) x 4,5)
= 1000 mg atau 1125 mg/ hari
Jadi, dosis parasetamol pada resep sesuai dengan dosis terapeutik
yang seharusnya diberikan pada pasien usia 11 tahun.
b. Amoxicillin 3 x 1 (500 mg)
Dosis dewasa
= 500 mg x 3
= 1500 mg/hari
Dosis pada resep
= 500 mg x 3
= 1500 mg/ hari
Dosis seharusnya
(misalkan berat badan pasien 20 kg)
= dosis (mg/kgBB) x Berat badan
= 50 mg x 20 kg
= 1000 mg/hari
Jadi, dosis amoxicillin pada resep tidak sesuai dengan dosis
terapeutik yang seharusnya diberikan kepada pasien dengan usia 11
tahun (berat badan dimisalkan 20 kg). Sehingga perlu dilakukan
pengurangan dosis untuk pasien.
c. Ambroxol (30 mg)
Dosis dewasa
Dosis pada resep
Dosis seharusnya

= 30 mg x 3 = 90 mg/hari
= 30 mg x 3 = 90 mg/hari
= tablet, 2 -3 kali/hari
= x 30 mg x 3 atau x 30 x 2
= 45 mg/hari atau 30 mg/hari
Jadi, dosis ambroxol pada resep tidak sesuai dengan dosis
terapeutik yang seharusnya diberikan pada pasien usia 11 tahun,
sehingga perlu dilakukan pengurangan dosis untuk pasien.
PERMASALAHAN

ADMINISTRATIF
Tidak terdapat nama dokter penulis

resep.
Tidak terdapat keterangan siapa yang

pada pasien tidak sesuai engan

menuliskan resep;

terlalu besar.

Periode 16-28 Mei 2016

FARMASETIS
Dosis amoxicillin yang diberikan
literature, dosis yang diberikan

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

dokter/perawat/bidan
Tidak tertulis SIP penulis resep
Berat badan pasien tidak tertulis

dalam resep.
Potensi obat yang diminta tidak

literature.
Dosis ambroxol yang diberikan

tertulis.

tidak sesuai.
Interval pemberian ambroxol

Interval atau lama pemberian


antibiotic tidak sesuai dengan

kurang sesuai dengan usia pasien.


PEMBAHASAN
Berdasarkan skrining resep yang telah dilakukan, masih banyak yang
belum sesuai dengan penulisan resep dalam hal administrative dan farmakologi.
Dalam hal administrative kesalahan yang dijumpai adalah tidak terdapat nama
alamat, dan SIP dokter pada resep yang termasuk dalam syarat administratif dalam
penulisan resep. Nama dokter sangat penting didalam resep, karena apabila ada
kesalahan dokter dalam penulisan resep, dapat segera dikonfirmasikan kepada
dokter yang menuliskan resep tersebut dan memperkecil terjadinya kesalahan
dalam pemberian obat. Pada bagian administratif penulisan data pasien juga tidak
terdapat berat badan pasien, seharusnya berat badan pasien harus tertulis untuk
memudahkan dalam hal menghitung dosis yang akan diberikan kepada pasien.
Untuk melihat apakan dosis yang diberikan sudah sesuai atau belum, terlebihkan
lagi resep yang diberikan adalah untuk anak usia dibawah 12 tahun sehingga
sangat perlu untuk dituliskan berat badan pasien. Sehingga dalam resep ini sangat
perlu dituliskan berat badan pasien. Potensi obat yang diminta juga tidak tertulis,
seharusnya potensi obat yang diminta harus tertulis jelas. Karena setiap obat
memiliki berbagai macam potensi obat sesuai dengan yang dibutuhkan. Sehingga
sangat penting untuk dituliskan dalam resep agar menghindari keslahan dalam
pengambilan obat.
Pada bagian farmakologi terdapat dosis dan interval pemberian obat yang
tidak sesuai. Untuk pemberian obat antibiotik amoxicillin dosis yang diberikan
pada pasien sebesar 3 x 1 tablet/hari (500 mg) , sehingga total dosis yang diterima
pasien 1500 mg/hari. Dosis yang seharusnya diterima oleh pasien adalah 1000

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
mg/hari, karena untuk pasien usia <12 tahun berdasarkan literatur pemberian
antibiotic amoxicillin tidak boleh lebih dari 1 g/hari. Sehinnga pada pasien yang
berusia 11 tahun perlu dilakukan pengurangan dosis sebesar 500 mg/hari dan
interval pemberian obat menjadi 2 x 1 tablet/hari (dengan potensi amoxicillin 500
mg). Pada resep pemberian antibiotik amoxicillin diberikan selama 5 hari, hal ini
tidak sesuai dengan literature mengenai jangka waktu atau lama pemberian obat.
Berdasarkan literature drugs.com dan Medscape, pemberian antibiotic amoxicillin
seharusnya adalah selama 7 hingga 10 hari. Dan juga pada pemberian dosis
ambroxol juga kurang sesuai dengan dosis terapeutik yang berdasarkan dengan
literature, dosis yang diberikan pada pasien <12 tahun adalah 3 x 1 tablet/hari
(dengan potensi ambroxol 30 mg). berdasarkan literature, dosis yang sesuai untuk
pasien adalah 30 mg/hari atau 45 mg/hari, dengan aturan pakai 2 x tablet/hari
atau 3 x tablet/hari. Sehingga pda resep ini perlu dilakukan adjustment dosis
yang diberikan kepada pasien anak-anak dengan usia <12 tahun.
B. Mengerjakan Jurnal Harian Pengeluaran Obat Per Hari
Mengisi lembar jurnal harian pengeluaran obat perhari, seperti pada
gambar 7.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Gambar 7. Jurnal harian pengeluaran obat per hari


Pengisian lembar jurnal harian ini, berfungsi untuk mengontrol
jumlah obat yang keluar pada satu hari. Pengisian ini dilakukan dengan cara
melihat jumlah obat yang keluar pada setiap resepnya, misalkan pada resep
amoxicillin 500 mg No. XV maka pada kolom yang sudah disediakan
dituliskan 15 sesuai dengan jumlah yang keluar setiap resep. Setelah
dilakukan semua pencatatan jumlah obat yang keluar kemudian semua hasil
yang ada dijumlahkan per obatnya, kemudian dimasukan pada LPLPO untuk
pelaporan setiap obat yang keluar. Contoh lembar LPLPO dapat dilihat pada
lampiran.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Peran, fungsi dan tanggung jawab apoteker di Puskesmas adalah dalam
pelayanan klinis kefarmasian.
2. Kegiatan PKPA di Puskesmas Godean I berguna dalam menambah
wawasan, pengetahuan, keterampilan serta pengalaman calon apoteker,
dan dapat menjadi bekal dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas.
3. Permasalahan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas Godean I yang
ditemukan

yaitu

masih

kurangnya

dalam

ketepatan

manajemen

pengelolaan obat yang mengakibatkan kurangnya stok beberapa obat yang


dibutuhkan pasien.
4. Kegiatan PKPA di Puskesmas Godean I menambah kemampuan calon
apoteker dalam berinteraksi, berkomunikasi dan bekerja sama dengan
tenaga kesehatan lain secara langsung sesuai dengan etika profesi apoteker
yang benar.
B. Saran
1. Meningkatkan sistem manajemen pengelolaan obat guna mengurangi
resiko terjadinya kekurangan stok.
2. Melengkapi sarana dan prasarana seperti tempat display brosur, dan
pengadaan ruang konseling khusus obat.

DAFTAR PUSTAKA
Bastian, I., 2007, Akuntansi untuk LSM dan partai politik, Erlangga, p. 131.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Depkes RI, 2004a, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota
serta Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes

RI,
2004b,
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 2004c, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2004d, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional , Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Depkes

RI,
2010,
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes
RI,
2013,
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia Nomor 71/MENKES/SK/II/2013 tentang Pelayanan Kesehatan
Pada Jaminan Kesehatan Nasional, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Depkes RI, 2014a, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,
Departemen Kesehatan Republik Indonesi, Jakarta.
Depkes RI, 2014b, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan
Republik Indonesi, Jakarta.
Dinkes Kabupatan Balangan, 2013, Evaluasi Manajemen Pengelolaan Obat dan
Pelayanan
Kefarmasian
di
Puskesmas
Tahun
2013,
http://dinkes.balangankab.go.id/post/read/120/evaluasi-manajemenpengelolaan-obat-dan-pelayanan-kefarmasian-di-Puskesmas-tahun2013.html#, diakses tanggal 9 Juni 2016.
Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2010, Materi Pelatihan
Manajemen Kefarmasian di Puskesmas, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Latarrisa, A. Y., 2013, Kegiatan Kefarmasian Puskesmas, Stikes Panakukkang,
Makasar.
Sulaeman, Endang, S., 2009, Manajemen Kesehatan: Teori dan Praktek di
Puskesmas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Absensi

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Daftar absensi PKPA minggu pertama (16-21 Mei 2016)

Daftar absensi PKPA minggu kedua (23-28 Mei 2016)

Lampiran 2. Dokumentasi

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Puskesmas Godean 1

Instalasi Farmasi Puskesmas Godean 1

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Peralatan dan lemari pada ruang obat Puskesmas Godean 1

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Gudang Obat Puskesmas Godean 1

Etiket obat

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lemari psikotropika pintu ganda pada ruang obat

Periode 16-28 Mei 2016

Laporan PKPA Puskesmas Godean I Sleman


Program Studi Profesi Apoteker, Angkatan XXXII
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Contoh form LPLPO

Periode 16-28 Mei 2016

Вам также может понравиться