Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Komunitas Herba
Herba adalah semua tumbuhan yang tingginya sampai dua meter,
kecuali permudaan pohon atau seedling dan tumbuhan tingkat rendah
biasanya banyak ditemukan di tempat yang ternaungi. Tumbuhan ini
memiliki organ tubuh yang tidak tetap di atas permukaan tanah, siklus
hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak (Wilson & Loomis,
1962). Menurut Longman & Jenik (1987) sejumlah herba menunjukkan
bentuk-bentuk yang menarik, warna serta struktur permukaan daun yang
sebagian besar darinya telah menjadi tanaman rumah yang popular seperti
jenis dari suku Araceae, Gesneriaceae Urticaceae dan lain-lain. Tumbuhan
herba memiliki organ tubuh yang tidak tetap di atas permukaan tanah,
siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak (Wilson &
Loomis, 1962). Menurut Soemarwoto et al (1992), herba mempunyai akar
dan batang di dalam tanah yang tetap hidup di musim kering dan akar akan
menumbuhkan tajuk barunya di permukaan pada musim hujan.
Sekumpulan herba dengan spesies yang sama dan berkumpul pada
saat yang sama dan dapat melakukan persilangan di antara sesama
jenisnya yang menghasilkan keturunan yang fertil dinamakan populasi
herba. Populasi herba merupakan populasi tumbuhan yang dinamikanya
dapat diamati dengan melihat penyebarannya

permukaan bumi, jarak

yang tidak sama antara tumbuhan satu dan tumbuhan lainnya disebabkan
karena perbedaan lingkungan, sumber daya, tetangga dan gangguan.
Perbedaan lingkungan tidak hanya mempengaruhi dan memodifikasi
distribusi dan kelimpahan individu, tetapi sekaligus merubah laju
pertumbuhan, produksi biji, pola percabangan, area daun, area akar, dan
ukuran individu. Apabila pengertian tumbuh-tumbuhan ditekankan pada
hubungan yang erat antara komponen organisme dan factor lingkungan,
maka hal ini disebut ekosistem. Penyebaran tumbuhan, kehidupan, pola
pertumbuhan serta kecepatan reproduksi semuanya mencerminkan
adaptasi tumbuhan tersebut dengan lingkungannya. Parameter populasi

yang dapat digunakan untuk mengukur aspek dalam populasi serta model
pertumbuhan diantaranya dapat ditinjau dari:
a. Keluasan penyebaran distribusi
b. Kecepatan pertumbuhan
c. Frekuensi gen
d. Densitas
e. Perbandingan antara sex ratio
f.

Pola penyebaran

g. Struktur umur
2.2 Nilai Penting Komunitas Herba
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian nilai penting herba maupun vegetasi yaitu metode
kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi
dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis
dengan metode kuadrat (Surasana, 1990).
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat
atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi
sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk
analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap
variabel yang berupa kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Berikut ini beberapa perhitungan yang digunakan dalam metode
kuadrat guna mengetahui nilai penting komunitas herba:
Kerapatan populasi
Kerapatan populasi didefinisikan sebagai ukuran besar populasi
yang berhubungan dengan satuan ruang. Kerapatan populasi
ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis
tumbuhan di dalam area tersebut. Kerapatan adalah parameter yang
menunjukkan jumlah spesies dalam satu unit area (Naughton dan

Wolf, 1992). Terdapat dua jenis kerapatan, yaitu kerapatan mutlak


(KM) dan kerapatan relatif (KR).
Kerapatan mutlak atau KM menunjukkan perbandingan dari
jumlah total spesies dengan jumlah area. Semakin tinggi nilai KM,
semakin tinggi jumlah spesies tersebut dibandingkan spesies lainnya.
Nilai KM sangat berpengaruh terhadap nilai KR atau Kerapatan
Relatif, karena nilai KR diperoleh dari kerapatan mutlak spesies
tersebut dibagi jumlah total kerapatan mutlak seluruh spesies
kemudian dikalikan 100 persen (Naughton dan Wolf, 1992).
Dibawah ini merupakan rumus untuk menghitung KM dan KR:
Kerapatan Mutlak spesies A (KM )=

Kerapatan Relatif spesies A(KR)=

jumla hindividu spesies A


total luas area cuplikan

KM spesies A
jumla h total KM seluru h spesies

Dengan, luas area cuplikan = jumlah plot x luas plot

Selain kerapatan populasi, terdapat pula kerimbunan. Kerimbunan


ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis
tumbuhan.

Frekuensi
Frekuensi dapat digunakan sebagai parameter vegetasi yang dapat
menunjukkan distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dalam ekosistem
atau memperlihatkan pola distribusi tumbuhan. Nilai yang diperoleh
dapat

pula

untuk

menggambarkan

kapaitas

reproduksi

dan

kemampuan

adaptasi

serta dapat pula

menunjukkan jumlah

sampling unit yang mengandung jenis tumbuhan tertentu (Fachrul,


2007). Frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis
tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan
dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam
persen (%) (Surasana, 1990). Terdapat 2 jenis frekuensi yaitu
frekuensi mutlak (FM) dan frekuensi relatif (FR).
Frekuensi mutlak dan frekuensi relatif menunjukkan pemerataan
dari setiap spesies yang diobservasi (Naughton dan Wolf, 1992).
Frekuensi mutlak menunjukkan pemerataan atau persebaran dari
spesies, semakin tinggi nilai frekuensi mutlaknya, semakin tersebar
spesies tersebut (Naughton dan Wolf, 1992). Semakin rendah nilai
frekuensi mutlaknya, semakin tidak tersebar spesies itu, melainkan
hanya berkelompok di salah satu plot atau cuplikan, tidak banyak
ditemukan di plot atau cuplikan lain (Odum, 1971).
Frekuensi Mutlak spesies A ( KM )=

jumlah plot yg mengandung spesies A


jumlah seluruh individu

Frekuensi relatif merupakan perbandingan atau persen persebaran


atau pemerataan dari spesies tertentu terhadap total seluruh spesies
(Naughton dan Wolf, 1992). Semakin tinggi nilai FMnya, semakin
tinggi nilai FR dan semakin tersebar spesies tersebut.
Frekuensi Relatif spesies A( KM )=

Indeks Nilai Penting (INP)

FM spesies A
jumlah total FM seluruh spesies

Nilai penting menggambarkan karakter fitososiologi dalam


komunitas. Indeks nilai penting merupakan gabungan dari frekuensi
relatif, dominansi relatif, dan kerapatan relatif.
Nilai penting = Dominansi relatif + frekuensi relatif + Densitas
relatif
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah
spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies
diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada.
Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks
keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu
komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies
tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael,
1994).
Nilai INP menunjukkan kelimpahan dari suatu spesies dari suatu
area. Nilai ini sangat berpengaruh dari jumlah spesies yang ditemukan
di setiap plot dan pemerataan atau persebaraan dari spesies tersebut
(Naughton

dan

Wolf,

1992).

Jenis-jenis

tumbuhan

disusun

berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai


yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai
penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk
vegetasi tersebut (Syafei, 1990)
Indeks Dominancy (ID)
Dominansi adalah pengendalian nisbi yang diterapkan oleh
makhluk atas komposisi spesies dalam komunitas. Dominansi mutlak
menunjukkan dominansi suatu spesies terhadap lingkungannya
(Naughton dan Wolf, 1992). Dominansi yang tinggi menunjukkan
level otorisasi atau dominansi dari suatu spesies terhadap spesies
lainnya dalam area yang sama (Naughton dan Wolf, 1992). Namun
semakin tinggi tingkat dominansinya, semakin rendah tingkat
keanekargaman dalam area tersebut karena didominasi oleh salah satu

spesies saja. Dominansi suatu spesies dapat terjadi karena suatu


spesies lebih unggul terhadap spesies lainnya, baik terhadap perebutan
nutrisi, adaptasi terhadap lingkungan atau dalam perebutan area dan
lain sebagainya (Odum, 1971).
Berikut ini merupakan rumus untuk menghitung indeks
dominansi:
Indeks Dominansi ( ID ) =

Keterangan :

n x2 N
N ( N 1)

n = jumlah plot yang didalamnya terdapat spesies A


N = jumlah seluruh spesies di seluruh plot
x = jumlah spesies A pada seluruh plot

Indeks dominansi menunjukkan tingkat dominansi suatu tumbuhan


dalam suatu area (Naughton dan Wolf, 1992). Nilai indeks dominansi
dapat dijadikan parameter untuk menentukan pola penyebaran suatu
tumbuhan apakah penyebaran termasuk random, seragam, atau
mengelompok (Naughton dan Wolf, 1992).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil analisis vegetasi herba di lapangan sebelah selatan Foodcourt
Baseball UNESA disajikan dalam Tabel 1.
N
o

Spesies

Jumla
h

Jumlah
plot

KM

FM

DM

KR
(%)

DR

FR

INP

ID

Lourea obcordata

2,67

0,125

0,33

1,8

0,062

0,114

0,194

0,142

Ipomea aquatica

13

4,33

0,077

0,33

2,9

0,062

0,070

0,161

0,375

Ephorbia hirata
Drohororephora
integrifola
Murdania blumei

1,33

0,250

0,33

0,9

0,062

0,228

0,299

0,035

20

6,67

0,100

0,67

4,4

0,126

0,091

0,261

0,889

13

4,33

0,154

0,67

2,9

0,126

0,140

0,295

0,376

4
5
6

Cyperus kyllingra
Cyperus
erqulentus
Dendrocnide
moroides

2,33

0,143

0,33

1,5

0,062

0,130

0,207

0,189

23

7,67

0,087

0,67

5,1

0,126

0,080

0,257

1,176

10

3,33

0,010

0,33

2,2

0,062

0,009

0,093

0,222

Mentha citrata

340

113,3

0,009

75,2

0,188

0,008

0,948

258,9
76

10

Ruellia tuberosa

14

4,67

0,143

0,67

3,1

0,126

0,130

0,287

0,436

150,6

1,098

5,33

7
8

Total

452

262,8

16

Tabel 1. Hasil analisis vegetasi herba di lapangan sebelah selatan Foodcourt Baseball
UNESA

B. Pembahasan
Berdasarkan analisis hasil di atas, di lapangan sebelah selatan
Foodcourt Baseball UNESA diperoleh vegetasi herba sebanyak 10 spesies
dengan jumlah seluruhnya 452. Analisis vegetasi herba yang telah dilakukan
ditentukan berdasarkan kerapatan, frekuensi, dominansi, indeks nilai penting,
dan

indeks

dominansi.

Lingkungan

merupakan

faktor

yang

dapat

mempengaruhi kerapatan, frekuensi, dominansi, indeks nilai penting, dan


indeks dominansi suatu spesies, sehingga antara spesies satu dengan spesies
yang lain berbeda-beda (Odum, 1971). Faktor lingkungan tersebut
diantaranya curah hujan, suhu, kelembapan, pH tanah, dan cahaya (Odum,
1971).
Kerapatan adalah parameter yang menunjukkan jumlah spesies dalam
satu unit area (Naughton dan Wolf, 1992). Kerapatan mutlak atau KM
menunjukkan perbandingan dari jumlah total spesies dengan jumlah area.
Semakin tinggi nilai KM, semakin tinggi jumlah spesies tersebut dibandingkan
spesies lainnya. Berdasarkan data pada Tabel 1, nilai KM tertinggi dimiliki
oleh Mentha citrata, yakni sebesar 113,33. Nilai KM terendah diperoleh
Euphorbia hirata yakni sebesar 1,33. Nilai KM sangat berpengaruh terhadap
nilai KR atau Kerapatan Relatif, karena nilai KR diperoleh dari kerapatan
mutlak spesies tersebut dibagi jumlah total kerapatan mutlak seluruh spesies
kemudian dikalikan 100 persen (Naughton dan Wolf, 1992). Nilai KR
merupakan nilai presentase atau perbandingan antara KM satu spesies dengan
KM spesies lainnya.Semakin tinggi nilai KM, maka semakin tinggi pula nilai
KR spesies tersebut. Nilai KR tertinggi dimiliki oleh Mentha citrata sebesar
75,2% dan nilai KR terendah dimiliki oleh Euphorbia hirata, yakni sebesar 0,
9%.
Frekuensi mutlak dan frekuensi relatif menunjukkan pemerataan dari
setiap spesies yang diobservasi (Naughton dan Wolf, 1992). Frekuensi mutlak
menunjukkan pemerataan atau persebaran dari spesies, semakin tinggi nilai
frekuensi mutlaknya, semakin tersebar spesies tersebut (Naughton dan Wolf,

1992). Semakin rendah nilai frekuensi mutlaknya, semakin tidak tersebar


spesies itu, melainkan hanya berkelompok di salah satu plot atau cuplikan,
tidak banyak ditemukan di plot atau cuplikan lain (Odum, 1971). Frekuensi
mutlak tertinggi dimiliki oleh Euphorbia hirata, yakni sebesar 0,250. Frekuensi
mutlak terendah dimiliki oleh Mentha citrata yakni sebesar 0,009. Tingkat
persebaran yang rendah dapat terjadi karena berbagai hal, mulai dari habitat
yang kurang mendukung, organ reproduktif vegetatif, dan lain sebagainya
(Naughton dan Wolf, 1992).
Frekuensi relatif merupakan perbandingan atau persen persebaran atau
pemerataan dari spesies tertentu terhadap total seluruh spesies (Naughton dan
Wolf, 1992). Semakin tinggi nilai FMnya, semakin tinggi nilai FR dan semakin
tersebar spesies tersebut. Euphorbia hirata memiliki FM tertinggi, sehingga
FRnya pun merupakan yang tertinggi dari tanaman lain, sedangkan FR
terendah dimiliki oleh Mentha citrata.
Dominansi mutlak menunjukkan dominansi suatu spesies terhadap
lingkungannya (Naughton dan Wolf, 1992). Dominansi mutlak tertinggi
dimiliki oleh Mentha citrata, yakni sebesar 1. Dominansi mutlak terendah
dimiliki oleh Lourea obcordata, Ipomea aquatica, Euphorbia hirata, Cyperus
kyllingra, dan Dendrotide moroides, yakni sebesar 0,33. Nilai DM digunakan
untuk menentukan nilai DR. Jika nilai DM tinggi, maka nilai DR juga tinggi,
begitu sebaliknya. Mentha citrata mempunyai DM tertinggi, sehingga DRnya
pun merupakan yang tertinggi dari tanaman lain, sedangkan DR terendah
dimiliki oleh Euphorbia hirata, Cyperus kyllingra, dan Dendrotide moroide.
Nilai DR ialah persentase atau perbandingan nilai DM spesies tersebut
dibandingkan dengan total DM seluruh spesies (Naughton dan Wolf, 1992).
Dominansi yang tinggi menunjukkan level otorisasi atau dominansi dari suatu
spesies terhadap spesies lainnya dalam area yang sama (Naughton dan Wolf,
1992). Namun semakin tinggi tingkat dominansinya, semakin rendah tingkat
keanekargaman dalam area tersebut karena didominasi oleh salah satu spesies
saja. Dominansi suatu spesies dapat terjadi karena suatu spesies lebih unggul
terhadap spesies lainnya, baik terhadap perebutan nutrisi, adaptasi terhadap
lingkungan atau dalam perebutan area dan lain sebagainya (Odum, 1971).

Indeks nilai penting adalah kombinasi dari kerapatan relatif, frekuensi


relatif dan dominansi relatif dari suatu spesies (Naughton dan Wolf, 1992).
Nilai INP menunjukkan kelimpahan dari suatu spesies dari suatu area. Nilai ini
sangat berpengaruh dari jumlah spesies yang ditemukan di setiap plot dan
pemerataan atau persebaraan dari spesies tersebut (Naughton dan Wolf, 1992).
Nilai INP tertinggi dimiliki oleh Mentha citrata, yakni sebesar 0,948.
Indeks dominansi menunjukkan tingkat dominansi suatu tumbuhan
dalam suatu area (Naughton dan Wolf, 1992). Nilai indeks dominansi dapat
dijadikan parameter untuk menentukan pola penyebaran suatu tumbuhan
apakah penyebaran termasuk random, seragam, atau mengelompok (Naughton
dan Wolf, 1992). Nilai indeks dominansi vegetasi herba di lapangan sebela
selatan Foodcourt Baseball UNESA sebesar 262,816. Naughton dan Wolf (1992)
menyatakan bahwa pola penyebaran ID>1 menunjukkan penyebaran seragam,
sehingga ID vegetasi herba sebesar 262,816>1 menyatakan bahwa penyebaran
seragam.

DAFTAR PUSTAKA
Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Longman, K. A & J. Jenik. 1987. Tropical Forest Ecology. An Imprint of
Champman & Hall. Boundary Row. London. p.111-112.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Diambil dari http://www.digilib.unnec.ac.id/.../doc.pdf.
Diakses pada 25 September 2016.
Mc Naughton, S.J dan Wolf, Larry L., 1992. Ekologi Umum Edisi kedua.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Odum, TH., 1971. Ekologi Sistem : Suatu Pengantar. Yogyakarta: Gadjah
Mada Universitas Press.
Soemarwoto, O., E. Guharja., & A. H. Nasution. 1992. Melestarikan Hutan
Tropika. Ed I. Cet I. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Surasana, E. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA Institut
Teknologi Bandung.
Syafei, Eden Surasana. 1990.Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Wilson, C. L. & W. E. Loomis. 1962. Botany. 3rd Edition. New York: Jon
Wiley and Sons.

Вам также может понравиться