Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang
bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi iritasi, akan berwarna merah dapat mengenai kedua mata (Ilyas, 2015). Pasien di bawah umur 15 tahun jarang terjadi pterigium. Prevalensi pterigium meningkat dengan umur, terutama dekade ke-2 dan ke-3 dari kehidupan. Insiden tinggi pada umur antara 20-49 tahun. Kejadian berulang (rekuren) lebih sering pada umur muda daripada umur tua. Laki-laki 4 kali lebih beresiko dari perempuan dan berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah, riwayat terpapar lingkungan di luar rumah. Di daerah tropis seperti Indonesia, dengan paparan sinar matahari tinggi, risiko timbulnya pterigium 44x lebih tinggi dibandingkan daerah non-tropis, dengan prevalensi untuk orang dewasa > 40 tahun adalah 16,8%; laki-laki 16,1 % dan perempuan 17,6 % (Shintya, et al, 2010). Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi (Ilyas, 2015). Patofisiologi pterigium ditandai dengan degenerasi elastotik kolagen dan proliferasi fibrovaskular, dengan permukaan yang menutupi
ephitelium.
Pengobatan pterigium adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan
pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme
iregular atau pterigium yang telah menutupi media penglihatan. 1.2 Tujuan Penyusunan referat ini bertujuan untuk membahas mengenai pterigium yang beresiko menyebabkan gangguan penglihatan. Referat ini bermaksud untuk lebih memahami tentang gambaran pterigium. Selain itu juga bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik di RSUD Bhayangkara Kediri, Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.