Вы находитесь на странице: 1из 4

Jokowi Akan Hapus Semua Aturan Menteri

yang Menghambat Investasi


Kalau memang ini dianggap overlapping, tumpang tindih, menghambat, dan menambah
rantai perizinan semakin panjang. Presiden menginstruksikan untuk dicabut

Pelayanan izin usaha di PTSP BKPM Katadata | Arief Kamaludin


Selasa, 23 Agustus 2016 | 21:17 WIB
Safrezi Fitra

Share
70
Komentar
59
Terbaca
59.3K

Darmin: Wajib Pajak Tak Perlu Takut dengan Satgas Tax Amnesty

Jokowi Minta Ditjen Pajak Bentuk Satgas Khusus Tax Amnesty

Presiden Dorong Teknologi Finansial buat Transaksi Keuangan


Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan akan menghapus semua aturan menteri yang
dianggap bisa menghambat perizinan usaha. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki sistem
perizinan usaha demi menarik minat investor menanamkan modalnya di Indonesia.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengungkapkan hal ini usai rapat terbatas di Kantor
Presiden, Jakarta, Selasa (23/8). Dalam rapat tersebut Jokowi sempat menyinggung
banyaknya aturan di tingkat menteri yang selama ini menghambat dan menambah panjang
birokrasi perizinan usaha.
Jokowi pun memintanya untuk membuat daftar peraturan menteri mana saja yang bisa
menghambat proses perizinan. Aturan-aturan ini perlu segera diperbaiki dan disederhanakan.
Sama seperti yang pernah dilakukan pemerintah menghapus ribuan peraturan daerah yang
bermasalah beberapa waktu lalu.

Kalau memang ini dianggap overlapping, tumpang tindih, menghambat, dan menambah
rantai perizinan semakin panjang. Presiden menginstruksikan untuk dicabut, kata Pramono
usai rapat tersebut. (Baca: Hasil Evaluasi, Paket Kebijakan Belum Menggairahkan Investasi)
Presiden juga memerintahkan setiap menteri atau pimpinan lembaga tidak asal mengeluarkan
peraturan, khususnya yang terkait perizinan usaha. Nantinya setiap Peraturan Menteri
(Permen), Keputusan Menteri (Kepmen), dan Surat Edaran Menteri (SE) yang akan
dikeluarkan, harus dikoordinasikan terlebih dahulu. Minimal harus disepakati dan disetujui
dalam rapat di tingkat Kementerian Koordinator.
Selain memperbaiki aturan, Jokowi memerintahkan Pramono, Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman untuk mengumpulkan semua
formulir perizinan investasi. Formulir-formulir ini juga dianggap menjadi awal keruwetan
perizinan investasi di dalam negeri.
Sebenarnya bisa dibuat simpel, tapi menjadi panjang karena begitu kompleksnya perizinan,
kata Pramono. (Baca: Ribuan Aturan Bermasalah, Jokowi: Menteri Jangan Asal Teken)
Pramono menceritakan suasana rapat tersebut, di mana Wakil Presiden mencontohkan
masalah perizinan investasi ini seperti persyaratan nikah di Indonesia. Setiap pengantin harus
menandatangani dokumen sebanyak lima kali. Setelah dipelajari formulirnya memang sangat
kompleks.
Sama halnya dengan formulir perizinan di Indonesia yang tebal dan rumit. Formulir yang
harus diisi investor merupakan implementasi dari banyaknya aturan yang ada. Padahal aturan
tersebut belum tentu ada manfaatnya dan bahkan menghambat proses perizinan usaha.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan selama
ini investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia harus dihadapkan pada formulir
perizinan yang tebal dan aturan yang rumit. Hal ini dianggap dapat menurunkan minat
investor berinvestasi. Sementara Indonesia butuh investasi untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Tadi presiden juga meminta, coba Pak Tom kumpulkan contoh-contoh formulir perizinan di
negara lain, kata Tom Lembong.
Salah satu negara yang sempat disinggung adalah Dubai. Jokowi ingin melihat seberapa tebal
formulir perizinan di negara tersebut dan sesederhana apa peraturannya. Dari situ, Indonesia
bisa belajar dan mengadopsi sistem perizinan di negara lain agar menjadi lebih baik.
Harapannya dengan perbaikan izin ini daya saing Indonesia bisa meningkat dan investor lebih
tertarik lagi berinvestasi di Tanah Air. Karena jika tidak, maka investor akan lebih memilih
berinvestasi di negara lain ketimbang Indonesia. (Baca: Kepala BKPM Minta Semua
Kementerian Terbuka Terhadap Investasi)
Menurut Tom, ancaman saingan Indonesia di ASEAN adalah Vietnam. Saat ini ekspor
nonmigas Vietnam sudah melebihi ekspor nonmigas Indonesia. Padahal ekonomi Vietnam
hanya sepertiga ekonomi Indonesia.

Bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menceritakan begitu sederhananya rezim peraturan
di Vietnam, sangat terbuka, formulirnya juga tipis, ujarnya.
Tags:

Вам также может понравиться