Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya),
serta orang yang disegani/dihormati di kampung atau tetua. Orang tua
merupakan sebutan yang umum digunakan bagi bapak dan ibu oleh seorang
anak. Sebutan bapak bagi orang tua yang berjenis kelamin laki-laki, sebutan
ibu bagi orang tua yang berjenis kelamin wanita (Setiawan, 2013)
Menurut Hasbullah (1999) dalam Setiawan, (2013) Orang tua
mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga.
Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
memiliki ikatan darah perkawinan atau adopsi. Dalam keluarga, orang tua
adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari
merekalah anak pertama kali menerima pendidikan. orang tua yang secara
sadar mendidik anak-anaknya akan selalu dituntun oleh tujuan pendidikan,
yaitu ke arah anak dapat mandiri, kearah satu kepribadian yang utama.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dilihat bahwa orang tua adalah
ibu dan bapak. Orang yang melahirkan (bagi ibu), merawat, mendidik, dan
bertanggung jawab terhadap anak-anaknya dalam semua aspek kehidupan
yang dapat membentuk anak menjadi pribadi-pribadi yang mampu
9
10
11
Dalam
keluarga
itulah
dia
mengenal
pendidikan
atau
12
faktor
pertama
yang
akan
mempengaruhi
sekaligus
13
pendapat,
cenderung
memaksakan
kehendak
dalam
14
2. Demokratis
Dari semua tipe pola asuh yang ada tipe pola asuh demokratis
meurpakan tipe pola asuh yang terbaik. Hal ini dikarenakan kepetingan
bersama selalu didahulukan daripada kepentingan individu anak. Tipe ini
merupakan tipe pola asuh dimana control terhadap anak tidak telalu
banyak dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Macam-macam ciri dari
tipe pola asuh yang demokratis adalah sebagai berikut:
a. Pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia
merupakan titik tolak dalam proses pendidikan terhadap anak.
b. Orang tua selalu berusaha menyamakan tujuan dan kepentingan
pribadi dengan kepentingan anaknya.
c. Orang tua senantiasa menerima pendapat, saran dan bahkan kritik dari
anak.
d. Mentolerir ketika anak membuat kesalahan dan memberikan
pendidikan kepada anak agar tidak berbuat kesalahan serta tidak
mengurangi inisiatif daya kreativitas, dan prakarsa dari anak.
e. Lebih menitik beratkan kerja sama dalam mencapai tujuan.
f. Orang tua akan selalu berusaha untuk menjadikan anaknya lebih
sukses daripada dirinya.
Membuat anak untuk berbagi tanggung
15
terorganisasi dengan baik, akan tetapi gaya ini dapat berjalan dalam
suasana yang rileks dan memiliki kecenderungan untuk menghasilkan
produktivitas dan kreativitas, sebab tipe pola asuh demokrastis ini mampu
memaksimalkan kemampuan yang dimiliki anak.
3. Permisif
Pola asuh permissive, Santrock (1998) dalam (Taganing, 2008)
membagi pola asuh ini menjadi dua: neglectful parenting dan indulgent
parenting. Bila orang tua sangat tidak terlibat acuh dalam kehidupan anak
(tidak peduli) atu disebut dengan pola asuh neglectful parenting. Pola asuh
ini menjadikan anak kurang memiliki kebiasaan sosial terutama karena
adanya hasrat untuk mengontrol diri yang sangat kurang. Pola asuh yang
indulgent parenting yaitu apabila orang tua sangat terlibat penuh dalam
kehidupan anak, akan tetapi oramg tua hanya mengontrol dan meuntut
yang sangat minim (selalu memberikan kebebasan dan menuruti keinginan
anak) hingga dapat menyebabkan kebiasaani sosial yang tidak adekuat
karena umumnya anak belum mampu untuk menjalankan kontrol diri dan
menggunakan kebebasan yang diberikan kepadanta tanpa ada rasa
tanggung jawab serta memaksakan kehendaknya.
2.1.5
pengetahuan
dan
pendidikan
orang
tua
serta
16
17
kebudayaan
masyarakat
dalam
membimbing
anak
juga
2.2 Remaja
2.2.1
Pengertian Remaja
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yan sangat
penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga
mampu bereproduksi.
Sementara Salzman dalam (H. Yusuf, 2011) mengemukakan, bahwa
remaja merupkan masa perkembangan sikap tergantung (dependence)
terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual,
perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sobagal masa
"Strom & Stress", frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian,
mimpi dan rnelamun tentang cinta, dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari
kohidupan sosial budaya orang dewasa Lustin Pikunas (1976) dalam (H.
Yusuf, 2011).
2.2.2
Batas-Batas Remaja
Menurut Monks (1999) (dalam Chairul Yoel, 2008) remaja melalui
tiga tahap proses perkembangan dalam menuju kedewasaan, disertai dengan
18
karakteristiknya, yaitu:
1. Remaja awal (12-15 tahun)
Pada tahap ini perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja
membuat remaja heran dan perubahan-perubahan tersebut disertai dengan
dorongan-dorongan pikiran-pikiran baru mulai mereka kembangkan,
mudah tertarik pada lawan jenis serta mudah terangsang secara erotis.
berkurangnya pengendalian terhadap ego disebabkan oleh kepekaan yang
berlebihan sehingga menyebabkan remaja sulit dipahami oleh orang
dewasa.
2. Remaja tengah (15-18 tahun)
Pada tahap ini, teman-teman sangat dibutuhkan oleh remaja.
Menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan
dirinya atau lebih disebtut narsistik (mencintai dirinya sendiri). Remaja
dalam kondisi kebingan pada tahap ini karena masih ragu harus memilih
mana yang akam ia pilih, peduli atau peka, sendiri atau ramai-ramai,
pesimis atau optimis, dan sebagainya.
3. Remaja akhir (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa yang hampir mencapai kedewasaan,
ditandai dengan pencapaian:
a. Minat yang kian mantap akan fungsi-fungsi intelek.
b. kepribadian mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain serta
memeroleh pengalaman-pengalaman yang baru.
c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
19
remaja
dimana
semua
perkembangan
itu
memperlukan
20
21
22
merupakan perilaku yang akan memberikan citra dari apa yang mereka
inginkan. (Chairul Yoel, 2008).
2.2.4
individu
tumbuh
dan
berkembang
selama
perjalanan
23
dengan
keluarnya
rambut
ketiak.
Pada
remaja
perempuan
Perkembangan sosial
24
Salah satu tugas perkembangan remaja yang sangat sulit ialah yang
berhubungan dengan penyesuaian diri dengan sosial. Remaja harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenisnya dalam hubungan yang sebelumnya
belum pernah ada dan harus menyelaraskan diri dengan orang dewasa di luar
lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah (Monks, dkk. 2007).
Usaha untuk maraih tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus
melakuakan banyak penyesuaian diri baru. Hal yang terpenting dan tersulit
ialah adaptasi diri dengan meningkatnya dampak kelompok sebaya, perubahan
dalam perilaku sosial, nilai-nilai baru dalam pilihan persahabatan, nila-nilai
baru dalam support serta antipasti atau penolakan sosial, dan nilai-nilai baru
dalam seleksi kepemimpinan (Monks, dkk. 2007).
3.
Perkembangan emosi
Masa remaja ini biasa juga dinyatakan sebagai periode badai dan
tekanan, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meningkat sebagai
akibat dari perubahan fisik. Meningginya perubahan emosi ini disebabkan
karena adanya tekanan sosial serta menghadapi kondisi baru. Pada masa ini
remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah
yang menggebu-gebu, melainkan hanya dengan menggerutu, atau dengan
suara keras mengritik orang-orang yang menyebabkan amarahnya meningkat
(Irwanto, dkk , 2007) dalam (Safitri & Hidayati, 2013).
4.
Perkembangan moral
Pada perkembangan moral ini remaja telah bisa mempelajari apa yang
diingikan oleh kelompok daripada dirinya sendiri kemudian mau membentuk
25
Perkembangan kepribadian
Pada masa remaja, remaja laki-laki dan remaja perempuan sudah
mengetahui sifat-sifat yang baik serta sifat yang buruk, dan mereka menilai
sifat-sifat ini sesuai dengan sifat apa yang dimiliki teman-temannya. Mereka
juga menyadari akan peran kepribadiannya dalam hubungan sosial dan oleh
karena itu mereka terdorong untuk membenahi kepribadian mereka. Banyak
remaja yang menggunakan standar kelompok sebagai dasar citra mereka
mengenai kepribadian yang ideal. Tidak banyak yang merasa sanggup
mencapai gambaran yang ideal ini dan mereka yang tidak berhasil ingin
mengubah kepribadian mereka (Monks, dkk. 2007).
Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang
sangat bermanfaat bagi individu ketika menyelesaikan tugas perkembangan,
yaitu:
26
27
dengan baik. Menurut Hurlock (1973) dalam (Retnowati, 2013) ada beberapa
masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu
sebgai berikut:
1. Masalah pribadi, yakni masalah-masalah yang hubungannya dengan
situasi dan kondisi pada saat di rumah, di sekolah, kondisi fisik,
penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
2. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang kurang
jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalah
pahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, serta adanya
hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh
orang tua.
Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada dewasa ini
membutuhkan orang yang sangat kompeten dan trampil untuk mengelola
teknologi tersebut. Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan
teknologi yang demikian cepat akan dapat membuat mereka merasa malu,
gagal, bahkan kehilangan harga diri, serta mengalami gangguan emosional.
2.3 Depresi
2.3.1
Pengertian Depresi
Depresi adalah merupakan salah satu gangguan perasaan yang di
tandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, gangguan gejala tidur,
tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa kosong, dan tidak ada
harapan. Sedangkan menurut Nugroho, W. (2000) dalam Moewardi, (2013)
28
Gejala Depresi
Menurut Radityo (2012) Gejala depresi dapat dibagi menjadi beberapa
garis besar yakni:
1. Gangguan emosi:
Perasaan sedih atau murung, ansietas, iritabilitas, ikatan emosi
berkurang, menarik diri dari hubungan interpersonal, serta preokupasi dengan
kematian.
2. Gangguan kognitif:
Distorsi kognitif seperti mengeritik diri sendiri, rasa bersalah, persaan
tak berharga, pesimis, kepercayaan diri turun, serta putus asa. Penurunan
fungsi kognitif seperti bimbang, perhatian kurang, konsentrasi memburuk,
daya ingat menurun, dan juga sering ragu-ragu.
3. Keluhan somatik:
Keluhan saluran pencernaan, sakit kepala, keluhan haid, dan lain-lain.
4. Gangguan psikomotor:
29
Etiologi Depresi
Menurut Mayasari (2013) Penyebab depresi tidak hanya satu, tetapi
multifaktorial. Sebagian besar penyebabnya mungkin muncul dari orang itu
sendiri. Karena tidak jelas pada anatomi, biokimia, atau fisiologi untuk
menjelaskan depersi, maka investigator setuju depresi merupakan sindrom
psikobiologikal komplek yang dapat didiagnosis hanya pada gejala.
1. Faktor Genetik
Genetik ialah indikasi kuat dan signifikan yang terlibat antara
perkembangan gangguan suasana hati, tapi pola warisan genetik kompleks
atau berbelit-belit. Faktor yang bukan genetik juga berperan penting dalam
perkembangan gangguan suasana hati. Pada penelitian, genetik sebagai
indikasi terjadi depresi menunjukan adanya pengaruh dari multiple genre
dengan lingkungan atau faktor yang lainnya.
2. Faktor Biologi
Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi merupakan
serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat menimbulkan depresi,
beberapa dari pasien percobaan bunuh diri memiliki serotonin yang rendah.
30
31
Episode Depresif
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
1. Afek depresi
32
Berkurangnya makan
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan
33
34
35
2.3.5
36
depresi yang dibuat oleh Dr. Aaron T. Beck. BDI pertama kali diterbitkan pada
tahun 1961 terdiri dari dua puluh satu pertanyaan tentang bagaimana perasaan
klien pada minggu terakhir terkait tanda dan gejala depresi. BDI merupakan
salah satu instrumen yang paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat
keparahan depresi. Instrumen BDI dirancang untuk individu yang berusia 12
dan lebih, dan terdiri dari pertanyaan yang berhubungan dengan gejala depresi
seperti keputusasaan dan marah, kognisi seperti perasaan bersalah atau
dihukum, serta gejala fisik seperti kelelahan, penurunan berat badan (Beck,
2006 dalam Maulida, 2012).
Cooper (2010) dalam Maulida (2012) menjelaskan bahwa temuan awal
dari BDI disajikan menjadi faktor kognitif, afektif, dan somatik. Gejala
depresi yang termasuk dalam faktor kognitif ialah kesedihan, pesimis,
37
TINGKATAN DEPRESI
Naik turunnya perasaan ini tergolong wajar
Gangguan mood atau perasaan murung yang ringan
Garis batas depresi klinis
Depresi sedang
Depresi parah
Depresi ekstrim
1. pencegahan primer
38
39
pengajaran yang terencana dan terkait dengan konsep kesehatan yang meliputi
pelayanan kesehatan dan pola hidup sehat. Penggunaan media pendidikan, sumber
daya perpustakaan dan fasilitas yang ada di sekolah dapat dijadikan media
informasi kesehatan untuk membangun sikap positif terhadap kesehatan dan
membangun praktik kesehatan di lingkungan sekolah (Hakiqi, 2013)
2.6 Evidence-Based Practice (EBP) + hubungan pola asuh orang tua dengan
depresi pada remaja usia 12-15 tahun di SMP Negeri 1 Lawang
40
Nama
Tahun
2013
Judul
Hubungan
Antara
Metode
Pola penelitian
Zuhri
2009
Tingkat
Depresi
Remaja
di
SMK
deskriptif Terdap
dengan bermak
Pada pendekatan
cross orang
10 sectional,
depresi
November Semarang
Pola Komunikasi Orang Metode kualitatif
Hasil
Tua
kebany
Terhadap
Anak
yang
Depresi
mengal
pola ko
(otorite
pola k
3
Fitriana
2013
(memb
Hubungan Persepsi Pola Penelitian ini adalah Hasil p
Asuh Dengan Harga Diri penelitian
kuantitatif hubung
bersifat antara
Negeri
dengan dengan
Kecamatan korelasional,
41
Pedurungan
Semarang
4
Hubungan
Dengan
cross sectional
Pola
Asuh Metode
Kecenderungan digunakan
Depresi
Anak
Sekolah
SD
yang Hasil
dalam menun
Ngabean
cross asuh
sectional deskriptif.
kecend
anak-an
5
Puspa Madyarini
2013
Hubungan
antara
( p=0,0
Hasil d
ada h
Karini
dengan
pada
signifik
Otorite
Purworejo
Depres
Depresi
Negeri
2.7 Hubungan Pola Asuh Dengan Depresi Pada Remaja
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur)
yang tetap. Ketika pola diberi arti bentuk/struktur yang tetap, maka hal itu semakna
dengan istilah "kebiasaan" sedangkan Asuh sendiri memiliki arti mengasuh, satu
bentuk kata kerja yang bermakna menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil,
42
43
Bagan 2.1: Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Depresi Pada
Remaja Usia 12-15 Tahun Di SMP Negeri 1 Lawang
Remaja Dengan Usia 12-15 Tahun Dari Kelas VII, VIII, IX di SMP Negeri 1 Lawang
Ringan
Sedang
Keterangan:
: Di Teliti
: Tidak di Teliti
: Mempengaruhi
: Ada Hubungan
2.8.1
44
Dari bagan diatas terlihat bahwa peran orang tua dalam pola
asuh dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua, lingkungan tempat
tinggal, serta budaya, tiga aspek tersebut dapat mempengaruhi orang
tua dalam memberikan pola asuh, ada tiga macam pola asuh yakni pola
asuh otoriter adalah tipe pola asuh orang tua yang memaksakan
kehendak, yang kedua pola asuh demokratis adalah tipe pola asuh yang
selalu mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan
individu anak, dan yang terkahir pola asuh permisif, pola asuh ini
dibagi menjadi dua yakni pola asuh neglectful parenting dan indulgent
parenting. indulgent parenting yaitu bila orang tua sangat terlibat
dalam kehidupan anak, namun hanya memberikan kontrol dan tuntutan
yang sangat minim, neglectful parenting yaitu bila orang tua sangat
tidak terlibat dalam kehidupan anak (tidak peduli).
Banyak faktor yang mempengaruhi depresi pada remaja yakni
faktor biologi, genetik, psikososial dan sosial, dalam faktor sosial
dipengaruhi oleh banyak hal antara lain, status perkawinan orang tua,
status sosial keluarga, jumlah sanak saudara, fungsi perkawinan atau
struktur keluarga, perpisahan orang tua, serta pola asuh orang tua
sendiri sehingga apabila pola asuh orang tua yang diberikan kepada
anak salah akan berpengaruh negatif pada anak dan menyebabkan
depresi, untuk depresi sendiri ada tiga klasifikasi yakni depresi ringan,
depresi sedang dan depresi berat.
2.9 Hipotesis
45