Вы находитесь на странице: 1из 18

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No.

4 (2013)

PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PADA KOPERASI SETIA BHAKTI


WANITA SURABAYA
Beny Yusianto
benydezeeuw@ymail.com

Yazid Yud Padmono

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT
This research is conducted in order to find out the amount of fiscal correction in commercial financial report.
This research is performed in the KoperasiWanitaSetiaBhakti Wanita Surabaya. The purpose of tax management
to implement tax regulations correctly by implementing tax planning. Optimizing employees welf are cost and
giving facilities to members. By minimizing the tax burden and then subtracting the gross income without
violating the prevailing regulations.The result of the research indicates that the remaining of cooperative
business result is not taxed since it is in appropriate with the 2008 tax regulation of income tax article 4
subsection 3 no. 36. The recorded by cooperative revenue recognition was appropriate with the tax regulations so
the fiscal correction is not necessary. There is a difference of operational cost calculation which is done by
cooperative by using fiscal. Therefore fiscal correction is needed or it is called fiscal reconciliation. The amount of
positive correction during 2010 is as much as Rp. 518,108,782 and in 2011 is as much as Rp. 546,382,406. The
number of negative correction in 2010 is as much as Rp. 198,421,931 and in 2011 is as much as Rp. 77.548.756 .
The amount of salary cost which is counted by the cooperative to employmentif not using gross up method is
lower. The cooperative management is conducting the depreciation of assets by using linear method not using
double declining method.
Keywords:Tax Planning, Fiscal Reconciliation, Gross Up Method, Tax Regulation
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarn ya koreksi fiskal pada laporan keuangan
komersial. Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya. Maksud
manajemen pajak antara lain menerapkan peraturan perpajakan secara benar dengan menerapkan
perencanaan pajak (tax planning). Mengoptimalkan biaya kesejahteraan karyawan dan memberikan
fasilitas kepada anggota. Meminimalkan beban pajaknya mengurangi penghasilan bruto tanpa
melanggar Undang undang yang berlaku.Hasil penelitian menunjukkan Sisa Hasil Usaha Koperasi
tidak dikenakan pajak karena sesuai dengan peraturan pajak UU PPh Pasal 4 ayat 3 No. 36 tahun
2008. Pengakuan pendapatan usaha yang dicatat koperasi telah sesuai dengan peraturan pajak maka
tidak diperlukan koreksi fiskal. Terdapat perbedaan perhitungan biaya operas ional yang dilakukan
oleh koperasi dengan fiskus. Oleh karena itu diperlukan koreksi fiskal atau disebut Rekonsiliasi
Fiskal. Jumlah koreksi positif selama tahun 2010 Rp. 518.108.782,- dan tahun 2011 Rp. 546 382.406,-.
Jumlah koreksi negatif selama tahun 2010 Rp. 198.421.931,- dan tahun 2011 Rp. 77.548.756,-. Jumlah
biaya gaji yang dibayarkan koperasi kepada karyawan lebih rendah jika tidakmenggunakan metode
gross up. Sampai saat ini manajemen koperasi menggunakan metode garis lurus dalam penyusutan
aktiva tetap tidak menggunakan metode saldo menurun.
Kata kunci : Perencanaan Pajak, Rekonsiliasi Fiskal, Metode Gross Up, Peraturan Perpajakan

PENDAHULUAN
Masalah pajak adalah masalah masyarakat dan negara dan setiap orang yang hidup
dalam suatu negara pasti atau harus berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak
juga menjadi masalah seluruh rakyat dalam negara tersebut. Dengan demikian setiap orang
sebagai anggota masyarakat harus mengetahui segala permasalahanyang berhubungan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

dengan pajak, baik mengenai azas azasnya, jenis atau macam macam pajak yang berlaku
di negaranya, tata cara pembayaran pajak serta hak dan kewajibannya sebagi wajib pajak.
Usaha pengurangan atau penghematan pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara,
mulai dari yang masih dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan melanggar
peraturan pemerintah. Upaya dalam melakukan penghematan secara legal dapat dilakukan
melalui Manajemen Pajak (Tax Management). Manajemen pajak ini terdiri dari Perencanaan
Pajak (Tax Planning), Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation) dan
Pengendalian Pajak (Tax Control). Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam
penghematan pajak. Tujuan dari perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak
serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada. Perencanaan pajak dapat
berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap,
benar, dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya secara
optimal.
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini
dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi
jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Penelitian ini dilakukan karena di
dasari ingin mengetahui lebih lanjut apakah dengan diterapkannya perencanaan pajak pada
suatu perusahaan dapat lebih menguntungkan dari segi ekonomi suatu badan usaha. Selain
itu, penulis ingin menguji penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa penerapan
perencanaan pajak sangat berpengaruh signifikan terhadap manfaat yang diperoleh oleh
suatu perusahaan. Ditambah lagi dengan banyaknya persaingan di bidang bisnis tidak dapat
dipungkiri masih ada perusahaan yang masih melakukan kecurangan dalam hal
pembayaran pajak demi meningkatkan laba yang diperoleh. Oleh karena itu, lebih baik jika
melakukan pembayaran pajak seminimal mungkin dengan tetap mematuhi undang
undang perpajakan yang berlaku. Koperasi adalah suatu badan usaha yang tidak berfokus
untuk mencari laba tetapi mensejahterahkan anggotanya. Disarankan dengan
memberlakukan perencanaan pajak diharapkan dapat memberikan manfaat bagi koperasi
untuk tetap bertahan dari segi ekonomi dalam proses kegiatannya.
TINJAUAN TEORETIS
Pengertian Pajak dan Fungsi Pajak
Undang Undang pajak, sebagai bagian dari hukum yang mengikat warga Negara
merupakan elemen penting dalam menunjang pembangunan ekonomi. Saat ini, pajak
merupakan kontributor yang paling besar dari APBN dan memiliki peran sangat besar bagi
kelangsungan pembangunan bangsa ini. Untuk meningkatkan penerimaan pajak,
diperlukan perangkat hukum yang mengatur Perpajakan terhadap rakyat. Prinsip yang
utama adalah adanya keadilan pengenaan pajak. Keadilan akan tercapai jika adanya
kepastian Undang Undang Pajak.
Pengertian Pajak
Penambahan wawasan tentang pengertian pajak dikemukakan beberapa pengertian
pajak antara lain :
1.Definisi pajak (Resmi, 2009:1).
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi :

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

Pajak adalah perlaihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplus nya digunakan untuk public saving yang merupakan
sumber utama untuk membiayai public investment.
2.Definisi pajak (Munawir, 1992:3).
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaaan kepada negara
disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai hukuman, menurut peraturan peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan
umum.
Dari definisi definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang ciri ciri yang melekat
pada pengertian pajak sebagai berikut :
a. Pajak dipungut oleh negara (baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah)
berdasarkan dengan kekuatan undang undang serta aturan pelaksanaannya.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual
oleh pemerintah (tidak ada hubungan langsung antara jumlah pembayaran pajak dengan
kontra prestasi secara individual).
c. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pembayaran pemerintah, yang bila dari
pemasukkannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk membiayai public
investment, sehingga tujuan yang utama dari pemungutan pajak adalah sebagai sumber
keuangan negara (budgetair).
d. Pajak dipungut disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu pada seseorang.
Fungsi Pajak
Fungsi pajak secara umum terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber
keuangan negara) dan fungsi regularend (pengatur). (Resmi, 2009:3)
Pajak Dan Pengambilan Keputusan
Ditinjau dari segi perpajakan alternatif tersebut, pada umumnya menyangkut masalah
keuntungan dan biaya. Sebagian besar dari tindakan yang diambil dalam rangka perpajakan
dapat dikategorikan sebagai keuntungan pajak (tax benefit) atau biaya pajak (tax cost).
Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang beban pajaknya yang paling efisien yang harus
dibayar, akan tetapi lebih cenderung bagaimana memaksimalkan penghasilan setelah pajak
(after tax profit). Perbedaan ini adalah penting sebab para pengambil keputusan hendaknya
memutuskan masalah yang menyangkut biaya setelah pajak (after tax profit) dan
keuntungan setelah pajak (after tax profit) secara bersamaan tanpa mengabaikan masalah
keputusan memenuhi kewajiban perpajakan. (Zain, 2008:71)
Pemberian Natura Dan Kenikmatan
Biaya penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyedia makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai. Merupakan biaya fiskal yang tidak dapat dikurangkan dari
penghasilannya. Aspek pajak yang muncul akibat koreksi fiskal terhadap pemberian dalam
bentuk natura dan kenikmatan tersebut harus dipperhitungkan perusahaan. Pengambil
keputusan tidak memperhatikan adanya koreksi fiskal atas perhitungan yang dilakukan
oleh wajib pajak sendiri dan hanya memperhitungkan penghasilan setelah pajak komersial
dan pada akhirnya berpengaruh pula terhadap kegiatan perusahaan termasuk perencanaan
investasi dan / atau pembagian laba. (Zain, 2008:71)

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan Pajak


Perhitungan pajak terutang (final) merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu :
1. Variabel ketentuan peraturan perundang undangan pajak (Tax Law)
2. Variabel fakta (Facts)
3. Variabel proses administrasi dan kadang kadang juga proses pengadilan
Dari ketiga variabel tersebut, sedikit sekali perhatian terhadap peranan kritis dari suatu
fakta dan betapa pentingnya peranan suatu fakta dalam menentukan setiap sen utang pajak.
Pada umumnya fakta dapat dimodifikasi, dan apabila orang atau badan tersebut
bijaksana untuk dapat mengerti kapan dan bagaimana memodifikasi fakta, hal ini berarti
bahwa orang atau badan tersebut akan dapat mengefisiensikan pembayaran pajak yang
cukup berarti, melalui beberapa alternatif altenatif penstrukturan lebih dulu fakta tersebut.
(Zain, 2008:75)
Memaksimalkan Pengecualian pengecualian (Maximizing Exclusion)
memaksimalkan pengecualian pengecualian (maximizing exclusions) adalah
penanaman dalam surat surat berharga ke dalam deposito berjangka (sebelum perubahan
terakhir, bunga deposito dikenakan PPh). Oleh karena deviden merupakan penghasilan
yang dapat dikenakan pajak, sedangkan bunga deposito ditangguhkan pengenaan pajaknya,
maka dengan pemindahan tersebut penghasilan kena pajaknya menurun, yang dengan
sendirinya akan menurunkan pula beban pajaknya dengan catatan bahwa harus pula dilihat,
mana di antara kedua penanaman tersebut yang lebih menguntungkan dengan cara
membandingkan penghasilan setelah dikurangi pajak penghasilan, masing masing cara
tersebut. (Zain, 2008:81)
Pemecahan Satu Perusahaan Menjadi Beberapa Perusahaan
Kesimpulan, bahwa makin tinggi penghasilan kena pajak, maka tarif rata ratanya
makin mendekati tarif marjinalnya, dan hal ini berati pula bahwa tarif tersebut akan lebih
menyempitkan rangsangna untuk membagi perusahaan ke dalam perusahaan perusahaan
yang lebih kecil gua meminimalkan beban pajaknya. Kesimpulan sebagai berikut :
1. Satu perusahaan yang dipecah menjadi dua perusahan akan menghasilkan perbedaan
(3,89% x Penghasilan Kena Pajak).
2. Satu perusahaan yang dipecah menjadi tiga perusahan akan menghasilkan perbedaan
(7,78% x Penghasilan Kena Pajak).
3. Satu perusahaan yang dipecah menjadi empat perusahan akan menghasilkan perbedaan
(11,67% x Penghasilan Kena Pajak).
Memaksimalkan Pengurangan (Maximizing Deductions)
Menyangkut biaya yagn dikenal sebagai memaksimalkan pengurangan
pengurangan (maximizing deductions), ialah pengalihan pemberian dalam bentuk natura
(fringe benefit atau payment in kind) ke bentuk tunjangan tunjangan yang dapat dikurangkan
sebagai biaya sesuai prinsip dapat dipajaki (taxable) dan dapat dikurangkan (deductible) yang
dianut ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan. (Zain, 2008:87)
Perencanaan Pajak
Manajemen Pajak
Suandy (2011:6) menyatakan bahwa upaya dalam melakukan penghematan pajak
secara legal dapat dilakukan melalui manajemen pajak. Namun perlu diingat bahwa
legalitas manajemen pajak tergantung dari instrumen yang dipakai. Legalitas baru dapat

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

diketahui secara pasti setelah ada putusan pengadilan. Secara umum manajemen pajak
didefinisikan sebagai berikut :
Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan
benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh
laba dan likuiditas yang diharapkan (Sophar Lumbantoruan, 1996).
Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua sebagai berikut :
1. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar.
2. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.
Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi fungsi manajemen yang terdiri atas :
1. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation)
3. Pengendalian Pajak (Tax Control)
Motivasi Tax Planning
Suandy (2011:10) motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak
umumnya bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu ;
1. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy)
2. Undang Undang Perpajakan (Tax Law)
3. Administrasi Perpajakan (Tax Administration)
Tahapan Tax Planning
Suandy (2011:13) menyatakan agar perencanaan pajak dapat berhasil sesuai dengan
yang diharapkan, maka rencana itu seharusnya dilakukan melalui berbagai urutan tahap
tahap berikut ini :
1. Menganalisis informasi yang ada
2. Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak
3. Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak
4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak
5. Memutakhirkan rencana pajak (Barry Spitz, 1983)
Strategi yang Digunakan Untuk Mengefisiensikan Beban PPh Badan
Suandy (2009:121) strategi yang dapat digunakan untuk mengefisiensikan beban PPh
Badan :
1. Pemilihan alternatif dasar pembukuan, basis kas atau basis akrual.
2. Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan kepada
karyawan.
3. Pemilihan metode penilaian persediaan.
4. Pemilihan sumber dana dalam pengadaan aset tetap.
5. Pemilihan metode penyusutan aset tetap dan amortisasi aset tidak berwujud.
6. Transaksi yang berkaitan dengan pemungutan pajak (withholding tax).
7. Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar.
8. Permohonan penurunan pembayaran angsuran masa (PPh Pasal 25 bulanan).
9. Pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 25 dan Pasal 23.
10. Rekonsiliasi SPT
11. Penyertaan modal pada perseroan terbatas dalam negeri.
Fasilitas Perpajakan bagi UMKM
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

sebesar 50% (lima puluh pesen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian perederan
bruto sampai Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus rupiah). Dengan adanya
fasilitas pajak bagi badan usaha UMKM diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
khususnya dalam aspek perekonomian.
Perlakuan PPh Pasal 25 bagi UMKM dan Koperasi
Menurut Surat Edaran Nomor SE 66/ PJ/ 2010 menetapkan beberapa hal mengenai
pasal 31E UU PPh No 36 Tahun 2008 terkait dengan fasilitas pajak bagi UMKM. Menurut
PMK NO 112/PMK.03/2010 tentang tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak
pengasilan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini jenis peneltian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Berdasarkan karakteristik masalah menggunakan studi deskriptif yang merupakan penlitian
terhadap masalah masalah berupa fakta saat ini dari suatu studi kasus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keaadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok,
lembaga atau masyarakat.
Sumber Data
Didalam penelitian ini sumber data yang dikumpulkan dan digunakan adalah :
Data Primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yang
diteliti dan dilolah sendiri oleh peneliti, semua data dan informasi yang secara langsung
berhubungan dengan penelitian ini.
Data Sekunder, merupakan data yang telah diolah yang dapat juga diperoleh melalui
studi kepustakaan, serta teori teori yang telah diperoleh dari berbagai macam literatur
yang berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan.
Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Interview
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara lansung
dengan pihak perusahaan untuk mendapatkan data yang diperlukan serta yang
berhubungan langsung dengan penelitian.
2. Observasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara
langsung pada objek penelitian dan catatan semua data yang diperlukan.
3. Dokumenter
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pencatatan terhadap data
yang dimiliki oleh perusahaan yang ada hubungannya dengan masalah yang penulis
kemukakan.
Satuan Kajian
Perencanaan pajak merupakan salah satu fungsi dari manajemen pajak. Perencanaan
pajak adalah analisis secara sistematis terhadap Undang Undang atau Peraturan
Perpajakan dengan tujuan untuk memilih jenis tindakan yang dapat meminimumkan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

pembayaran pajak. Upaya tersebut bertujuan menghemat besarnya pajak terutang yang
dilakukan dengan cara yang legal yaitu dengan cara mencari celah dalam Undang Undang
Perpajakan serta memanfaatkan hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Menerapkan strategi tax planning yang fokus untuk meminimalkan Penghasilan Kena
Pajak (PKP) dengan cara mamaksimalkan biaya yang dapat dikurangkan untuk
dialihkan menjadi biaya yang dapat dikurangkan serta dengan meminimalkan pajak
terutang.
2. Menentukan besarnya penghasilan kena pajak setelah melakukan tax planning.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Laporan Hasil Usaha Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya
Untuk meminumalkan beban Pajak untuk masa mendatang, maka Koperasi Setia
Bhakti Wanita Surabaya menerapkan Perencanaan Pajak Penghasilan. Perencanaan Pajak ini
bertujuan untuk meminimumkan kewajiban Pajak dengan serendah mungkin dengan
memanfaatkan peraturan yang ada, yaitu dengan menyesuaikan transaksi keuangan kena
Pajak,dapat diupayakan untuk dikecualiakan atau dikurangi jumlah Pajaknya, dengan
melihat laporan akuntansi komersial dan akuntansi fiskal dengan cara yang benar sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya telah melakukan Perencanaan Pajak yaitu dapat
dilihat dengan selalu menghitung, memotong, dan menyetor Pajak tepat waktu agar tidak
dikenakan sanksi, dengan melaporkan Pajaknya tepat waktu itu menjadi salah satu
penghematan Pajak yang dilakukan oleh Koperasi Setia Bhati Wanita Surabayakarena
apabila Koperasi melaporkan Pajaknya dengan tepat waktu bisa terhindar dari sanksi
Perpajakan. Namun meskipun begitu penulis menyimpulkan perencanaan Pajak yang telah
dilakukan oleh Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya belum maksimal karena dalam
rekonsiliasi laba rugi fiskal ditemukan terdapat koreksi positif atas akun biaya komersial
laba Koperasi bertambah setiap tahunnya sehingga bertambahnya jumlah Pajak Penghasilan
Badan yang harus dibayar Koperasi.
Untuk mendapatkan laba fiskal dalam menghitung Pajak Penghasilan Badan, maka
langkah awal adalah dengan menganalisis dan menghitung penghasilan netto fiskal (Rugi
Fiskal) atas biaya komersial untuk menentukan apakah biaya biaya komersial tersebut
termasuk dalam biaya fiskal atau biaya non fiskal, dimana biaya non fiskal tersebut harus
dilakukan koreksi positif. Penyesuaian fiskal positif atau mengurangi rugi fiskal yang
menambah penghasilan netto fiskal atau mengurangi rugi fiskal, terdiri atas biaya yang
tidak dapat dikurangkan, Selisih penyusutan komersial diatas penyusutan fiskal. Sedangkan
koreksi negatif adalah penyesuaian fiskal yang mengurangi penghasilan neto fiskal atau
menambah rugi fiskal, terdiri atas Penghasilan yang bukan merupakan objek PPH,
Penghasilan yang dikenakan PPH final, dan Selisih penyusutan fiskal.
Sebelum dilakukan koreksi fiskal, perlu dilakukan analisis terhadap objek Pajak
penghasilan dan biaya - biaya pada Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya. Berikut beban
beban yang telah dikeluarkan oleh Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya secara umum
pada tahun 2010 2011 adalah sebagai berikut :
1. Koperasi mengeluarkan Beban Pemasaran karena terdapat bukti norminatifnya yang
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 02/PMK.03/2010.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

2. Koperasi mengeluarkan Beban Kendaraan yang diantaranya bensin dan pelumas motor
dan mobil, perawatan motor dan mobil, suku cadang motor dan mobil, dan STNK motor
dan mobil yang sesuai dengan pasal 6 UU PPh No. 36 Tahun 2008.
3. Koperasi mengeluarkan Beban Jasa Simpanan Sukarela, Beban Jasa Tabungan Setia dan
Harian, Beban Jasa Pihak Ketiga, kerena beban tersebut menurut ketentuan perpajakan
masih berkaitan langsung dengan kegiatan usaha koperasi, sesuai dengan PP 138/2000
KEP-170/PJ/2002.
4. Beban Lain lain untuk tahun 2010 dikeluarkan oleh Koperasi karena sesuai dengan PP
138/2000 KEP-170/PJ/2002 atas jasa koreksi audit dan tahun 2011 tidak terdapat adanya
jasa koreksi audit.
Koreksi Fiskal Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya

Tabel 1
KOPERASI WANITA SETIA BHAKTI WANITA
REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI KOMERSIAL DAN FISKAL
UNTUK TAHUN 2010
Koreksi
Perkiraan
Komersial
Fiskal
Positif
Negatif
PNDPTN USAHA
Pndptn Jasa
12.290.167.426
12.290.167.426
Pndptn Provisi
1.380.477.722
1.380.477.722
Pndptn Denda
11.710.840
11.710.840
Pndptn Pertokoan
266.095.023
266.095.023
Total Pndptn Usaha
13.948.451.011
13.948.451.011
PNDPTN NON
USAHA
Pndptn Lain Lain
Total Pndptn
BEBAN USAHA
B. Organisasi
B. Manajemen:
B. Pemasaran
B. Karyawan
B. Kendaraan
B. Keuangan
B. Administrasi
B.
Penyusutan
dan
Penyisihan
B.
Jasa
simpanan
sukarela
B. Jasa tabungan setia
dan harian
B. Jasa pada Pihak
Ketiga
B. Pajak Tahun Lalu
Total B. Manajemen
Total B. Usaha
SHU SBLM PAJAK

722.400.770

198.421.931

14.670.851.781

3.561.289.853
30.857.201
2.643.713.225
83.483.898
221.240.275
711.871.619
1.026.575.896

523.978.839

Ket.
Ps 4(1)
Ps 4(1)
Ps 4(1)
Ps 4(1)

Ps
10(6)

4(1),

14.472.429.850

52.040.430

3.509.249.423

Ps 6

110.645.930
5.574.600

30.857.201
2.532.079.189
83.483.898
110.594.345
706.927.019

Ps 6
Ps 6
Ps 6
Ps 6
Ps 6

238.213.786

788.362.110

111.634.036

Ps 11, 11A

3.624.890.483

3.624.890.483

1.114.136.498

1.114.136.498

Ps 6

674.152.506
10.130.921.601

674.152.506
9.664.853.249

Ps 6
Ps 6

13.692.211.454

13.174.102.672

978.640.327

1.298.327.178

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

9
B. NON USAHA
B. Lain Lain
SHU STLH B. LAIN LAIN
Pajak PPh Badan

272.653

272.653

978.367.674

1.298.054.525

Ps 6

(282.952.193)

SHU STLH PAJAK


695.415.481
Sumber : Data yang diolah penulis

Berikut ini merupakan rincian koreksi fiskal yang dilakukan oleh Koperasi untuk
penghasilan yang kena Pajak berakhir tanggal 31 Desember 2010 (dalam Rp.) :
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak
978.367.674
Koreksi Positif :
HUT Harkop
52.040.430
Seragam
29.886.596
PPh 21
81.747.440
Iuran/Sumbangan
5.574.600
Penyusutan Aktiva Tetap
37.428.277
Biaya Ditangguhkan
110.645.930
Penyisihan Piutang
200.785.509
Koreksi Negatif :
Bunga Deposito dan Jasa Giro
(198.179.924)
Bank
SHU dr Koperasi Sekunder
(242.007)
Jumlah Koreksi Fiskal
319.686.852
Dasar Pengenaan Pajak
1.298.054.523
Pembulatan Penuh
1.298.054.000
PPh Badan Tahun 2010
PhKP yang mendapat Fasilitas
4.800.000.000
X 1.298.054.000 = 332.490.458 12.50% 41.561.307
18.739.362.433
PhKP yang tidak mendapat Fasilitas
1.298.054.000
332.490.458
= 965.563.542 25.00% 241.390.885
PPh Terutang 2010
Angsuran PPh 25 Tahun 2010
PPh 29 kurang bayar Tahun 2010

282.952.193
243.690.351
39.261.842

Tabel 2
KOPERASI WANITA SETIA BHAKTI WANITA
REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI KOMERSIAL DAN FISKAL
UNTUK TAHUN 2011
Koreksi
Perkiraan
Komersial
Fiskal
Positif
Negatif
PNDPTN USAHA
Pndptn Jasa
12.104.928.849
12.104.928.849
Pndptn Provisi
1.519.704.646
1.519.704.646
Pndptn Denda
20.796.355
20.796.355
Pndptn Pertokoan
301.937.947
301.937.947
Total Pndptn Usaha
13.947.367.799
13.947.367.799

Ket.
Ps 4(1)
Ps 4(1)
Ps 4(1)
Ps 4(1)

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

10
PNDPTN
NON
USAHA
Pndptn Lain Lain
Total Pndptn
BEBAN USAHA
B. Organisasi
Beban Manajemen:
B. Pemasaran
B. Karyawan
B. Kendaraan
B. Keuangan
B. Administrasi
B.
Penyusutan
dan
Penyisihan
B.
Jasa
simpanan
sukarela
B. Jasa tabungan setia
dan harian
B. Jasa pada Pihak
Ketiga
B. Pajak Tahun Lalu
Total B. Manajemen

693.498.384
14.640.866.183

3.790.411.394
29.296.446
2.675.118.967
99.577.004
327.879.211
673.342.793
1.021.623.539

56.798.278

54.953.343

120.023.059

6.840.000
364.566.004

20.750.478

636.700.106
14.584.067.903

Ps 4(1), 10(6)

3.735.458.051

Ps 6

29.296.446
2.555.095.908
99.577.004
327.879.211
666.502.793

Ps 6
Ps 6
Ps 6
Ps 6
Ps 6

677.808.013

Ps 11, 11A

3.084.292.713

3.084.292.713

1.538.117.141

1.538.117.141

Ps 6

274.769.036
9.724.016.855

274.769.036
9.253.338.265

Ps 6
Ps 6

Total B. Usaha
13.514.428.249
SHU SBLM PAJAK
1.126.437.934
B. NON USAHA
B. Lain Lain
SHU STLH B. LAIN
1.126.437.934
LAIN
Pajak PPh Badan
(350.613.968)
SHU STLH PAJAK
775.823.969
Sumber : Data yang diolah penulis

12.988.796.316
1.595.271.587
-

Ps 6

1.595.271.587

Berikut ini merupakan rincian koreksi fiskal yang dilakukan oleh Koperasi untuk
penghasilan yang kena Pajak berakhir tanggal 31 Desember 2011 (dalam Rp.) :
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak
1.126.437.935
Koreksi Positif :
HUT Harkop
54.953.343
Seragam
30.335.400
PPh 21
89.687.659
Iuran/Sumbangan
6.840.000
Penyisihan Piutang
364.566.004
Koreksi Negatif :
Penyusutan Aktiva Tetap
(20.750.478)
Bunga Deposito dan Jasa Giro Bank
(48.744.017)
SHU dr Koperasi Sekunder
(8.054.261)
Jumlah Koreksi Fiskal
468.833.650
Dasar Pengenaan Pajak
1.595.271.585
Pembulatan Penuh
1.595.271.000

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

11

PPh Badan Tahun 2011


PhKP yang mendapat Fasilitas
4.800.000.000
X 1.595.271.000 = 385.630.259
19.856.587.039

12.50%

48.203.782

PhKP yang tidak mendapat Fasilitas


1.595.271.000
385.630.259
= 1.209.640.741 25.00% 302.410.185
PPh Terutang 2011
350.613.968
Angsuran PPh 25 Tahun 2011
282.952.193
PPh 29 kurang bayar Tahun 2011
67.661.775
Besarnya koreksi fiskal terhadap laporan laba rugi dan strategi yang digunakan pada
Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya untuk tahun 2010 dan 2011 adalah sebagai
berikut :
1. Pendapatan Usaha
Sumber pendapatan koperasi berasal dari pendapatan jasa, pendapatan provisi,
pendapatan denda dan pendapatan pertokoan. Koperasi mengakui penjualan yaitu pada
saat terjadinya penjualan tunai dan penjualan kredit. Menurut ketentuan perpajakan,
hasil penjualan tersebut merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang dapat
dipakai untuk dikonsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak. Dengan demikian,
karena penghasilan atau pendapatan koperasi ini tidak menyimpang dari ketentuan
perpajakan maka masalah penghasilan atau pendapatan tidak memerlukan koreksi
fiskal.
2. Penjualan
Penjualan koperasi ini hanya penjualan lokal saja yang dilakukakan secara tunai maupun
kredit. Penjualan kredit ini hanya berlaku untuk nasabah yang belum bisa membayar
secara tunai, dimana pembayaran akan di proses setelah barang dikirim ke nasabah.
Kemudian oleh nasabah tidak langsung dibayar melainkan diberi tanda terima
penagihan yang mana tanda terima tersebut akan ditukar dengan giro atau cek setelah
masa tunggu.
3. Persediaan
Koperasi dalam melakukan penilaian persediaan dicatat dengan metode rata rata.
Harga Pokok Penjualan (HPP) yang lebih tinggi akan mengakibatkan laba kotor menja di
lebih kecil sehingga penghasilan kena pajak juga akan menjadi lebih kecil.
4. Biaya Gaji
Biaya gaji dan tunjangan dikeluarkan Koperasi unutk membayar gaji, tunjangan kepada
karyawan sesuai dengan jabatan masing masing karyawan jika di KopWan ini disebut
dengan Pengurus Koperasi. Seperti yang telah diatur dalam Pasal 6 ayat 1 (a) UU PPh
No. 35 Tahun 2008.
Berdasarkan Undang undang tersebut salah satunya mengatur tentang gaji dan
tunjangan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasila n
yang diberikan dalam bentuk uang tidak perlu dikoreksi.
5. Biaya PPh 21
Dalam Biaya PPh 21 yang menanggung adalah Koperasi. Maka dari itu harus dikoreksi
seperti yang telah diatur dalam UU PPh Pasal 9 ayat 1 yang berisi tentang Pajak
Penghasilan yang bukan merupakan pengurang penghasilan bruto. Dari biaya PPh 21
yang dicatat sebagai berikut :
Tahun 2010 = Rp. 81.747.440,Tahun 2011 = Rp. 89.687.659,-

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

12

6. Beban Karyawan
Dalam Beban Karyawan terdapat Seragam Karyawan. Seragam karyawan harus
dikoreksi fiskal karena yang diberikan oleh koperasi tidak untuk keselamatan kerja
sebagaimana yang dimaksud dalam KEP-312/PJ/2001.
Berikut ini rincian Seragam Karyawan sebagai berikut :
Tahun 2010 = Rp. 29.886.596,Tahun 2011 = Rp. 30.335.400,7. Aktiva Tetap
Penyusutan aktiva tetap ini menggunakan metode garis lurus (Straight Line Methode),
semua aktiva tetap yang dimiliki oleh koperasi ini setiap tahun disusutkan.
Penyusutan yang digunakan oleh koperasi dalam laporan komersial dengan laporan
keuangan fiskal sama. Berikut prosentase penyusutan aktiva tetap yang digunakan
koperasi sebagai berikut.
Tabel 3
Prosentase Penyusutan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya
Keterangan
Masa Manfaat
Prosentase Penyusutan
Gedung
20 Tahun
5%
Kendaraan
Kelompok 1
4 Tahun
25%
Peralatan Kantor
Kelompok 1
4 Tahun
25%
Sumber : Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya

8. Pajak Penghasilan
Koperasi melakukan kewajibannya membayar PPh pasal 25 setiap bulannya, hal ini
sesuai dengan Undang Undang Perpajakan No. 36 tahun 2008. Besarnya angsuran ini
dihitung dari pajak penghasilan tahun sebelumnya yaitu tahun 2009.

Tahun 2009 koperasi mengalami kurang bayar sebesar Rp.243.690.351,-, sehingga


koperasi membayar angsuran PPh 25 masa di tahun pajak 2010 sebesar
Rp.20.307.529,- setiap bulannya.
Analisis Atas Koreksi Fiskal dan Perhitungan PPh Terutang Yang Koperasi Setia Bhakti
Wanita
Untuk dapat mengetahui besarnya pajak yang terutang maka koperasi harus
melakukan koreksi fiskal terhadap laba rugi komersial. Besarnya pajak penghasilan yang
harus dibayar koperasi dapat diketahui setelah dilakukan koreksi fiskal terhadap lapotan
keuangan komersial koperasi. Faktor yang menyebabkan perbedaan antara laporan
keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal dibagi menjadi dua, yaitu perbedaan tetap
dan perbedaan waktu. Koperasi melakukan analisis terhadap akun pada laporan tersebut
atas dasar ketentuan UU Perpajakan No. 36 Tahun 2008. Berikut akan dijelaskan akun akun
yang ada didalam laporan laba rugi fiskal beserta penjelasan koreksi fiskal baik positif
maupun negatif.
a. Pendapatan Usaha Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya untuk tahun 2010
sebesar Rp. 13.948.451.011,- (Tabel IV.1) dan untuk tahun 2011 Rp. 13.947.367.799,- (Tabel
IV.2) terdiri dari Pendapatan Jasa, Pendapatan Provisi, Pendapatan Denda dan
Pendapatan Pertokoan yang sesuai dengan ketentuan pajak sehingga tidak perlu
dilakukan koreksi fiskal.
b. Pendapatan Non Usaha merupakan Pendapatan Jasa Giro dan Pendapatan Jasa Bunga.
Pendapatan Jasa Giro Untuk Tahun 2010 Rp. 198.179.924,- (Lampiran 1) dan Untuk

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

13

c.
d.
e.

f.

g.
h.

i.
j.

k.
l.
m.

Tahun 2011 Rp. 48.744.017,- (Lampiran 2), Koreksi Fiskal Negatif. Beban tersebut dapat
mengurangi penghasilan karena beban tersebut memiliki hubungan langsung dengan
kegiatan operasional koperasi.
Pendapatan Lain lain terdapat Pendapatan dari Penyertaan yaitu SHU dari Koperasi
Sekunder yang dikoreksi negatif oleh Koperasi Wanita sebesar Rp. 242.007,- untuk tahun
2010 (Lampiran 1) dan Rp. 8.054.261,- untuk tahun 2011 (Lampiran 2).
Beban Organisasi yang dikoreksi hanya HUT Harkop Rp. 52.040.430,- untuk tahun 2010
(Lampiran 1) dan Rp. 54.953.343,- untuk tahun 2011 (Lampiran 2). HUT Harkop masuk
dalam Koreksi Fiskal Positif.
Tahun 2010 dan tahun 2011 Beban Pemasaran tidak dikoreksi fiskal, sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan No. 02/PMK.03/2010 tentang Beban Pemasaran yang
dikurangkan dari penghasilan bruto mengharuskan untuk melampirkan daftar
norminatif Beban Pemasaran dalam SPT Tahunan.
Beban Karyawan yang masuk dalam koreksi, yaitu Seragam untuk tahun 2010 sebesar
Rp. 29.886.596,- (Lampiran 1) dan untuk tahun 2011 sebesar Rp.30.335.400,- (Lampiran 2).
PPh 21 untuk tahun 2010 sebesar Rp. 81.747.440,- (Lampiran 1) dan untuk tahun 2011
sebesar Rp. 89.687.659,- (Lampiran 2). Beban Gaji, THR, Bonus dapat menjadi pengurang
penghasilan sehingga tidak dikoreksi fiskal. THR dan Bonus termasuk tunjangan yang
diberikan karyawan dan tidak dikoreksi fiskal karena sesuai dengan KEP 545/PJ/2000,
PER 15/PJ/2006 dalam undang undang PPh Pasal 6 ayat (1) huruf a bias dibebankan
sebagai biaya dan menjadi pendpatan masuk dalam unsur gaji bagi karyawan. Beban
Jamsostek iuran dana pensiun yang sudah disahkan oleh Menteri Keuangan dan beban
ini diperkenankan menurut peraturan Undang undang perpajakan baik untuk tahu
2010 dan tahun 2011.
Beban Kendaraan tahun 2010 dan tahun 2011 boleh dibebankan sebagai biaya pegurang
penghasilan, sesuai dengan pasal 6 UU PPh No. 36 Tahun 2008.
Beban Keuangan yang masuk koreksi fiskal positif, yaitu hanya Biaya Ditangguhkan.
Biaya Ditangguhkan ini terdapat di laporan keuangan komersil tahun 2010 sebesar Rp.
110.645.930,- (Lampiran 1), untuk tahun 2011 tidak ada Biaya Ditangguhkan dalam
laporan keuangan komersilnya.
Beban Administrasi Koperasi hanya mengkoreksi Iuran/Sumbangan sebesar Rp.
5.574.600,- untuk tahun 2010 (Lampiran 1) dan Rp. 6.840.000,- untuk tahun 2011
(Lampiran 2).
Beban Penyusutan dan Penyisihan terdapat dua akun yang dikoreksi oleh Koperasi,
yaitu Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi sebesar Rp. 37.428.277,- untuk tahun 2010
koreksi positif dan Rp. 20.750.478,- untuk tahun 2011 koreksi negatif. Pada tahun 2011
Penyusutan Aktiva Tetap dikoreksi negatif karena jumlah nominal di laporan keuangan
komersil lebih kecil daripada di laporan keuangan fiskalnya. Beban Penyisihan Piutang
Tak Tertagih sebesar Rp. 200.785.509,- untuk tahun 2010 (Lampiran 1) dan Rp.
364.566.004,- untuk tahun 2011 (Lampiran 2).
Beban Jasa pada Laporan Keuangan Komersil tidak dikoreksi, menurut ketentuan
perpajakan secara langsung masih berkaitan dengan kegiatan usaha dan sebagai
pengurang penghasilan.
Beban Jasa pada Pihak Ketiga juga tidak masuk koreksi, Beban Jasa pada Pihak Ketiga
berkaitan dengan kegiatan usaha dan digunakan usaha koperasi tersebut, sesuai dengan
PP 138/2000 KEP-170/PJ/2002.
Beban Lain lain, koreksi audit atas nilai asset tetap tidak dikoreksi sesuai dengan PP
138/2000 KEP-170/PJ/2002 atas pemberian jasa pemberian informasi atau jasa konsultan
pajak.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

14

n. SHU tidak termasuk penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai
dengan UU PPh Pasal 4 ayat 3 yang mengatur tentang Bukan Obyek Pajak, karena SHU
koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya dan dibagikan secara
keseluruhan.
o. Pembagian SHU Koperasi Wanita Setia Bahkti Wanita Surabaya. SHU yang dibagikan
kepada anggota koperasi perseorangan adalah 30%, sedangkan keseluruhan SHU yang
dibagi adalah sebesar 80% SHU setelah pajak.
Pembagian SHU Koperasi Setelah Pajak :
Tahun 2010 sebesar Rp. 282.952.193,- x 80% = Rp. 226.361.754,Tahun 2011 sebesar Rp. 350.410.185,- x 80% = Rp. 280.328.148,Perhitungan Penyusutan 2010 dan 2011
Keterangan

Tabel 4
Perhitungan Penyusutan Tahun 2010
Harga
Masa Manfaat
Garis Lurus
Perolehan
211.530.701
20 Tahun
10.576.535

Gedung
Kendaraan
Kelompok 1
166.310.709
Peralatan Kantor
Kelompok 1
332.984.374
Sumber : Data yang diolah penulis

Keterangan

Saldo Menurun

4 Tahun

41.577.677

83.155.355

4 Tahun

83.246.094

166.492.187

Tabel 5
Perhitungan Penyusutan Tahun 2011
Harga
Masa Manfaat
Garis Lurus
Perolehan
224.169.598
20 Tahun
11.208.480

Saldo Menurun

Gedung
Kendaraan
Kelompok 1
116.486.331
Peralatan Kantor
Kelompok 1
316.401.605
Sumber : Data yang diolah penulis

4 Tahun

29.121.583

58.243.166

4 Tahun

79.100.401

158.200.803

Dari Perhitungan penyusutan ini dapat disimpulkan bahwa penyusutan yang dibuat oleh
Koperasi lebih kecil, dari perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus dan saldo
menurun, metode garis lurus lebih efektif digunakan karena hasil yang dihasilkan lebih kecil
dibandingkan dengan perhitungan penyusutan dengan perhitungan saldo menurun .
Perencanaan Pajak yang diterapkan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya
Didalam Perpajakan terdapat segala hal tentang peraturan yang berbentuk Undangundang atau Keputusan Menteri dan keputusan Direktorat Jendral Pajak yang berisikan
tentang semua hal yang berkaitan dengan hal Perpajakan. Termasuk di dalamnya yang
terdapat hal penghindaran Pajak yang legal (Tax avodiance) maupun secara tidak legal (tax
evasion). Perencanaan Pajak yang biasanya dilakukan oleh Koperasi seperti yang dikenal
dengan sebutan perencanaan Pajak (tax planning) itu salah satu cara yang legal,cara yang
tidak melanggar peraturan Perpajakan yaitu dengan cara menekan biaya biaya yang ada,
Peraturan Perpajakan kadang sering kali terjadi perubahan, maka dari itu para wajib Pajak
yang melakukan perencanaan Pajak harus bisa lebih aktif mengetahui perubahan perubahan yang terjadi dalam peraturan Perpajakan yang baru,agar terhindar dari sanksisanksi Perpajakan.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

15

Melakukan perencanaan Pajak dalam sebuah Koperasi salah satunya adalah


melakukan koreksi fiskal yang didalamnya ada perbedaan sebelum Pajak yang jumlah yang
di dapat semakin bertambah. Untuk mengatasi hal tersebut maka dari itu biaya-biaya
tersebut bisa dijadikan sebagai biaya fiskal. Dengan menggunakan cara itu Koperasi bisa
menghemat Pajak. Selain cara itu Koperasi juga bisa membayar tagihan Pajak tepat waktu
agar bisa terhindar dari sanksi-sanksi Perpajakan karena menghindari saksi Perpajakan
menjadi salah satu cara melakukan penghematan Pajak.
Perencanaan perencanaan dapat diterapkan oleh Koperasi adalah sebagai berikut :
1. Dengan adanya perbedaan antara akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal maka
Koperasi sebaiknya melakukan koreksi fiskal yang berdasarkan Undang-undang
Perpajakan yang berlaku.
2. Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya belum maksimal dalam perhitungan
beban apa saja yang bisa di koreksi negatif dan koreksi negatif itu dikarenakan dalam
beban biaya, biaya biaya tersebut tidak terdapat daftar normatif dalam biaya biaya
yang telah dikeluarkan oleh Koperasi tersebut, maka dari itu dalam laporan fiskal yang
telah dibuat oleh Koperasi belum maksimal.
3. Biaya yang dikeluarkan Koperasi untuk karyawan dan anggota koperasi
Karyawan diKoperasi ini atau lebih dikenal dengan pengurs koperasi adalah salah satu
peran penting dan sangat berpengaruh dalam Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita
Surabaya sehingga berjalan dengan baik sampai sekarang. Maka dari itu Koperasi
Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya memberikan fasilitas yang diperlukan karyawan
walaupun Koperasi memberikan fasilutas tidak semua.
a. Seragam Karyawan
Koperasi memberikan fasilitas seragam karyawan sehingga terlihat rapi dan sopan
dan tidak untuk keselamatan kerja.
b. PPh 21
Koperasi yang menanggung PPh Pasal 21 dari penghasilan karyawan yang telah
diatur menurut Undang undang Perpajakan. PPh Pasal 21 ini tidak termasuk dalam
pengurang penghasilan yang telah diatur dalam Undang undang PPh Pasal 9 ayat
1. PPh Pasal 21 ini juga bukan merupakan biaya fiskal yang bisa dijadikan pengurang
penghasilan bruto. Bagi Koperasi ini memberatkan Koperasi, tetapi bagi karyawan
ini menguntungkan karena gaji yang yang diberikan oleh Koperasi tidak dipotong
PPh Pasal 21. Perencanaan Pajak yang dilakukan Koperasi adalah dengan melakukan
cara gross up, yaitu Koperasi memberikan tunjangan Pajak sebesar jumlah PPh Pasal
21 yang terutang dan menjadi penambah penghasilan bruto yang akan dipotong PPh
Pasal 21 sesuai Undang undang Perpajakan. Dengan metode ini baik Koperasi
maupun karyawan mendapatkan keuntungan. Sebagai Koperasi metode ini bisa
menjadi biaya fiskal jadi bisa dikurangkan dari penghasilan bruto.
Formula/Rumus Gross up PPh 21 untuk menetukan tunjangan Pajak adalah
Formula Gross up PPh 21 terbagi dalam 4 lapisan PKP, sesuai dengan lapisan tarif yang
terdapat dalam pasal 17 UU PPh No. 36 Tahun 2008.
1) Rumus metode Gross Up lapisan pertama
Lapisan pertama PKP = Rp 1 s/d Rp 50.000.000,Lapisan pertama, tarif pajak penghasilan 5% dan tidak memiliki komponen
pengurang seperti lapisan lapisan berikutnya.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

16

2) Rumus metode Gross Up lapisan kedua


Lapisan kedua PKP = Rp 50.000.000,- s/d Rp 250.000.000,Untuk menghitung tunjangan pajak maka rumus Gross Up sebagai berikut.

3) Rumus metode Gross Up untuk lapisan ketiga


Lapisan ketiga PKP = Rp 250.000.000,- s/d Rp 500.000.000,Untuk menghitung tunjangan pajak maka rumus Gross Up sebagai berikut.

4) Rumus metode Gross Up untuk lapisan keempat


Lapisan keempat PKP > Rp 500.000.000,Untuk menghitung tunjangan pajak maka rumus Gross Up sebagai berikut.

Contoh perhitungan PPh 21 dengan metode Gross up


Tuan A, seorang pegawai dengan penghasilan setahun sebesar Rp. 71.630.000,-.
Status tuan A adalah TK/0.
Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 71.630.000,Biaya Jabatan (setahun)
= Rp. 3.581.500,Penghasilan Netto Setahun = Rp. 68.048.500,THR
= Rp. 11.827.500,Total Penghasilan Netto
= Rp. 79.876.000,PTKP
= Rp. 15.840.000,PKP
= Rp. 64.036.000,PKP diketahui sebesar Rp. 64.036.000 terletak dilapisan kedua PKP, yaitu lapisan Rp
50.000.000,- s/d Rp 250.000.000,- sehingga tunjangan pajak adalah sebagai berikut :
TP
= (PKP x 15%) Rp. 5.000.000,0,85
= (Rp. 64.036.000,- x 15%) Rp. 5.000.000,0,85
= Rp. 4.605.400,0,85
= Rp. 5.418.117,64
Susunan Ulang dalam Perhitungan pasal 21 akan menjadi :
Penghasilan Setahun
= Rp. 71.630.000,Tunjangan Pajak
= Rp. 5.418.117,Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 77.048.117,Biaya Jabatan (setahun)
= Rp. 3.581.500,Penghasilan Netto Setahun = Rp. 73.466.617,THR
= Rp. 11.827.500,Total Penghasilan Netto
= Rp. 85.294.117,PTKP
= Rp. 15.840.000,PKP
= Rp. 69.454.117,-

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

17

PPh terutang :
5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,15% x Rp. 19.454.117,- = Rp. 2.918.118,Total PPh terutang setahun = Rp. 5.418.117,PPh terutang sebulan
= Rp. 451.509,Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan dari gross up di dalam perhitungan
pasal 21 adalah untuk mencari tunjangan Pajak yang jumlahnya sama dengan Pajak yang
terutang. Dengan menggunakan rumus ini maka Koperasi dapat membebankan biaya
tunjangan Pajak sebagai Deductible Expenses, sehingga dapat mengurangi PPh badan
Koperasi yang bersangkutan. Dengan catatan, selama di dukung adanya perjurnalan biaya
tunjangan Pajak di dalam pembukuan wajib Pajak serta juga tercantum dalam slip gaji
karyawan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut : perlakuan perpajakan laporan keuangan fiskal yang sudah koreksi fiskal pada
laporan komersialnya Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita sesuai dengan penerapan
standar akuntansi keuangan yang berlaku umum dan peraturan perpajakan.
Dilakukan pengelompokan pendapatan dan biaya yang dikoreksi telah sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku umum dan mudah untuk melakukan koreksi pada akhir
tahun.
1. Pendapatan Usaha Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya yang sesuai dengan
ketentuan pajak sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal.
2. Koperasi dalam melakukan penilaian persediaan dicatat dengan metode rata rata.
Harga Pokok Penjualan yang lebih tinggi akan mengakibatkan laba kotor menjadi lebih
kecil sehingga penghasilan kena pajak menjadi lebih kecil.
3. Selisih antara SHU sebelum pajak sesudah Beban lain lain dalam laporan komersil
sebesar Rp. 978.367.674,- pada tahun 2010 dan Rp. 1.126.437.934,- pada tahun 2011.
Laporan Sisa Hasil Usaha Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita terdapat koreksi fiskal
positif yang mengakibatkan SHU fiskal koperasi lebih besar daripada SHU komersial
koperasi yaitu Rp. 1.298.054.525,- pada tahun 2010 dan Rp. 1.595.271.587,- pada tahun
2011.
4. SHU tidak termasuk penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai
dengan UU PPh Pasal 4 ayat 3. Pembagian SHU Koperasi Setelah Pajak pada Tahun 2010
sebesar Rp. 226.361.754,- dan Tahun 2011 sebesar Rp. 280.328.148,5. Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita memberikan sumbangan yang masuk dalam
koreksi fiskal positif, sesuai dengan pasal 9 UU PPh No. 36 Tahun 2008.
6. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) ini digunakan Koperasi Wanita Setia Bhakti
Wanita dalam melakukan penyusutan aktiva. Sesuai dengan perhitungan pengolahan
data, untuk tahun 2010 sebesar Rp. 135.400.306,- dan tahun 2011 Rp. 119.430.464,-. Harga
perolehan aktiva tetap tahun 2010 sebesar Rp. 710.825.784,- dan tahun 2011 Rp.
657.057.534,-.
7. Koperasi selalu mengupdate Peraturan Perpajakan yang terbaru agar tidak salah dalam
cara menghitung, melaporkan dan membayarkan Pajaknya dengan cara yang tepat.
Dengan cara ini Koperasi biasanya melakukan kewajiban Perpajakannya dengan baik.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 4 (2013)

18

Saran
Berdasarkan hasil pembahasan maka diberikan saran guna pertimbangan atau
masukan bagi manajemen koperasi yaitu sebagai berikut :
1. Dalam melakukan perhitungan, pengolahan dan pencatatan data atas laporan keuangan
sebaiknya berdasarkan standar akuntansi dan peraturan perpajakan yang berlaku.
2. Untuk pembelian aktiva baru sebaiknya menggunakan Metode Saldo Menurun (Double
Decline Method) karena pembebanan biaya penyusutan lebih besar sehingga dapat
menurunkan laba kena pajak.
3. Dalam menerapkan perencanaan pajak, koperasi hendaknya menggunakan strategi
perencanaan pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S dan E. Trisnawati. 2009. Akuntansi Perpajakan. Edisi 2. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.
Muljono, D dan W. Baruni. 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan. Edisi 1. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Munawir, S. 1992. Perpajakan. Edisi ke Empat Cetakan Pertama. Penerbit Liberty.
Yogyakarta.
Priantara, D. 2012. Perpajakan Indonesia. Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta.
Resmi, S. 2009. Perpajakan : Teori dan Kasus. Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat Jakarta.
Soewadji, J. 2012.Pengantar Metodologi Penelitian. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Soeratno, dan A. Lincolin. 1993, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.
Suandy, E. 2009, Perencanaan Pajak. Edisi 4. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
_________. 2011, Perencanaan Pajak. Edisi Kelima. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Suharsaputra, U. 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. PT Refika
Aditama. Bandung.
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Edisi 9 Buku 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Zain, M. 2008. Manajemen Perpajakan. Edisi Ketiga. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Вам также может понравиться