Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
4 (2013)
ABSTRACT
This research is conducted in order to find out the amount of fiscal correction in commercial financial report.
This research is performed in the KoperasiWanitaSetiaBhakti Wanita Surabaya. The purpose of tax management
to implement tax regulations correctly by implementing tax planning. Optimizing employees welf are cost and
giving facilities to members. By minimizing the tax burden and then subtracting the gross income without
violating the prevailing regulations.The result of the research indicates that the remaining of cooperative
business result is not taxed since it is in appropriate with the 2008 tax regulation of income tax article 4
subsection 3 no. 36. The recorded by cooperative revenue recognition was appropriate with the tax regulations so
the fiscal correction is not necessary. There is a difference of operational cost calculation which is done by
cooperative by using fiscal. Therefore fiscal correction is needed or it is called fiscal reconciliation. The amount of
positive correction during 2010 is as much as Rp. 518,108,782 and in 2011 is as much as Rp. 546,382,406. The
number of negative correction in 2010 is as much as Rp. 198,421,931 and in 2011 is as much as Rp. 77.548.756 .
The amount of salary cost which is counted by the cooperative to employmentif not using gross up method is
lower. The cooperative management is conducting the depreciation of assets by using linear method not using
double declining method.
Keywords:Tax Planning, Fiscal Reconciliation, Gross Up Method, Tax Regulation
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarn ya koreksi fiskal pada laporan keuangan
komersial. Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya. Maksud
manajemen pajak antara lain menerapkan peraturan perpajakan secara benar dengan menerapkan
perencanaan pajak (tax planning). Mengoptimalkan biaya kesejahteraan karyawan dan memberikan
fasilitas kepada anggota. Meminimalkan beban pajaknya mengurangi penghasilan bruto tanpa
melanggar Undang undang yang berlaku.Hasil penelitian menunjukkan Sisa Hasil Usaha Koperasi
tidak dikenakan pajak karena sesuai dengan peraturan pajak UU PPh Pasal 4 ayat 3 No. 36 tahun
2008. Pengakuan pendapatan usaha yang dicatat koperasi telah sesuai dengan peraturan pajak maka
tidak diperlukan koreksi fiskal. Terdapat perbedaan perhitungan biaya operas ional yang dilakukan
oleh koperasi dengan fiskus. Oleh karena itu diperlukan koreksi fiskal atau disebut Rekonsiliasi
Fiskal. Jumlah koreksi positif selama tahun 2010 Rp. 518.108.782,- dan tahun 2011 Rp. 546 382.406,-.
Jumlah koreksi negatif selama tahun 2010 Rp. 198.421.931,- dan tahun 2011 Rp. 77.548.756,-. Jumlah
biaya gaji yang dibayarkan koperasi kepada karyawan lebih rendah jika tidakmenggunakan metode
gross up. Sampai saat ini manajemen koperasi menggunakan metode garis lurus dalam penyusutan
aktiva tetap tidak menggunakan metode saldo menurun.
Kata kunci : Perencanaan Pajak, Rekonsiliasi Fiskal, Metode Gross Up, Peraturan Perpajakan
PENDAHULUAN
Masalah pajak adalah masalah masyarakat dan negara dan setiap orang yang hidup
dalam suatu negara pasti atau harus berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak
juga menjadi masalah seluruh rakyat dalam negara tersebut. Dengan demikian setiap orang
sebagai anggota masyarakat harus mengetahui segala permasalahanyang berhubungan
dengan pajak, baik mengenai azas azasnya, jenis atau macam macam pajak yang berlaku
di negaranya, tata cara pembayaran pajak serta hak dan kewajibannya sebagi wajib pajak.
Usaha pengurangan atau penghematan pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara,
mulai dari yang masih dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan melanggar
peraturan pemerintah. Upaya dalam melakukan penghematan secara legal dapat dilakukan
melalui Manajemen Pajak (Tax Management). Manajemen pajak ini terdiri dari Perencanaan
Pajak (Tax Planning), Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation) dan
Pengendalian Pajak (Tax Control). Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam
penghematan pajak. Tujuan dari perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak
serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada. Perencanaan pajak dapat
berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap,
benar, dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya secara
optimal.
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini
dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi
jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Penelitian ini dilakukan karena di
dasari ingin mengetahui lebih lanjut apakah dengan diterapkannya perencanaan pajak pada
suatu perusahaan dapat lebih menguntungkan dari segi ekonomi suatu badan usaha. Selain
itu, penulis ingin menguji penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa penerapan
perencanaan pajak sangat berpengaruh signifikan terhadap manfaat yang diperoleh oleh
suatu perusahaan. Ditambah lagi dengan banyaknya persaingan di bidang bisnis tidak dapat
dipungkiri masih ada perusahaan yang masih melakukan kecurangan dalam hal
pembayaran pajak demi meningkatkan laba yang diperoleh. Oleh karena itu, lebih baik jika
melakukan pembayaran pajak seminimal mungkin dengan tetap mematuhi undang
undang perpajakan yang berlaku. Koperasi adalah suatu badan usaha yang tidak berfokus
untuk mencari laba tetapi mensejahterahkan anggotanya. Disarankan dengan
memberlakukan perencanaan pajak diharapkan dapat memberikan manfaat bagi koperasi
untuk tetap bertahan dari segi ekonomi dalam proses kegiatannya.
TINJAUAN TEORETIS
Pengertian Pajak dan Fungsi Pajak
Undang Undang pajak, sebagai bagian dari hukum yang mengikat warga Negara
merupakan elemen penting dalam menunjang pembangunan ekonomi. Saat ini, pajak
merupakan kontributor yang paling besar dari APBN dan memiliki peran sangat besar bagi
kelangsungan pembangunan bangsa ini. Untuk meningkatkan penerimaan pajak,
diperlukan perangkat hukum yang mengatur Perpajakan terhadap rakyat. Prinsip yang
utama adalah adanya keadilan pengenaan pajak. Keadilan akan tercapai jika adanya
kepastian Undang Undang Pajak.
Pengertian Pajak
Penambahan wawasan tentang pengertian pajak dikemukakan beberapa pengertian
pajak antara lain :
1.Definisi pajak (Resmi, 2009:1).
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi :
Pajak adalah perlaihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplus nya digunakan untuk public saving yang merupakan
sumber utama untuk membiayai public investment.
2.Definisi pajak (Munawir, 1992:3).
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaaan kepada negara
disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai hukuman, menurut peraturan peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan
umum.
Dari definisi definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang ciri ciri yang melekat
pada pengertian pajak sebagai berikut :
a. Pajak dipungut oleh negara (baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah)
berdasarkan dengan kekuatan undang undang serta aturan pelaksanaannya.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual
oleh pemerintah (tidak ada hubungan langsung antara jumlah pembayaran pajak dengan
kontra prestasi secara individual).
c. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pembayaran pemerintah, yang bila dari
pemasukkannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk membiayai public
investment, sehingga tujuan yang utama dari pemungutan pajak adalah sebagai sumber
keuangan negara (budgetair).
d. Pajak dipungut disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu pada seseorang.
Fungsi Pajak
Fungsi pajak secara umum terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber
keuangan negara) dan fungsi regularend (pengatur). (Resmi, 2009:3)
Pajak Dan Pengambilan Keputusan
Ditinjau dari segi perpajakan alternatif tersebut, pada umumnya menyangkut masalah
keuntungan dan biaya. Sebagian besar dari tindakan yang diambil dalam rangka perpajakan
dapat dikategorikan sebagai keuntungan pajak (tax benefit) atau biaya pajak (tax cost).
Alternatif yang dipilih adalah alternatif yang beban pajaknya yang paling efisien yang harus
dibayar, akan tetapi lebih cenderung bagaimana memaksimalkan penghasilan setelah pajak
(after tax profit). Perbedaan ini adalah penting sebab para pengambil keputusan hendaknya
memutuskan masalah yang menyangkut biaya setelah pajak (after tax profit) dan
keuntungan setelah pajak (after tax profit) secara bersamaan tanpa mengabaikan masalah
keputusan memenuhi kewajiban perpajakan. (Zain, 2008:71)
Pemberian Natura Dan Kenikmatan
Biaya penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyedia makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai. Merupakan biaya fiskal yang tidak dapat dikurangkan dari
penghasilannya. Aspek pajak yang muncul akibat koreksi fiskal terhadap pemberian dalam
bentuk natura dan kenikmatan tersebut harus dipperhitungkan perusahaan. Pengambil
keputusan tidak memperhatikan adanya koreksi fiskal atas perhitungan yang dilakukan
oleh wajib pajak sendiri dan hanya memperhitungkan penghasilan setelah pajak komersial
dan pada akhirnya berpengaruh pula terhadap kegiatan perusahaan termasuk perencanaan
investasi dan / atau pembagian laba. (Zain, 2008:71)
diketahui secara pasti setelah ada putusan pengadilan. Secara umum manajemen pajak
didefinisikan sebagai berikut :
Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan
benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh
laba dan likuiditas yang diharapkan (Sophar Lumbantoruan, 1996).
Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua sebagai berikut :
1. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar.
2. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.
Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi fungsi manajemen yang terdiri atas :
1. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation)
3. Pengendalian Pajak (Tax Control)
Motivasi Tax Planning
Suandy (2011:10) motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak
umumnya bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu ;
1. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy)
2. Undang Undang Perpajakan (Tax Law)
3. Administrasi Perpajakan (Tax Administration)
Tahapan Tax Planning
Suandy (2011:13) menyatakan agar perencanaan pajak dapat berhasil sesuai dengan
yang diharapkan, maka rencana itu seharusnya dilakukan melalui berbagai urutan tahap
tahap berikut ini :
1. Menganalisis informasi yang ada
2. Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak
3. Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak
4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak
5. Memutakhirkan rencana pajak (Barry Spitz, 1983)
Strategi yang Digunakan Untuk Mengefisiensikan Beban PPh Badan
Suandy (2009:121) strategi yang dapat digunakan untuk mengefisiensikan beban PPh
Badan :
1. Pemilihan alternatif dasar pembukuan, basis kas atau basis akrual.
2. Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan kepada
karyawan.
3. Pemilihan metode penilaian persediaan.
4. Pemilihan sumber dana dalam pengadaan aset tetap.
5. Pemilihan metode penyusutan aset tetap dan amortisasi aset tidak berwujud.
6. Transaksi yang berkaitan dengan pemungutan pajak (withholding tax).
7. Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar.
8. Permohonan penurunan pembayaran angsuran masa (PPh Pasal 25 bulanan).
9. Pengajuan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 25 dan Pasal 23.
10. Rekonsiliasi SPT
11. Penyertaan modal pada perseroan terbatas dalam negeri.
Fasilitas Perpajakan bagi UMKM
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif
sebesar 50% (lima puluh pesen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian perederan
bruto sampai Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus rupiah). Dengan adanya
fasilitas pajak bagi badan usaha UMKM diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan
khususnya dalam aspek perekonomian.
Perlakuan PPh Pasal 25 bagi UMKM dan Koperasi
Menurut Surat Edaran Nomor SE 66/ PJ/ 2010 menetapkan beberapa hal mengenai
pasal 31E UU PPh No 36 Tahun 2008 terkait dengan fasilitas pajak bagi UMKM. Menurut
PMK NO 112/PMK.03/2010 tentang tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak
pengasilan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini jenis peneltian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Berdasarkan karakteristik masalah menggunakan studi deskriptif yang merupakan penlitian
terhadap masalah masalah berupa fakta saat ini dari suatu studi kasus.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keaadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial, individu, kelompok,
lembaga atau masyarakat.
Sumber Data
Didalam penelitian ini sumber data yang dikumpulkan dan digunakan adalah :
Data Primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yang
diteliti dan dilolah sendiri oleh peneliti, semua data dan informasi yang secara langsung
berhubungan dengan penelitian ini.
Data Sekunder, merupakan data yang telah diolah yang dapat juga diperoleh melalui
studi kepustakaan, serta teori teori yang telah diperoleh dari berbagai macam literatur
yang berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan.
Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Interview
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan wawancara secara lansung
dengan pihak perusahaan untuk mendapatkan data yang diperlukan serta yang
berhubungan langsung dengan penelitian.
2. Observasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara
langsung pada objek penelitian dan catatan semua data yang diperlukan.
3. Dokumenter
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pencatatan terhadap data
yang dimiliki oleh perusahaan yang ada hubungannya dengan masalah yang penulis
kemukakan.
Satuan Kajian
Perencanaan pajak merupakan salah satu fungsi dari manajemen pajak. Perencanaan
pajak adalah analisis secara sistematis terhadap Undang Undang atau Peraturan
Perpajakan dengan tujuan untuk memilih jenis tindakan yang dapat meminimumkan
pembayaran pajak. Upaya tersebut bertujuan menghemat besarnya pajak terutang yang
dilakukan dengan cara yang legal yaitu dengan cara mencari celah dalam Undang Undang
Perpajakan serta memanfaatkan hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Menerapkan strategi tax planning yang fokus untuk meminimalkan Penghasilan Kena
Pajak (PKP) dengan cara mamaksimalkan biaya yang dapat dikurangkan untuk
dialihkan menjadi biaya yang dapat dikurangkan serta dengan meminimalkan pajak
terutang.
2. Menentukan besarnya penghasilan kena pajak setelah melakukan tax planning.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Laporan Hasil Usaha Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya
Untuk meminumalkan beban Pajak untuk masa mendatang, maka Koperasi Setia
Bhakti Wanita Surabaya menerapkan Perencanaan Pajak Penghasilan. Perencanaan Pajak ini
bertujuan untuk meminimumkan kewajiban Pajak dengan serendah mungkin dengan
memanfaatkan peraturan yang ada, yaitu dengan menyesuaikan transaksi keuangan kena
Pajak,dapat diupayakan untuk dikecualiakan atau dikurangi jumlah Pajaknya, dengan
melihat laporan akuntansi komersial dan akuntansi fiskal dengan cara yang benar sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya telah melakukan Perencanaan Pajak yaitu dapat
dilihat dengan selalu menghitung, memotong, dan menyetor Pajak tepat waktu agar tidak
dikenakan sanksi, dengan melaporkan Pajaknya tepat waktu itu menjadi salah satu
penghematan Pajak yang dilakukan oleh Koperasi Setia Bhati Wanita Surabayakarena
apabila Koperasi melaporkan Pajaknya dengan tepat waktu bisa terhindar dari sanksi
Perpajakan. Namun meskipun begitu penulis menyimpulkan perencanaan Pajak yang telah
dilakukan oleh Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya belum maksimal karena dalam
rekonsiliasi laba rugi fiskal ditemukan terdapat koreksi positif atas akun biaya komersial
laba Koperasi bertambah setiap tahunnya sehingga bertambahnya jumlah Pajak Penghasilan
Badan yang harus dibayar Koperasi.
Untuk mendapatkan laba fiskal dalam menghitung Pajak Penghasilan Badan, maka
langkah awal adalah dengan menganalisis dan menghitung penghasilan netto fiskal (Rugi
Fiskal) atas biaya komersial untuk menentukan apakah biaya biaya komersial tersebut
termasuk dalam biaya fiskal atau biaya non fiskal, dimana biaya non fiskal tersebut harus
dilakukan koreksi positif. Penyesuaian fiskal positif atau mengurangi rugi fiskal yang
menambah penghasilan netto fiskal atau mengurangi rugi fiskal, terdiri atas biaya yang
tidak dapat dikurangkan, Selisih penyusutan komersial diatas penyusutan fiskal. Sedangkan
koreksi negatif adalah penyesuaian fiskal yang mengurangi penghasilan neto fiskal atau
menambah rugi fiskal, terdiri atas Penghasilan yang bukan merupakan objek PPH,
Penghasilan yang dikenakan PPH final, dan Selisih penyusutan fiskal.
Sebelum dilakukan koreksi fiskal, perlu dilakukan analisis terhadap objek Pajak
penghasilan dan biaya - biaya pada Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya. Berikut beban
beban yang telah dikeluarkan oleh Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya secara umum
pada tahun 2010 2011 adalah sebagai berikut :
1. Koperasi mengeluarkan Beban Pemasaran karena terdapat bukti norminatifnya yang
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 02/PMK.03/2010.
2. Koperasi mengeluarkan Beban Kendaraan yang diantaranya bensin dan pelumas motor
dan mobil, perawatan motor dan mobil, suku cadang motor dan mobil, dan STNK motor
dan mobil yang sesuai dengan pasal 6 UU PPh No. 36 Tahun 2008.
3. Koperasi mengeluarkan Beban Jasa Simpanan Sukarela, Beban Jasa Tabungan Setia dan
Harian, Beban Jasa Pihak Ketiga, kerena beban tersebut menurut ketentuan perpajakan
masih berkaitan langsung dengan kegiatan usaha koperasi, sesuai dengan PP 138/2000
KEP-170/PJ/2002.
4. Beban Lain lain untuk tahun 2010 dikeluarkan oleh Koperasi karena sesuai dengan PP
138/2000 KEP-170/PJ/2002 atas jasa koreksi audit dan tahun 2011 tidak terdapat adanya
jasa koreksi audit.
Koreksi Fiskal Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya
Tabel 1
KOPERASI WANITA SETIA BHAKTI WANITA
REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI KOMERSIAL DAN FISKAL
UNTUK TAHUN 2010
Koreksi
Perkiraan
Komersial
Fiskal
Positif
Negatif
PNDPTN USAHA
Pndptn Jasa
12.290.167.426
12.290.167.426
Pndptn Provisi
1.380.477.722
1.380.477.722
Pndptn Denda
11.710.840
11.710.840
Pndptn Pertokoan
266.095.023
266.095.023
Total Pndptn Usaha
13.948.451.011
13.948.451.011
PNDPTN NON
USAHA
Pndptn Lain Lain
Total Pndptn
BEBAN USAHA
B. Organisasi
B. Manajemen:
B. Pemasaran
B. Karyawan
B. Kendaraan
B. Keuangan
B. Administrasi
B.
Penyusutan
dan
Penyisihan
B.
Jasa
simpanan
sukarela
B. Jasa tabungan setia
dan harian
B. Jasa pada Pihak
Ketiga
B. Pajak Tahun Lalu
Total B. Manajemen
Total B. Usaha
SHU SBLM PAJAK
722.400.770
198.421.931
14.670.851.781
3.561.289.853
30.857.201
2.643.713.225
83.483.898
221.240.275
711.871.619
1.026.575.896
523.978.839
Ket.
Ps 4(1)
Ps 4(1)
Ps 4(1)
Ps 4(1)
Ps
10(6)
4(1),
14.472.429.850
52.040.430
3.509.249.423
Ps 6
110.645.930
5.574.600
30.857.201
2.532.079.189
83.483.898
110.594.345
706.927.019
Ps 6
Ps 6
Ps 6
Ps 6
Ps 6
238.213.786
788.362.110
111.634.036
Ps 11, 11A
3.624.890.483
3.624.890.483
1.114.136.498
1.114.136.498
Ps 6
674.152.506
10.130.921.601
674.152.506
9.664.853.249
Ps 6
Ps 6
13.692.211.454
13.174.102.672
978.640.327
1.298.327.178
9
B. NON USAHA
B. Lain Lain
SHU STLH B. LAIN LAIN
Pajak PPh Badan
272.653
272.653
978.367.674
1.298.054.525
Ps 6
(282.952.193)
Berikut ini merupakan rincian koreksi fiskal yang dilakukan oleh Koperasi untuk
penghasilan yang kena Pajak berakhir tanggal 31 Desember 2010 (dalam Rp.) :
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak
978.367.674
Koreksi Positif :
HUT Harkop
52.040.430
Seragam
29.886.596
PPh 21
81.747.440
Iuran/Sumbangan
5.574.600
Penyusutan Aktiva Tetap
37.428.277
Biaya Ditangguhkan
110.645.930
Penyisihan Piutang
200.785.509
Koreksi Negatif :
Bunga Deposito dan Jasa Giro
(198.179.924)
Bank
SHU dr Koperasi Sekunder
(242.007)
Jumlah Koreksi Fiskal
319.686.852
Dasar Pengenaan Pajak
1.298.054.523
Pembulatan Penuh
1.298.054.000
PPh Badan Tahun 2010
PhKP yang mendapat Fasilitas
4.800.000.000
X 1.298.054.000 = 332.490.458 12.50% 41.561.307
18.739.362.433
PhKP yang tidak mendapat Fasilitas
1.298.054.000
332.490.458
= 965.563.542 25.00% 241.390.885
PPh Terutang 2010
Angsuran PPh 25 Tahun 2010
PPh 29 kurang bayar Tahun 2010
282.952.193
243.690.351
39.261.842
Tabel 2
KOPERASI WANITA SETIA BHAKTI WANITA
REKONSILIASI PERHITUNGAN LABA RUGI KOMERSIAL DAN FISKAL
UNTUK TAHUN 2011
Koreksi
Perkiraan
Komersial
Fiskal
Positif
Negatif
PNDPTN USAHA
Pndptn Jasa
12.104.928.849
12.104.928.849
Pndptn Provisi
1.519.704.646
1.519.704.646
Pndptn Denda
20.796.355
20.796.355
Pndptn Pertokoan
301.937.947
301.937.947
Total Pndptn Usaha
13.947.367.799
13.947.367.799
Ket.
Ps 4(1)
Ps 4(1)
Ps 4(1)
Ps 4(1)
10
PNDPTN
NON
USAHA
Pndptn Lain Lain
Total Pndptn
BEBAN USAHA
B. Organisasi
Beban Manajemen:
B. Pemasaran
B. Karyawan
B. Kendaraan
B. Keuangan
B. Administrasi
B.
Penyusutan
dan
Penyisihan
B.
Jasa
simpanan
sukarela
B. Jasa tabungan setia
dan harian
B. Jasa pada Pihak
Ketiga
B. Pajak Tahun Lalu
Total B. Manajemen
693.498.384
14.640.866.183
3.790.411.394
29.296.446
2.675.118.967
99.577.004
327.879.211
673.342.793
1.021.623.539
56.798.278
54.953.343
120.023.059
6.840.000
364.566.004
20.750.478
636.700.106
14.584.067.903
Ps 4(1), 10(6)
3.735.458.051
Ps 6
29.296.446
2.555.095.908
99.577.004
327.879.211
666.502.793
Ps 6
Ps 6
Ps 6
Ps 6
Ps 6
677.808.013
Ps 11, 11A
3.084.292.713
3.084.292.713
1.538.117.141
1.538.117.141
Ps 6
274.769.036
9.724.016.855
274.769.036
9.253.338.265
Ps 6
Ps 6
Total B. Usaha
13.514.428.249
SHU SBLM PAJAK
1.126.437.934
B. NON USAHA
B. Lain Lain
SHU STLH B. LAIN
1.126.437.934
LAIN
Pajak PPh Badan
(350.613.968)
SHU STLH PAJAK
775.823.969
Sumber : Data yang diolah penulis
12.988.796.316
1.595.271.587
-
Ps 6
1.595.271.587
Berikut ini merupakan rincian koreksi fiskal yang dilakukan oleh Koperasi untuk
penghasilan yang kena Pajak berakhir tanggal 31 Desember 2011 (dalam Rp.) :
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak
1.126.437.935
Koreksi Positif :
HUT Harkop
54.953.343
Seragam
30.335.400
PPh 21
89.687.659
Iuran/Sumbangan
6.840.000
Penyisihan Piutang
364.566.004
Koreksi Negatif :
Penyusutan Aktiva Tetap
(20.750.478)
Bunga Deposito dan Jasa Giro Bank
(48.744.017)
SHU dr Koperasi Sekunder
(8.054.261)
Jumlah Koreksi Fiskal
468.833.650
Dasar Pengenaan Pajak
1.595.271.585
Pembulatan Penuh
1.595.271.000
11
12.50%
48.203.782
12
6. Beban Karyawan
Dalam Beban Karyawan terdapat Seragam Karyawan. Seragam karyawan harus
dikoreksi fiskal karena yang diberikan oleh koperasi tidak untuk keselamatan kerja
sebagaimana yang dimaksud dalam KEP-312/PJ/2001.
Berikut ini rincian Seragam Karyawan sebagai berikut :
Tahun 2010 = Rp. 29.886.596,Tahun 2011 = Rp. 30.335.400,7. Aktiva Tetap
Penyusutan aktiva tetap ini menggunakan metode garis lurus (Straight Line Methode),
semua aktiva tetap yang dimiliki oleh koperasi ini setiap tahun disusutkan.
Penyusutan yang digunakan oleh koperasi dalam laporan komersial dengan laporan
keuangan fiskal sama. Berikut prosentase penyusutan aktiva tetap yang digunakan
koperasi sebagai berikut.
Tabel 3
Prosentase Penyusutan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya
Keterangan
Masa Manfaat
Prosentase Penyusutan
Gedung
20 Tahun
5%
Kendaraan
Kelompok 1
4 Tahun
25%
Peralatan Kantor
Kelompok 1
4 Tahun
25%
Sumber : Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya
8. Pajak Penghasilan
Koperasi melakukan kewajibannya membayar PPh pasal 25 setiap bulannya, hal ini
sesuai dengan Undang Undang Perpajakan No. 36 tahun 2008. Besarnya angsuran ini
dihitung dari pajak penghasilan tahun sebelumnya yaitu tahun 2009.
13
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Tahun 2011 Rp. 48.744.017,- (Lampiran 2), Koreksi Fiskal Negatif. Beban tersebut dapat
mengurangi penghasilan karena beban tersebut memiliki hubungan langsung dengan
kegiatan operasional koperasi.
Pendapatan Lain lain terdapat Pendapatan dari Penyertaan yaitu SHU dari Koperasi
Sekunder yang dikoreksi negatif oleh Koperasi Wanita sebesar Rp. 242.007,- untuk tahun
2010 (Lampiran 1) dan Rp. 8.054.261,- untuk tahun 2011 (Lampiran 2).
Beban Organisasi yang dikoreksi hanya HUT Harkop Rp. 52.040.430,- untuk tahun 2010
(Lampiran 1) dan Rp. 54.953.343,- untuk tahun 2011 (Lampiran 2). HUT Harkop masuk
dalam Koreksi Fiskal Positif.
Tahun 2010 dan tahun 2011 Beban Pemasaran tidak dikoreksi fiskal, sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan No. 02/PMK.03/2010 tentang Beban Pemasaran yang
dikurangkan dari penghasilan bruto mengharuskan untuk melampirkan daftar
norminatif Beban Pemasaran dalam SPT Tahunan.
Beban Karyawan yang masuk dalam koreksi, yaitu Seragam untuk tahun 2010 sebesar
Rp. 29.886.596,- (Lampiran 1) dan untuk tahun 2011 sebesar Rp.30.335.400,- (Lampiran 2).
PPh 21 untuk tahun 2010 sebesar Rp. 81.747.440,- (Lampiran 1) dan untuk tahun 2011
sebesar Rp. 89.687.659,- (Lampiran 2). Beban Gaji, THR, Bonus dapat menjadi pengurang
penghasilan sehingga tidak dikoreksi fiskal. THR dan Bonus termasuk tunjangan yang
diberikan karyawan dan tidak dikoreksi fiskal karena sesuai dengan KEP 545/PJ/2000,
PER 15/PJ/2006 dalam undang undang PPh Pasal 6 ayat (1) huruf a bias dibebankan
sebagai biaya dan menjadi pendpatan masuk dalam unsur gaji bagi karyawan. Beban
Jamsostek iuran dana pensiun yang sudah disahkan oleh Menteri Keuangan dan beban
ini diperkenankan menurut peraturan Undang undang perpajakan baik untuk tahu
2010 dan tahun 2011.
Beban Kendaraan tahun 2010 dan tahun 2011 boleh dibebankan sebagai biaya pegurang
penghasilan, sesuai dengan pasal 6 UU PPh No. 36 Tahun 2008.
Beban Keuangan yang masuk koreksi fiskal positif, yaitu hanya Biaya Ditangguhkan.
Biaya Ditangguhkan ini terdapat di laporan keuangan komersil tahun 2010 sebesar Rp.
110.645.930,- (Lampiran 1), untuk tahun 2011 tidak ada Biaya Ditangguhkan dalam
laporan keuangan komersilnya.
Beban Administrasi Koperasi hanya mengkoreksi Iuran/Sumbangan sebesar Rp.
5.574.600,- untuk tahun 2010 (Lampiran 1) dan Rp. 6.840.000,- untuk tahun 2011
(Lampiran 2).
Beban Penyusutan dan Penyisihan terdapat dua akun yang dikoreksi oleh Koperasi,
yaitu Penyusutan Aktiva Tetap Koperasi sebesar Rp. 37.428.277,- untuk tahun 2010
koreksi positif dan Rp. 20.750.478,- untuk tahun 2011 koreksi negatif. Pada tahun 2011
Penyusutan Aktiva Tetap dikoreksi negatif karena jumlah nominal di laporan keuangan
komersil lebih kecil daripada di laporan keuangan fiskalnya. Beban Penyisihan Piutang
Tak Tertagih sebesar Rp. 200.785.509,- untuk tahun 2010 (Lampiran 1) dan Rp.
364.566.004,- untuk tahun 2011 (Lampiran 2).
Beban Jasa pada Laporan Keuangan Komersil tidak dikoreksi, menurut ketentuan
perpajakan secara langsung masih berkaitan dengan kegiatan usaha dan sebagai
pengurang penghasilan.
Beban Jasa pada Pihak Ketiga juga tidak masuk koreksi, Beban Jasa pada Pihak Ketiga
berkaitan dengan kegiatan usaha dan digunakan usaha koperasi tersebut, sesuai dengan
PP 138/2000 KEP-170/PJ/2002.
Beban Lain lain, koreksi audit atas nilai asset tetap tidak dikoreksi sesuai dengan PP
138/2000 KEP-170/PJ/2002 atas pemberian jasa pemberian informasi atau jasa konsultan
pajak.
14
n. SHU tidak termasuk penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai
dengan UU PPh Pasal 4 ayat 3 yang mengatur tentang Bukan Obyek Pajak, karena SHU
koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya dan dibagikan secara
keseluruhan.
o. Pembagian SHU Koperasi Wanita Setia Bahkti Wanita Surabaya. SHU yang dibagikan
kepada anggota koperasi perseorangan adalah 30%, sedangkan keseluruhan SHU yang
dibagi adalah sebesar 80% SHU setelah pajak.
Pembagian SHU Koperasi Setelah Pajak :
Tahun 2010 sebesar Rp. 282.952.193,- x 80% = Rp. 226.361.754,Tahun 2011 sebesar Rp. 350.410.185,- x 80% = Rp. 280.328.148,Perhitungan Penyusutan 2010 dan 2011
Keterangan
Tabel 4
Perhitungan Penyusutan Tahun 2010
Harga
Masa Manfaat
Garis Lurus
Perolehan
211.530.701
20 Tahun
10.576.535
Gedung
Kendaraan
Kelompok 1
166.310.709
Peralatan Kantor
Kelompok 1
332.984.374
Sumber : Data yang diolah penulis
Keterangan
Saldo Menurun
4 Tahun
41.577.677
83.155.355
4 Tahun
83.246.094
166.492.187
Tabel 5
Perhitungan Penyusutan Tahun 2011
Harga
Masa Manfaat
Garis Lurus
Perolehan
224.169.598
20 Tahun
11.208.480
Saldo Menurun
Gedung
Kendaraan
Kelompok 1
116.486.331
Peralatan Kantor
Kelompok 1
316.401.605
Sumber : Data yang diolah penulis
4 Tahun
29.121.583
58.243.166
4 Tahun
79.100.401
158.200.803
Dari Perhitungan penyusutan ini dapat disimpulkan bahwa penyusutan yang dibuat oleh
Koperasi lebih kecil, dari perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus dan saldo
menurun, metode garis lurus lebih efektif digunakan karena hasil yang dihasilkan lebih kecil
dibandingkan dengan perhitungan penyusutan dengan perhitungan saldo menurun .
Perencanaan Pajak yang diterapkan Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya
Didalam Perpajakan terdapat segala hal tentang peraturan yang berbentuk Undangundang atau Keputusan Menteri dan keputusan Direktorat Jendral Pajak yang berisikan
tentang semua hal yang berkaitan dengan hal Perpajakan. Termasuk di dalamnya yang
terdapat hal penghindaran Pajak yang legal (Tax avodiance) maupun secara tidak legal (tax
evasion). Perencanaan Pajak yang biasanya dilakukan oleh Koperasi seperti yang dikenal
dengan sebutan perencanaan Pajak (tax planning) itu salah satu cara yang legal,cara yang
tidak melanggar peraturan Perpajakan yaitu dengan cara menekan biaya biaya yang ada,
Peraturan Perpajakan kadang sering kali terjadi perubahan, maka dari itu para wajib Pajak
yang melakukan perencanaan Pajak harus bisa lebih aktif mengetahui perubahan perubahan yang terjadi dalam peraturan Perpajakan yang baru,agar terhindar dari sanksisanksi Perpajakan.
15
16
17
PPh terutang :
5% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,15% x Rp. 19.454.117,- = Rp. 2.918.118,Total PPh terutang setahun = Rp. 5.418.117,PPh terutang sebulan
= Rp. 451.509,Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan dari gross up di dalam perhitungan
pasal 21 adalah untuk mencari tunjangan Pajak yang jumlahnya sama dengan Pajak yang
terutang. Dengan menggunakan rumus ini maka Koperasi dapat membebankan biaya
tunjangan Pajak sebagai Deductible Expenses, sehingga dapat mengurangi PPh badan
Koperasi yang bersangkutan. Dengan catatan, selama di dukung adanya perjurnalan biaya
tunjangan Pajak di dalam pembukuan wajib Pajak serta juga tercantum dalam slip gaji
karyawan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut : perlakuan perpajakan laporan keuangan fiskal yang sudah koreksi fiskal pada
laporan komersialnya Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita sesuai dengan penerapan
standar akuntansi keuangan yang berlaku umum dan peraturan perpajakan.
Dilakukan pengelompokan pendapatan dan biaya yang dikoreksi telah sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku umum dan mudah untuk melakukan koreksi pada akhir
tahun.
1. Pendapatan Usaha Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita Surabaya yang sesuai dengan
ketentuan pajak sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal.
2. Koperasi dalam melakukan penilaian persediaan dicatat dengan metode rata rata.
Harga Pokok Penjualan yang lebih tinggi akan mengakibatkan laba kotor menjadi lebih
kecil sehingga penghasilan kena pajak menjadi lebih kecil.
3. Selisih antara SHU sebelum pajak sesudah Beban lain lain dalam laporan komersil
sebesar Rp. 978.367.674,- pada tahun 2010 dan Rp. 1.126.437.934,- pada tahun 2011.
Laporan Sisa Hasil Usaha Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita terdapat koreksi fiskal
positif yang mengakibatkan SHU fiskal koperasi lebih besar daripada SHU komersial
koperasi yaitu Rp. 1.298.054.525,- pada tahun 2010 dan Rp. 1.595.271.587,- pada tahun
2011.
4. SHU tidak termasuk penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai
dengan UU PPh Pasal 4 ayat 3. Pembagian SHU Koperasi Setelah Pajak pada Tahun 2010
sebesar Rp. 226.361.754,- dan Tahun 2011 sebesar Rp. 280.328.148,5. Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita memberikan sumbangan yang masuk dalam
koreksi fiskal positif, sesuai dengan pasal 9 UU PPh No. 36 Tahun 2008.
6. Metode Garis Lurus (Straight Line Method) ini digunakan Koperasi Wanita Setia Bhakti
Wanita dalam melakukan penyusutan aktiva. Sesuai dengan perhitungan pengolahan
data, untuk tahun 2010 sebesar Rp. 135.400.306,- dan tahun 2011 Rp. 119.430.464,-. Harga
perolehan aktiva tetap tahun 2010 sebesar Rp. 710.825.784,- dan tahun 2011 Rp.
657.057.534,-.
7. Koperasi selalu mengupdate Peraturan Perpajakan yang terbaru agar tidak salah dalam
cara menghitung, melaporkan dan membayarkan Pajaknya dengan cara yang tepat.
Dengan cara ini Koperasi biasanya melakukan kewajiban Perpajakannya dengan baik.
18
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan maka diberikan saran guna pertimbangan atau
masukan bagi manajemen koperasi yaitu sebagai berikut :
1. Dalam melakukan perhitungan, pengolahan dan pencatatan data atas laporan keuangan
sebaiknya berdasarkan standar akuntansi dan peraturan perpajakan yang berlaku.
2. Untuk pembelian aktiva baru sebaiknya menggunakan Metode Saldo Menurun (Double
Decline Method) karena pembebanan biaya penyusutan lebih besar sehingga dapat
menurunkan laba kena pajak.
3. Dalam menerapkan perencanaan pajak, koperasi hendaknya menggunakan strategi
perencanaan pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S dan E. Trisnawati. 2009. Akuntansi Perpajakan. Edisi 2. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.
Muljono, D dan W. Baruni. 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan. Edisi 1. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Munawir, S. 1992. Perpajakan. Edisi ke Empat Cetakan Pertama. Penerbit Liberty.
Yogyakarta.
Priantara, D. 2012. Perpajakan Indonesia. Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta.
Resmi, S. 2009. Perpajakan : Teori dan Kasus. Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat Jakarta.
Soewadji, J. 2012.Pengantar Metodologi Penelitian. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Soeratno, dan A. Lincolin. 1993, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.
Suandy, E. 2009, Perencanaan Pajak. Edisi 4. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
_________. 2011, Perencanaan Pajak. Edisi Kelima. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Suharsaputra, U. 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. PT Refika
Aditama. Bandung.
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Edisi 9 Buku 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Zain, M. 2008. Manajemen Perpajakan. Edisi Ketiga. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.