Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KELOMPOK 2 :
Chairil Anam
(20141660023)
(20141660020)
Bayuni
(20141660093)
(20141660088)
Faizatun Nisa
(20141660005)
PRODI S 1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2016
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 1
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikanrahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan : Glaukoma ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah inidisusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Persepsi Sensori.Makalah ini
terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itupenulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. seluruh team Dosen mata kuliah sistem persepsi sensori yangmemberikan motivasi, bimbingan, serta
arahan.
2. Teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini.
3. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Menurut kami makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ibarat kata TiadaGading Yang Tak Retak oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangunsangat penulis harapkan.
Penyusun
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................... 1
Kata Pengantar ..................................................................................... 2
Daftar Isi .....................,,,,,,,,,,,............................................................. 3
BAB. I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang................................................................................ 4
1.2.Perumusan Masalah......................................................................... 4
1.3.Tujuan Penulisan ............................................................................ 4
BAB. II. Konsep Teori
2.1. Devinisi ................................................................................ ....... 5
2.2. Klasifikasi................................................................................. 5
2.3. Etiologi..................................................................................... 7
2.4. Patofisiologi.............................................................................. 7
2.5. Manifestasi Klinis..................................................................... 8
2.6. Pemeriksaan Diagnostik............................................................. 9
2.7. Penatalaksanaan........................................................................ 10
BAB. III. Asuhan Keperawatan
3.1. Pengkajian......................................................................................................
11
16
17
25
30
BAB. V. Penutup
4.1. Kesimpulan................................................................................. 32
4.2. Saran-saran...................................... ........................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumlah 0,40 % penderita
glaucoma di Indonesia yang mengakibatkankebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata utama di
Indonesiaadalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %, katarak 7,40 %,konjungtivitis 1,74 %, parut kornea
0,34 %, glaucoma 0,40 %, retinopati 0,17 %,strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah
lensa 1,02%, glaucoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan refraksi 0,11 %, retina 0,09 %,kornea 0,06 %, lain-lain
0,03 %, prevalensi total 1,47 % (Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang
menderitaglaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguanpenglihatan, dan hamper
70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan
pada pencegahandan penatalaksanaan Glaukoma (Suzanne C. Smeltzer, 2001).
BAB II
KONSEP TEORI
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 4
2.2. Klasifikasi
Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidarta Ilyas, 2003)
A.Glaukoma primer
1). Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yangmeliputi kedua mata. Timbulnya kejadian
dan kelainan berkembangsecara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambatoleh perubahan degeneratif jaringan
trabekular, saluran schleem, dansaluran yang berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIOdan sudut ruang anterior
normal. Peningkatan tekanan dapatdihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
2). Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 5
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong
kedepan menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir
kesaluranschlemm. Pergerakan iris ke depan dapat peningkatan tekananvitreus, penambahan cairan
diruang posterior atau lensa yangmengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yangtibatiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat
hal. Penempelan iris menyebabkandilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan
dannyeri yang hebat.
B.Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluhdarah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut
terbuka atau tertutuptergantung pada penyebab :
1)Perubahan lensa
2)Kelainan uvea
3)Trauma
4)Bedah
C.Glaukoma kongenital
glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan perkembangan
pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital sering di turunkan dan juga dijumpai dengan adanya
epifora dan dapat juga berupa fotofobia serta meningkatkan tekanan intraokuler.
D.Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimanasudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikangangguan fungsi lanjut.Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh,
bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata kerasseperti batu dan dengan rasa
sakit.sering mata dengan buta inimengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkanpenyakit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasasakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar betapada
badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bolamata karena mata telah tidak berfungsi
dan memberikan rasa sakit.
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 6
2.3. Etiologi
Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)
a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary.
B. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelah pupil
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009)
a. Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2 % daripopulasi usia 40
tahun yang terkena glaukoma. Angkaini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma. Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga
penderitaglaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaucoma. Resiko terbesar
adalah kakak adik kemudian hubungan orang tua dananak-anak.
c.Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkenaglaukoma. Meskipun untuk sebagian
individu, tekanan bola mata yanglebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur
tekananbola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter spesialismata.
d. Pemakai obat steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes matayang mengandung steroid yang
tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaleruntuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan
pemakai obatsecara rutin lainnya.
2.4. Patofisiologi
Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitelprosesus ciliary bilik mata belakang
untuk memberikan nutrien pada lensa.Aqueua humor mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik
matadepan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekanan intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 1021 mmhg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf
optik menjadi iskemik dan mati .Selanjutnya menyebabkan kerusakan jaringan yang dimula dari perifirmenuju ke
fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa
terakhir pada temporal (SunaryoJoko Waluyo, 2009).
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 7
Selain itu glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)
a. Tekanan bola mata yang tidak normal
b. Rusaknya selaput jalan
c. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapatberakhir dengan kebutaan.
Page 8
Pemakaian Tonometri Schiotz untuk mengukur tekanan bola mata dengan cara sebagai berikut :
a). Penderita di minta telentang
b). Mata di teteskan tetrakain
c). Ditunggu sampai penderita tidak merasa pedas
d). Kelopak mata penderita di buka dengan telunjuk dan ibu jari(jangan menekan bola mata
penderita)
e). Telapak tonometer akan menunjukkan angka pada skala tonometer. Pembacaan skala
dikonversi pada tabel untuk mengetahui bolamata dalam milimeter air raksa.
a). Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg di curigai adanya glaukoma.
b). Bila tekanan lebih dari pada 25 mmHg pasien menderitaglaukoma.
2). Tonometri Aplanasi
Dengan tonometer aplanasi diabaikan tekanan bola mata yang dipengaruhi kekakuan sklera (selaput
putih mata). Teknik melakukantonometri aplanasi adalah
a). Diberi anestesi lokal tetrakain pada mata yang akan diperiksa
b). Kertas fluorosein diletakkan pada selaput lendir
c). Di dekatkan alat tonometer pada selaput bening maka tekanandinaikkan sehingga ingkaran
tersebut mendekat sehingga bagiandalam terimpit
d). Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yangmemberi gambaran setengah
lingkaran berimpit. Tekanan tersebutmerupakan tekanan bola mata.
e). Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih dari 20mmHg dianggap sudah
menderita glaukoma.
c. Pemeriksaan lampu-slit.
Lampu-slit digunakan untuk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesarkornea, sclera dan kornea inferior
sehingga memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
d. Pemeriksaan Ultrasonografi.
Ultrasonografi adalah gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur
okuler. Ada dua tipe ultrasonografi yaitu :
1). A-Scan-Ultrasan.
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 9
Berguna untuk membedakan tumor maligna dan benigna, mengukur mata untuk
pemasangan implant lensa okuler dan memantau adanya glaucoma congenital.
2). B-Scan-Ultrasan.
Berguana unutk mendeteksi dan mencari bagian struktur dalam matayang kurang jelas
akibat adanya glaukoma dan abnormalitas lain.
2.7. Penatalaksanaan
Glaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaucoma dapat dicegah untuk menghambat
kerusakan lanjut dari lapang pandangan danrusaknya saraf penglihat. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan
TIO ketingkat yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan.
penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi penyakit dan respons terhadap terapi (Harnawartiaj, 2008) :
a. Terapi obat.
1). Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral.
2). Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts / jam.
b. Bedah lazer.
Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus danmenurunkan TIO.
c. Bedah konfensional.
d. Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian irisuntuk memungkinkan aliran humor
aqueus dari kornea posterior keanterior.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian
A. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan glaukoma adalah:
1. Identitas pasien
(nama, usia, jenis kelamin,alamat, dan keterangan lain yang meliputi identitas pasien)
2. Keluhan Utama (KU)
3. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
- alokasi keluhan
- kualitas
- kuantitasnya
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 10
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
-
Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera
kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.
Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan
TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angledidapat
nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure 30 mmHg. Uji
dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik.
Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada
kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO
meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya
sempit.
Page 11
Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga dengan
penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat stress, alergi,
gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.
b) POLA NUTRISI/METABOLISME
-
Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan nafsu
makan
Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual
muntah
c) POLA ELIMINASI
-
Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan karekteristik
BAB
Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada kesulitan/nyeri
ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk miksi
Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola eliminasi,
kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe sekunder (DM,
hipertensi).
c) POLA AKTIVITAS/LATIHAN
-
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 12
Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada.
Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau keluarganya
(perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien seharihari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola tidur klien
tidak normal.
e) POLA KOGNITIF-PERSEPSI
-
Status mental
-
Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi nyeri
saat nyeri terjadi
Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan. Pola
pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 13
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri,
gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang
membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien sering
merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien menggambarkannya.
Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri karena
mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak PD dalam
kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi
dan konsep diri.
Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll
Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa bulan
terakhir
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 14
Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi,
apakah efektif?
Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panic
Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress
Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang
dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien mengalami
penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.
j) POLA KEYAKINAN-NILAI
-
Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam
hidup
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 15
a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai
dengan kehilangan lapang pandang progresif.
b. Nyeri kronis b/d peningkatan TIO
c. Ansietas Ansitas b/ d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu,
d.
e.
f.
g.
ketidakmampuan visual
h. Risiko gangguan pola nutrisi b/d mual, muntah sekunder akibatpeningkatan TIO
i. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumahb/d kurang pengetahuan
j.
tentang perawatan diri pada saat pulang, kurangsystem pendukung yang adekuat
Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b/dkurang informasi tentang penyakit
glaukoma.
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 16
4) bantu pasien dalam menangani keterbatasan penglihatan,contoh: atur perabot, kurangi kekacauan,
perbaiki sinar suram, dan masalah penglihatan malam
R : menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahanlapang pandang
5) Kolaborasi pemberian asetazolamid (diamox)
R : menurunkan laju produksi akueus humorb.
b. Diagnosa keperawatan:
Nyeri akut b/d peningkatan TIO
Tujuan : setelah dilakuakan proses keperawatan selama 1x24 jm Nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil: pasien tidak meringis kesakitan
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri pasien
R : Mengetahui tingkat nyeri untuk memudahkan intervensiselanjutnya
2) Pantau derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut
R : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasilyang diharapkan
3) Siapkan pasien untuk pembedahan sesuai peranan
R : setelah TIO terkontrol pada glukoma sudut terbuka, pembedahanharus dilakukan untuk secara
permanent menghilangkan blok pupil
4) Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler
R : tekanan pada mata ditingkatkan bila tubuh datar
5) Berikan lingkungan gelap dan terang
R : stress dan sinar menimbulkan TIO yang mencetuskan nyeri
6) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgesic narkotik dan evaluasikeefektifanya
R : untuk mengontrol nyeri, nyeri berat menentukan menuvervalasava, menimbulkan TIO
c. Dignosa keperawatan
Ansietas Ansitas b/ d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu,
menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam Cemas hilang atau berkurang
Kriteria hasil: pasien merasa tenang
Intervensi :
1) Kaji tingkatansietas
R : factor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 17
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 18
1) Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orangdekat, sehubungan dengan terlihatnya
kehilangan, kehilangan fungsi,dan emosi yang terpendam
R : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkanindividu melakukan penolakan, syok,
marah, dan tertekan
2) Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannyaitu tidak dengan penolakan, syok,
marah,dan tertekan
R : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebihikhlas
3) Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itudan dorong membagi perasaan
dengan orang lain.
R : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa percaya diriindividu dan dapat membagi perasaan
kepada orang lain
4) Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri
R : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengankekurangan yang dimiliki
f. Diagnosa keperawatan
Ketidakmampuan dalam perawatan diri b/d penurunan penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan dapat meningkatkan aktivitas perawatan diri pasien
Kriteria hasil: - pasien tidak seluruhnya meminta bantuan kepada orang lain
- pasien sedikit demi sedikit dapat melakuakan perawatan dengan sendirinya
Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
R : Dapat mengetahui kemampuan klien dan memudahkan intervensiselanjutnya.
2) Bantu klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri
R : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien.
3) Libatkan keluarga dalam aktivitas perawatan diri klien.
R : Keluarga merupakan orang terdekat dalam pemenuhan kebutuhanperawatan diri klien.
4) Rencanakan aktivitas dan latihan klien.
R : Istirahat klien tidak terganggu dengan adanya aktivitas dan latihanyang terencana.
5) Berikan dorongan untuk melakukan perawatan diri kepada klien danatur aktivitasnya.
R : Dapat mencegah komplikasi imobilitas.
g. Diagnosa keperawatan
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 19
Isolasi sosial b/d penurunan pandangan perifer, takut cedera atau responsnegatif lingkungan terhadap
ketidakmampuan visual.
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan pasien dapat mendorong sosialisasi dan ketrampilan
kopingnya
Kriteria hasil : - pasien memiliki teman
- pasien dapat hidup bersosial
Intervensi :
1) Jalin hubungan baik dengan klien
R : agar klien tidak merasa asing
2) Jelaskan kondisi/gangguan yang terjadi pada matanya
R : klien akan menerima keadaannya.
3) Libatkan keluarga dalam berinteraksi dengan pasien
R : membantu pasien berinterksi dengan orang lain
4) Libatkan dengan kegiatan lingkungan
R : klien akan merasa punya teman dalam lingkungan.
5) Dorong pasien untuk menerima pengunjung dan bersosialisasi
R : agar pasien dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan dapamenerima kondisi penyakitnya
6) Mengetahui tingkat koping klien dan berguna dalam intervensiselanjutnya.
R : Untuk mengetahui sejauh mana koping klien.
h. Diagnosa keperawatan
Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d mual, muntahsekunder akibat peningkatan TIO
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nuutrisi dapat terpenuhi dengan baik
Kriteria hasil : - mual muntah pasien hilang
- pasien mau makan
Intervensi :
1) Motivasi klien untuk menghabiskan makanannya
R : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
2) Tanyakan atau diskusikan pada klien makanan yang disukai dan tidak disukai
R : agar klien suka terhadap makanan yang dihidangkan sehinggaklien mau makan
3) Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 20
Page 21
Waktu
Pokok Bahasan
Sasaran
: Mahasiswa
Penyuluh
: Chairil Anam
Faisal Dwi Cahyono
Bayuni
Mariana Ulfa Mustafa
Faizatun Nisa
Tempat
I.
II.
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 22
III.
METODE
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.
3. Demonstrasi
IV.
V.
KEGIATAN
RESPON PESERTA
WAKTU
Pendahuluan:
-memberi salam pembuka dan -membalas salam.
perkenalan diri.
-Mendengarkandan
-menjelaskan tujuan.
memberi respon
5menit
-kontrak waktu
Penjelasan:
perhatia
perjalanan
Page 23
penyakit Glaukoma
-Klasifikasi Penyakit Glaukoma
-Manifestasi / Gejala Glaukoma
-Prognosis dari Glaukoma.
-Pemeriksaan diagnostic.
3
Penutup:
-menanyakan
-tanya jawab
belum jelas.
hal
yang 10 menit
berasama
menyimpulkan.
-membalas salam
VI.
Evaluasi
Mengajukan pertanyaan lisan.
1. Apa pengertian dari glaucoma?
2. Apa Penyebab terjadinya glaucoma?
3. Sebutkan Gejala gejala yang timbul pada glaucoma!
4. Jelaskan Patofisiologi Glaukoma!
5. Sebutkan Klasifikasi Glaukoma!
6. Jelaskan Prognosis dari glaucoma!
7. Sebutkan pemeriksaan Diagnostik Glukoma!
VII.
Observasi
1. Respon peserta saat diberi pertanyaan diam atau menjawab ( benar / salah)
2. Peserta antusias atau tidak.
3. Peserta mengajukan pertanyaan atau tidak.
VIII.
Materi
1. Pengertian Glaukoma
Glaukoma adalah penyakit yang menyerang saraf mata (optic nerve)
manusia, hingga terjadi kerusakan struktur dan fungsional saraf yang
bersesuaian. Kerusakan tersebut dapat terjadi secara mendadak atau perlahan
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 24
Page 25
Penutup saluran nasolacrimal berguna karena bila obat diteteskan pada mata,
obat akan masuk ke rongga hidung dan masuk ke dalam peredaran darah dan
bagian tubuh yang lain sehingga akan memberikan efek samping. Untuk
mencegah hal ini maka pada saat meneteskan obat ke mata maka tempat
pengaliran obat masuk ke hidung (punctumlakrimal) ditutup dengan jari
selama 1-2 menit. Biasanya 50% dari obat akan masuk ke dalam mata yang
efeknya akan sangat baik dan waktu kerjanya akan lebih lama. Aturan
pemakaian obat diperlukan pada pemakaian berbagai macam obat tetes yang
diberikan. Sebaiknya antara pemakaian 2 jenis obat dalam batas 10-15 menit.
Obat yang diteteskan dalam waktu dekat tidak efisien karena obat yang
pertama diteteskan dibilas oleh obat tetes yan berikutnya.
4. Etiologi
a. Umur
b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaucoma..
c. Tekanan bola mata.
d. Pemakaian steroid.
e. Riwayat trauma ( luka kecelakaan ) pada mata.
f. Riwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.
5. Prognosis.
Komplikasi penyakit glaucoma sebenarnya tidak terlalu berbahaya, namun di
sisi lain apabila penyakit tersebut tidak diobati dengan baik dapat
mengakibatkan kehilangan penglihatan atau kebutaan secara permanen.
6. Gejala penyakit Glaukoma
a. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.
b. Kornea suram.
c. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.
d. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.
e. Nyeri di mata dan sekitarnya.
f. Udema kornea.
g. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 26
h. Lensa keruh.
BAB IV
ANALISA ARTIKEL JURNAL
Visual Field Abnormality and Quality of Life of Patient with
Primary Open Angle Glaucoma.
A. Resume Jurnal.
Glaukoma adalah suatu kelainan neuropati optik disertai penyempitan lapang pandangan yang
bersifat kronis dan progresif. Glaukoma sudut terbuka primer merupakan jenis glaukoma yang
paling sering terjadi, sekitar 1 dari 100 orang di atas usia 40 tahun, dan mengakibatkan kebutaan
pada 12% dari seluruh kasus kebutaan di Inggris dan Amerika Serikat. Sampai saat ini, hanya
sedikit informasi yang didapatkan tentang kualitas hidup penderita glaucoma sudut terbuka
primer, hubungannya dengan indicator klinis atau kemampuan penderita melakukan aktivitas
yang berhubungan dengan penglihatan. Dari jurnal Visual Field Abnormality and Quality of
Life of Patient with Primary Open Angle Glaucoma dari Dewi Rosalina, Harijo Wahjudi,
Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine Airlangga University/Dr. Soetomo General
Hospital, Surabaya berpendapat bahwa Kelainan lapang pandangan pada penderita traukoma
sudut terluka primer dengan rerata mean deviation mata kanan -9,95 9,90 dB, rerata mean
deviation mata kiri -15,92 11,52 dB, dan rerata mean deviation binokuler -20,51 12,96 dB.
Penurunan nilai kualitas hidup pada penderita glaukoma sudut terbuka primer dengan skor
kualitas hidup terendah 20, tertinggi 53 dan nilai median 36,5. Terdapat hubungan yang sangat
kuat antara kelainan lapang pandangan dengan nilai kualitas hidup penderita glaukoma sudut
terbuka primer. Pada penelitian ini, subjek dengan kelompok umur terbanyak adalah 6170 tahun
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 27
(40%), termuda berusia 47 tahun dan tertua berusia 81 tahun. Rerata umur penderita dalam
penelitian ini adalah 66,70 9,23 tahun. pada tahun 1999 melakukan penelitian tentang kualitas
hidup pada penderita glaukoma dengan subjek penelitian 39 orang, rentang usia antara 4590
tahun dengan rerata
pada tahun 2003 dengan subjek 47 orang berusia 53 sampai 83 tahun dengan rerata 68 tahun.7,11
Hasil ini sesuai dengan literatur, di mana penderita glaucoma sudut terbuka primer umumnya
usia dewasa, terjadi pada 1 dari 100 orang dalam populasi di atas usia 40 tahun, dan terbanyak
pada usia di atas 65 tahun
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 28
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatan tekanan intra okuler yang dapat
merusak saraf mata sehingga mengakibatkankebutaan. Glaukoma diklasifikasikan antara lain glaukoma primer,
glaukomasekunder, glaukoma kongenital dan glaukoma absolut. Penyebabnya tergantung dari klasifikasi
glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karena aliran aquos humor terhambat yang bisa
meningkatkan TIO. Tanda dan gejalanya kornea suram, sakit kepala, nyeri, lapang pandang menurun, dll.
Komplikasi dari glaukoma adalah kebutaan. Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.
4.2. Saran-saran
Hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma secara cepat melakukan pemeriksaan dini agar glaukoma
dapat ditangani.
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 29
DAFTAR PUSTAKA
- Doenges, E Marlynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
- Jakarta : EGCDwindra, Mayenru. 2009.Glaukoma
-Dalamhttp://www.perdami.or.id/?page=news.detail&id=7.Diperolehtanggal 22April
2010.Harnawatiaj.2008.Konjungtivitis
-Dalamhttp://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/konjugtivitis/.Diperolehtanggal 12
April
2010Ilyas,
S1 keperawatanUM Surabaya
Page 30