Вы находитесь на странице: 1из 30

MAKALAH PERSEPSI SENSORI

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT GLAUKOMA

KELOMPOK 2 :
Chairil Anam

(20141660023)

Faisal Dwi Cahyono

(20141660020)

Bayuni

(20141660093)

Mariana Ulfa Mustafa

(20141660088)

Faizatun Nisa

(20141660005)

PRODI S 1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2016
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 1

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikanrahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan : Glaukoma ini dengan
sebaik-baiknya. Makalah inidisusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Persepsi Sensori.Makalah ini
terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itupenulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. seluruh team Dosen mata kuliah sistem persepsi sensori yangmemberikan motivasi, bimbingan, serta
arahan.
2. Teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini.
3. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Menurut kami makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ibarat kata TiadaGading Yang Tak Retak oleh
karena itu saran dan kritik yang bersifat membangunsangat penulis harapkan.

Surabaya, 1 Mei 2016

Penyusun

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 2

DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................... 1
Kata Pengantar ..................................................................................... 2
Daftar Isi .....................,,,,,,,,,,,............................................................. 3
BAB. I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang................................................................................ 4
1.2.Perumusan Masalah......................................................................... 4
1.3.Tujuan Penulisan ............................................................................ 4
BAB. II. Konsep Teori
2.1. Devinisi ................................................................................ ....... 5
2.2. Klasifikasi................................................................................. 5
2.3. Etiologi..................................................................................... 7
2.4. Patofisiologi.............................................................................. 7
2.5. Manifestasi Klinis..................................................................... 8
2.6. Pemeriksaan Diagnostik............................................................. 9
2.7. Penatalaksanaan........................................................................ 10
BAB. III. Asuhan Keperawatan
3.1. Pengkajian......................................................................................................

11

3.2. Diagnosa Keperawatan...................................................................................

16

3.3. Perencanaan dan Implementasi......................................................................

17

3.4. Satuan Acara Penyuluan (SAP)....................................................................

25

BAB. 1V. Analisa Artikel jurnala


A. Resum Jurnal...................................................................................................

30

BAB. V. Penutup
4.1. Kesimpulan................................................................................. 32
4.2. Saran-saran...................................... ........................................... 32
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 3

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat sejumlah 0,40 % penderita
glaucoma di Indonesia yang mengakibatkankebutaan pada 0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata utama di
Indonesiaadalah kelainan refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %, katarak 7,40 %,konjungtivitis 1,74 %, parut kornea
0,34 %, glaucoma 0,40 %, retinopati 0,17 %,strabismus 0,12 %. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah
lensa 1,02%, glaucoma dan saraf kedua 0,16 %, kelainan refraksi 0,11 %, retina 0,09 %,kornea 0,06 %, lain-lain
0,03 %, prevalensi total 1,47 % (Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika serikat ada 2 juta orang yang
menderitaglaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami gangguanpenglihatan, dan hamper
70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak 5500orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan
pada pencegahandan penatalaksanaan Glaukoma (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud penyakit Glaukoma ?
2. Bagaimana managemen penatalaksanaan penyakit Glaukoma ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Memahami penyakit Glaukoma.
2. Memahami managemen penatalaksanaan penyakit Glaukoma.

BAB II
KONSEP TEORI
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 4

2.1. Definisi Glaukoma


Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijaukebirauan, yang memberikan kesan
warna tersebut pada pupil penderitaglaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya
tekananbola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang.
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada
normal yang mengakibatkan kerusakansaraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004).
Galukoma adalah adanya kesamaan kenaika tekanan intra okuler yangberakhir dengan kebutaan (Fritz
Hollwich, 1993).
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa Glaukoma merupakan kelainan
mata yang mempunyai gejalapeningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkanpenggaungan
atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropisyaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam pengelihatan.
Glaukomaadalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga terjadi
kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunanfungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009).

2.2. Klasifikasi
Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidarta Ilyas, 2003)
A.Glaukoma primer
1). Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yangmeliputi kedua mata. Timbulnya kejadian
dan kelainan berkembangsecara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambatoleh perubahan degeneratif jaringan
trabekular, saluran schleem, dansaluran yang berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIOdan sudut ruang anterior
normal. Peningkatan tekanan dapatdihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
2). Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 5

Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong
kedepan menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir
kesaluranschlemm. Pergerakan iris ke depan dapat peningkatan tekananvitreus, penambahan cairan
diruang posterior atau lensa yangmengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yangtibatiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat
hal. Penempelan iris menyebabkandilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan
dannyeri yang hebat.
B.Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluhdarah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut
terbuka atau tertutuptergantung pada penyebab :
1)Perubahan lensa
2)Kelainan uvea
3)Trauma
4)Bedah
C.Glaukoma kongenital
glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan perkembangan
pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital sering di turunkan dan juga dijumpai dengan adanya
epifora dan dapat juga berupa fotofobia serta meningkatkan tekanan intraokuler.
D.Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimanasudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikangangguan fungsi lanjut.Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh,
bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata kerasseperti batu dan dengan rasa
sakit.sering mata dengan buta inimengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkanpenyakit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasasakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar betapada
badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bolamata karena mata telah tidak berfungsi
dan memberikan rasa sakit.
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 6

2.3. Etiologi
Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)
a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary.
B. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau dicelah pupil
Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009)
a. Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2 % daripopulasi usia 40
tahun yang terkena glaukoma. Angkaini akan bertambah dengan bertambahnya usia.
b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma. Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga
penderitaglaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaucoma. Resiko terbesar
adalah kakak adik kemudian hubungan orang tua dananak-anak.
c.Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkenaglaukoma. Meskipun untuk sebagian
individu, tekanan bola mata yanglebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur
tekananbola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter spesialismata.
d. Pemakai obat steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes matayang mengandung steroid yang
tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaleruntuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan
pemakai obatsecara rutin lainnya.

2.4. Patofisiologi
Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitelprosesus ciliary bilik mata belakang
untuk memberikan nutrien pada lensa.Aqueua humor mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik
matadepan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekanan intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 1021 mmhg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf
optik menjadi iskemik dan mati .Selanjutnya menyebabkan kerusakan jaringan yang dimula dari perifirmenuju ke
fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa
terakhir pada temporal (SunaryoJoko Waluyo, 2009).

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 7

2.5. Manifestasi Klinis


Umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota keluarga dalam garis vertical atau horizontal
memiliki penyakit serupa, penyakit ini berkembang secara perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti
normal dan sebagian besar tidak menampakan kelainan selama stadium dini. Pada stadium lanjut keluhan klien
yang muncul adalah sering menabrak akibat pandangan yang menjadi jelek atau lebih kabur, lapangan pandang
menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara permanen.
Gejala yang lain adalah :(Harnawartiaj, 2008)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.


Kornea suram.
Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.
Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.
Nyeri di mata dan sekitarnya.
edema kornea.
Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.
Lensa keruh.

Selain itu glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)
a. Tekanan bola mata yang tidak normal
b. Rusaknya selaput jalan
c. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapatberakhir dengan kebutaan.

2.6. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut (Harnawartiaj, 2008) :
a. Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus optikus macula dan
pembuluh darah retina.
b. Tonometri : Adalah alat untuk mengukur tekanan intra okuler, nilai mencurigakan apabila berkisar antara
21-25 mmhg dan dianggap patologi bila melebihi 25 mmhg. Tonometri dibedakan menjadi dua antara
lain(Sidharta Ilyas, 2004) :
1). Tonometri Schiotz
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 8

Pemakaian Tonometri Schiotz untuk mengukur tekanan bola mata dengan cara sebagai berikut :
a). Penderita di minta telentang
b). Mata di teteskan tetrakain
c). Ditunggu sampai penderita tidak merasa pedas
d). Kelopak mata penderita di buka dengan telunjuk dan ibu jari(jangan menekan bola mata
penderita)
e). Telapak tonometer akan menunjukkan angka pada skala tonometer. Pembacaan skala
dikonversi pada tabel untuk mengetahui bolamata dalam milimeter air raksa.
a). Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg di curigai adanya glaukoma.
b). Bila tekanan lebih dari pada 25 mmHg pasien menderitaglaukoma.
2). Tonometri Aplanasi
Dengan tonometer aplanasi diabaikan tekanan bola mata yang dipengaruhi kekakuan sklera (selaput
putih mata). Teknik melakukantonometri aplanasi adalah
a). Diberi anestesi lokal tetrakain pada mata yang akan diperiksa
b). Kertas fluorosein diletakkan pada selaput lendir
c). Di dekatkan alat tonometer pada selaput bening maka tekanandinaikkan sehingga ingkaran
tersebut mendekat sehingga bagiandalam terimpit
d). Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yangmemberi gambaran setengah
lingkaran berimpit. Tekanan tersebutmerupakan tekanan bola mata.
e). Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih dari 20mmHg dianggap sudah
menderita glaukoma.
c. Pemeriksaan lampu-slit.
Lampu-slit digunakan untuk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesarkornea, sclera dan kornea inferior
sehingga memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
d. Pemeriksaan Ultrasonografi.
Ultrasonografi adalah gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur
okuler. Ada dua tipe ultrasonografi yaitu :
1). A-Scan-Ultrasan.

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 9

Berguna untuk membedakan tumor maligna dan benigna, mengukur mata untuk
pemasangan implant lensa okuler dan memantau adanya glaucoma congenital.
2). B-Scan-Ultrasan.
Berguana unutk mendeteksi dan mencari bagian struktur dalam matayang kurang jelas
akibat adanya glaukoma dan abnormalitas lain.

2.7. Penatalaksanaan
Glaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaucoma dapat dicegah untuk menghambat
kerusakan lanjut dari lapang pandangan danrusaknya saraf penglihat. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan
TIO ketingkat yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan.
penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi penyakit dan respons terhadap terapi (Harnawartiaj, 2008) :
a. Terapi obat.
1). Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral.
2). Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts / jam.
b. Bedah lazer.
Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus danmenurunkan TIO.
c. Bedah konfensional.
d. Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian irisuntuk memungkinkan aliran humor
aqueus dari kornea posterior keanterior.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.Pengkajian
A. Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan glaukoma adalah:
1. Identitas pasien
(nama, usia, jenis kelamin,alamat, dan keterangan lain yang meliputi identitas pasien)
2. Keluhan Utama (KU)
3. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
- alokasi keluhan
- kualitas
- kuantitasnya
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 10

- waktu ( onset, durasi, frekuensi, dan kronologi)


- faktor yang memperberat
- faktor yang memperingan
- keluhan yang menyertai
4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
- riwayat sakit serupa
- riwayat pembedahan
- riwayat Trauma
- riwayat terkena tumor mata
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
- riwayat sakit serupa
- riwayat sakit gula (DIABET)
- riwayat terkena tumor mata
6. Pemeriksaan fisik
-

dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui adanya cupping dan


atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada
glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh
darah menjalar keluar dari iris.

Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
-

Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera
kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.
Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan
TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.

Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angledidapat
nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure 30 mmHg. Uji
dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik.
Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada
kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO
meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya
sempit.

7. Pengkajian Pola FungsionaL Gordon


S1 keperawatanUM Surabaya

Page 11

a) POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN


-

Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga


kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana
kepatuhannya terhadap pengobatan.

Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga dengan
penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat stress, alergi,
gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.

b) POLA NUTRISI/METABOLISME
-

Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam


-

Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari

Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )

Bagaimana nafsu makan klien

Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan nafsu
makan

Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir

Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual
muntah

c) POLA ELIMINASI
-

Kaji kebiasaan defekasi

Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan karekteristik
BAB

Kaji kebiasaan miksi

Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada kesulitan/nyeri
ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk miksi

Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola eliminasi,
kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe sekunder (DM,
hipertensi).

c) POLA AKTIVITAS/LATIHAN
-

Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi

Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table gorden)

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 12

Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang

Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada.
Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau keluarganya
(perhatikan respon verbal dan non verbal klien )

Kaji kekuatan tonus otot

Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari. Karena,


klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya matahari.

d) POLA ISTIRAHAT TIDUR


-

Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif

Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur


-

Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien seharihari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola tidur klien
tidak normal.

e) POLA KOGNITIF-PERSEPSI
-

Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman. Persepsi


nyeri, bahasa dan memori
-

Status mental
-

Bicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup

Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan


interaksi

Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya

Pendengaran : DBN / tidak

Peglihatan :DBN / tidak

Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri

Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi nyeri
saat nyeri terjadi

Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri

Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan. Pola
pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 13

f) POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI


-

Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri,
gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri

Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang
membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri

Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien sering
merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien menggambarkannya.

Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri karena
mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak PD dalam
kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi
dan konsep diri.

g) POLA PERAN HUBUNGAN


-

Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.

Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien

Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll

Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.

Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik

Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social

Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan


dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan klien
malu berhubungan de ngan orang lain.

Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam


melakukan perannya

h) POLA KOPING-TOLERANSI STRESS


-

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan system


pendukung

Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa bulan
terakhir

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 14

Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi,
apakah efektif?

Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada keluarga / orang lain

Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panic

Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress

Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang
dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien mengalami
penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.

i) POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS


-

Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif

Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya

Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan


penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat melakukan
hubungan intim

Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi


seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan terganggu
ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka yang
mengalami penyakit mata.

j) POLA KEYAKINAN-NILAI
-

Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam hidup

Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.

Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam
hidup

Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah sehari-hari


karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan mengganggu
ibadahnya

3.2. Diagnosa Keperawatan

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 15

a. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai
dengan kehilangan lapang pandang progresif.
b. Nyeri kronis b/d peningkatan TIO
c. Ansietas Ansitas b/ d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu,
d.
e.
f.
g.

menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.


Resti injuri b/d penurunan lapang pandang
Gangguan citra tubuh b/d hilangnya penglihatan
Ketidakmampuan dalam perawatan diri b/d penurunan penglihatang.
Isolasi sosial b/d penurunan pandangan perifer, takut cedera atau responsnegatif lingkungan terhadap

ketidakmampuan visual
h. Risiko gangguan pola nutrisi b/d mual, muntah sekunder akibatpeningkatan TIO
i. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumahb/d kurang pengetahuan
j.

tentang perawatan diri pada saat pulang, kurangsystem pendukung yang adekuat
Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b/dkurang informasi tentang penyakit
glaukoma.

3.3. Perencanaan dan Implementasi


a. diagnosa keperawatan:
Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d gangguan penerimaan; gangguan status organ ditandai dengan
kehilangan lapangpandang progresif.
Tujuan : setelah dilakuka asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharakan Penggunaan penglihatan menjadi
optimal
Kriteria hasil : kehilangan lapang pandang progresif tidak berlanjut parah
Intervensi :
1) Pastikan derajat atau tipe penglihatan
R : mempengaruhi harapan masa depan pasien
2) Dorong pasien mengekspresikan parasaan tentang kehilangan penglihatan
R : pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau
total
3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis
R : mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 16

4) bantu pasien dalam menangani keterbatasan penglihatan,contoh: atur perabot, kurangi kekacauan,
perbaiki sinar suram, dan masalah penglihatan malam
R : menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahanlapang pandang
5) Kolaborasi pemberian asetazolamid (diamox)
R : menurunkan laju produksi akueus humorb.
b. Diagnosa keperawatan:
Nyeri akut b/d peningkatan TIO
Tujuan : setelah dilakuakan proses keperawatan selama 1x24 jm Nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil: pasien tidak meringis kesakitan
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri pasien
R : Mengetahui tingkat nyeri untuk memudahkan intervensiselanjutnya
2) Pantau derajat nyeri mata setiap 30 menit selama fase akut
R : untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasilyang diharapkan
3) Siapkan pasien untuk pembedahan sesuai peranan
R : setelah TIO terkontrol pada glukoma sudut terbuka, pembedahanharus dilakukan untuk secara
permanent menghilangkan blok pupil
4) Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi fowler
R : tekanan pada mata ditingkatkan bila tubuh datar
5) Berikan lingkungan gelap dan terang
R : stress dan sinar menimbulkan TIO yang mencetuskan nyeri
6) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgesic narkotik dan evaluasikeefektifanya
R : untuk mengontrol nyeri, nyeri berat menentukan menuvervalasava, menimbulkan TIO

c. Dignosa keperawatan
Ansietas Ansitas b/ d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu,
menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam Cemas hilang atau berkurang
Kriteria hasil: pasien merasa tenang
Intervensi :
1) Kaji tingkatansietas
R : factor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 17

2) Beri informasi yang akurat dan jujur


R : menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan / harapanyang akan datang
3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikanperasaan
R : memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata
4) Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatanpasien
R : membantu pasien dalam menurunkan kecemasan
5) Identifikasi sumber atau orang yang menolong
R : memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri
d. Diagnosa Keperawatan
Resti injuri b/d penurunan lapang pandang
Tujuan : setelah dilakuakan proses keperawatan selama 1x24 jam Cedera tidak terjadi
Kriteria hasil: - pasien dapat merasakan keamanan dan kenyamanan
- pasien tidak mengalami cidera
Intervensi :
1) Orientasikan lingkungan dan situasi lain
R : Menurunkan resiko jatuh (cedera), Untuk meningkatkanpengenalan tempat sekitar
2) Anjurkan klien untuk mempelajari kembali ADL
R : Meningkatkan respon stimulus dan semua ketergantungannya
3) Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapatmenimbulkan kecelakaan.
R : Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.
4) Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.
R : Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagipasien.
5) Dorong pasien untuk melakukan aktivitas sederhana
R : Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.
e. Diagnosa keperawatan
Gangguan citra tubuh b/d hilangnya penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan pasien menyatakan dan menunjukkan penerimaan atas
penampilan tentangpenilaian diri
Kriteria hasil: - pasien dapat menerima keadaan kondisinya
- pasien tidak malu dengan keadaanya
Intervensi :

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 18

1) Berikan pemahaman tentang kehilangan untuk individu dan orangdekat, sehubungan dengan terlihatnya
kehilangan, kehilangan fungsi,dan emosi yang terpendam
R : Dengan kehilangan bagian atau fungsi tubuh bisa menyebabkanindividu melakukan penolakan, syok,
marah, dan tertekan
2) Dorong individu tersebut dalam merespon terhadap kekurangannyaitu tidak dengan penolakan, syok,
marah,dan tertekan
R : Supaya pasien dapat menerima kekurangannya dengan lebihikhlas
3) Sadari pengaruh reaksi-reaksi dari orang lain atas kekurangannya itudan dorong membagi perasaan
dengan orang lain.
R : Bila reaksi keluarga bagus dapat meningkatkan rasa percaya diriindividu dan dapat membagi perasaan
kepada orang lain
4) Ajarkan individu memantau kemajuannya sendiri
R : Mengetahui seberapa jauh kemampuan individu dengankekurangan yang dimiliki
f. Diagnosa keperawatan
Ketidakmampuan dalam perawatan diri b/d penurunan penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan dapat meningkatkan aktivitas perawatan diri pasien
Kriteria hasil: - pasien tidak seluruhnya meminta bantuan kepada orang lain
- pasien sedikit demi sedikit dapat melakuakan perawatan dengan sendirinya
Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
R : Dapat mengetahui kemampuan klien dan memudahkan intervensiselanjutnya.
2) Bantu klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri
R : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien.
3) Libatkan keluarga dalam aktivitas perawatan diri klien.
R : Keluarga merupakan orang terdekat dalam pemenuhan kebutuhanperawatan diri klien.
4) Rencanakan aktivitas dan latihan klien.
R : Istirahat klien tidak terganggu dengan adanya aktivitas dan latihanyang terencana.
5) Berikan dorongan untuk melakukan perawatan diri kepada klien danatur aktivitasnya.
R : Dapat mencegah komplikasi imobilitas.
g. Diagnosa keperawatan

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 19

Isolasi sosial b/d penurunan pandangan perifer, takut cedera atau responsnegatif lingkungan terhadap
ketidakmampuan visual.
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan pasien dapat mendorong sosialisasi dan ketrampilan
kopingnya
Kriteria hasil : - pasien memiliki teman
- pasien dapat hidup bersosial
Intervensi :
1) Jalin hubungan baik dengan klien
R : agar klien tidak merasa asing
2) Jelaskan kondisi/gangguan yang terjadi pada matanya
R : klien akan menerima keadaannya.
3) Libatkan keluarga dalam berinteraksi dengan pasien
R : membantu pasien berinterksi dengan orang lain
4) Libatkan dengan kegiatan lingkungan
R : klien akan merasa punya teman dalam lingkungan.
5) Dorong pasien untuk menerima pengunjung dan bersosialisasi
R : agar pasien dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan dapamenerima kondisi penyakitnya
6) Mengetahui tingkat koping klien dan berguna dalam intervensiselanjutnya.
R : Untuk mengetahui sejauh mana koping klien.
h. Diagnosa keperawatan
Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d mual, muntahsekunder akibat peningkatan TIO
Tujuan : setelah dilakukan proses keperawatan selama 1x24 jam nuutrisi dapat terpenuhi dengan baik
Kriteria hasil : - mual muntah pasien hilang
- pasien mau makan
Intervensi :
1) Motivasi klien untuk menghabiskan makanannya
R : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
2) Tanyakan atau diskusikan pada klien makanan yang disukai dan tidak disukai
R : agar klien suka terhadap makanan yang dihidangkan sehinggaklien mau makan
3) Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 20

R : agar terpenuhi kebutuhan nutrisi klien


4) Berikan makanan cair yang mengandung nutrien dan elektrolit
R : kebutuhan nutrisi terpenuhi dan elektrolit yang terbuang dapattergantikani.
i. Diagnosa keperawatan
Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumahb/d kurang pengetahuan tentang
perawatan diri pada saat pulang, kurangsystem pendukung adekuat
Tujuan : setelah dilakuakan pengenalan dan pembelajaran( edukasi) pasien mampu untuk melakukan aktifitas
perawatan di rumah dengan aman
Kriteria hasil: pasien mendapatkan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah yang tepat
Intervensi :
1) Berikan informasi tentang kondisi, tekan kan bahwa glaucoma memerlukan pengobatan sepanjang hidup
R : untuk meningkatkan kerja sama pasien
2) Ajarkan dan biarkan pasien memperhatikan pemberian sendiri tetes mata bila pembedahan tidak di
lakukan
R : penyuluhan kesehatan esensial untuk keamanan dalam perawatan diri. Biasanya, pemberian tetes mata
anti glaucoma setiap hari untuk mengontrol TIO, adalah tujuan terapi jika tidak dilakukan pembedahan
3) Jaminan semua intruksi dan informasi tentang obat yang di resepkantertulis
R : instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan
4) tinjau ulang praktik-praktik umum untuk keamanan mata (contoh: hindari penyemprotan insektisida, zat
lain dan zat kimia)
R : untuk melindungi terhadap cidera mata
j. diagnosa keperawatan
Kurang pengetahuan : tentang proses penyakit, status klinik saat ini b/d kurang informasi tentang penyakit
glaukoma.
Tujuan : setetelah dilakuakan edukasi klien dapat mengetahui tentang kondisi, prognosis dan pengobatannya.
Intervensi :
1) Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi
R : untuk memberikan informasi pada perawat dengan kasus darurat
2) Tunjukan tehnik yang benar untuk pemberian tetes mata
R : meningkatkan keefektifan penglihatan
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 21

3) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat


R : mempertahankan konsistensi program obat
4) Identifikasi efek samping atau reaksi merugikan dari pengobatan
R : efeksamping obat atau merugikan mempengaruhi rentan dari tak nyaman sampai ancaman kesehatan
berat
5) Dorong pasien membuata perubahan yang perlu untuk pola hidup
R : pola hidup tenang menurunkan respon emosi terhadap stress

3.4. Satuan acara penyuluhan ( SAP )


Hari / tanggal

: Senin / 18 April 2015.

Waktu

: Pukul 08.00 WIB 09.00 WIB

Pokok Bahasan

: Penyakit mata, GLAUKOMA

Sub pokok bahasan

: menjelaskan tentang penyakit GLAUKOMA

Sasaran

: Mahasiswa

Penyuluh

: Chairil Anam
Faisal Dwi Cahyono
Bayuni
Mariana Ulfa Mustafa
Faizatun Nisa

Tempat
I.

: Jln. Sutorejo 13, Surabaya


Tujuan Intruksional Umum ( TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai penyakit Glaukoma, di harapkan para
mahasiswa dapat mengertahui informasi tentang penyakit Glukoma ini.

II.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan tentang Kehamilan Trimester 3, di harapkan ibu
mengetahui :

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 22

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit glaucoma?


2. Manifestasi dari glaucoma
3. Penyebab Glaukom
4. Patofisiologi / perjalanan penyakit Glaukoma
5. Klasifikasi Penyakit Glaukoma
6. Manifestasi / Gejala Glaukoma
7. Prognosis dari Glaukoma.
8. Pemeriksaan diagnostic.

III.

METODE
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.
3. Demonstrasi

IV.

Media dan Alat peraga.


1. Leaflet
2. Power point

V.

Proses kegiatan penyuluhan.


No.

KEGIATAN

RESPON PESERTA

WAKTU

Pendahuluan:
-memberi salam pembuka dan -membalas salam.

perkenalan diri.

-Mendengarkandan

-menjelaskan tujuan.

memberi respon

5menit

-kontrak waktu
Penjelasan:

mendengarkan dan penuh 15menit

-pengertian penyakit glaucoma?

perhatia

-Manifestasi dari glaucoma


-Penyebab Glaukom
-Patofisiologi
S1 keperawatanUM Surabaya

perjalanan
Page 23

penyakit Glaukoma
-Klasifikasi Penyakit Glaukoma
-Manifestasi / Gejala Glaukoma
-Prognosis dari Glaukoma.
-Pemeriksaan diagnostic.
3

Penutup:

-menanyakan

-tanya jawab

belum jelas.

hal

-menyimpulkanhasil penyuluhan. Aktif


-memberi salam penutup

yang 10 menit

berasama

menyimpulkan.
-membalas salam

VI.

Evaluasi
Mengajukan pertanyaan lisan.
1. Apa pengertian dari glaucoma?
2. Apa Penyebab terjadinya glaucoma?
3. Sebutkan Gejala gejala yang timbul pada glaucoma!
4. Jelaskan Patofisiologi Glaukoma!
5. Sebutkan Klasifikasi Glaukoma!
6. Jelaskan Prognosis dari glaucoma!
7. Sebutkan pemeriksaan Diagnostik Glukoma!

VII.

Observasi
1. Respon peserta saat diberi pertanyaan diam atau menjawab ( benar / salah)
2. Peserta antusias atau tidak.
3. Peserta mengajukan pertanyaan atau tidak.

VIII.

Materi
1. Pengertian Glaukoma
Glaukoma adalah penyakit yang menyerang saraf mata (optic nerve)
manusia, hingga terjadi kerusakan struktur dan fungsional saraf yang
bersesuaian. Kerusakan tersebut dapat terjadi secara mendadak atau perlahan

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 24

tergantung pada tekanan bola mata penderitanya. Kerusakan yang terjadi


akan menyebabkan gangguan penglihatan hingga akhirnya menyebabkan
kebutaan permanen.
2. Klasifikasi.
1) Glaukoma primer.
2) Glaukoma Sekunder
3) Glaukoma congenital.
3. Patofisiologi.
Glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan intra-okuler yang disertai
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Pada sebagian
besar kasus tidak terdapat penyakit mata lain ( glaukoma primer ). Tekanan
intra-okuler tersebut ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus
dan tahanan terhadap aliran keluarnya air mata. Mekanisme peningkatan
tekanan intra-okuler pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar humor
akueus akibat kelainan system drainase sudut kamera anterior ( glaukoma
sudut terbuka ) atau gangguan akses humor akueus ke system drainase
( glaukoma sudut tertutup ). Patofisiologi peningkatan tekanan intra-okuler
baik disebabkan oleh mekanisme sudut terbuka atau sudut tertutuo akan
berhubungan dengan bentuk-bentuk glaukoma.
Efek peningkatan tekanan intra-okuler di dalam mata ditemukan pada semua
bentuk glaukoma yang manifestasinya ditentukan oleh perjalanan waktu dan
besar peningkatan tekanan intra-okuler. Mekanisme utama pada penurunan
penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus yang
menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan
berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi atrofik disertai
pembesaran cekungan optik. Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofik dan
prosesussiliaris memperlihatkan degenerasi hialin. Pada glaukoma sudut
tertutup akut, tekanan intra-okuler mencapai 60-80 mmHg sehingga, terjadi
kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea.
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 25

Penutup saluran nasolacrimal berguna karena bila obat diteteskan pada mata,
obat akan masuk ke rongga hidung dan masuk ke dalam peredaran darah dan
bagian tubuh yang lain sehingga akan memberikan efek samping. Untuk
mencegah hal ini maka pada saat meneteskan obat ke mata maka tempat
pengaliran obat masuk ke hidung (punctumlakrimal) ditutup dengan jari
selama 1-2 menit. Biasanya 50% dari obat akan masuk ke dalam mata yang
efeknya akan sangat baik dan waktu kerjanya akan lebih lama. Aturan
pemakaian obat diperlukan pada pemakaian berbagai macam obat tetes yang
diberikan. Sebaiknya antara pemakaian 2 jenis obat dalam batas 10-15 menit.
Obat yang diteteskan dalam waktu dekat tidak efisien karena obat yang
pertama diteteskan dibilas oleh obat tetes yan berikutnya.
4. Etiologi
a. Umur
b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaucoma..
c. Tekanan bola mata.
d. Pemakaian steroid.
e. Riwayat trauma ( luka kecelakaan ) pada mata.
f. Riwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.
5. Prognosis.
Komplikasi penyakit glaucoma sebenarnya tidak terlalu berbahaya, namun di
sisi lain apabila penyakit tersebut tidak diobati dengan baik dapat
mengakibatkan kehilangan penglihatan atau kebutaan secara permanen.
6. Gejala penyakit Glaukoma
a. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.
b. Kornea suram.
c. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.
d. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.
e. Nyeri di mata dan sekitarnya.
f. Udema kornea.
g. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 26

h. Lensa keruh.

BAB IV
ANALISA ARTIKEL JURNAL
Visual Field Abnormality and Quality of Life of Patient with
Primary Open Angle Glaucoma.
A. Resume Jurnal.
Glaukoma adalah suatu kelainan neuropati optik disertai penyempitan lapang pandangan yang
bersifat kronis dan progresif. Glaukoma sudut terbuka primer merupakan jenis glaukoma yang
paling sering terjadi, sekitar 1 dari 100 orang di atas usia 40 tahun, dan mengakibatkan kebutaan
pada 12% dari seluruh kasus kebutaan di Inggris dan Amerika Serikat. Sampai saat ini, hanya
sedikit informasi yang didapatkan tentang kualitas hidup penderita glaucoma sudut terbuka
primer, hubungannya dengan indicator klinis atau kemampuan penderita melakukan aktivitas
yang berhubungan dengan penglihatan. Dari jurnal Visual Field Abnormality and Quality of
Life of Patient with Primary Open Angle Glaucoma dari Dewi Rosalina, Harijo Wahjudi,
Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine Airlangga University/Dr. Soetomo General
Hospital, Surabaya berpendapat bahwa Kelainan lapang pandangan pada penderita traukoma
sudut terluka primer dengan rerata mean deviation mata kanan -9,95 9,90 dB, rerata mean
deviation mata kiri -15,92 11,52 dB, dan rerata mean deviation binokuler -20,51 12,96 dB.
Penurunan nilai kualitas hidup pada penderita glaukoma sudut terbuka primer dengan skor
kualitas hidup terendah 20, tertinggi 53 dan nilai median 36,5. Terdapat hubungan yang sangat
kuat antara kelainan lapang pandangan dengan nilai kualitas hidup penderita glaukoma sudut
terbuka primer. Pada penelitian ini, subjek dengan kelompok umur terbanyak adalah 6170 tahun
S1 keperawatanUM Surabaya

Page 27

(40%), termuda berusia 47 tahun dan tertua berusia 81 tahun. Rerata umur penderita dalam
penelitian ini adalah 66,70 9,23 tahun. pada tahun 1999 melakukan penelitian tentang kualitas
hidup pada penderita glaukoma dengan subjek penelitian 39 orang, rentang usia antara 4590
tahun dengan rerata

71 tahun. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian tentan topik yang sama

pada tahun 2003 dengan subjek 47 orang berusia 53 sampai 83 tahun dengan rerata 68 tahun.7,11
Hasil ini sesuai dengan literatur, di mana penderita glaucoma sudut terbuka primer umumnya
usia dewasa, terjadi pada 1 dari 100 orang dalam populasi di atas usia 40 tahun, dan terbanyak
pada usia di atas 65 tahun

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 28

BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatan tekanan intra okuler yang dapat
merusak saraf mata sehingga mengakibatkankebutaan. Glaukoma diklasifikasikan antara lain glaukoma primer,
glaukomasekunder, glaukoma kongenital dan glaukoma absolut. Penyebabnya tergantung dari klasifikasi
glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karena aliran aquos humor terhambat yang bisa
meningkatkan TIO. Tanda dan gejalanya kornea suram, sakit kepala, nyeri, lapang pandang menurun, dll.
Komplikasi dari glaukoma adalah kebutaan. Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.
4.2. Saran-saran
Hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma secara cepat melakukan pemeriksaan dini agar glaukoma
dapat ditangani.

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 29

DAFTAR PUSTAKA
- Doenges, E Marlynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
- Jakarta : EGCDwindra, Mayenru. 2009.Glaukoma
-Dalamhttp://www.perdami.or.id/?page=news.detail&id=7.Diperolehtanggal 22April
2010.Harnawatiaj.2008.Konjungtivitis
-Dalamhttp://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/konjugtivitis/.Diperolehtanggal 12

April

2010Ilyas,

Sidharta. 2003.Ilmu Penyakit Mata


.- Jakarta : Balai Penerbit FKUIIlyas, Sidharta. 2004.Ilmu Perawatan Mata
- Jakarta : Balai Penerbit FKUIInternet. 2009.Glaukoma
- Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner &
Suddart Ed. 8 Vol 1
- Jakarta : EGCWaluyo, Sunaryo joko. 2009. Askep Glaukoma
- NANDA 2012- 2014

S1 keperawatanUM Surabaya

Page 30

Вам также может понравиться