Вы находитесь на странице: 1из 42

ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA PROSES

PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GGP


LAMPUNG TENGAH

MUHAMMAD RIZKI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Beban dan
Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung
Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing Dr Ir M Faiz
Syuaib MAgr dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Muhammad Rizki
NIM F14100016

ABSTRAK
MUHAMMAD RIZKI. Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi
Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah. Dibimbing oleh M FAIZ SYUAIB.
Buah nanas merupakan salah satu buah tropis yang terdapat di Indonesia. Buah
nanas dapat dikonsumsi langsung, diolah atau dikemas didalam kemasan kaleng. PT
GGP merupakan perusahaan pengolahan nanas dalam kaleng. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi beban kerja dan laju konsumsi energi dalam kegiatan
produksi nanas kaleng. Berdasarkan beban kerja dan laju konsumsi energi dapat
diketahui kapasitas ideal pekerja. Beban kerja dan laju konsumsi energi dianalisis
berdasarkan pengukuran denyut jantung pekerja. Subjek yang diamati berjumlah 40
orang yang berumur antara 19 sampai 48 tahun. Hasil yang diperoleh dari penelitian
ini terdapat 22 elemen kerja dalam proses produksi nanas kaleng. Energi yang
dibutuhkan untuk memproduksi 1 nanas kaleng adalah sebesar 0.7144 kkal. Elemen
kerja yang dikerjakan secara manual memiliki laju konsumsi energi lebih besar
dibandingkan dengan yang dikerjakan oleh mesin. Semakin besar laju konsumsi
energi maka kapasitas ideal yang dihasilkan akan semakin rendah. Kapasitas terbesar
terdapat pada elemen kerja Preparasi (Pr), sedangkan kapasitas terkecil dimiliki oleh
elemen kerja Susun Nampan (SN). Berdasarkan kapasitas ideal per orang dari setiap
elemen kerja dengan analisis beban kerja diperoleh jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk memproduksi 250,000 nanas kaleng / hari adalah sebanyak 315
orang.
Kata kunci: beban kerja, kapasitas kerja, laju konsumsi energi, nanas kaleng
ABSTRACT
MUHAMMAD RIZKI. Analysis of Workload and Work Capacity on The Production
Process of Canned Pineapple in PT GGP Central of Lampung. Supervised by M FAIZ
SYUAIB.
Pineapple is a tropical fruit that widely planted and consumed in Indonesia.
Pineapple can be consumed directly as fresh fruit or as processed as canned product.
PT GGP is canned pineapple processing company. The purpose of this study was to
identify the workload and the rate of energy consumption in the production of canned
pineapple. Based on the workload and energy consumption rate, ideal capacity of
workers had been determined. Workload and rate of energy consumption were
analyzed by measuring the heart rate of fourty workers aged between 19 until 48
years old. There were 22 work elements in the process of canned pineapple
production were identified. The energy consumption to produce one pineapple can is
0.7144 kcal. The work elements had done manually have a greater rate of energy
consumption than those done by machine. The highest capacity is Preparation (Pr)
whereas the smallest capacity is Susun Nampan (SN). Based on ideal capacity per
person of each element with workload analysis, the totals workers to produce 250,000
pineapple cans / day are 315 peoples
Keywords: canned pineapple, energy consumption rate, work capacity, workload

ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA PROSES


PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GGP
LAMPUNG TENGAH

MUHAMMAD RIZKI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Bioisistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada Proses Produksi Nanas
Kaleng di PT GGP Lampung Tengah
Nama
: Muhammad Rizki
NIM
: F14100016

Disetujui oleh

Dr Ir M Faiz Syuaib MAgr


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial MEng
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
ini ialah ergonomika dengan judul Analisis Beban dan Kapasitas Kerja pada
Proses Produksi Nanas Kaleng di PT GGP Lampung Tengah.
Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang selalu memberikan doa, dorongan, semangat. Dan kasih
sayangnya hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kakak-kakak dan adikadikku yang selalu memberikan bantuannya selama menyelesaikan skripsi
2. Dr Ir M Faiz Syuaib MAgr selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan bimbingan selama melakukan penelitian dan hingga
tesusunnya skripsi ini.
3. Dr Nanik Purwanti STP MSc dan Dr Liyantono STP MAgr selaku dosen
penguji atas masukan-masukan yang diberikan.
4. Ir Puguh Budi Wirajaya dan Bapak Zarkasih STP dan PT GGP yang telah
memberikan izin melakukan penelitian dan membantu selama melakukan
penelitian
5. Agustian Muarif, Arnal Novistiara dan Rifan Bachtiar teman-teman satu
bimbingan yang telah membantu selama penelitian
6. Teman-teman seperjuangan Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 47 atas
kebersamaannya selama di bangku kuliah.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih belum
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
sebagai upaya perbaikan selanjutnya, serta penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Maret 2015


Muhammad Rizki

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

vi
vi
vi
1

Latar Belakang
Perumusan Masalah

1
1

Tujuan Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Pengalengan Buah Nanas

Ergonomika

Beban Kerja

Kapasitas Kerja

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Bahan dan Alat

Subjek Penelitian

Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Elemen Kerja Produksi Nanas Kaleng

10

BME (Basal Metabolic Energy)

13

Kalibrasi Subjek Penelitian

15

Tingkat Kejerihan

18

Laju Konsumsi Energi

19

Kapasitas Kerja

21

Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja

22

Perbandingan Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Waktu Baku dan Analisis


Beban Kerja
23
SIMPULAN DAN SARAN

24

Simpulan

24

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

25

DAFTAR TABEL
1 Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR
2 Konversi laju konsumsi O2 (ml/menit) berdasarkan luas permukaan
tubuh
3 Definis masing-masing elemen kerja
4 Karakteristik fisik dan nilai BME masing-masing pekerja
5 Nilai IRHR dan WEC pada saat atep-test
6 Persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WEC saat step-test
7 Energi per kaleng masing-masing elemen kerja
8 Perbandingan jumlah tenaga kerja berdasarkan analisis waktu baku dan
analisis beban kerja

4
7
13
14
16
17
21
23

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Tahapan proses pengalengan nanas


Tahapan penelitian
Alur produksi nanas kaleng
Grafik denyut jantung subjek C2 saat step-test
Grafik hubungan IRHR dengan WEC p pada saat step-test subjek F1
Grafik tingkat kejerihan berdasarkan nilai IRHR pada masing-masing
elemen kerja
7 Grafik laju konsumsi energi pada masing-masing elemen kerja
8 Grafik kapasitas kerja masing-masing elemen kerja
9 Alokasi tenaga kerja berdasarkan kapasitas dan target produksi
pendekatan konsumsi energi

3
6
10
15
17
19
20
22
22

DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai IRHR pekerja
2 Laju konsumsi energi masing-masing pekerja
3 Nilai AKG
4 Human Out dan Capacity
5 Contoh Perhitungan

26
27
28
29
30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara penghasil buah-buah tropis yang memiliki
keragaman dan keunggulan cita rasa yang baik. Salah satu komoditas buah tropis
yang terdapat di Indonesia adalah buah nanas. Setelah pemanenan biasanya buah
nanas dijual atau dikonsumsi langsung dalam bentuk buah segar, diolah menjadi
berbagai aneka makanan dan dikemas dalam kemasan buah dalam kaleng. PT
GGP merupakan perusahaan pengolahan buah nanas dengan produk berupa nanas
kaleng. PT GGP telah mengekspor nanas lebih dari ke-50 negara dan menyuplai
15-20% total kebutuhan nanas dunia, 40% diantaranya ke Eropa, 35% ke Amerika
Utara, dan 25% lainnya ke Asia Pasifik (Didin dan Sobir 2009).
Pada proses produksi nanas kaleng terdapat karakteristik pekerjaan seperti
kecepatan, ketepatan dan safety dimana karateristik pekerjaan tersebut berkaitan
dengan tuntutan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, maka untuk
memenuhi tuntutan pekerjaan tersebut terdapat manusia sebagai operator atau
pekerja yang juga memiliki karakteristik seperti karakteristik fisik, fisiologis dan
psikologis dimana masing-masing individu memiliki karakter yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, dibutuhkan kesesuaian ergonomis antara karakteristik kerja
dengan karakteristik manusia untuk mendapatkan produktivitas yang optimal.
Ergonomika sebagai salah satu bidang ilmu yang mempelajari interaksi
antara manusia dengan pekerjaan serta lingkungan kerjanya. Ergonomika dapat
diterapkan pada suatu industri sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan
produktivitas kerja. Ergonomi memiliki beberapa cabang ilmu yang dapat
menganalisa pengaruh faktor manusia, alat kerja dan lingkungan kerja. Beberapa
cabang ilmu tersebut diantaranya yaitu studi gerak, waktu dan beban kerja. Pada
penelitian ini, dilakukan pengkajian terhadap karakteristik fisik manusia dengan
parameter denyut jantung dari pekerja dalam melakukan proses produksi nanas
kaleng. Berdasarkan analisis denyut jantung tersebut dapat diketahui tingkat
beban dan kapasitas kerja dari pekerja dalam melakukan kerja, serta bagaimana
kesesuaian tuntutan produktivitas yang diharapkan.
Perumusan Masalah
Tuntutan dan target pekerjaan pada pabrik pengolahan nanas kaleng sangat
ditentukan oleh lingkup dan alur kerja yang terdapat pada proses produksi nanas
kaleng. Pada lingkup dan alur kerja tersebut terdapat beban dan waktu kerja yang
membutuhkan kesesuaian antara karakteristik kerja dengan karakteristik pekerja
untuk mendapatkan produktifitas optimum. Oleh karena itu, diperlukan penerapan
ergonomi dalam hal ini kesesuaian fisiologis kerja agar dapat diketahui kebutuhan
dan distribusi pekerja pada masing-masing alur kerja. Selain itu, dapat diketahui
juga kesesuaian tuntutan produktivitas yang diharapkan dari pabrik pengolahan
nanas kaleng.

2
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tujuan dari peneltian ini adalah:


Mengindentifikasi alur dan elemen kerja proses produksi nanas kaleng.
Menentukan tingkat kejerihan masing-masing elemen kerja pada proses
produksi nanas kaleng.
Menentukan laju konsumsi energi pekerja pada elemen kerja proses
produksi nanas kaleng.
Menentukan total kebutuhan energi pekerja per unit produksi nanas kaleng.
Menentukan kapasitas kerja ideal untuk masing-masing elemen kerja.
Menentukan kebutuhan tenaga kerja pada setiap elemen kerja sesuai dengan
target produksi.
Mendesain jumlah dan distribusi tenaga kerja pada setiap elemen kerja
untuk mencapai produktivitas optimum.
Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan kontribusi berupa data mengenai laju konsumsi


energi pada proses produksi nanas kaleng ukuran A2 (berat bersih 420 gram).
Selain itu, dapat diketahui beban kerja dan kapasitas kerja ideal pekerja pada
masing-masing elemen kerja yang berdampak langsung pada peningkatan
produktivitas perusahaan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian dibatasi pada permasalahan yang dibahas yaitu:
1. Proses pengolahan yang dimaksud adalah proses produksi nanas kaleng dari
proses penumpahan buah nanas di rak bin dumper hingga proses
penyimpanan nanas kaleng di warehouse.
2. Analisis laju konsumsi energi dan beban kerja pada aktivitas pengolahan
nanas menjadi nanas kaleng.
3. Desain dan distribusi pekerja pada masing-masing elemen kerja yang
terdapat pada proses produksi nanas kaleng

TINJAUAN PUSTAKA
Pengalengan Buah Nanas
Pujimulyani (2009) menjelaskan bahwa nanas (Ananas comosus)
merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi dalam bentuk
segar atau dikalengkan. Tujuan dilakukannya pengalengan yaitu mengawetkan
makan untuk menghindari perubahan warna, tekstur, kimia, dan mikrobiologis.
Tahapan proses pengalengan nanas ditunjukkan pada Gambar 1.

3
Pemanenan

Blanching

Pencucian

Pengisian

Pemilahan (Sortasi)

Exhausting

Pengupasan

Penututupan Kaleng

Preparasi

Sterilisasi

Gambar 1 Tahapan proses pengalengan nanas (Pujimulyani 2009)


Ergonomika
Intenational Ergonomics Association (IEA) mendefinisikan ergonomika
sebagai suatu disiplin ilmu yang difokuskan pada hubungan antara manusia
dengan elemen lain pada suatu sistem dan kontribusinya terhadap desain,
pekerjaan, produk, dan lingkungan dengan tujuan untuk menyelaraskan terhadap
kebutuhan, kemampuan dan keterbatasan manusia. Menurut Syuaib (2003)
ergonomi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia
dengan alat, metode, dan lingkungan dimana mereka melakukan aktivitas agar
tercapai kesesuaian yang optimal. Sanders (1993) menyatakan bahwa tujuan
ergonomi adalah untuk meningkatkan performansi seluruh sistem kerja dan
mengurangi ketegangan pekerja selama melaksanakan pekerjaan tersebut dengan
cara menganalisa pekerjaan, lingkungan kerja dan interaksi manusia dengan
mesin. Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu
organisasi, misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian
waktu kerja, serta meningkatkan variasi pekerjaan. Ergonomi juga memberikan
peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja,
misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada
sistem kerangka dan otot manusia, serta desain status kerja untuk alat peraga
visual. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan
postur kerja. Adapula contoh lain seperti desain suatu perkakas kerja (handstools)
untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem
pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan
dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimunkan resiko kesalahan,
sehingga didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan
akibat metode kerja yang kurang tepat (Nurmianto 2004).
Beban Kerja
Menurut Syuaib (2003), terdapat dua macam terminologi beban kerja,
yaitu beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif. Beban kerja kuantitatif
adalah besarnya total energi yang dikeluarkan seseorang untuk melakukan suatu
aktivitas dengan parameter TEC (Total Energy Cost), BME (Basal Metabolic
Energy), dan WEC (Work Energy Cost). TEC adalah total laju konsumsi energi
seseorang untuk melakukan aktivitas. BME adalah laju konsumsi energi seseorang
untuk menjalankan proses metabolisme. WEC adalah laju konsumsi energi

4
seseorang saat melakukan kerja atau dengan kata lain respon energi dari tubuh
kita terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang.
Beban kerja kualitatif adalah suatu indeks yang mengindikasikan berat atau
ringan suatu pekerjaan dirasakan oleh seseorang. Parameter yang digunakan
adalah IRHR (Increase Ratio of Heart Rate). IRHR adalah indeks perbandingan
relatif denyut jantung (HR) seseorang saat melakukan suatu aktivitas terhadap
denyut jantungnya saat beristirahat (Syuaib 2003).
Tabel 1 Kategori tingkat beban kerja berdasarkan IRHR
Kategori
Nilai IRHR
Ringan
1.00 < IRHR < 1.25
Sedang
1.25 < IRHR < 1.50
Berat
1.50 < IRHR < 1.75
Sangat berat
1.75 < IRHR < 2.00
Luar biasa berat
2.00 <IRHR
Sumber : Syuiab (2003)

Semakin besar beban kerja dalam melakukan suatu pekerjaan ditandai


dengan kebutuhan energi yang semakin besar. Sistem pernafasan akan bergerak
lebih cepat, kebutuhan oksigen meningkat, HR akan semakin cepat dan terjadi
peningkatan panas pada seluruh tubuh. Kebutuhan bahan bakar bagi tubuh untuk
melakukan gerak disalurkan oleh darah melalui pembuluh-pembuluh darah ke
seluruh bagian tubuh. Hal ini berarti meningkatkan kerja jantung untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. HR yang tinggi diikuti oleh konsumsi oksigen yang rendah
biasanya akan menunjukan kelelahan pada otot, terutama untuk pekerjaan statis
(Sanders & Mc Cormick 1993).
Kapasitas Kerja
Menurut ilmu ergonomika, kerja diartikan sebagai suatu aktivitas untuk
menghasilkan sesuatu. Manusia menggunakan otot hampir untuk seluruh jenis
pekerjaan, otot manusia sendiri memerlukan energi untuk melakukan kerja fisik.
Energi yang diperlukan otot untuk melakukan kerja berasal dari proses oksidasi
glukosa yang terjadi di dalam tubuh. Konsumsi oksigen akan meningkat secara
linier sesuai dengan beban kerja yang dialami. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin berat beban kerja yang dialami maka akan semakin meningkat
penyerapan oksigen. Menurut Sanders (1993), secara umum konsumsi 1 liter
oksigen ekuivalen dengan konsumsi tenaga sebesar 5 kkal. Pengukuran beban
kerja fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi cara yang termudah
adalah pengukuran denyut jantung. Menurut Bridger (2003), denyut jantung
meningkat sesuai dengan fungsi dari beban kerja dan konsumsi oksigen.
Menurut Syuaib (2003), fisiologi kerja merupakan salah satu sub disiplin
dalam ilmu ergonomika yang mengkaji tentang kondisi/reaksi fisiologi yang
disebabkan beban/tekanan eksternal saat melakukan aktivitas kerja. Kajian
fisiologi kerja sangat terkait dengan indikator-indikator metabolik diantaranya
adalah Cardiovascular (Denyut Jantung), Respiratory (Pernafasan), Body
Temperature (Suhu Tubuh), dan Muscular Act (Aktivitas Otot).

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Agustus 2014.
Pengambilan data dilakukan di PT GGP Lampung Tengah dan pengolahan data
dilakukan di Laboratorium Ergonomika, Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi Heart Rate Monitor
(HRM), Heart Rate Monitor Interface, bangku step-test, digital metronome, stop
watch, time study sheet, video recorder, timbangan, meteran, alat tulis, perangkat
komputer, dan beberapa perlengkapan pendukung.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian berjumlah 40 orang yang terdiri dari 5 pria dan 35 wanita
yang berusia antara 19 48 tahun. Subjek pada penelitian ini mewakili seluruh
pekerja yang terdapat pada alur kerja produksi nanas kaleng.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan melalui beberapa tahap. Mulai dari tahap penelitian
pendahuluan, pengambilan data, pengolahan data, dan analisis. Tahapan penelitian
dapat dilihat pada Gambar 2.
Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengamati proses produksi nanas
kaleng dari awal hingga akhir, menentukan subjek dari tiap-tiap alur kerja, dan
mengatur jadwal serta mekanisme pengambilan data. Selain itu, dilakukan juga
identifikasi elemen-elemen kerja pada proses produksi nanas kaleng.
Pengambilan Data
Pengambilan data penelitian dilakukan di area pabrik PT GGP. Data yang
diambil adalah data denyut jantung pekerja menggunakan HRM. HRM berfungsi
untuk mengukur denyut jantung pekerja selama aktivitas kerja setiap 5 detik.
HRM terdiri dari bagian rubber belted electrode, sebagai sensor dan transmitter
yang dilekatkan pada dada pekerja, dan bagian digital data receiver and memory,
yang dipasang pada pergelangan tangan pekerja. Pemasangan rubber belted
electrode dan digital data receiver and memory dilakukan sebelum pekerja
melakukan aktivitas kerja. Adapun pengambilan data denyut jantung dilakukan
pada aktivitas berikut :

Mulai
Penelitian Pendahuluan
(observasi alur kerja, menentukan subjek, jadwal serta mekanisme pengambilan data)
Pengambilan Data

Kalibarasi Step-test

Data Alur
Kerja

Data
Sekunder

Parameter Step-test
(h; f:15,20, 25; W)

Data Denyut Jantung Step-test

Data Elemen
Kerja

ST1, ST2, ST3

Aktivitas Kerja

Rest

Persamaan Korelasi WECST dan IRHRST

Data Waktu
Baku

ATEC
Kapasitas (kkal/kaleng)

Waktu Kerja
Pabrik

20%

60%

Human Output Capacity


Kapasitas Kerja (kaleng/hari)
Waktu Efektif
Kapasitas Kerja (kaleng/jam)

Alokasi Tenaga Kerja

Selesai

Gambar 2 Tahapan penelitian

Kerja

IRHRwork

WECST
IRHRST

AKG

Rest

Data Subjek
(umur, tinggi, berat)

WECW

ATEC

Rata-rata
Berat badan

Tingkat Kejerihan

TEC

TEC

BME

Berat
Badan

7
a. Kalibrasi step-test
Kalibrasi step-test merupakan suatu metode untuk pengkalibrasian nilai HR,
dikarenakan tiap subjek memiliki HR yang berbeda-beda. Step-test dilakukan
untuk mengetahui hubungan energi yang dikeluarkan dengan perbedaan laju HR
dimana subjek diberikan beban bertingkat naik turun bangku setinggi 30 cm dan
diukur denyut jantungnya (Herodian 1995). Ritme kecepatan langkah diatur
menggunakan digital metronome yaitu 15 langkah/menit, 20 langkah/menit dan
25 langkah/menit. Kegiatan step-test dilakukan selama 1 jam dimana pada
masing-masing frekuensi step-test dilakukan selama 5 menit kemudian diselingi
istirahat selama 5 - 10 menit.
b. Pengukuran pada saat aktivitas kerja
Setelah melakukan step-test, pekerja langsung melakukan aktivitas
pengolahan nanas kaleng pada masing-masing elemen kerja. Lama pengukuran
kurang lebih satu jam, dikarenakan dalam satu jam kerja sudah terdapat beberapa
kali ulangan.
Pengolahan Data
Pengukuran beban kerja diawali dengan mengukur dimensi tubuh pekerja
meliputi tinggi badan (cm) dan berat badan (kg). Karakteristik pekerja yang
diamati adalah jenis kelamin, lama kerja dan umur. Berdasarkan data dimensi
tubuh tersebut maka dapat diketahui luas permukaan tubuh dan energi basal (basal
metabolic energy) masing-masing pekerja. Luas permukaan tubuh dapat dihitung
dengan persamaan Du Bois (Syuaib 2003) pada Persamaan (1):
A = H 0.725 W 0.425 0.007246

(1)

Keterangan:
A = luas permukaan tubuh (m2)
H = tinggi badan (cm)
W = berat badan (kg)
Berdasarkan perhitungan luas permukaan tubuh dapat diketahui laju
konsumsi oksigen dengan menggunakan tabel konversi pada Tabel 2. Nilai BME
dihitung dengan menggunakan persamaan (3).
Tabel 2 Konversi laju konsumsi O2 (ml/menit) berdasarkan luas
permukaan tubuh
2

1/100 m2

1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9

136
148
161
173
186
198
210
223
235

137
150
162
174
187
199
212
224
236

138
151
162
176
188
200
213
225
238

140
152
164
177
189
202
214
226
239

141
153
166
178
190
203
215
228
240

142
155
167
179
192
204
217
229
241

143
156
168
181
193
205
218
230
243

145
157
169
182
194
207
219
231
244

146
158
171
183
195
208
220
233
245

147
159
172
184
197
209
221
234
246

*) untuk perempuan nilai VO2 harus dikalikan 0.95


Sumber : Syuaib (2003)

8
BME (kkal/menit) =

o su si

(2)

Data HR sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor personal, psikologis, dan


lingkungan. Oleh karena itu, untuk menghindari subjektivitas nilai HR, maka
perlu dilakukan normalisasi agar diperoleh nilai HR yang objektif. Normalisasi
nilai HR dilakukan dengan membandingkan nilai HR relatif saat kerja terhadap
nilai HR pada saat istirahat (Syuaib 2003). Perbandingan tersebut dirumuskan
sebagai berikut:
IRHR =

o
s

(3)

Keterangan:
HRwork = Denyut jantung saat melakukan pekerjaan (bit per min)
HRrest = Denyut jantung saat istirahat (bit per min)
Nilai IRHR digunakan untuk menentukan kejerihan beban kerja secara
kualitatif, selain itu, nilai IRHR juga digunakan untuk mengetahui besarnya laju
konsumsi energi saat melakukan kerja. Namun, harus diketahui besarnya laju
konsumsi energi pada saat step-test. Laju konsumsi energi pada saat step-test
dapat dihitung dengan Persamaan 4 (Kastaman dan Herodian 1998):
WECST =[w x g x 2f x h] / (4.2x1000)

(4)

Keterangan:
WECST = Work Energy Cost saat step-test (kkal/menit)
w
= berat badan (kg)
g
= percepatan gravitasi
h
= tinggi bangku step-test (m)
f
= frekuensi step-test (siklus/menit)
4.2
= faktor kalibrasi dari joule menjadi kalori
Setelah diketahui nilai IRHR dan WEC pada saat step-test dapat dihasilkan
grafik korelasi linier IRHR dan WEC. Persamaan yang dihasilkan dari grafik
korelasi IRHR dan WEC adalah sebagai berikut:
Y= aX + b

(5)

Keterangan:
Y = IRHR
X = WEC (kkal/min)

Nilai IRHR saat melakukan kerja dimasukan kedalam persamaan korelasi


maka diperoleh laju konsumsi energi pada saat melakukan kerja. Total energi
yang sebenarnya dikeluarkan oleh pekerja (TEC) dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (6).
TEC = WEC+ BME
Keterangan:
WEC = Work Energy Cost (kkal/min)

(6)

9
TEC = Total Energy Cost (kkal/min)
BME = Basal Metabolic Energy (kkal/min)

Berat badan seseorang mempengaruhi beban kerja yang diterima. Oleh


karena itu, untuk mengetahui nilai beban kerja yang sebenarnya pengaruh berat
badan harus ditiadakan
u TEC. Nilai TEC dihitung dengan menggunakan
Persamaan (7) sebagai berikut:
TEC = TEC / W

(7)

Katerangan:
TEC = Total Energy Cost per Weight (kkal / kg.min)
W
= Berat badan pekerja (kg)

Kapasitas kerja dapat diketahui dengan mencari besarnya energi yang


dibutuhkan untuk memproduksi 1 nanas kaleng. Besarnya energi per kaleng dapat
dicari dengan Persamaan (8) sebagai berikut:
Energi per kaleng = (ATEC / 60 detik) * Waktu Baku
Keterangan:
Energi per kaleng
ATEC
Waktu Baku

(8)

= Energi untuk memproduksi 1 nanas kaleng (kkal/kaleng)


= Total laju konsumsi energi per elemen kerja (kkal/menit)
= Waktu untuk memproduksi 1 nanas kaleng (detik/kaleng)

ATEC didapatkan dengan merata-ratakan i i TEC pekerja yang terdapat


pada elemen kerja yang sama s hi gg did p
ATEC (
/ g. i ). ATEC
dikalikan dengan rata-rata berat badan pekerja yang berada pada elemen kerja
yang sama sehingga akan didapatkan ATEC. Kapasitas kerja dapat dihitung
dengan membagi human output capacity (energi yang tersedia untuk melakukan
kerja) sebesar 20% dari nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG) dengan energi yang
dibutuhkan untuk memproduksi satu nanas kaleng. Besarnya kapasitas kerja dapat
dihitung dengan Persamaan (9) sebagai berikut:
Kapasitas Kerja per Hari =

gi p

(9)

Dimana :
Kapasitas Kerja per hari = kemampuan produksi (kaleng/orang.hari)
Human Output Capacity = energi untuk melakukan kerja (kkal/hari)
Kapasitas kerja per orang per jam dapat dihitung dengan membagi kapasitas
kerja per orang per hari dengan waktu kerja efektif yang terdapat pada proses
produksi nanas kaleng.
Kapasitas Kerja per Jam =
Dimana:
Kapasitas kerja per Jam
Waktu kerja efektif

= kemampuan produksi (kaleng/orang.jam)


= 60% dari waktu kerja total

(10)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN


Elemen Kerja Produksi Nanas Kaleng
Produksi nanas kaleng adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari
penumpahan nanas di rak bin dumper sampai penyimpanan. Proses produksi
nanas kaleng difokuskan pada kaleng ukuran A2 (420 gram). Elemen kerja yang
terdapat pada proses produksi nanas kaleng yaitu berjumlah 22 elemen kerja dapat
dilihat pada Gambar 3.

1 Feeding Conveyor (FC)

4 Cutting Crush (CC)

5 Seleksi Chunk (SC)

2 Preparation (Pr)

3 Peeling (Pe)

6 Seleksi Tidbit (STb)

Gambar 3 Alur produksi nanas kaleng

11

8 Seleksi Standard (SSt)

7 Seleksi Choice (SCh)

9 Pocking (Po)

10 Susun Warna (SW)

12 Susun Nampan (SN)

11 Feeding Slice (FS)

13 Transporting (Tr)

14 Transporting Seamer (TrS)

Gambar 3 Alur produksi nanas kaleng (lanjutan)

12

16 Sortir 1 (S1)

15 Feeding Seamer (FeS)

17 Seaming (OS)

18 Cooking (OC)

19 Sortir 2 (S2)

20 Palleting Atas (PA)

21 Palleting Bawah (PB)

22 Transporting Pallet (TP)

Gambar 3 Alur produksi nanas kaleng (lanjutan)

13
Elemen kerja tersebut didefinisikan berdasarkan karakteristik kerjanya.
Tujuan pendefinisian elemen kerja adalah untuk mempermudah mengetahui
sekuensi kerja dari masing-masing alur kerja. Definisi dari masing-masing elemen
kerja dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Definisi masing-masing elemen kerja
Elemen Kerja
Definisi
Feeding
Menumpahkan nanas ke konveyor
Conveyor
Preparation
Pencucian nanas, sortasi dan grading
Peeling
Mengupas kulit nanas
Cutting Crush
Membuang bagian nanas yang memar
Seleksi Chunk
Menyeleksi irisan nanas untuk produk chunk
Seleksi Tidbit
Menyeleksi irisan nanas untuk produk tidbit
Seleksi Choice
Menyeleski irisan nanas kriteria choice
Seleksi
Menyeleksi irisan nanas kriteria standard
Standard
Pocking
Membuang mata nanas
Menyusun irisan nanas berdasarkan
Susun Warna
keseragaman warna
Feeding Slice
Mengumpankan irisan nanas ke kaleng
Susun Nampan
Menyusun nanas kaleng ke nampan
Transporting
Memindahkan nanas dari stasiun line ke
antrian stasiun seamer
Transporting
Memindahkan nanas kaleng dari antrian
Seamer
stasiun seamer ke seamer
Feeding Seamer Mengumpankan nanas kedalam mesin
seamer
Sortir Kaleng
Mensortir kaleng rusak sebelum pemasakan
Seaming
Operator mesin seamer
Cooking
Operator mesin cooker
Sortasi kaleng
Mensortir kaleng rusak sesudah pemasakan
Palleting atas
Menyusun nanas di atas karton
Palleting bawah Menyusun karton diatas tumpukan nanas
Transporting
Memindahkan
nanas
ke
tempat
Pallet
penyimpanan

Lambang
FC
Pr
Pe
CC
SC
STb
SCh
SSt
Po
SW
FS
SN
Tr
TrS
FeS
S1
OS
OC
S2
PA
PB
TP

BME (Basal Metabolic Energy)


BME merupakan energi yang digunakan oleh seseorang untuk menjalankan
aktivitas metabolisme. Pengukuran BME digunakan untuk menghitung nilai TEC.
BME dihitung dengan melakukan pengukuran dimensi tubuh meliputi berat dan
tinggi badan sehingga didapatkan luas permukaan tubuh. Nilai BME diketahui
dari pendekatan volume oksigen pada tubuh yang diperoleh dari tabel konversi
BME ekuivalen VO2 pada Tabel 2 berdasarkan luas permukaan tubuh. Data
karakteristik fisik dan nilai BME dari masing-masing pekerja yang diukur dapat
dilihat pada Tabel 4.

14
Tabel 4 Karakteristik fisik dan nilai BME masing-masing pekerja
Elemen
Jenis
Berat Badan Tinggi
BME
Subjek
Usia
Kerja Kelamin
(kg)
(cm) (kkal/menit)
A1
Pria
39
57
162
1.00
FC
A2
Pria
48
76
164
1.14
B1
Pr
Pria
29
70
166
1.11
C1
Wanita
26
47
163
0.87
C2
Wanita
30
58
155
0.93
Pe
C3
Wanita
23
49
158
0.87
C4
Wanita
44
66
150
0.96
D1
Wanita
26
48
159
0.87
CC
D2
Wanita
28
83
153
1.07
E1
Wanita
26
50
154
0.86
SC
E2
Wanita
32
53
152
0.88
F1
Wanita
43
68
151
0.97
STb
F2
Wanita
45
59
158
0.95
G1
Wanita
33
44
153
0.82
SCh
G2
Wanita
40
66
154
0.97
H1
SSt
Wanita
35
69
153
0.99
I2
Wanita
21
57
157
0.93
I2
Wanita
22
58
155
0.93
Po
I3
Wanita
27
56
154
0.91
I4
Wanita
20
47
156
0.85
J1
Wanita
30
52
146
0.85
SW
J2
Wanita
25
37
143
0.72
K1
Wanita
33
44
153
0.82
K2
FS
Wanita
27
56
154
0.91
K3
Wanita
22
58
155
0.93
L1
SN
Wanita
27
56
154
0.91
M1
Tr
Wanita
23
44
150
0.80
N1
Wanita
28
52
163
0.92
TrS
N2
Wanita
22
50
159
0.89
O1
FeS
Wanita
21
64
160
0.99
P1
S1
Wanita
19
52
165
0.92
Q1
OS
Wanita
34
48
150
0.84
R1
OC
Pria
36
72
163
1.11
S1
Wanita
32
50
155
0.87
S2
S2
Wanita
28
65
169
1.04
T1
Wanita
32
50
155
0.87
PA
T2
Wanita
28
65
169
1.04
U1
Wanita
27
69
156
1.00
PB
U2
Wanita
31
56
153
0.90
V1
TP
Pria
45
66
161
1.06
Berdasarkan Tabel 4 terdapat hubungan antara berat badan dan tinggi badan
seseorang dengan nilai BME. Semakin besar berat badan dan tinggi seseorang
maka nilai BME-nya juga semakin besar. Jenis kelamin juga mempengaruhi nilai
BME, dimana pada umumnya pekerja berjenis kelamin pria memiliki nilai BME

15
lebih besar dibandingkan dengan pekerja wanita. Jumlah pekerja pada masingmasing elemen kerja berbeda. Selain itu, terdapat elemen kerja yang hanya
dikerjakan oleh pria dan elemen kerja yang hanya dikerjakan wanita.
Kalibrasi Subjek Penelitian
Kalibrasi subjek penelitian dilakukan karena setiap individu memiliki
perbedaan dalam melakukan suatu aktivitas kerja. Respon setiap individu terhadap
suatu pengaruh kerja ataupun pembebanan tidak akan sama. Hal ini dikarenakan
beberapa faktor seperti keadaan fisik, mental maupun fisiologi dari individu
tersebut. Tentu saja faktor-faktor tersebut juga akan mempengaruhi besarnya nilai
HR. Salah satu metode yang dapat digunakan agar setiap individu dapat
menghasilkan HR yang akurat adalah dengan metode step-test. Berikut ini adalah
contoh grafik pengukuran HR dengan metode step-test untuk subjek C2 yang
disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Grafik denyut jantung subjek C2 saat step-test


Pada Gambar 4 terlihat saat melakukan ST1 pekerja masih memiliki energi
untuk menahan beban yang terjadi pada tubuhnya, kemudian HR turun secara
perlahan. Namun, pada saat ST3 cekungan pada grafik terlihat tajam. Hal ini
menunjukan bahwa tubuh pekerja sudah mengalami beban yang cukup besar dan
jika diteruskan dapat memungkinkan terjadinya kehilangan kesadaran. Masingmasing pekerja memiliki peningkatan HR yang berbeda-beda. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kondisi dari masing-masing pekerja, misalnya karakteristik fisik
pekerja yang meliputi umur, berat badan, tinggi subjek, dan sikap kerja dari tiaptiap pekerja. Setelah itu, dilakukan penghitungan IRHR dan WEC pada saat steptest menggunakan Persamaan (3) dan Persamaan (4) . Nilai IRHR dan WEC pada
saat melakukan step-test masing-masing pekerja dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 5 nilai IRHR dan WEC saat step-test setiap individu
berbeda. Semakin besar frekuensi step-test menyebabkan nilai WEC menjadi
semakin besar. Pada Subjek A1 dan F1 nilai dari IRHR menunjukan perbedaan

16
yang besar. Respon subjek dalam menanggapi pembebanan kerja saat step-test
tidak sama. Subjek A2 lebih bisa mengatasi pembebanan kegiatan step-test
sedangkan subjek F1 menanggapi kegiatan step-test sebagai pembebanan yang
cukup tinggi.
Tabel 5 Nilai IRHR dan WEC pada saat step-test
Elemen
HR
IRHR
WEC (kkal/menit)
Subjek
Kerja Rest ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST3
A1
78 104 113 133 1.33 1.45 1.71 1.20 1.60 2.00
FC
A2
75 111 127 143 1.48 1.69 1.91 1.60 2.13 2.66
B1
Pr
51
98 107 126 1.92 2.10 2.47 1.47 1.96 2.45
C1
64 122 149 165 1.91 2.33 2.58 0.99 1.32 1.65
C2
86 135 153 167 1.57 1.78 1.94 1.22 1.62 2.03
Pe
C3
81 139 156 173 1.72 1.93 2.14 1.03 1.37 1.72
C4
93 150 176 188 1.61 1.89 2.02 1.39 1.85 2.31
D1
79 144 148 167 1.82 1.87 2.11 1.01 1.34 1.68
CC
D2
99 143 159 163 1.44 1.61 1.65 1.74 2.32 2.91
E1
69 151 159 178 2.19 2.30 2.58 1.05 1.40 1.75
SC
E2
70 155 172 185 2.21 2.46 2.64 1.11 1.48 1.86
F1
61 155 176 193 2.54 2.89 3.16 1.43 1.90 2.38
STb
F2
71 125 142 160 1.76 2.00 2.25 1.24 1.65 2.07
G1
96 144 155 170 1.50 1.61 1.77 0.92 1.23 1.54
SCh
G2
95 146 169 163 1.54 1.78 1.72 1.39 1.85 2.31
H1
SSt
80 149 181 189 1.86 2.26 2.36 1.45 1.93 2.42
I2
74 138 156 179 1.86 2.11 2.42 1.20 1.60 2.00
I2
73 142 168 184 1.95 2.30 2.52 1.22 1.62 2.03
Po
I3
81 132 144 168 1.63 1.78 2.07 1.18 1.57 1.96
I4
74 134 149 166 1.81 2.01 2.24 0.99 1.32 1.65
J1
73 135 157 180 1.85 2.15 2.47 1.09 1.46 1.82
SW
J2
77 124 139 168 1.61 1.81 2.18 0.78 1.04 1.30
K1
96 144 155 170 1.50 1.61 1.77 0.92 1.23 1.54
K2
FS
81 132 144 168 1.63 1.78 2.07 1.18 1.57 1.96
K3
73 142 168 184 1.95 2.30 2.52 1.22 1.62 2.03
L1
SN
81 132 144 168 1.63 1.78 2.07 1.18 1.57 1.96
M1
Tr
93 125 137 154 1.34 1.47 1.66 0.92 1.23 1.54
N1
82 130 158 178 1.59 1.93 2.17 1.09 1.46 1.82
TrS
N2
84 130 148 166 1.55 1.76 1.98 1.05 1.40 1.75
O1
FeS
82 131 155 174 1.60 1.89 2.12 1.34 1.79 2.24
P1
S1
96 147 155 176 1.53 1.61 1.83 1.09 1.46 1.82
Q1
OS
70 123 139 145 1.76 1.99 2.07 1.01 1.34 1.68
R1
OC
79 126 138 167 1.59 1.75 2.11 1.51 2.02 2.52
S1
92 124 143 157 1.35 1.55 1.71 1.05 1.40 1.75
S2
S2
83 121 136 148 1.46 1.64 1.78 1.37 1.82 2.28
T1
92 124 143 157 1.35 1.55 1.71 1.05 1.40 1.75
PA
T2
83 121 136 148 1.46 1.64 1.78 1.37 1.82 2.28
U1
66 119 142 160 1.80 2.15 2.42 1.45 1.93 2.42
PB
U2
79 145 168 180 1.84 2.13 2.28 1.18 1.57 1.96
V1
TP
74 109 125 135 1.47 1.69 1.82 1.39 1.85 2.31

17

IRHR

Berdasarkan nilai IRHR dan WEC tersebut diperoleh persamaan hubungan IRHR
dan WEC. Bentuk persamaan hubungan tersebut yaitu Y = aX + b, dimana Y
merupakan nilai IRHR dan X merupakan nilai WECST. Berikut contoh grafik
hubungan antara IRHR dan WEC untuk subjek F1 dapat dilihat pada Gambar 5
dan persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WEC dapat dilihat pada Tabel 6.
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

y = 0.9323x + 1.0662
R = 0.9851

0.5

1.5

2.5

WECST (kkal/menit)

Gambar 5 Grafik hubungan IRHT dengan WEC pada saat step-test subjek F1
Tabel 6 Persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WEC saat step-test
Subjek Elemen Kerja
Persamaan
R2
A1
y = 0.3328x + 0.9734
0.962
Fc
A2
y = 0.3366x + 0.9829
0.994
B1
Pr
y = 0.5888x + 1.007
0.994
C1
y = 0.9736x + 0.9922
0.996
C2
y = 0.4685x + 1.0021
0.999
Pe
C3
y = 0.6659x + 1.0093
0.999
C4
y = 0.4538x + 1.0027
0.994
D1
y = 0.3813x + 1.038
0.972
CC
D2
y = 0.2335x + 1.0173
0.980
E1
y = 0.911x + 1.0616
0.973
SC
E2
y = 0.9131x + 1.0622
0.977
F1
y = 0.9323x + 1.0662
0.985
STb
F2
y = 0.6065x + 1.002
1.000
G1
y = 0.5001x + 1.0093
0.997
SCh
G2
y = 0.3418x + 1.0342
0.929
H1
SSt
y = 0.5897x + 1.0174
0.985
I2
y = 0.6659x + 1.0093
0.999
I2
y = 0.764x + 1.0113
0.997
Po
I3
y = 0.5331x + 0.9934
0.993
I4
y = 0.7599x + 1.0169
0.997
J1
y = 0.8011x + 0.9917
0.999
SW
J2
y = 0.8742x + 0.9707
0.983
K1
y = 0.5001x + 1.0093
0.997
K2
Fs
y = 0.5331x + 0.9934
0.993
K3
y = 0.764x + 1.0113
0.997
L1
SN
y = 0.5331x + 0.9934
0.993
M1
Tr
y = 0.4139x + 0.9858
0.989

18
Tabel 6 Persamaan korelasi nilai IRHR terhadap WEC saat step-test
(lanjutan)
Subjek Elemen kerja Persamaan Korelasi
R2
N1
y = 0.6413x + 0.9704
0.987
TrS
N2
y = 0.5539x + 0.9898
0.998
O1
FeS
y = 0.4997x + 0.9808
0.994
P1
S1
y = 0.4477x + 1.006
0.991
Q1
OS
y = 0.6651x + 1.0332
0.981
R1
OC
y = 0.4216x + 0.9765
0.980
S1
y = 0.4015x + 0.9806
0.985
S2
S2
y = 0.3461x + 0.9974
0.999
T1
y = 0.4015x + 0.9806
0.985
PA
T2
y = 0.3461x + 0.9974
0.999
U1
y = 0.5915x + 0.9876
0.998
PB
U2
y = 0.6712x + 1.0208
0.993
V1
TP
y = 0.3614x + 0.9957
0.997
Perbedaan nilai kenaikan IRHR terhadap beban kerja dapat dilihat dari nilai
slope yang berbeda-beda dari setiap subjek, semakin curam kemiringannya maka
semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap tingkat beban kerja (WEC). Nilai
slope (a) paling besar tedapat pada subjek C1, yaitu sebesar 0.9736. Hal ini
menandakan bahwa penambahan beban step-test dari frekuensi yang berbeda
menyebabkan meningkatnya nilai IRHR menjadi lebih berat dari sebelumnya.
Nilai b umumnya akan mendekati angka satu. Hal ini menunjukkan nilai HR
subjek saat tidak bekerja sama dengan atau mendekati HR saat dalam kondisi
istirahat.
Ketika nilai x sama dengan nol menunjukan bahwa subjek dalam keadaan
istirahat sehingga nilai y (IRHR) adalah sebesar b. Pada hasil hubungan kolerasi
antara IRHR dan WEC diperoleh titik-titik yang mengikuti sebuah garis lurus
dengan kemiringan positif. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan atau
kolerasi positif yang tinggi antara IRHR dan WEC. Korelasi positif dimaksudkan
bahwa semakin besar nilai x. maka akan semakin besar nilai y, begitu juga
sebaliknya. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur besarnya
kontribusi x terhadap variasi/keragaman. Koefisien determinasi juga dapat
diartikan sebagai koefisien korelasi linier sebagai ukuran hubungan linier antara
dua peubah acak x dan y. Nilai dari koefisien determinasi tersebut berkisar dari
nol sampai dengan satu (0<R2<1). Jika semakin tinggi nilai koefisiennya atau
mendekati 1, maka akan semakin besar persentase nilai-nilai y di antara
keragamannya yang dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan variabel x.
Tingkat Kejerihan
Pengukuran tingkat kejerihan dilakukan sama seperti pada saat kegiatan
step-test. Data HR diambil dengan cara melihat HR yang relatif stabil saat proses
kerja berlangsung. Nilai IRHR aktivitas produksi nanas kaleng didapat dengan
membandingkan HR pada saat kerja terhadap HR pada saat istirahat dari setiap
pekerja. Nilai IRHR dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan contoh perhitungan

19
nilai IRHR dapat dilihat pada Lampiran 5. Nilai IRHR pada masing-masing
elemen kerja ditunjukan pada Gambar 6.
1.80

1.65

1.60

1.53

1.50

1.40

IRHR

1.20 1.13

1.20

1.46
1.22

1.53

1.46

1.39

1.49

1.51
1.35

1.23

1.45

1.53
1.43
1.33

1.29
1.14

1.12

1.19

1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
FC
Pr
Pe
CC
Sc
STb
SCh
SSt
Po
Sw
FS
SN
Tr
TrS
FeS
S1
Os
Oc
S2
PA
PB
TP

0.00

Elemen Kerja
= Ringan

= Sedang

= Berat

Gambar 6 Grafik tingkat kejerihan berdasarkan nilai IRHR pada masing-masing


elemen kerja
Berdasarkan nilai IRHR elemen kerja pada proses produksi nanas kaleng
memiliki range antara 1.13 kkal/menit 1.65 kkal/menit yang dikategorikan
pekerjaan ringan sampai berat. Elemen kerja yang dikategorikan pekerjaan paling
berat adalah elemen kerja SC. Elemen kerja SC memiliki karakteristik kerja
mengambil irisan nanas chunk yang diiris menggunakan mesin dengan cepat
sehingga pekerja pada elemen kerja ini tidak hanya dikenai beban kerja fisik dan
fisiologis namun juga dikenai beban beban mental. Elemen kerja yang
dikategorikan pekerjaan paling ringan adalah elemen kerja FC. Karakterisitik
pekerjaan pada elemen kerja FC adalah mengoperasikan mesin konveyor sehingga
pekerja hanya dikenai beban kerja mental.
Pada Gambar 6, terdapat 6 elemen kerja yang dikategorikan pekerjaan berat
yaitu elemen kerja Pr, SC, STb, SW, FeS dan PB, sepuluh elemen kerja yang
dikategorikan pekerjaan sedang yaitu SSt, Po, FS, SN, Tr, TrS, S1, OS, OC , TP,
dan 6 elemen kerja dikategorikan pekerjaan ringan yaitu elemen kerja FC, Pe, CC,
SCh, S2 dan PA dimana pada elemen kerja tersebut dikerjakan oleh mesin.
Laju Konsumsi Energi
Laju konsumsi energi merupakan besarnya energi yang dikeluarkan oleh
pekerja dalam waktu tertentu. Laju konsumsi energi pada setiap elemen kerja
dapat diketahui dengan mengetahui besarnya WEC. Setelah itu, TEC diperoleh
dengan menjumlahkan WEC dengan BME. Berat badan dari masing-masing
pekerja mempengaruhi konsumsi energinya. Oleh karena itu, untuk mengetahui

20
beban kerja yang sebenarnya diterima oleh seseorang saat melakukan aktivitas
maka pengaruh berat badan harus dihilangkan. Pada dasarnya berat badan
seseorang juga akan menjadi beban bagi dirinya sendiri karena berat badan
mencerminkan kebutuhan oksigen yang diperlukan. Sehingga nilai TEC harus
dibagi dengan berat badan yang akan menghasilkan TEC. Laju konsumsi energi
setiap pekerja dapat dilihat pada Lampiran 2, sedangkan contoh perhitungan laju
konsumsi energi dapat dilihat pada Lampiran 5. Laju konsumsi energi pada
masing-masing elemen kerja ditunjukkan pada Gambar 7.

Laju Konsumsi Energi (kkal/menit)

2.50
1.96

2.00
1.53

1.50

1.27

1.38

1.49

1.56

1.53

1.47 1.47

1.43

1.98
1.81

1.78

1.73
1.59

2.16

2.04

2.02

1.44

1.38

1.26

1.50

1.00

0.50

TP

PB

S2

PA

Oc

Os

S1

FeS

TrS

Tr

FS

SN

Sw

Po

SSt

SCh

STb

SC

Pe

CC

Pr

FC

0.00
Elemen Kerja

Gambar 7 Grafik laju konsumsi energi pada masing-masing elemen kerja


Berdasarkan Gambar 7, laju konsumsi energi pada proses produksi nanas
kaleng yaitu 1.25 kkal/menit sampai 2.16 kkal/menit. Laju konsumsi terbesar
dimiliki oleh elemen kerja OC yaitu sebesar 2.16 kkal/menit, sedangkan laju
konsumsi energi terkecil dimiliki oleh elemen kerja Pe dan Fs yaitu sebesar 1.25
kkal/menit. Karakteristik pekerjaan pada elemen kerja OC adalah mengoperasikan
mesin pemasakan yang membutuhkan konsentrasi untuk mengatur parameterparameter suhudan produk yang akan masuk ke stasiun pemasakan. Selain itu,
pekerja juga harus berpindah-pindah, dikarenakan posisi mesin yang berjauhan.
Oleh sebab itu, laju konsumsi energi pada elemen kerja ini relatif besar karena
pekerja pada elemen kerja ini tidak hanyak dikenai beban kerja fisik namun juga
beban kerja mental. Sementara itu, pada elemen kerja Pe dan Fs karakteristik
pekerjaannya yaitu mengumpankan buah nanas ke mesin peeling satu persatu
namun pekerja tidak perlu memperhitungkan posisi mesin pemotong sehingga
pekerja pada elemen kerja tersebut hanyak dikenai beban kerja fisik.
Setelah didapatkan laju konsumsi energi pada masing-masing elemen kerja,
maka dapat dihitung konsumsi energi untuk menghasilkan satu nanas kaleng.
Total konsumsi energi untuk memproduksi satu nanas kaleng dari elemen adalah
sebesar 0.7144 kkal. Contoh perhitungan energi per kaleng ditunjukkan pada
Lampiran 5. Energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu nanas kaleng pada
masing-masing elemen kerja dapat dilihat pada Tabel 7.

21
Tabel 7 Energi per kaleng masing-masing elemen kerja
Elemen Kerja
FC
Pr
Pe
CC
SC
STb
SCh
SSt
Po
SW
FS
SN
Tr
TrS
FeS
S1
OS
OC
S2
PA
PB
TP
TOTAL

Waktu Baku (detik/kaleng)*


0.0920
0.0400
1.1520
1.1450
1.1580
1.1620
1.1630
1.1240
7.6890
1.1560
1.7670
1.9040
1.7630
0.9090
0.6030
0.7570
0.7270
0.6310
0.6240
0.6310
0.6310
0.6310
27.489

Energi per Kaleng (kkal/kaleng)


0.0024
0.0013
0.0240
0.0268
0.0293
0.0308
0.0272
0.0281
0.1864
0.0282
0.0369
0.0609
0.0595
0.0231
0.0193
0.0197
0.0182
0.0227
0.0143
0.0157
0.0188
0.0208
0.7144

*) sumber : Novistiara (2014)

Kapasitas Kerja
Kapasitas merupakan jumlah nanas kaleng yang dapat diproduksi oleh
pekerja pada setiap elemen kerja selama waktu kerja. Kapasitas kerja dapat
dihitung dengan mengetahui konsumsi energi pada berbagai jenis pekerjaan, jenis
makanan dan minuman yang harus disediakan untuk keperluan pengadaan energi.
Jumlah energi yang dianjurkan agar semua orang dapat hidup sehat dan beraktivitas
dengan baik ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi
Bangsa Indonesia yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Kapasitas didapatkan
dengan menggunakan besarnya energi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu
nanas kaleng dan human output capacity. Human output capacity dan contoh
perhitungan kapasitas kerja pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Kapasitas kerja
pada proses produksi nanas kaleng ditujukan pada Gambar 8.
Berdasarkan Gambar 8, tiap elemen kerja memiliki kapasitas yang berbeda.
Hal ini karena karakteristik pekerjaan dari tiap-tiap elemen tersebut berbeda.
Elemen kerja yang mempunyai kapasitas terbesar adalah elemen kerja Pr sebesar
70,390 kaleng/jam, sedangkan elemen kerja yang mempunyai kapasitas terkecil
adalah elemen kerja susun nampan (SN) sebesar 1,231 kaleng/jam. Secara umum
elemen kerja yang karakteristik pekerjaannya dikerjakan oleh mesin memiliki
kapasitas yang lebih besar daripada pekerjaannya yang dikerjakan secara manual.

80
70.4

70
60
50
40 37.1
30
20
10

5.1 4.7 3.9 4.2


3.0 2.8 2.5 2.3 2.6 2.6 2.0 2.6 2.0 1.2 1.5 3.2 3.9 4.6 4.8 3.9

TP

PB

PA

S2

Oc

Os

S1

FeS

TrS

Tr

SN

FS

Sw

Po

SSt

STb

SCh

Sc

CC

Pe

Pr

0
FC

Kapasitas Kerja (ribu kaleng/orang.jam)

22

Elemen Kerja

Gambar 8 Grafik kapasitas kerja masing-masing elemen kerja


Distribusi Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Beban Kerja

40

34

35

28

30
21
17 18 16 17
14 15

15

17
13

Pr

10

11 10

11

PA

20

21

S2

25

FC

11 10

TP

PB

OC

OS

S1

FeS

TrS

Tr

SN

FS

SW

Po

SSt

SCh

STb

SC

CC

0
Pe

Alokasi Tenaga Kerja (orang)

Perencanaan kebutuhan tenaga kerja dalam industri produksi nanas kaleng


ditujukan untuk mengetahui berapa jumlah nanas kaleng yang dapat diproduksi dalam
satu hari. Pada proses produksi nanas kaleng terdapat beberapa elemen kerja dimana
tiap elemen kerja mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, untuk
melakukan perencanaan tenaga kerja harus diketahui kapasitas dari tiap-tiap elemen
kerja tersebut. Alokasi tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 9.

Elemen Kerja

Gambar 9 Alokasi tenaga kerja berdasarkan kapasitas dan target produksi


Berdasarkan Gambar 9, elemen kerja yang membutuhkan tenaga kerja
paling sedikit adalah elemen kerja Pr sebanyak satu orang pekerja dikarenakan
pada elemen kerja tersebut memiliki kapasitas sebesar 70,390 kaleng/jam.
Sementara itu, elemen kerja yang membutuhkan tenaga kerja paling banyak

23
adalah elemen kerja SN sebanyak 34 orang dikarenakan kapasitas pada elemen
kerja tersebut hanya sebesar 1,231 kaleng/jam. Elemen kerja yang berada pada
stasiun yang sama memiliki jumlah tenaga kerja yang hampir sama seperti pada
elemen kerja Pe, CC, SC, STb, SCh, SSt, SW yang berada pada setasiun line
nanas, elemen kerja FeS, S1 dan OS yang berada pada stasiun seamer dan elemen
kerja S2, PA, PB, TP yang berda pada stasiun palleting.
Perbandingan Tenaga Kerja Berdasarkan Analisis Waktu Baku dan Analisis
Beban Kerja
Pada penelitian sebelumnya, tentang studi waktu pada proses pengolahan
nanas didapatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi
250,000 nanas kaleng yaitu berjumlah 332 orang, sedangkan pada analisis beban
kerja dibutuhkan 315 orang. Setiap elemen kerja memiliki karakteristik pekerjaan
yang berbeda-beda tergantung tuntutan yang terdapat pada elemen kerja tersebut.
Oleh karena itu, untuk pendisitribusian tenaga kerja yang optimal maka dilakukan
analisis terhadap masing-masing elemen kerja sesuai dengan karakteristikkarakteristik tersebut. Perbandingan jumlah tenaga kerja berdasarkan waktu baku
dengan jumlah tenaga kerja berdasarkan beban kerja dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Perbandingan jumlah tenaga kerja berdasarkan analisis waktu baku dan
analisis beban kerja
Alokasi Tenaga Kerja (orang)
Elemen kerja
Analisis
Analisis
Analisis Beban Kerja dan
Beban Kerja
Waktu Baku*
Waktu Baku
FC
2
2
2
Pr
1
1
1
Pe
14
14
14
CC
15
14
15
SC
17
14
17
STb
18
14
18
SCh
16
14
16
SSt
17
14
17
Po
21
90
90
SW
17
14
17
FS
22
21
22
SN
34
23
34
Tr
28
21
28
TrS
13
11
13
FeS
11
7
11
S1
10
9
10
OS
9
9
9
OC
11
8
11
S2
9
8
9
PA
9
8
9
PB
11
8
11
TP
10
8
10
TOTAL
315
332
383
*) Sumber: Novistiara (2014)

24
Berdasarkan Tabel 8, kebutuhan tenaga kerja pada elemen kerja FC, Pr, Pe,
dan Os baik berdasarkan analisis beban kerja maupun analisis waktu baku
berjumlah sama. Hal ini menandakan karakteristik kerja dengan karakteristik
manusia pada elemen kerja tersebut sesuai secara ergonomis atau tuntutan kualitas
dan kuantitas produk sama pentingnya.
Pada elemen kerja Cc, Sc, Sst, Stb, Sch, SW, Fs, SN, Tr, TrS, FeS, S1, Oc,
S2, Pa, Pb, dan TP, jumlah tenaga kerja berdasarkan analisis beban kerja lebih
banyak dibandingkan analisis waktu baku. Hal ini dikarenakan, waktu untuk
memprodukasi satu nanas kaleng sangat cepat yang terkait dengan banyaknya
produk yang dihasilkan. Faktor kecepatan tersebut mempengaruhi karakteristik
fisik dan fisiologis pekerja yang menyebabkan energi yang dikeluarkan pekerja
untuk memproduksi satu nanas kaleng cukup besar sehingga kebutuhan tenaga
kerjanya lebih banyak dibandingkan analisis waktu baku. Oleh karena itu, untuk
memproduksi 250,000 nanas kaleng faktor tenaga menjadi faktor pembatas pada
elemen kerja tersebut.
Pada elemen kerja pocking, kebutuhan tenaga kerja berdasarkan waktu baku
lebih banyak dibandingkan beban kerja. Elemen kerja pocking memiliki
karakteristik pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan safety yang berkaitan
dengan kualitas produk yang dihasilkan. Faktor ketelitian tersebut berpengaruh
terhadap waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu nanas kaleng. Namun,
dengan waktu kerja yang lama beban yang diterima pekerja relatif kecl sehingga
laju konsumsi energi pekerja juga kecil. Oleh karena itu, untuk memproduksi
250,000 nanas kaleng karakteristik waktu dan ketelitian menjadi faktor pembatas.
Berdasarkan analisis tersebut didapakan distibusi tenaga kerja yang optimal
sebanyak 383 orang, sedangkan jumlah tenaga yang ada di perusahaan saat ini
berjumlah 384 orang sehingga kondisi yang ada pada saat ini dapat dikatakan
sudah baik.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Dari ke-22 elemen kerja yang terdapat pada proses produksi nanas kaleng
diketahui sebanyak enam elemen kerja yaitu, FC, Pe, CC, S Ch, S2, PA
dikategorikan sebagai pekerjaan ringan, 10 Elemen kerja yaitu SSt, Po, FS, SN, Tr,
TrS, FeS, S1, OS, OC, TP dikategorikan pekerjaan sedang dan 6 elemen kerja
yaitu Pr, Sc,STb, SW, FeS dan PB dikategorikan pekerjaan berat.
2. Tingkat kejerihan berdasarkan beban kerja kualitatif pada proses produksi
nanas kaleng ukuran A2 berselang antara 1.13 1.65 kkal/menit dikategorikan
sebagai pekerjaan ringan sampai berat.
3. Laju konsumsi energi berdasarkan beban kerja kuantitatif berada pada 1.25
kkal/menit sampai 2.16 kkal/menit.
4. Total energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu nanas kaleng ukuran
A2 adalah sebesar 0.7144 kkal.
5. Kapasitas terbesar terdapat pada elemen kerja Preparation, sedangkan
kapasitas terkecil terdapat pada elemen kerja Susun Nampan

25
6. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memenuhi target produksi sebesar
250,000 kaleng/hari berdasarkan waktu baku sebanyak 332 orang, analisis
beban kerja sebanyak 315 orang dan berdasarkan analisis waktu baku dan
beban kerja sebanyak 383 orang.
7. Desain dan distribusi tenaga kerja yang ada pada saat ini dapat dikatakan baik.
Berdasarkan analisis diperlukan tenaga kerja sebanyak 383 orang, sedangkan
jumlah tenaga kerja yang ada pada saat ini berjumlah 384 orang.
Saran
Pada penelitian ini harus diperhatikan kondisi pekerja pada saat
pengambilan data denyut jantung, agar data yang terekam oleh alat HRM akurat.
Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan terhadap Fisiologis dan Psikologis
kerja pada proses produksi nanas kaleng.

DAFTAR PUSTAKA
Bridger RS. 2003. Introduction to Ergonomics. London (GB): Taylor & Francais.
Didin. 2009. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakseragaman
ukuran buah nanas (Ananas comosus L.) di PT Great Giant Pineapple,
Terbanggi Besar, Lampung Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Herodian S. 1995. Study of farm work technology of rice production in Indonesia
and Japan A workload analysis approach [disertasi]. Tokyo (JP): Tokyo
University of Agriculture and Technology.
Kastaman R, Herodian S. 1998. Studi kalibrasi data pengukuran beban kerja
dengan menggunakan metode step test dan ergometer. Buletin Keteknikan
Pertanian 12(1): 35-45
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
75 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
Jakarta (ID): Kemenkes
Kroemer K and Grandjean E. 1997. Fitting the Task to The Human. Fifth Edition.
London (GB): Taylor and Francais.
Novistiara A. 2014. Studi waktu pada proses produksi nanas kaleng di PT Great
Giant Pineapple, Lampung Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Teknik
Mesin Dan Biosistem. IPB.
Nurmianto E. 2004. Ergonomi. Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua.
Surabaya (ID): Guna Widya.
Pujimulyani D. 2009. Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan.
Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Sanders SM and McCormick EJ. 1993. Human Factor Engineering and Design
Seventh Edition.New Delhi (IN): McGraw Hill
Syuaib MF. 2003. Ergonomic study on the process of mastering tractor operation
[Disertasi]. Tokyo (JP): Tokyo University of Agricultural and Technology

26
Lampiran 1 Nilai IRHR Pekerja
Elemen
Kerja
Fc
Pr
Pe
CC
SC
STb
SCh
SSt
Po
SW
Fs
SN
Tr
TrS
FeS
S1
OS
OC
S2
PA
PB
TP

Subjek
A1
A2
B1
C1
C2
C3
C4
D1
D2
E1
E2
F1
F2
G1
G2
H1
I2
I2
I3
I4
J1
J2
K1
K2
K3
L1
M1
N1
N2
O1
P1
Q1
R1
S1
S2
T1
T2
U1
U2
V1

U1
1.12
1.16
1.46
1.31
1.29
1.16
1.03
1.27
1.03
1.66
1.63
1.84
1.30
1.13
1.32
1.48
1.51
1.47
1.25
1.40
1.60
1.51
1.15
1.15
1.46
1.39
1.49
1.35
1.37
1.56
1.31
1.42
1.43
1.07
1.20
1.19
1.21
1.41
1.64
1.35

IRHR
U2
1.11
1.18
1.49
1.27
1.26
1.17
1.05
1.22
1.04
1.65
1.70
1.78
1.31
1.12
1.30
1.42
1.48
1.47
1.22
1.36
1.61
1.47
1.12
1.16
1.47
1.47
1.50
1.34
1.34
1.50
1.27
1.48
1.43
1.08
1.23
1.16
1.20
1.40
1.67
1.29

U3
1.07
1.17
1.54
1.33
1.26
1.24
1.09
1.20
1.04
1.62
1.64
1.78
1.29
1.16
1.29
1.47
1.48
1.41
1.24
1.30
1.59
1.42
1.07
1.19
1.44
1.51
1.47
1.33
1.38
1.45
1.29
1.44
1.41
1.09
1.21
1.14
1.23
1.45
1.58
1.34

IRHR
subjek
1.10
1.17
1.50
1.30
1.27
1.19
1.06
1.23
1.04
1.64
1.65
1.80
1.30
1.14
1.30
1.46
1.49
1.45
1.24
1.35
1.60
1.47
1.11
1.17
1.46
1.46
1.49
1.34
1.36
1.51
1.29
1.45
1.43
1.08
1.21
1.16
1.21
1.42
1.63
1.33

IRHR elemen
kerja

Kategori beban
kerja

1.13

Ringan

Berat

1.21

Ringan

1.14

Ringan

1.65

Berat

1.55

Berat

1.22

Ringan

Sedang

1.38

Sedang

1.53

Berat

1.25

Sedang

Sedang
Sedang

1.35

Sedang

Berat
Sedang
Sedang
Sedang

1.14

Sedang

1.19

Ringan

1.52

Berat

Ringan

27
Lampiran 2 Laju Konsumsi Energi
Elemen
WEC
TEC
TEC
ATEC
ATEC
Subjek
kerja
(kkal/menit) (kkal/menit) (kkal/menit) (kkal/kg.menit) (kkal/menit)
A1
0.38
1.38
0.024
Fc
0.023
1.54
A2
0.55
1.69
0.022
Pr
B1
0.83
1.94
0.028
0.028
1.94
C1
0.32
1.19
0.025
C2
0.57
1.50
0.026
Pe
0.023
1.25
C3
0.27
1.15
0.023
C4
0.12
1.08
0.016
D1
0.51
1.38
0.029
CC
0.021
1.40
D2
0.11
1.18
0.014
E1
0.64
1.50
0.030
SC
0.029
1.52
E2
0.65
1.53
0.029
F1
0.79
1.76
0.026
STb
0.025
1.59
F2
0.49
1.44
0.024
G1
0.25
1.07
0.024
SCh
0.026
1.41
G2
0.79
1.77
0.027
SSt
H1
0.75
1.73
0.025
0.024
1.73
I2
0.72
1.65
0.029
I2
0.58
1.50
0.026
Po
0.027
1.45
I3
0.46
1.37
0.024
I4
0.44
1.29
0.027
J1
0.76
1.61
0.031
Sw
0.033
1.46
J2
0.57
1.29
0.035
K1
0.21
1.03
0.023
Fs
K2
0.32
1.24
0.022
0.024
1.25
K3
0.58
1.51
0.026
SN
L1
0.87
1.78
0.032
0.031
1.78
Tr
M1
1.21
2.01
0.046
0.046
2.02
N1
0.57
1.49
0.029
TrS
0.030
1.53
N2
0.67
1.56
0.031
FeS
O1
1.05
2.04
0.032
0.032
2.04
S1
P1
0.64
1.56
0.030
0.030
1.56
Os
Q1
0.62
1.46
0.030
0.030
1.44
Oc
R1
1.06
2.17
0.030
0.030
2.16
S1
0.24
1.11
0.022
S2
0.024
1.37
S2
0.62
1.66
0.026
T1
0.46
1.33
0.027
PA
0.026
1.49
T2
0.62
1.65
0.025
U1
0.73
1.73
0.025
PB
0.029
1.79
U2
0.90
1.81
0.032
Tp
V1
0.91
1.97
0.030
0.030
1.98

28
Lampiran 3 Nilai AKG (Permenkes RI no 75 tentang AKG)
Kelompok umur
Energi (kkal)
Bayi/anak
0 6 bulan
550
7 11 bulan
725
1-3 tahun
1,125
4-6 tahun
1,600
7-9 tahun
1,850
Laki-laki
10-12 tahun
2,100
13-15 tahun
2,475
16-18 tahun
2,675
19-29 tahun
2,725
30-49 tahun
2,625
50-64 tahun
2,325
65-80 tahun
1,900
80+ tahun
1,525
Perempuan
10-12 tahun
2,000
13-15 tahun
2,125
16-18 tahun
2,125
19-29 tahun
2,250
30-49 tahun
2,150
50-64 tahun
1,900
65-80 tahun
1,550
80+ tahun
1,425

29
Lampiran 4 Human Output Capacity
Elemen
kerja
Fc
Pr
Pe
CC
Sc
STb
SCh
SSt
Po
Sw
Fs
SN
Tr
TrS
FeS
S1
Os
Oc
S2
PA
PB
Tp

Subjek

Umur
(tahun)

AKG
(kkal)

A1
A2
B1
C1
C2
C3
C4
D1
D2
E1
E2
F1
F2
G1
G2
H1
I2
I2
I3
I4
J1
J2
K1
K2
K3
L1
M1
N1
N2
O1
P1
Q1
R1
S1
S2
T1
T2
U1
U2
V1

39
48
29
26
30
23
44
26
28
26
32
43
45
33
40
35
21
22
27
20
30
25
33
27
22
27
23
28
22
21
19
34
36
32
28
32
28
27
31
45

2,625
2,625
2,725
2,150
2,150
2,150
2,250
2,250
2,250
2,250
2,150
2,150
2,150
2,150
2,150
2,150
2,250
2,250
2,250
2,250
2,150
2,250
2,150
2,250
2,250
2,250
2,250
2,250
2,250
2,250
2,250
2150
2,625
2,150
2,250
2,150
2,250
2,250
2,150
2,625

AKG per
elemen kerja
(kkal)

Human output
capacity (kkal)

2,625

525

2,725

545

2,175

435

2,250

450

2,200

440

2,150

430

2,150

430

2,150

430

2,250

450

2,200

440

2,217

443

2,250
2,725

450
545

2,250

450

2,250
2,725
2,625
2,625

450
545
525
525

2,200

440

2,200

440

2,200

440

2,625

525

30
Lampiran 5 Contoh Perhitungan
IRHR
Perhitungan nilai IRHR pada elemen kerja FC
Subjek A1
Subjek A2
IRHRwork = HR1/R1
IRHRwork = HR1/R1
= 87.21/86 = 1.12
= 87.00/86 = 1.16
IRHRwork = HR2/R1
IRHRwork = HR2/R1
= 86.20/86 = 1.11
= 88.18/86 = 1.18
IRHRwork = HR3/R1
IRHRwork = HR3/R1
= 83.81/86 = 1.07
= 87.61/86 = 1.17
Rata-rata = 1.12+1.11+1.07 = 1.10
Rata-rata = 1.16+1.18+1.17 = 1.17
IRHR elemen kerja FC = (IRHR A1 + IRHR A2) / 2
= (1.10 + 1.17) / 2
= 1.13
Kategori beban kerja = ringan
LAJU KONSUMSI ENERGI
Perhitungan laju konsumsi energi pada elemen kerja FC subjek A1.
IRHRwork
= 1.10
BME
= 1.00 kkal/menit
Berat badan = 57 kg
Persamaan korelasi : y
= 0.3328x + 0.9734
1.10
= 0.3328x + 0.9734
0.1262 = 0.3328x
x
= 0.38 kkal/menit = WEC
TEC
= BME + WECwork
TEC
= 1.00 + 0.38
= 1.38 kkal/menit
TEC
= TEC / Berat badan
TEC
= 1.38 / 57 = 0.024 kkal/(kg bb. menit)
Nilai TEC pada subjek A1 dan A2 diratas hi gg did p
i i ATEC
elemen kerja FC sebesar 0.023 kkal/kg.bb menit. Nilai ATEC pada elemen kerja
FC did p d g
g i
i i ATEC d g
-rata berat badan subjek
pada elemen kerja FC.
ATEC = ATEC x BB
-rata elemen kerja FC
ATEC = 0.023 kkal/kg bb.menit x 66.5 kg
= 1.54 kkal/menit
KONSUMSI ENERGI PER KALENG
Perhitungan konsumsi energi per kaleng pada elemen kerja FC
ATEC
= 1.54 kkal/menit
Waktu baku
= 0.092 detik/kaleng
Energi per kaleng
= (ATEC / 60 detik) x Waktu baku
= 1.54 / 60 detik x 0.092
= 0.0024 kkal/kaleng
Total energi per kaleng
=
gi p
g
(FC+P +....+TP)

31
HUMAN OUTPUT CAPACITY
AKG rata-rata
= 2,260 kkal/hari
BME rata-rata
= 0.92 kkal/menit
= 1,324 kkal/hari
Persentasi konsumsi energi basal = (1,324/2,260)*100%
= 59 % 60 %
Energi untuk aktivitas rutin (duduk, berdiri) = 20 % (Kroemer 1997)
Human Output Capacity
= 100 (60+20)
= 20 % dari AKG (kkal/hari)
KAPASITAS KERJA
Perhitungan kapasitas kerja pada elemen kerja FC
AKG
=2,625 kkal menit
Human Output Capacity
= 20 % x 2,625
= 525 kkal/hari
Kapasitas per hari
Waktu efektif
Kapasitas per jam

gi p
g
.
= 222,657 kaleng/hari
= 6 jam/hari (Novistiara 2014)
p si s p h i
=
=
u
i
= 37,110 kaleng/jam

32

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang, provinsi Sumatera Barat pada tanggal 07
Oktober 1991 sebagai putra keempat dari 6 bersaudara pasangan ayahandan
Sukiman Amin dan ibunda Syahneli Altan. Penulis lulus dari SD Negeri 1 Liwa
pada tahun 2004, SMP Negeri 1 Liwa pada tahun 2007 dan melanjutkan
pendidikan SMA di Negeri 1 Liwa. Pada tahun 2010 penulis berhasil masuk
seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan
diterima di Depatermen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi
Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif sebagai pengurus
Keluarga Mahasiwa Lampung (KEMALA) IPB, anggota klub Mesin dan Energi
TMB dan anggota Himpunan Mahasiswa Pertanian (HIMATETA) IPB. Selain itu,
penulis pernah menjadi ketua pelaksana pada acara Agromechanical Fair 2012.
Pada bulan juni sampai agustus 2013 penulis melakukan praktik lapangan di
PTPN VII Unit Usaha Rejosari, Lampung Selatan dengan judul: Mempelajari
Aspek Keteknikan dan Ergonomika Pada Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit
di PTPN VII Unit Usaha Rejosari, Lampung Selatan. Penulis juga pernah
mengikuti Asean Mobility International for Student (AIMS) selama 4 bulan yaitu
bulan September sampai desember 2014 di Jepang yang merupakan program
kolaborasi antara Institut Pertanian Bogor dan Universitas Ibaraki, Jepang. Untuk
memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana penulis melakukan penelitian dengan
judul : Analisis Beban dan Kapasitas Kerja Pada Proses Produksi Nanas Kaleng di
PT GGP, Lampung Tengah.

Вам также может понравиться