Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akses jalan merupakan faktor penting dalam ketercapaian volume batuan
yang dipindahkan. Sebelum menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka
perlu diketahui alat angkut yang akan melaluinya. Jalan yang baik akan
mendukung terpenuhinya target produksi yang diinginkan dan produksi per
dump truck juga akan baik.
Geometri jalan yang harus diperhatikan yaitu, lebar jalan angkut dan
kemiringan jalan. Alat angkut atau truk-truk tambang umumnya berdimensi lebih
besar, panjang dan lebih berat dibanding kendaraan angkut yang bergerak di
jalan raya. Oleh sebab itu, geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat
angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada
kecepatan normal dan aman. Geometri jalan angkut selalu didasarkan pada
dimensi kendaraan angkut yang digunakan. Dalam proses penambangan terbuka,
alat angkut yang digunakan adalah dump truck (Awang suwandhi, 2004: 4).
Khususnya dibidang pertambangan yang merupakan salah satu sumber
pendapatan Negara yang cukup besar yang memiliki potensi jangka panjang,
serta membuka peluang kerja bagi masyarakat untuk ikut serta mengembangkan
potensi sumberdaya manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa HD785-7 Komatsu merupakan
alat angkut yang mempunyai kontribusi besar terhadap total produksi. Kegiatan
1
pengangkutan ini harus diiringi dengan kondisi jalan yang layak digunakan
sebagai jalan produksi. Harus sesuai dengan Teori Geometri Jalan Standar agar
tidak terjadi kecelakakan kerja. Dengan permasalahan tersebut, maka perlunya
mengontrol keadaan jalan yang akan dilaluai agar target produksi dan
keselamatan operator di area penambangan dapat dijalankan.
Berdasarkan survey yang dilakukan di lapangan masih ada poin-poin
geometri jalan yang tidak memenuhi kaedah menurut teori, seperti masih ada
area yang tidak memiliki safety berm, grade jalan ratarata masih mencapai
10%, sedangkan grade yang ideal nya 8% dan dumptruck tetap beroperasi
dalam keadaan terpaksa karena mengejar target produksi, masih terlihat bagian
jalan yang tidak pakai drainase, cross slope jalan angkut tidak jelas dan
kurangnya perawatan jalan, sehingga saat hujan air tidak mengalir ke drainase
secara maksimal. Berdasarkan hal itu, penulis akan membahas lebih lanjut
mengenai Evaluasi Jalan Angkut untuk Produksi Penambangan dari Front
Pit Limit ke Crusher IIIA dan IIIB pada Penambangan Batu Kapur Bukit
Karang Putih PT Semen Padang.
B. Identifikasi Masalah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Fungsi Jalan Angkut
Pemindahan tanah mekanis merupakan suatu proses penggalian dan
pemindahan tanah dengan menggunakan alat-alat mekanis dari front menuju
disposal. Dalam proses penambangan, proses ini mutlak dilakukan
sebagaimana yang diketahui bahwa cadangan tambang terdapat di bawah
permukaan bumi sehingga kita harus melakukan proses penggalian terlebih
dahulu untuk mendapatkan cadangan tambang tersebut. Volume tanah yang
akan dipindahkan biasanya dinyatakan dalam beberapa satuan volume yaitu
BCM (bank cubic meter), LCM (loose cubic meter) dan CCM (compacted
cubic meter).
Pemindahan tanah mekanis ini berkaitan erat dengan kondisi jalan
produksi. Seperti yang diketahui, akses jalan merupakan salah satu faktor
penting dalam ketercapaian volume tanah yang dipindahkan. Sebelum
menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka kita harus mengetahui
volume tanah dan produktivitas alat angkut sehingga akan mendukung
tercapainya target produksi yang diinginkan dan produktivitas per alat angkut
juga akan baik. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
alat yang akan digunakan out put yang diinginkan, material yang akan digali
dan kondisi tempat kerja.
6
tambang
mempunyai
karakteristik
khusus
yang
pembabatan dan
perlu
10
= Jumlah jalur
Wt
c)
d)
11
http://artikelbiboer.blogspot.com/2010/10/jalan-tambang.html
Fa = Ad x sin
Fb = Ab x sin
Lebar jalan angkut pada tikungan untuk dua jalur dapat dilihat
pada gambar 2 berikut,
12
Keterangan:
Wmin
= jumlah jalur
Ad
n.(m)
Ab
mtruck (m)
kendaraan,
13
14
kecepatan (V), gesekan roda (f) dan superelevasi, maka rumus yang
digunakan adalah:
2
V R2
VR
Rmax =
R=
127 ( emax +f max )
127 ( e+f )
VR = Kecepatan (km/jam)
e
= superelevasi
yang direncanakan dalam keadaan jalan datar terlihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jari-jari Tikungan Minimum untuk Kecepatan Rencana 30 km/jam
Jari-jari
tikungan, feet
10
15
50
0.04
0.04
100
0.04
0.04
0.04
150
0.04
0.04
0.04
20
25
0.05
30
>35
15
250
0.04
0.04
0.04
0.04
0.05
300
0.04
0.04
0.04
0.04
0.05
0.06
600
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.05
1000
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
V2
e f
127 R
Keterangan:
e
= angka superelevasi
= friction factor
= kecepatan (km/jam)
16
6%.
Untuk
kecepatan
rencana
<80
km/jam
berlaku
17
h
x
18
Grade (%)
h
x 100%
x
19
Keterangan:
maka air
20
mendapatkan
perhatian
khusus,
hal
ini
bertujuan
untuk
21
22
23
Untuk
lebih
menjamin
keamanan
sehubungan
dengan
dioperasikannya jalan angkut tambang, maka perlu dipasang ramburambu lalu lintas, rambu-rambu yang perlu dipasang antara lain:
a) Tanda belokan
b) Tanda persimpangan jalan
c) Peringatan adanya tanjakan maupun jalan menurun
d) Kecepatan maksimum yang diizinkan
e) Tanda peringatan karena ada jalan yang licin, jembatan
6) Lampu Penerangan
Lampu penerangan mutlak harus dipasang apabila jalan angkut
tambang digunakan pada malam hari. Biasanya pemasangan sarana
penerangan
dilakukan
berdasarkan
interval
jarak
dan
tingkat
24
sisinya. Hal ini terutama bila jalan berbatasan langsung dengan daerah
curam, sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan alat angkut
tidak terperosok ke daerah yang curam.
8) Parit (Trench) pada Jalan Angkut
Jalan
angkut
tambang
harus
diberi
penirisan
maupun
merencanakan
sistem
drainase
jalan
berdasarkan
pada
25
26
27
g.
Waktu konsentrasi
Yaitu waktu terpanjang yang diperlukan untuk seluruh daerah
layanan dalam menyalurkan aliran air secara simultan (runoff) setelah
melewati titik-titik tertentu.
h. Analisa hidrologi dan debit aliran air
Menganalisa data curah hujan harian maksimum dalam satu tahun
(diperoleh dari BMG) dengan periode ulang sesuai dengan peruntukannya
(saluran drainase diambil 5 tahun) untuk mengetahui intensitas curah hujan
supaya dapat menghitung debit aliran air.
B. Kerangka Pikir
Adapun kerangka berpikir yang penulis gambarkan untuk mempermudah
dalam proses pemecahan masalah studi kasus ini adalah sebagai berikut:
28
29
Kegiatan
Minggu
3
4
Pengenalan lokasi
Pengambilan data
Pengolahan data
28
30
31
pendukung kegiatan pengankutan. Alat ukur yang peneliti gunakan adalah alat
ukur manual berupa meteran untuk mendapatkan data primer, namun untuk
beberapa data yang tidak dapat diukur langsung di lapangan menggunakan
alat ukur manual, peneliti dibantu oleh supervisor Surveying dalam
pengambilan data penunjang (data sekunder) berupa data survey dan
pemetaan yang diambil menggunakan alat ukur theodolit yang telah
dikonversi ke dalam bentuk peta kontur menggunakan software datamine.
E. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan pencarian solusi dari permasalahan yang
ada berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, berikut ini adalah tahapan
analisis data:
1. Pengukuran Lebar Jalan Lurus
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar jalan pada jalan
lurus di beberapa titik pengukuran menggunakan alat ukur manual berupa
meteran kemudian data hasil pengukuran dianalisa berdasarkan teori.
2. Pengukuran Lebar Jalan pada Tikungan
Yaitu pengukuran langsung di lapangan mengenai lebar jalan pada
tikungan di beberapa titik pengukuran menggunakan alat ukur manual berupa
meteran kemudian data hasil pengukuran dianalisa berdasarkan teori.
3. Pengukuran Jari-jari Tikungan dan Superelevasi
32
33
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Produksi alat mekanis pada tambang juga berdasarkan kepada jalan
tambang yang baik. Jalan angkut tambang yang baik adalah ketika jalan tersebut
memberikan rasa aman dan nyaman bagi operator alat angkut ketika melewati
jalan tersebut. Untuk mengetahui suatu jalan angkut tambang itu baik, maka
perlu dilakukan pengamatan dan analisis terhadap geometri jalan tersebut
(Agung Prihandana, 2013: 26).
Jalan angkut tambang pada PT Semen Padang dari front pit limit menuju
Crusher IIIA dan IIIB menempuh jarak 3.200 meter. Geometri jalan angkut
tambang di PT Semen Padang meliputi, lebar jalan, jarijari tikungan, tinggi
tanjakan atau kemiringan jalan (grade), kemiringan melintang (cross slope),
safety berms dan drainase serta faktor-faktor pendukung kelancaran dan
keselamatan kerja pada jalan.
Dari hasil penelitian di lapangan, didapatkan data sebagai berikut:
33
35
Gambar 9. Layout dan Situasi Jalan dari Crusher IIIA dan IIIB ke Front Pit Limit
36
Gambar 10. Profil Section Jalan dari Crusher IIIA dan IIIB ke Front Pit Limit
1. Lebar Jalan Tambang
Lebar jalan tambang terdiri atas dua macam, yaitu lebar jalan lurus dan
lebar jalan pada tikungan.
a. Lebar Jalan Lurus
Adapun data yang didapatkan pada pengukuran lebar jalan lurus
PT Semen Padang adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Data Pengukuran Jalan Lurus
No
Segmen
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
Elevasi
(dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Keterangan
200
Satu Jalur
200
21
dua jalur
200
23
dua jalur
200
22
dua jalur
200
24
dua jalur
200
32
dua jalur
37
No
Segmen
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
11
F'-G'
12
G'-H'
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
16
K'-L'
293.1
Elevasi
(dpl)
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
351.9
382.4
382.4
407.9
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
482.2
499.5
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Keterangan
200
21
dua jalur
200
23
dua jalur
200
23
dua jalur
200
18
dua jalur
200
17
dua jalur
200
18
dua jalur
200
23
dua jalur
200
23
dua jalur
200
25
dua jalur
200
32
dua jalur
Segme
n
Y-Z
B'-C'
Elevasi
(dpl)
227.4
251.4
293.1
Beda
tinggi (M)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Sudut
tikungan ()
24
200
22
94
25.2
200
21
128
38
No
Segme
n
C'-D'
D'-E'
318.3
Elevasi
(dpl)
318.3
328.8
328.8
339.7
Beda
tinggi (M)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Sudut
tikungan ()
10.5
200
23
101
10.9
200
23
62
39
Segmen
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
11
F'-G'
12
G'-H'
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
16
K'-L'
Elevasi
(dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
293.1
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
351.9
382.4
382.4
407.9
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
482.2
499.5
Beda
tinggi (m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Grade
(%)
10.3
200
5.15
13.6
200
21
6.8
25.7
200
23
12.75
24
200
22
12
26.7
200
24
13.35
15
200
32
7.5
25.2
200
21
12.75
10.5
200
23
10.5
10.9
200
23
5.45
12.2
200
18
6.1
30.5
200
17
15.25
25.5
200
18
12.75
23.4
200
23
11.7
27
200
23
13.5
23.9
200
25
11.95
17.3
200
32
8.65
40
Segmen
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
11
F'-G'
12
G'-H'
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
Elevasi
(dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
293.1
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
351.9
382.4
382.4
407.9
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
Beda tinggi
(m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Cross slope
(m)
10.3
200
tidak jelas
13.6
200
21
tidak jelas
25.7
200
23
tidak jelas
24
200
22
tidak jelas
26.7
200
24
tidak jelas
15
200
32
tidak jelas
25.2
200
21
tidak jelas
10.5
200
23
tidak jelas
10.9
200
23
tidak jelas
12.2
200
18
tidak jelas
30.5
200
17
tidak jelas
25.5
200
18
tidak jelas
23.4
200
23
tidak jelas
27
200
23
tidak jelas
23.9
200
25
tidak jelas
41
No
Segmen
16
K'-L'
Elevasi
(dpl)
482.2
499.5
Beda tinggi
(m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Cross slope
(m)
17.3
200
32
tidak jelas
5. Drainase
Berdasarkan pengukuran di lapangan maka didapatkan data drainase
jalan angkut PT Semen Padang sebagai berikut:
Tabel 9. Data Pengukuran Drainase
No Segmen
1
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
11
F'-G'
12
G'-H'
Elevas
i (dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
293.1
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
351.9
382.4
382.4
Drainase (m)
Leba
Dalam
r
Beda
tinggi (M)
Jara
k (m)
Lebar
(m)
10.3
200
0.8
13.6
200
21
1.2
1.2
25.7
200
23
1.2
24
200
22
1.2
26.7
200
24
1.2
15
200
32
1.2
1.2
25.2
200
21
1,2
1.2
10.5
200
23
1.2
10.9
200
23
1.2
12.2
200
18
1.2
30.5
200
17
0.5
25.5
200
18
0.5
42
407.9
No Segmen
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
16
K'-L'
Elevas
i (dpl)
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
482.2
499.5
Drainase (m)
Leba
Dalam
r
Beda
tinggi (m)
Jara
k (m)
Lebar
(m)
23.4
200
23
0.5
27
200
23
0.5
23.9
200
25
0.5
17.3
200
32
0.5
B.
Pembahasan
1. Lebar Jalan Tambang
a. Lebar Jalan Lurus
Penentuan lebar jalan angkut tambang didasarkan pada unit alat
angkut yang memiliki dimensi paling besar yang sedang beroperasi saat itu
pada jalan tambang. Berdasarkan pengukuran aktual, dump truck HD785-7
mempunyai lebar 5,315 meter.
43
Lmin
Segmen
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
No
Segmen
Elevasi
(dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
293.1
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
Elevasi
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Keterangan
200
Satu Jalur
200
21
dua jalur
200
23
dua jalur
200
22
dua jalur
200
24
dua jalur
200
32
dua jalur
200
21
dua jalur
200
23
dua jalur
200
23
dua jalur
200
18
dua jalur
Jarak
Lebar
Keterangan
Lmin
11 dan
19 m
<L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
<L
min
Lmin
Koreksi
lebar
jalan
+3
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
+1
Koreksi
44
(dpl)
11
F'-G'
12
G'-H'
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
16
K'-L'
351.9
382.4
382.4
407.9
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
482.2
499.5
(m)
(m)
200
17
dua jalur
200
18
dua jalur
200
23
dua jalur
200
23
dua jalur
200
25
dua jalur
200
32
dua jalur
11 dan
19 m
<L
min
<L
min
>L
min
>L
min
>L
min
>L
min
lebar
jalan
+2
+1
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
45
Lebar jalan pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari pada jalan
lurus. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan
lebar alat angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk oleh roda
depan dengan badan truk saat melintasi tikungan. Untuk jalur ganda, lebar
jalan minimum pada tikungan dihitung berdasarkan pada:
1) Lebar jejak roda
2) Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan
belakang pada saat membelok
3) Jarak antar alat angkut saat bersimpangan
4) Jarak jalan angkut terhadap tepi jalan
Lebar jalan pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari jalan lurus.
Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat
angkut yang disebabkan sudut yang dibentuk oleh roda depan dengan
badan truck saat melintasi tikungan.
Untuk jalur ganda dan tunggal, lebar jalan minimum pada tikungan
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Wmin
= 2 (U + Fa + Fb + Z) + C
Fa
= Ad x sin
Fb
= Ab x Sin
= Z = (U + Fa + Fb)
46
Ket:
Wmin = Lebar jalan pada belokan (m)
n
= Jumlah jalur
Ad
Ab
Maka:
Fa
= Ad x sin
= 2,15 sin 41 = 1,41
Fb
= Ab x Sin
= 3,19 sin 41 = 2,092
= Z = (U + Fa + Fb)
=Z= 0,5 ( 3,50+1,41+2,092)
= 3,501 m
Wmin = 2 (U+ Fa + Fb + Z) + C
= 2 (3,50+1,41+2,092+3,501) + 3,501
47
= 24,507 m
25 m
Berdasarkan data hasil pengukuran di lapangan, dan perhitungan di
atas
maka
dapat dibandingkan
lebar ruas
jalan
pada tikungan
48
Sudut Penyimpangan
Roda Depan
Jari-Jari Lintasan,
( m)
Komatsu HD 785-7
41o
7,545
0,00065 V 0,192
f
0,00125 V 0,24
f =
Dengan demikian harga koefisien gesekan dengan V 15 km/jam adalah:
0,00065 15 0,192
f
=
= - 9,75 x 10-3 + 0,192
49
= 0,182
e
v2
127. R
Dimana:
e
= nilai super elevasi (mm/m)
V
= Jari-jari tikungan
= faktor gesek ( 0)
=
= 0,053 m/m
Setelah angka super elevasi diketahui maka dapat diketahui perbedaan
tinggi yang harus dibuat antara sisi dalam dan luar tikungan.
Superelevasi
Nilai superlevasi
= 0,053 m/m
= 25 m
Superlevasi
= 0,053 m/m x 25 m
= 1,325 m = 132,5 cm
Jari-Jari Tikungan.
R
= V2 / [127(e + f)]
Dimana:
50
= jari-jari tikungan, m
= koefisien gesekan
= -0,00065 V + 0,192
= -0,00065 (15) + 0,192
= 0,182
7,545 meter
Sin Sin 41o
51
Beda tinggi
= R Super elevasi
= 7,545 1,325
= 6,22 m
Jadi beda tinggi yang harus dibuat antara sisi dalam dan sisi luar
tikungan adalah 6,22 m untuk jalan dua jalur pada tikungan.
Kecepatan alat angkut saat melewati tiap tikungan dengan
superelevasi 6,22 m:
e f 127 R
V
=
= 15,006 km/jam = 15,006 : 1,610 = 9,32 mph
152
- 0,182
127 (17,3)
152
- 0,182
127 (23,5)
52
C-D : ( R= 18,6)
e=
152
- 0,182
127 (18,6)
152
- 0,182
127 (11,4)
alat
angkut
saat
melewati
tikungan
dengan
e f 127 R
V
=
= 22,085 km/jam = 22,085 : 1,610 = 13,717 mph
=
= 25,740 km/jam = 25,740 : 1,610 = 15,987 mph
53
=
= 22,899 km/jam = 22,899 : 1,610 = 14,222 mph
=
= 17,927 km/jam = 17,927 : 1,610 = 11,134 mph
Dari angka ini dapat dilihat bahwa tikungan yang ada di lokasi
pengamatan sudah dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut, karena jari-jari
tikungannya sudah lebih besar dari jari-jari lintasan alat angkut.
Pengambilan jari-jari tikungan tertajam dan jari-jari lintasan dump
truck terbesar sebagai perbandingan adalah untuk mengetahui kemampuan
alat angkut untuk melintasi seluruh tikungan yang ada di lokasi
penambangan batu gamping PT Semen Padang. Apabila alat angkut mampu
54
= 22,805 km/jam
b. B-C
= 25,740 km/jam
c. C-D
= 22,899 km/jam
d. D-C
= 17,927 km/jam
55
h
x 100%
x
Keterangan:
56
= 10,3 x 100%
200
= 5,15%
W-X
= 13,6 x 100%
200
= 6,8%
X-Y
= 25,7 x 100%
200
= 12,75%
Y-Z
= 24 x 100%
200
= 12%
Z-A
= 26,7 x 100%
200
= 13,35%
A-B
= 15 x 100%
200
= 7,5%
B-C
= 25,2 x 100%
200
= 12,75%
C-D
= 10,5 x 100%
200
= 5,25%
D-E
= 10,9 x 100%
200
= 5,45%
E-F
= 12,2 x 100%
200
= 6,1%
F-G
= 13,6 x 100%
200
= 6,8%
G-H
= 25,5 x 100%
200
= 12,75%
H-I
= 23,4 x 100%
200
= 11,7%
I-J
= 27 x 100%
200
= 13,5%
57
J-K
= 23,9 x 100%
200
= 11,95%
K-L
= 17,3 x 100%
200
= 8,65%
No
Segmen
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
11
F'-G'
Elevasi
(dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
293.1
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
351.9
Beda
tinggi
(m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Grade
(%)
Koreksi
Grade
10.3
200
5.15
Ok
13.6
200
21
6.8
Ok
25.7
200
23
12.75
-4.75
24
200
22
12
-4
26.7
200
24
13.35
-5.35
15
200
32
7.5
Ok
25.2
200
21
12.75
-4.75
10.5
200
23
5,25
Ok
10.9
200
23
5.45
Ok
12.2
200
18
6.1
Ok
30.5
200
17
15.25
-7.25
58
382.4
No
Segmen
12
G'-H'
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
16
K'-L'
Elevasi
(dpl)
382.4
407.9
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
482.2
499.5
Beda
tinggi
(m)
Jarak
(m)
Lebar
(m)
Grade
(%)
Koreksi
Grade
25.5
200
18
12.75
-4.75
23.4
200
23
11.7
-3.7
27
200
23
13.5
-5.5
23.9
200
25
11.95
-3.95
17.3
200
32
8.65
-0.65
Kemiringan pada jalan angkut tambang tidak boleh luput dari perhatian,
karena pada saat kondisi jalan menurun operator akan kesulitan melakukan
pengereman kendaraan apalagi pada kondisi jalan yang sempit, ini akan
berpengaruh pada masa pakai rem dan ban, begitu sebaliknya ketika kondisi
jalan yang menanjak akan membutuhkan power yang cukup besar dan
pembakaran yang cepat dimana kebutuhan solar juga akan besar. Hal fatal
lainnya yang dapat terjadi yaitu ketidakmampuan alat angkut saat melakukan
pendakian yang terlalu menanjak sehingga dapat menyebabkan mesin alat
angkut mati mendadak dan fungsi rem mesin diesel dalam keadaan mati
otomatis tidak akan berfungsi, maka alat angkut akan mundur dengan
sendirinya dan akan akibatnya akan terjadi kecelakaan kerja.
Kemiringan jalan angkut maksimum yang dianjurkan berdasarkan teori
adalah sebesar 8%. Dan berdasarkan perolehan data di lapangan, kemiringan
59
jalan angkut pada PT Semen Padang masih banyak terdapat contoh ruas jalan
yang melebihi standar yang dianjurkan. Secara teoritis kemiringan
maksimum jalan angkut yang mampu di atasi dump truck dapat diketahui
berdasarkan jumlah rimpull yang tersedia dan jumlah rimpull yang
dibutuhkan untuk mengatasi tahanan guling (rolling resistance) dan tanjakan
(grade resistance). Maka dari itu perusahaan perlu mengkoreksi lagi
mengenai perencanaan pembuatan kemiringan jalan tambang yang tidak
melebihi standar grade maksimum untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya kerusakan alat, konsumsi bahan bakar yang menjadi tinggi bahkan
dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
4. Kemiringan Melintang Jalan Angkut Tambang
Kemiringan melintang (cross slope) adalah beda tinggi antara titik
tengah jalan dengan sisi-sisi pinggir jalan. Kemiringan melintang digunakan
untuk mengatasi masalah drainase di atas permukaan jalan. Jalan tambang
yang baik memiliki kemiringan melintang maksimum 40 mm/m, artinya
setiap satu meter lebar jalan angkut ideal dibuat kemiringan melintang
sebesar 40 mm atau 4%. Nilai cross slope yang di rekomendasikan adalah
sebesar 20-40 mm/m jarak dari bagian tepi ke bagian tengah jalan. Maka:
beda tinggi max 40
mm 1
x ( x lebar jalanlurus)
m
2
60
b eda tinggimax 40
mm 1
x x9m
m
2
= 180 mm ~ 18 cm
Berarti untuk jalan angkut dengan lebar 9 m maka harus dibuat
kemiringan melintang sebesar 180 mm.
Berdasarkan data hasil pengukuran di lapangan dan perhitungan, maka
didapatkan perbandingan kemiringan melintang (cross slope) masing-masing
segmen adalah sebagai berikut:
V-W
= (0,5 x 8 m) 40 mm/m
=
W-X
= (0,5 x 21 m)
=
X-Y
Z-A
A-B
B-C
40 mm/m
480 mm ~ 48 cm
= (0,5 x 32 m)
=
40 mm/m
440 mm ~ 44 cm
= (0,5 x 24 m)
=
40 mm/m
460 mm ~ 46 cm
= (0,5 x 22 m)
=
40 mm/m
420 mm ~ 42 cm
= (0,5 x 23 m)
=
Y-Z
160 mm ~ 16 cm
40 mm/m
640 mm ~ 64 cm
= (0,5 x 21 m)
40 mm/m
61
C-D
= (0,5 x 23 m)
=
D-E
F-G
G-H
H-I
I-J
J-K
K-L
40 mm/m
500 mm ~ 50 cm
= (0,5 x 32 m)
=
40 mm/m
460 mm ~ 46 cm
= (0,5 x 25 m)
=
40 mm/m
460 mm ~ 46 cm
= (0,5 x 23 m)
=
40 mm/m
360 mm ~ 36 cm
= (0,5 x 23 m)
=
40 mm/m
340 mm ~ 34 cm
= (0,5 x 18 m)
=
40 mm/m
360 mm ~ 36 cm
= (0,5 x 17 m)
=
40 mm/m
460 mm ~ 46 cm
= (0,5 x 18 m)
=
40 mm/m
460 mm ~ 46 cm
= (0,5 x 23 m)
=
E-F
420 mm ~ 42 cm
640 mm ~ 64 cm
40 mm/m
62
Segmen
V-W
W-X
X-Y
Y-Z
Z-A'
A'-B'
B'-C'
C'-D'
D'-E'
10
E'-F'
11
F'-G'
12
G'-H'
N
o
Segmen
Elevasi
(dpl)
177.8
188.1
188.1
201.7
201.7
227.4
227.4
251.4
251.4
278.1
278.1
293.1
293.1
318.3
318.3
328.8
328.8
339.7
339.7
351.9
351.9
382.4
382.4
407.9
Elevasi
(dpl)
Beda
tinggi
(m)
Jara
k (m)
Lebar
(m)
Cross
slope
(m)
Seharusnya
(cm)
10.3
200
tidak
jelas
16
13.6
200
21
tidak
jelas
42
25.7
200
23
tidak
jelas
46
24
200
22
tidak
jelas
44
26.7
200
24
tidak
jelas
48
15
200
32
tidak
jelas
64
25.2
200
21
tidak
jelas
42
10.5
200
23
tidak
jelas
46
10.9
200
23
tidak
jelas
46
12.2
200
18
tidak
jelas
36
30.5
200
17
tidak
jelas
34
25.5
200
18
tidak
jelas
36
Beda
tinggi
Jara
k (m)
Lebar
(m)
Cross
slope
Seharusnya
(cm)
63
(m)
13
H'-I'
14
I'-J'
15
J'-K'
16
K'-L'
407.9
431.3
431.3
458.3
458.3
482.2
482.2
499.5
(m)
23.4
200
23
tidak
jelas
46
27
200
23
tidak
jelas
46
23.9
200
25
tidak
jelas
50
17.3
200
32
tidak
jelas
64
Berdasarkan data yang diperoleh, pada ruas jalan yang diukur maka
didapatkan hasil, cross slope-nya belum sesuai dengan ukuran jalan yang ada
karena tidak jelas. Maka peneliti menyarankan agar perawatan jalan oleh
operator motorgrader perlu diawasi lagi. Hal ini menjadi perhatian
mengingat pentingnya pengairan genangan air yang mungkin terjadi pada
permukaan jalan angkut saat hujan jika kemiringan melintang tidak
memenuhi standar. Maka dari itu perusahaan perlu lebih memperhatikan
fungsi pengairan pada jalan angkut tambang dengan mengoptimalkan
kemiringan melintang pada jalan (cross slope) yang kurang memenuhi
standar agar aktivitas pengangkutan dapat tetap efektif meskipun dalam
kondisi musim hujan.
5. Drainase
64
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jalan angkut yang ada sekarang belum memenuhi syarat lebar minimum, yaitu
19 m untuk jalan angkut dua jalur dan 25 m pada tikungan, sehingga
memerlukan penambahan lebar baik pada kondisi lurus maupun pada
tikungan, penambahan lebar ini dimaksudkan agar tidak terjadi dump truck
menunggu saat berpapasan, pelebaran yang perlu dilakukan pada segmen
V-W, E-F, F-G, G-H dan penambahan lebar pada tikungan dibagian
segmen Y-Z, B-C, C-D dan D-E.
2. Pada semua tikungan sudah terdapat superelevasi, tidak perlu melakukan
penambahan tinggi pada tiap-tiap tikungan.
3. Kemiringan jalan angkut tambang (Grade) yang dianjurkan untuk jalan
angkut pertambangan, khususnya tambang terbuka yang berada di daerah
perbukitan adalah sebesar 8%. Dari hasil perhitungan grade pada ruas jalan
PT Semen Padang maka diperoleh beberapa data grade jalan angkut yang
melebihi standar grade jalan tambang yang telah ditentukan. Meskipun
tanjakantanjakan yang melebihi standar ini masih dapat di atasi oleh alat
angkut yang bertenaga besar, namun kondisi jalan yang curam akan
membahayakan, mengkonsumsi bahan bakar lebih besar dan memperpendek
usia alat angkut, bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, karena 62,5%
Grade masih belum memenuhi standar Maka PT Semen Padang perlu
66
meninjau ulang mengenai kemiringan jalan angkut tambang yang terlalu besar
tersebut agar dapat diperkecil.
4. Pada jalan angkut belum terdapat cross slope sehingga dapat memungkinkan
terjadinya genangan air pada badan jalan dan dapat menyebabkan jalan licin.
5. Untuk mengantisipasi air yang masuk ke permukaan jalan maka perlu dibuat
Drainase, tapi di PT Semen Padang terdapat 50% Drainase tidak berfungsi.
B. Saran
1. Lebar jalan pada jalan lurus maupun tikungan harus memenuhi ukuran
standar yang sesuai dengan ukuran alat angkut yang melewatinya, hal ini
harus menjadi perhatian operator motor grader dan bulldozer dalam
perawatan jalan tambang agar tidak membahayakan terhadap user dan
64
venichle.
2. Kemiringan jalan angkut tambang (Grade) yang terlalu besar agar dapat
diperkecil dengan cara memperpanjang jalan atau melakukan penimbunan
3.
67