Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
METODOLOGI
III.1.
Alat dan Bahan
III.1.1.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah blender simplisia
(Maspion), seperangkat alat berkesinambungan, neraca analitik (Precisa XB 4200
C, Precisa XT 220 A), waterbath (memmert WNB-1314), rotary evaporator
(Heldolph), desikator (NORMAX), seperangkat alat kaca, rak tabung reaksi, pipet
tetes, pipet ukur (Pyrex), bulb filler, hot plate (Schott Instrument), mikropipet
(Rainin E1019705K), Ephendrof, cawan penguap, sonde oral, spuit 1 cc dan 3cc,
peralatan bedah (M37610), kandang hewan uji, pisau scapel, sentrifuge, vortex,
Penyemprot KLT, penjepit tabung, spot test, mikroskop (Axiocam), object glass,
cover glass, spektrofotometri UV-VIS ( Shimadzu UV-2450) Soxhlet
III.1.2.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi daun bintangur (Calophyllum
Soulattri), etanol teknis 96%, aquadest, Carboxy methyl cellulose (CMC), NaCl
fisiologis 0.9%, larutan dapar formalin, reagen skrining fitokimia, pereaksi
pemeriksaan kolesterol, standar kolesterol 200 mg/dL, pereaksi pemeriksaan
trigliserida, standar trigliserida 200 mg/dL, bahan pembuatan histologi; Buffered
Neutral Formalin (BNF) 10%, lithium carbonat, parafin, xylol, etanol, larutan
hematoksilin dan eosin.
III.1.3.Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan dan
betina (Rattus novergicus) galur Wistar. Syarat hewan uji adalah tikus putih sehat,
tidak cacat secara fisik, umur 6-8 minggu, berat badan 100-300 gram, variasi
29
30
bobot tidak lebih dari 20%, dan tidak hamil. Penggunaan hewan uji sesuai
pedoman kode etik hewan coba. Sementara itu, suhu ruangan untuk percobaan
diatur pada kisaran 22o 3 C, kelembaban relatif berkisar 3070%, dan
penerangan 12 jam terang 12 jam gelap. Hewan diberi pakan yang sesuai standar
laboratorium dan diberikan tanpa batas (ad libitum)
III.2.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Laboratorium Biologi,
Laboratorium Histoteknik, dan Laboratotrium Mikroskopik Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak dalam rentang November 2016 hingga April
2017.
III.3.
Rancangan Penelitian
III.3.1.
Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tanaman bintangur
(Calophyllum soulattri) yang diperoleh di daerah hutan Mandor, Kabupaten
Landak, Kalimantan Barat.
III.3.2.Determinasi Tanaman
Tanaman yang digunakan
dalam
penelitian
ini
diidentifikasi
di
31
(34)
.
III.3.5.2.
Penetapan Kadar Sari Larut Air
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml air
Pemeriksaan Alkaloid
32
III.3.5.4.2.
Pemeriksaan Fenol
Pemeriksaan Tanin
Pemeriksaan Flavanoid
33
Pemeriksaan Saponin
Pemeriksaan Kuinon
Larutkan ekstrak dengan sedikit aquadest lalu panaskan di atas penangas air.
Selanjutnya tambahkan dengan KOH 5%. Ekstrak positif mengandung kuinon jika
terbentuk warna merah pada sampel.(25)
III.3.5.5.
Uji KLT
34
ditimbang
ekstrak
diratakan
dalam
botol
timbang,
dengan
menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5-10 mm.
Jika ekstrak yang diuji berupa ekstrak kental, diratakan dengan bantuan pengaduk.
Kemudian dimasukkan kedalam ruang pengering, buka tutupnya. Keringkan pada
suhu 105 C hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam
keadaan tertutup mendingin dalam desikator hingga suhu kamar.(34)
Rumus penetapan susut pengeringan :
Susut pengeringan=
III.3.6.2.
35
kemudian ditimbang (w1). Ekstrak cair diatur suhunya kurang lebih 20 oC lalu
dimasukkan ke dalam piknometer kosong, buang kelebihan ekstrak, atur suhu
piknometer hingga 25oC. Kemudian ditimbang bobot piknometer dan ekstrak (w2)
(34)
d=
w 2w 0
w 1w 0
Keterangan:
d = bobot jenis
W0 = bobot piknometer kosong
W1 = bobot piknometer + air
W2 = bobot piknometer + ekstrak
III.3.7.Pembuatan Sediaan Uji
III.3.7.1.
Pembuatan CMC-Na 1%
Ditimbang CMC-Na sebanyak 1 gram, kemudian ditaburkan di atas air
korpus (aquadest) sebanyak 10 kali bobot CMC-Na, dibiarkan hingga
mengembang. Setelah mengembang tambahkan aquadest hingga 100 ml dan
diaduk hingga homogen, jika perlu lakukan pemanasan agar CMC-Na terlarut
sempurna.
III.3.7.2.
36
Perlakuan
Kontrol
Dosis I
Dosis II
rendah)
Ekstrak etanol daun bintangur 400 mg/kgBB (Dosis
Dosis III
tengah)
Ekstrak etanol daun bintangur 1000 mg/kgBB (Dosis
37
Satelit Kontrol
Satelit Dosis III
atas)
Larutan pembawa CMC-Na 1%
Ekstrak etanol daun bintangur 1000 mg/kgBB (satelit
dosis atas)
III.3.9.
Hewan uji yang digunakan adalah 42 ekor tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan galur Wistar dan 42 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur
Wistar, diaklimatisasi selama 7 hari di laboratorium hewan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura. Aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasi tikus dengan
lingkungan yang baru, serta meminimalisir efek stress pada tikus yang dapat
mempengaruhi penelitian. Hewan uji kemudian dibagi secara acak ke dalam 6
kelompok tikus jantan dan 6 kelompok tikus betina sesuai pada Tabel 3.
Pemberian sediaan secara oral dilakukan selama 28 hari, dimana pada kelompok
satelit kontrol dan satelit dosis III dilakukan pengamatan reversibilitas selama 14
hari setelah akhir pemberian sediaan uji. Pengambilan darah dan pembedahan
dilakukan pada hari ke- 29 untuk kelompok kontrol, dosis I, dosis II, dosis III,
sedangkan untuk kelompok satelit kontrol dan satelit dosis III dilakukan pada hari
ke-43.
III.3.10.
Perilaku dan aktivitas motorik diamati sebelum dan pada waktu 0.5, 1, dan 2
jam sesudah pemberian sediaan uji pada hari pertama, kemudian sesudah
pemberian 28 hari (pada hari ke 29) dan kelompok satelit setelah 14 hari sediaan
uji berhenti diberikan (hari ke 43). Untuk melihat pengaruh pemberian sediaan uji
dilakukan pengamatan rasa ingin tahu (jumlah jengukan pada platform), aktivitas
38
Penimbangan bobot badan tikus dilakukan setiap hari selama 29 hari untuk
kelompok uji dan 43 hari untuk kelompok satelit. Pertambahan bobot badan
kelompok uji selama 28 hari dan pertambahan bobot badan selama 42 hari untuk
kelompok satelit dibandingkan terhadap kelompok kontrol.
III.3.12.
Pengambilan Darah
Darah diambil langsung dari jantung tikus menggunakan alat suntik steril
dan dijaga agar tidak terkena air (untuk menghindari terjadinya hemolisa)
sebanyak 3-5 mL. Darah yang diambil dimasukkan ke dalam ephendrof dan
disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Selanjutnya serum
dipisahkan dan disimpan dalam lemari beku (-20o C) (15).
III.3.13.
Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total
Sejumlah 10 L serum uji direaksikan dengan 1000 L pereaksi uji untuk
pemeriksaan kolesterol di dalam tabung reaksi 5 mL, dihomogenkan dengan
bantuan vortex, diinkubasi pada suhu 370 C selama 10 menit. Absorbansi diukur
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Hal yang sama
dilakukan terhadap blangko (pereaksi + aquades) dan standar (pereaksi + standar
kolesterol). Kadar kolesterol dapat dihitung dengan membandingkan absorbansi
sampel dengan absorbansi kolesterol standar yang dikalikan dengan konsentrasi
kolesterol standar (15).
39
Sampel A Blangko
g
x Konsentrasi Standar ( )
( dLg )= AA StandarA
Blangko
dL
III.3.14.
Pemerikaan Kadar Trigliserida
Sejumlah 10 L serum uji direaksikan dengan 1000 L pereaksi uji untuk
pemeriksaan trigliserida di dalam tabung reaksi 5 mL, dihomogenkan dengan
bantuan vortex, diinkubasi pada suhu 370 C selama 10 menit. Absorbansi diukur
dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Hal yang sama
dilakukan terhadap blangko (pereaksi + aquades) dan standar (pereaksi + standar
trigliserida). Kadar trigliserida dapat dihitung dengan membandingkan absorbansi
sampel dengan absorbansi trigliserida standar yang dikalikan dengan konsentrasi
trigliserida standar (15).
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Trigliserida
III.3.15.
SampelA Blangko
g
x Konsentrasi Standar ( )
( dLg )= AA StandarA
Blangko
dL
Pada penelitian ini organ yang diamati secara makroskopik dan bobotnya
ditimbang meliputi hati, jantung, limpa, pankreas, paru-paru, ginjal, anak ginjal,
lambung, otak, vesika seminalis dan testis (jantan), uterus dan ovarium (betina).
Perbandingan bobot organ dengan bobot badan dihitung sehingga diperoleh
indeks organ dalam %. Indeks organ kelompok yang diberi sediaan uji dan
kelompok satelit dibandingkan terhadap indeks organ kelompok kontrol. Kondisi
40
berat badantikus
III.3.16.
Pemeriksaan
Histologi Hati dan Limpa
berat
organ(gram)
IndeksOrgan=
III.3.16.1.
Pembuatan
Preparat
Histologi
2. Pemrosesan Jaringan
41
Formalin 10 %
Alkohol 70 %
Alkohol 80 %
Alkohol 95 %
Alkohol 96 %
Alkohol 96 %
Alkohol 96 %
2 jam
1 jam
2 jam
2 jam
2 jam
1 jam
2 jam
b. Clearing (Penjernihan)
Dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
Tabung :
VII
IX
X
Xylol
Xylol
Xylol
1 jam
2 jam
2 jam
c. Impregnasi
Impregnasi dilakukan dengan cara infiltrasi parafin cair.
Tabung :
XI
XII
2 jam
2 jam
42
3. Pencetakkan (Embedding)
a. Alat cetak disusun di alas yang permukaannya halus dan rata, seperti:
kaca, vermika, dsbnya, yang telah diolesi dengan gliserin.
b. Siapkan dua tempat parafin cair dengan temperatur optimum (cukup air)
tetapi tidak mengembangkan alat cetak blok (logam) yang berakibat
merembesnya parafin cair pada alat tersebut.
Tempat I
Tempat II
43
44
(vakuolisasi),
degenerasi
hidropik,
dan
nekrosis.
Perubahan
45
Hewan Uji
(Rattus novergicus)
Aklimatisasi
Dosis II
Kontrol
Dosis I
Dosis III
Satelit Kontrol Satelit Dosis III
(400
mg/kgBB)
(CMC-Na 1%) (100 mg/kgBB)
(1000 mg/kgBB) (CMC-Na 1%) (1000 mg/kgBB)
Pengamatan
ilan Darah serta Pengukuran Kadar Kolestol Total dan Trigliserida hari ke-29 untuk kelompok uji dan hari ke-43 untuk ke
Analisis Data
46