Вы находитесь на странице: 1из 30

KEPERAWATAN JIWA

KONSEP DASAR DAN MODEL KEPERAWATAN JIWA

Faisal Kholid Fahdi, M.Kep


DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Khairun Nisa
Fitri Ratnawati
Audina Safitri
M. reza Ramadhan
Bagus Febry Hariandi
Cici Novarianti
Tri Mutiara Dayani
Ulfa Muzliyati

9. Rinda Farlina
10. Riki Sulindra
11. Faleria Novianti
12. Annisa Rosalita
13. Arief Widodo
14. Khairunnisa
15. Elsa Aurelia Suci Avilla
16. Tri Supartini

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan tentang Konsep Dasar dan Model
Keperawatan Jiwa ini.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu sebagai tugas
terstruktur mata kuliah Keperawatan Jiwa Tahun Akademik 2016/2017 di Fakultas
Kedokteran, Universitas Tanjungpura.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dorongan dari pihak-pihak luar sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan
yang diharapkan.
Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada :
1. Bapak Ns. Faisal Kholid Fahdi, M.Kep selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Jiwa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Tanjungpura,
2. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Angkatan 2014 Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura
3. Pihak yang membantu baik secara langsung maupun tak langsung.
Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan
makalah ini. Saran dan kritik sangatlah penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah berikutnya. Penulis harapkan semoga makalah ini dapat memberikan
suatu manfaat bagi kita semua dan memilki nilai ilmu pengetahuan.

Pontianak, 15 September 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
........................................................................................................................
1
2. Rumusan
Masalah
........................................................................................................................
2
3. Tujuan
Umum
........................................................................................................................
2
4. Tujuan
Khusus
........................................................................................................................
2
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Definisi
........................................................................................................................
4
2. Klasifikasi
........................................................................................................................
4
3. Etiologi
........................................................................................................................
5
4. Faktor
Resiko
........................................................................................................................
5
5. Patofisiologi
........................................................................................................................
7

6. Manifestasi
Klinis
........................................................................................................................
8
7. Komplikasi
........................................................................................................................
8
8. Pemeriksaan
Penunjang
........................................................................................................................
11
9. Penatalaksanaan
........................................................................................................................
11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
........................................................................................................................
13
2. Pemeriksaan
Fisik
........................................................................................................................
14
3. Diagnosa
Keperawatan
........................................................................................................................
15
4. Intervensi
Keperawatan
........................................................................................................................
15
5. Evaluasi
........................................................................................................................
18
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
........................................................................................................................
19
2. Penutup
........................................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA

20
3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

1.2.

Rumusan Masalah

1.3.

Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada infark miokard

1.4.

Tujuan Khusus

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.

Konsep Dasar Keperawatan Jiwa

2.1.1

Definisi
2.1.1.1 Definisi Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966,
adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain. Makna
kesehatan

jiwa

mempunyai

sifat

yang

harmonis

dan

memperhatikan segi kehidupan manusia dan cara berhubungan


dengan orang lain. Sedangkan menurut ANA keperawatan jiwa
merupakan satu bidang spesialistik praktik keperawatan yang
menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya.
Menurut

WHO

kesehatan

jiwa

adalah

berbagai

karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan


keseimbangan kejiwaan yang mencermikan kedewasaan
kepribadiannya.
Kesehatan jiwa adalah kondisi jiwa seseorang yang terus
tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam
pengendalian diri, serta terbebas dari stres yang serius
(Rosdahi, 1999).
Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual, emosional, secara optimal dari
seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang
lain (UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966).

Menurut WHO, sehat diartikan sebagai suatu keadaan


sempurna baik fisik, mental dan sosial serta bukan saja
keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan.
Kriteria sehat jiwa meliputi:
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
Individu dapat menerima dirinya secara utuh, menyadari
adanya kelebihan dan kekurangan dalam diri dan menyikapi
kekurangan atau kelemahan tersebut dengan baik.
b. Tumbuh kembang dan beraktualisasi diri
Individu mengalami perubahan kearah yang normal
sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan
dapat mengepresikan potensi dirinya.
c. Integrasi
Individu menyadari bahwa semua

aspek

yang

dimilikinya adalah satu kesatuan yang utuh dan mampu


bertahan terhadap stres dan dapat mengatasi
d. Persepsi sesuai dengan kenyataan
Pemahaman individu terhadap stimulus eksternal sesuai
dengan kenyataan yang ada. Persepsi individu dapat
berubah jika ada informasi baru, dan memiliki empati
terhadap perasaan dan sikap orang lain.
e. Otonomi
Individu
dapat
mengambil
keputusan

secara

bertanggungjawab dan dapat mengatur kebutuhan yang


menyangkut dirinya tanpa bergantung pada orang lain.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kesehatan jiwa adalah suatu kondisi perasaan sejahtera secara
subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup
askep konsep diri, kebugaran dan kemampuan pengendalian
diri. Indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa
yang minimal adalah individu tidak merasa tertekan atau
depresi.
2.1.1.2.

Definisi Keperawatan Jiwa


3

a. Menurut American Nurses Association (ANA)


Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktik
keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia
sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara
terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, serta
memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental
masyarakat. Fokusnya adalah penggunaan diri sendiri
secara terapeutik, artinya perawat jiwa membutuhkan alat
atau media untuk melakukan perawatan. Alat yang
digunakan selain keterampilan teknik dan alat-alat klinik,
yang terpenting adalah menggunakan dirinya sendiri (use
self therapeutic). Sebagai contoh gerak tubuh (posture),
mimik wajah (face expression), bahasa (language), tatapan
mata (eye), pendengaran (listening), sentuhan (touching),
nada suara (vocalization), dan sebagainya.
b. Menurut Depkes RI (1990)
Keperawatan

jiwa

adalah

suatu

bidang

praktik

keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia


sebagai ilmu dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik
sebagai kiatnya.
c. Menurut Klinton dan Nelson
Perawat jiwa berusaha menemukan dan memenuhi
kebutuhan dasar klien yang terganggu seperti kebutuhan
fisik (physiologis needs), kebutuhan rasa aman (safety
needs), kebutuhan mencintai dan disayangi (belonging
loving needs), kebutuhan harga diri (self esteem) dan
kebutuhan aktualisasi (actualization needs). Klien gangguan
jiwa umumnya mengalami gangguan selain fisiologis
sebagai

keluhan

utama,

tetapi

selanjutnya

seluruh

kebutuhan menjadi terganggu sebagai dampak terganggunya


kebutuhan psikologis.
d. Menurut Antai Otong
4

Perawat kesehatan jiwa secara kontinu memiliki peran


penting

dalam

mengidentifikasi

pasien-pasien

yang

berisiko, mengkaji respons pasien terhadap stres sepanjang


rentang

kehidupannya,

dan

dalam

mengembangkan

komunikasi yang terapeutik. Perawat bertanggungjawab


secara kontinu dalam seluruh rentang kehidupan klien dari
mulai fase anak sampai lansia yang dikenal dengan history
live span. Peran lain yang sangat penting berdasarkan
definisi di atas adalah mengidentifikasi pasien yang
beresiko.
2.1.2

a.
b.
c.
d.

Peran Perawat Jiwa


Peplau mengidentifikasi 4 tahap dalam hubungan interpersonal yaitu
sebagai berikut :
Orientasi : Fokus menentukan masalah
Identifikasi : Fokus respon pasien terhadap perawat
Eksploitasi : Fokus meminta bantuan profesional
Resolusi : Fokus mengakhiri hubungan interpesonal
Dalam proses ini perawat mempunyai peran sebagai pendidik,
narasumber, penasihat, pemimpin, ahli teknik, dan pengganti. Peran
perawat yang lain adalah sebagai berikut :
a. Berkerjasama dengan lembaga kesehatan mental
b. Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan
c. Aktif melakukan penelitian
d. Memberikan pelayanan kepada klien diluar klinik
e. Membantu pendidikan masyarakat
f. Sebagai pencipta lingkungan terapeutik
Mengembangkan situasi kehangatan, dapat saling menerima,
aman, dan rileks.
g. Agen sosial (socializing agent)
Membantu proses partisipasi dalam kelompok
h. Sebagai konselor
Mendengarkan keluhan yang diungkapkan pasien berpikir
tentang permasalahannya dan memutuskan jalan yang terbaik
sesuai dengan kemampuannya.
i. Sebagai pendidik

Memberi kesempatan pasien belajar segala sesuatu dari orang


lain dan mendorongnya menjadi lebih berhasil dan menyenangkan
dalam mengembangkan emosional pasien.
j. Mother Surrogete
Memberi bantuan kepada pasien yang tidak mampu menolong
dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
k. Teknisi perawatan
Membantu pasien dalam aspek teknisi, seperti pemberian obatobat yang direncanakan, memonitor, tanda-tanda vita, dan
observasi perilaku pasien.
l. Terapis
Memberi bantuan mengembangkan penyembuhan sebatas
kewenangan perawat.
2.1.3

Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa


Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang
didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respon psiko-sosial yang maladaptif
yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan
diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan
memulihkan

masalah

kesehatan

jiwa

individu,

keluarga

dan

masyarakat. Prinsip keperawatan jiwa berdasarkan pada paradigma


kesehatan yang dibagi menjadi 4 komponen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan, keluarga dan masyarakat. Prinsip
keperawatan jiwa berdasarkan pada paradigma kesehatan dibagi
menjadi 4 komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.
a. Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik
Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan
penting
Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat

Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai


aktualisasi diri
Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk berubah dan
keinginan mencapai tujuan hidup
Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan
kemauan untuk mengejar tujuan
Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang berbeda-beda.
Setiap individu mempunyai hak untuk terlibat dalam pengambilan
keputusaan yang berhubungan dengan dirinya
Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut
meliputi meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan
b. Lingkungan
Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan manusia, mencakup antara lain lingkungan sosial,
status ekonomi dan kesehatan
Perawat bertanggungjawab dalam memelihara tatanan pengobatan
sebagai

bagian

dari

lingkungan

fisik

dan

sosial,

yang

berhubungan dengan lingkungan personal


Terapi lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola
pertahan tubuh terhadap penyakit dan meningkatkan pola
interaksi yang sehat
Perawat berperan sebagai

fasilitator

interaksi

lingkungan

kesehatan
c. Kesehatan
Sehat adalah simbol perkembangan kepribadian dan proses
kehidupan manusia yang berlangsung terus menerus menuju
kehidupan yang kreatif dan konstruktif
Perilaku sehat adalah perilaku yang memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan, kepuasan, kesadaran diri dan integrasi pengalaman
yang berarti, misalnya pengalaman sakit
Menurut rentang sehat-sakit atau rentang ansietas manusia sehat
diartikan sebagai manusia yang tidak memiliki ansietas
Intervensi keperawatan berfokus kepada proses membina dan
mempertahankan hubungan salong percaya guna memenuhi
kebutuhan klien. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan
7

dasar manusia yang menunjukkan salah satu kebutuhan dasar


manusia oleh karena itu setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatanyang sama dalam pelayanan kesehatan.
d. Keperawatan
Keperawatan merupakan satu bentuk pelayanan atau asuhan yang
bersifat humanistik, profesional, dan holistik berdasarkan ilmu dan
kiat, memiliki standar etik, serta dilandasi oleh profesionalisme yang
mandiri dan kolaborasi. Konsep keperawatan adalah satu bentuk
pelayanan kesehatan yang bersifat profesional dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang dapat ditujukan kepada individu,
keluarga atau masyarakatdalam rentang sehat-sakit (A.Aziz, 2004).
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara
holistik dan menggunakan diri sendiri sebagai alat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien. Strategi dalam
memberikan asuhan keperawatan jiwa adalah menggunakan diri
secara terapeutik dan interaksi interpersonal dengan menyadari diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar
untuk perubahan sikap dan perilaku klien. Perawat memberikan
stimulus yang komunikatif pada klien dan membantu klien
berespons secara adaptif menghadapi

berbagai masalah dalam

kehidupannya.
2.1.4

Perkembangan Keperawatan Jiwa


2.1.4.1 Perkembangan Keperawatan Di Dunia
A. Masa peradaban
Pada masa peradaban telah terdapat tanda-tanda yang
menunjukkan bahwa manusia sudah mengenal dan berusaha
mengobati gangguan jiwa. Hal ini di buktikan dengan di
temukannya berbagai tengkorak yang di lobangi di Negara
Peru. Di perkirakan tengkorak tersebut adalah tengkorak
seorang penderita penyakit ayan atau seorang yang
menunjukkan prilaku kekerasan, tindakan tersebut di

harapkan dapat mengeluarkan roh jahat yang merasuki tubuh


penderita.

Pada

masa

peradaban

kepercayaan

bahwa

gangguan jiwa itu timbul karena masuknya roh nenek


moyang ke dalam tubuh seseorang lalu menguasainya,
merupakan sesuatu hal yang universal. Usaha pengobatan
untuk mengusir roh-roh yang menjadi penyebab gangguan di
perngaruhi oleh sistem megik-keagamaan ini dapat di
pandang sebagai usaha untuk memakai pemikiran rasional.
Pada zaman modern ini juga masih ditemukan banyak cara
pengobatan pada penderita gangguan jiwa ataupun fisik
dengan tujuan mengeluarkan roh penyebab gangguan jwa.
Di Mesir kira-kira pada tahun 1500 sebelum Masehi
ditemukan tulisan tentang orang yang mengalami gangguan
jiwa, sebagai berikut : ...hati menjadi berat dan tidak dapat
mengingat lagi hari kemarin. Dalam tahun-tahun berikutnya
di sana didirikan beberapa kuil yang terkenal dengan nama
Kuil Satum. Untuk merawat orang dengan gangguan jiwa.
Di Yunani, Hippocrates (460-357 SM), yang sekarang
dianggap sebagai bapak Ilmu Kedokteran membantah
anggapan bahwa penyakit ayan disebabkan oleh roh atau
makhluk halus, akan tetapi karena adanya gangguan pada
otak. Hippocrates juga menerangkan perubahan perilaku pada
gangguan mental disebabkan oleh perubahan hormon dan
cairan tubuh yang dapat menghasilkan panas, kering dan
kelembaban. Galen yang menyatakan bahwa emosi atau
kerusakan mental ada hubungannya dengan gangguan pada
otak. Orang Yunani menggunakan kuil-kuil sebagai tempat
perawatan sedangkan untuk tempat terapi pengobatan pasien
dengan gangguan jiwa digunakan hawa segar, air murni sinar,
matahari

dan

musik.

Sebagai

kegiatan

alternatif

penyembuhan klien disuruh bersepeda, jalan-jalan dan

mendengarkan suara air terjun. Pada zaman Romawi juga


dilakukan pengeluaran darah dan mandi air belerang.
Setelah jatuhnya kebudayaan yunani dan romaw ilmu
kesehatan jiwa

pada umumnya mengalami kemunduran.

Penderita gangguan jiwa diikat, dikurung, dipikuli, dibiarkan


kelaparan. Dan ada yang dimasukan kedalam nsebuah tong
lalu digulingkan dari atas bukit. Bahkan adapula yang
diceburkan kedalam sungai dari atas jembatan. Semua usaha
ini dilakukan untuk mengusir roh jahat dari tubuh penderita.
Di negara arab, di pakai cara-cara yang lebih
berprikemanusiaan.

Terpengaruh

oleh

cara

Yunansebelumnya, mereka memaakai tempat pemandian, gizi


yang baik, obat-obatan, wangi-wangian, musik yang lembut,
dan aktivitas rekreasi.
Di eropa abab ke-17 sampai abab ke-18 didirikan rumah
perwatan untuk penderita gangguan jiwa yang dinamakan
rumah amal (almshouse), rumah kontrak (contrac house),
atau suaka duniawi (secularasylum). Tempat-tempat ini selain
dipakai sebaga penampungan penderita gangguan jiwa juga
sebagai tempat pembuangan penjahat. Cara pengobatan yang
digunakan pada masa itu dengan pengeluaran darah,
penderita dipakaikan pakaian gila dan di cambuk.
B. Masa Pertengahan
Di Perancis pada akhir revolusi abad ke-18 terjadi
perubahan pada tempat penampungan penderita gangguan
jiwa. Phillipe Pinel (1745-1826), seorang dokter Perancis
membuka sebuah rumah sakit untuk seorang penderita jiwa
atau mental dikota La Bicetre, Paris. Pinel memulai dengan
tindakan kemanusiaan dan advokasi melalui observasi
perilaku,

riwayat

perkembangan

dan

menggunakan

komunikasi dengan penderita. Weyer, seorang psikiatrik


Jerman menjelaskan kesehatan psikiatrik melalui kategori
diagnostik.
10

C. Abad 18 dan 19
Benjamin Rush (1745-1813) yang sering disebut sebagai
bapak ilmu Psikiatrik Amerika memperkenalkan cara
pengobatan baru berdasarkan perlakuan secara moral (moral
treatment), memberikan pelatihan di Rumah Sakit tersebut
untuk membantu merawat pasien gangguan jiwa.
Pada tahun 1882 didirikan pendidikan keperawatan jiwa
pertama di Mc Lan Hospital, Belmont, Massachusetts. Dan
pada tahun 1890 siswa perawat menjadi staf keperawatan di
Rumah sakit jiwa. Perawat diharapkan mengembangkan
keterampilan dalam memberikan pengobatan melalui asuhan
keperawatan. Pada abad ke-19 ini juga sudah dilakukan
penyelidikan tentang penyebab gangguan jiwa dan jenis
gangguan jiwa mulai diselidiki secara ilmiah. Martin Charcot
(1925-1893) menjelaskan histeris dan mendemonstrasikan
penyembuhan gangguan jiwa dengan hipnosa.
D. Abad 20
Pada periode abad 20, Clifford Beers pada tahun 1908
menerbitkan buku berjudul A mind that Fund itself (jiwa yang
menemukan dirinya). Beers menulis bukunya berdasarkan
pengalaman dan observasi selama 3 tahun sebagai pasien di
rumah sakit jiwa. Hal tersebut merupakan awal gerakan
kesehatan jiwa. Pada tahun 1855-1926 muncullah beberapa
pelopor psikiatrik modern antara lain :
Sigmound Freud : Menjelaskan

tentang

struktur

kepribadian (id, ego, superego) dan topografi jiwa.


Adolf Meyer : Menjelaskan tentang teori psikobiologi,
gangguan jiwa dianggap sebagai reaksi.
Eugen Bleuler : Menjelaskan tentang studi tentang
skizofrenia.
Karen Homey : Menjelaskan tentang pandangan holistik
terhadap manusia, yaitu kesatuan yang berada di dalam
lingkungan dengan interaksi yag terus-menerus.

11

Semua ilmu kedokteran yang menangani hal-hal somatic


(badaniah), mental dan sosial berkembang menjadi ilmu
kedokteran somatic, ilmu jiwa dan ilmu kemasyarakatan.
Pada tahun 1915 Linda Richards lulusan perawat pertama
di AS dan sering disebut sebagai perawat psikiatrik pertama
di Amerika Serikat, menganjurkan pelayanan yang sama
terhadap pasien penyakit fisik. Dia menerangkan bahwa
asuhan pada pasien penyakit jiwa memerlukan tingkat
kesabaran yang tinggi. Pengalaman praktik di rumah sakit
jiwa memberikan kesempatan bagi siswa perawat untuk
mempunyai kemampuan tersebut.
Tampak banyak kemajuan di National Committee dan
ANA yang mempromosikan pendidikan kepada pasien
dengan

menerbitkan

journal.

Buku-

buku

tentang

keperawatan jiwa mulai diterbitkan dan dewan National


League

Nursing mendiskusikan pendidikan diploma

keperawatan psiaktrik (1915 1935) . adapun tujuan


pendidikan adalah :
a. Mengajarkan kepada siswa tentang hubungan antara
penyakit jiwa dan penyakit mental serta penerapannya
dalam keperawatan kesehatan jiwa.
b. Mengajarkan kepada siswa tentang penyebab gangguan
atau penyakit jiwa dan metode perawatan modern.
c. Mengajarkan kepada siswa perawat bagaimana mengkaji
perilaku pasien sakit jiwa sehingga dapat mengetahui
gejala-gejala awal.
d. Mengajarkan siswa

perawat

tentang

pengaruh

lingkungan dan gangguan mental


e. Mengajarkan siswa perawat agar dapat diandalkan dan
mudah beradaptasi pada saat memberikan perawatan.
Pengalaman klinik di rumah sakit jiwa merupakan bagian
terpenting dari dasar pengalaman siswa perawat dan sudah
distandarisasikan pada tahun 1937 dimana siswa siswa
diberikan kesempatan untuk merawat pasien dengan berbagai
12

macam tingkat gangguan mental termasuk penyakit organik.


Pengalaman-pengalaman

berdasarkan

pada

hidroterapi,

okupasi, rekreasi dan terapi lainnya serta pendidikan pasien.


Tindakan keperawatan termasuk kebersihan diri, eliminasi
yang sesuai dan nutrisi yang adekuat seperti pemberian
relaksasi setelah mandi.
Pada tahun 1939 hampir semua sekolah perawatan
memberikan pembelajaran keperawatan psikiatri untuk
siswanya, tetapi belum dapat diakui sampai dengan tahun
1955. Pada tahun

1963 Gerakan Kesehatan

Mental

Masyarakat mendirikan pusat kesehatan masyarakat yang


melayani :
a. Perawatan gawat darurat psikiatrik
b. Hospitalisasi
c. Bagian hospitalisasi seperti pusat perawatan sehari-hari
dan kelompok terapeutik
d. Post perawatan, termasuk pusat konseling.
Diijinkannya pasien untuk hidup dimasyarakat dianggap
sebagai tindakan yang positif, namun begitu banyak juga
ditemukan pasien yang tidak mempunyai tempat tinggal.
Gerakan Kesehatan Mental Masyarakat mempunyai peranan
penting dalam Pelayanan kesehatan mental.
Pada tahun 2000, keperawatan jiwa mulai menjadi
bagian klinik khusus. Perawat berperan sebagai manajer dan
koordinator

kegiatan

dengan

melaksanakan

perawatan

terapeutik sesuai dengan model dasar medis. Dengan studi


lanjutan dan pengalaman praktik klinik di bidang perawatan
psikiatrik, para ahli spesialis dan praktisi, perawat mendapat
pengetahuan yang banyak dalam perawatan dan pencegahan
gangguan psikiatrik.
2.1.4.2 Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia
Masalah kesehatan yang merupakan masalah fisik, mental
dan sosial menjadi tantangan, bukan hanya dokter, perawat akan
13

tetapi juga masyarakat pada umumnya. Di Indonesia sejak


dahulu telah mengenal gangguan jiwa yang digambarkan dalam
cerita Mahabaratadan Ramayana terdapat Srikandi Edan,
Gatutkaca Gandrung, dan perilaku Lesmono mirip seorang
perempuan.
Bagaimana para penderita gangguan jiwa diperlakukan pada
zaman dulu belum diketahui dengan jelas. Tindakan terhadap
penderita gangguan jiwa seperti warisan nenek moyang yang
turun temurun. Penderita dibuang ke hutan penderita dipasung,
diikat atau dirantai bila penderita dianggap membahayakan
orang lain dan lingkungan. Bila tidak membahayakan penderita
dibiarkan berkeliaran dan menjadi tontonan ataupun objek
lelucon bahkan ada yang menganggap orang sakti atau linuwih.
Pada zaman kolonial sebelum ada rumah sakit jiwa para
penderita gangguan jiwa ditampung dirumah sakit umum sipil
atau rumah sakit militer di Jakarta, Semarang dan Surabaya,
pasien yang ditampung pada umumnya merupakan pasien jiwa
berat (psikosa). Namun rumah sakit tersebut lama-lama tidak
cukup untuk menampung penderita sehingga pada tahun 1862
pemerintah Hindia Belanda mengadakan sensus penderita jiwa
di Pulau Jawa dan Madura.
Rumah sakit jiwa yang pertama kali dibangun adalah rumah
sakit jiwa Bogor pada tanggal 1 Juli 1882 kemudian rumah sakit
jiwa Lawang (1902), rumah sakit jiwa Magelang 1923, dan
rumah sakit jiwa Sabang (1927). Namun rumah sakit jiwa
Sabang hancur waktu pengebomansekutu dalam perang dunia
kedua. Rumah sakit jiwa dibangun jauh dari lingkungan
masyarakat, dengan alasan untuk menghindari cap atau stigma
yang tidak baik dari masyarakat. Cara pengobatan yang dulu
sering dipakai di rumah sakit jiwa ialah isolasi dan penjagaan
(Custodial Care), suntikan obat penenang, terapi mandi dan
pasien dijemur dipanas matahari.

14

Sejak tahun 1910 pasien diberi kebebasan tidak ada


penjagaan yang terlalu ketat. Pada tahun 1930 sudah diterapkan
terapi kerja seperti menggarap tanah, membersihkan alat makan,
dan membersihkan lantai. Semua rumah sakit jiwa dan fasilitas
lain dibangun dan dibiayai pemerintah Hindia Belanda. Pada
perang Dunia ke 2 dan penjajahan Jepang, ilmu kesehatan jiwa
tidak berkembang,. Semua fasilitas tidak terawat, dirusak dan
dihancurkan Jepang.
Setelah merdeka

merupakan

awal

perkembangan

keperawatan jiwa. Pada tahun 1947 dibentuk Jawatan Urusan


Penyakit Jiwa namun belum bekerja dengan baik karena
revolusi fisik masih berlangsung. Pada tahun 1966 Jawatan
Urusan Penyakit Jiwa diganti nama menjadi Direktorat
Kesehatan Jiwa dipimpin oleh seorang Direktur Kesehatan Jiwa.
Direktur Kesehatan Jiwa pertama kali dipimpin oleh Marzuki
Mahdi.
Perkembangan sejarah kesehatan jiwa yang lain penting
setelah indonesia merdeka yaitu :
a. Undang-Undang kesehatan jiwa no 3 tahun 1966 ditetapkan
oleh pemerintah.
b. Didirikan BKR-PPJ

(Badan

Koordinasi

Rehabilitasi

Penderita Penyakit Jiwa).


c. Pembinaan suatu sistem pelaporan diolah dengan komputer
sejak 1971.
d. PPDGJ ke-1 di Indonesia tahun 1973
e. Integrasi kesehatan jiwa dalam pelayanan kesehatan di
puskesmas.
Pihak swasta juga mulai memikirkan masalah kesehatan
jiwa, ini terbukti dengan didirikannya sanatorium-sanatorium
jiwa diberbagai tempat, seperti rumah sakit St Carolus di
Jakarta dan Rumah Sakit Gunung Muria di Minahasa dan
didirikan pusat kesehatan jiwa masyarakat di Jakarta dan
Surabaya.

15

Mulai tahun 2000 keperawatan jiwa di Indonesia mulai


bergerak maju. Hal ini ditandai dengan penanganan perawatan
mandiri pada keperawatan jiwa, dengan ditetapkannya standar
penanganan pada pasien gangguan jiwa dengan 4 besar masalah
yang ditemukan. Pada tahun 2002 diperkenalkan bangsal
perawatan percontohan pada pasien jiwa atau dikenal dengan
Model Pelayanan Keperawatan Profesional Pemula ( MPKPP).
Dengan adanya MPKPP ini perawatan dan penanganan pasien
lebih terstruktur dan tingkat kesembuhan meningkat.
Adanya berbagai bencana di Indonesia telah menggugah
bidang kesehatan terutama bidang keperawatan jiwa untuk lebih
meningkatkan kontribusi dalam pemulihan kondisi masyarakat
yang mengalami gangguan psikologis hebat. Di daerah pasca
bencana

dan

pasca

konflik,

keperawatan

jiwa

telah

mencanangkan sebuah program rehabilitasi yaitu Community


mental health nursing( CMHN). Di Nangroe Aceh Darusalam,
Poso, NTB, program ini telah berjalan meskipun masih dalam
tahap basic. Pada organisasi profesi, keperawatan jiwa telah
mempunyai wadah organisasi yang disepakati berdasarkan hasil
kongres Himpunan Perawat Kesehatan Jiwa di Indonesia I di
Magelang awal Desember 2006 dengan nama ikatan Perawat
Kesehatan Jiwa Indonesia.
Keperawatan jiwa terus berupaya mengembangkan diri
dengan diadakannya Konferensi Nasional( Konasi) setiap
tahunnya. Konas jiwa pertama kali diselenggarakan di Bandung,
kemudian

Yogyakarta

dan

Semarang.

Keputusan

yang

ditetapkan pada Konas diantaranya adalah adanya 10 msalah


besar pada keperawatan jiwa dan penggunaan diagnosa tunggal
pada rumusan masalah keperawatan jiwa.

16

2.2.

Model Konsep Keperawatan Jiwa

2.2.1

Model Psikoanalisa
A. Konsep
Model ini yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmund Freud
yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa
berhubungan pada perkembangan pada masa anak. Setiap fase
perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai.
Gejala yang nampak merupakan simbol dari konflik (Purwaningsih,
2009).
Pada model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa terjadi pada
seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id
(kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam
menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan,
norma, dan agama (super ego/das uber ich) akan mendorong
terjadinya

penyimpangan

perilaku

(deviation

behavioral)

(Kusumawati, 2011).
B. Proses Terapi:
memakan waktu yang lama
menggunakan teknik asosiasi bebas dan analisis mimpi:
menginterprestasikan perilaku, menggunakan transfrens untuk
memperbaiki masa lalu, mengidentifikasi area masalah.
C. Peran Pasien dan Terapis:
Pasien
:Mengungkapkan semua pikiran dan mimpi
Terapis
:Mengupayakan
perkembangan
transferens,
menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien dalam kaitannya
dengan konflik (Purwaningsih, 2009).
2.2.2

Model Interpersonal
A. Konsep
Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai
tambahan peplau mengembangkan teori interpersonal keperawatan.
Teori ini meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan
interpersonal. Menurut Sulivan individu memandang orang lain
sesuai dengan apa yang ada pada dirinya, maksudnya kemampuan
17

dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan


dasar hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal
perawat klien dan masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit atau
adanya ancaman seperti mengalami konflik saat berhubungan
dengan orang lain atau interpersonal, ketakutan ditolak atau tidak
diterima

oleh

orang

disekitarnya

(Purwaningsih,

2009;

Kusumawati, 2011).
Dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap :
Orientasi
Perawat klien melakukan kontrak awal untuk pengumpulan data
Identifikasi
Perawat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan
melaksanakan askep
Eksplorasi
Perawat memberi gambaran kondisi klien.
Resolusi
Perawat memandirikan klien
B. Proses Terapi :
Mengeksplorasi proses perkembangan
Mengoreksi pengalaman interpersonal
Reduksi
Mengembangkan hubungansaling percaya
C. Peran Pasien dan Terapis :
Pasien
: menceritakan ansietas dan perasaan
Terapis
: menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan
menggunakan empati dan menggunakan hubungan sebagai suatu
pengalaman interpersonal korektif (Purwaningsih, 2009).
2.2.3

Model Sosial
A. Konsep
Menurut Caplain dan Szasz, situasi sosial dapat mencetuskan
gangguan jiwa. Teori ini mengemukakan pandangan sosial
terhadap perilaku bahwa faktor sosial dan lingkungan menciptakan
stress yang menyebabkan ansietas yang akan menimbulkan gejala
perilaku menyimpang (Purwaningsih, 2009). Akumulasi stresor
pada lingkungan yang mencetus stress seperti : bising, macet,
tuntutan persalinan kerja, harga barang yang mahal, persaingan

18

kemewahan, iklim yang panas atau dingin, ancaman penyakit,


polusi serta sampah. Stresor dari lingkungan diperparah dengan
adanya stresor dari hubungan sosial seperti atasan yang galak,
tetangga yang buruk atau anak yang nakal (Kusumawati, 2011).
B. Proses Terapi:
Pencegahan primer
Manipulasi Lingkungan
Intervensi Krisis
C. Peran Pasien dan Terapis
a. Pasien
Secara aktif menyampaikan masalahnya dan b

b. Terapis
Menggali sistem sosial pasien
Membantu pasien menggali sumber yang tersedia
Menciptakan sumber baru (Purwaningsih, 2009).
2.2.4

Model Eksistensi
A. Konsep
Menurut Ellis dan Rogers, teori ini mengemukakan bahwa
penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan
dirinya dan lingkungannya. Keasingan diri dari lingkungan dapat
terjadi karena hambatan pada diri individu. Individu merasa putus
asa, sedih, sepi, kurangnya kesadaran diri yang mencegah partisipasi
dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah
kehilangan/tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti
pada eksistensinya (Purwaningsih, 2009).
B. Proses Terapi
Rational emotive therapy
konfrontasi digunakan unntuk bertanggung jawab terhadap
perilakunya. Klien didorong menerima dirinya sebagai mana
adanya bukan karena apa yang dilakukan.
Terapi Logo
Terapi orientasi masa depan. Individu meneliti arti dari
kehidupan, karena tanpa arti berarti eksis. Tujuannya agar
individu sadar akan tanggung jawabnya.

19

Terapi Realistis
Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya, dan cara
untuk mencapainya. Klien disadarkan akan alternatif yang
tersedia.

C. Peran Pasien Perawat


a. Pasien:
Bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta
dalam suatu pengalaman berarti untuk mempelajari tentang diri
yang sebenarnya.
b. Terapis
Membantu pasien untuk mengenali diri
Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
Mengenali pasien tentang perasaan tulus
Memperluas kesadaran diri pasien (Purwaningsih, 2009).
2.2.5. Model Komunikasi
A. Konsep
Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila
pesan tidak dikomunikasikan dengan jelas. Bahasa dapat
digunakan merusak makna, pesan dapat pula tersampaikan
mungkin tidak selaras.
Fase komunikasi ada 4 yaitu : pra interaksi, orientasi, kerja,
terminasi.
B. Proses terapi
memberi umpan balik dan klarifikasi masalah
memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif.
memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yang tidak efektif
melakukan analisa proses interaksi
C. Peran pasien terapis
Pasien
: memperhatikan pola komunikasi, bermain peran,
bekerja

untuk

mengklarifikasi

komunikasinya

sendiri,

memvalidasi peran dari orang lain.


Terapis
: menginterpretasikan pola komunikasi kepada
pasien

dan

mengajarkan

prinsip

komunikasi

yang

baik

(Purwaningsih, 2009).

20

2.2.6. Model Perilaku


A. Konsep
Dikembangkan oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner. Teori
ini menyakini bahwa perubahan perilaku akan mengubah kognitif
dan afektif
B. Proses terapi
desenlisasi/pengalihan
teknik relaksasi
asertif training
reforcemen/memberikan penghargaan
self regulation/mengamati perilaku

klien

set

standar

keterampilan, seft observasi, self evaluasi, self reinforcemen.


C. Peran pasien dan terapis
a. Pasien
mempraktikkan tehnik perilaku yang digunakan untuk
mengerjakan pekerjaan rumah
penggalakan latihan
b. Terapis
mengajarkan kepada klien tentang pendekatan perilaku
membantu mengembangkan hirarki perilaku
menguatkan perilaku yang diinginkan(Purwaningsih, 2009).
2.2.7 Model Medikal
A. Konsep
Menurut Meyer dan Kraeplin, penyimpangan perilaku merupakan
manifestasi gangguan SSP. Dicurigai bahwa depresi dan skizoprenia
dipengaruhi oleh transmisi impuls neural serta gangguan sinap yaitu
masalah biokimia. Faktor sosial dan lingkungan diperhitungkan
sebagai faktor pencetus.
B. Proses terapi
pengobatan : jangka panjang, jangka pendek
terapi supportif
insightoriented terapy yaitu belajar metode mengatasi stressor

C. Peran pasien dan terapis


a. Pasien
: Mempraktekkan regimen terapi dan melaporkan
efek terapi
b. terapis :
menggunakan kombinasi terapi somatic dan interpersonal
21

Menegakkan diagnosa penyakit PPDGJ


Menentukan pendekatan terapeutik(Purwaningsih, 2009).
Inti Model Medical

MEDIKAL

PENYEBAB

PENYAKIT

MASALAH KESEHATAN

PENGOBATAN

22

2.2.8. Model Keperawatan


A. Konsep
Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon
individu terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial dengan
model pendekatan berdasarkan teori sistem, teori perkembangan, teori
interaksi, pendekatan holistik, teori keperawatan.
Fokus pada :
Rentang sehat sakit
Teori dasar keperawatan
Tindakan keperawatan
Hasil tindakan
B. Proses terapi
Proses keperawatan
Terapi keperawatan : terapi modalitas
C. Peran pasien dan terapis
Pasien
:Mengemukakan masalah
Terapis
:Memfasilitasi dan membantu

menyelesaikan

(Purwaningsih, 2009).
Inti Model Medical 1
KEPERAWATAN

VULNELBILITI
(Individu yang mudah mengalami gg)

RESIKO

RESPON MANUSIA

23

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi perasaan sejahtera secara subyektif,
suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup askep konsep diri, kebugaran
dan kemampuan pengendalian diri. Indikator mengenai keadaan sehat
mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah individu tidak merasa tertekan
atau depresi. Agar mendapat jiwa yang sehat maka dibutuhkan peran perawat
jiwa sebagai upaya dalam menanggulangi permasalahan mengenai kejiwaan
seseorang. Dalam hal ini, perawat berusaha menemukan dan memenuhi
kebutuhan dasar klien yang terganggu seperti kebutuhan fisik (physiologis
needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan mencintai dan
disayangi (belonging loving needs), kebutuhan harga diri (self esteem) dan
kebutuhan aktualisasi (actualization needs).
Saat ini keperawatan jiwa sangat berkembang dari masa peradaban sampai
sekarang. Terbukti, pada masa peradaban telah terdapat tanda-tanda yang
menunjukkan bahwa manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati
gangguan jiwa. Pada akhir revolusi abad ke-18 seorang dokter Perancis
membuka sebuah rumah sakit untuk seorang penderita jiwa atau mental
dikota La Bicetre, Paris. Kemudian pada abad 18-19 Benjamin Rush (17451813) yang sering disebut sebagai bapak ilmu Psikiatrik Amerika
memperkenalkan cara pengobatan baru berdasarkan perlakuan secara moral
(moral treatment), memberikan pelatihan di Rumah Sakit tersebut untuk
membantu merawat pasien gangguan jiwa.
Keperawatan jiwa mengenalkan beberapa model keperawaran yaitu model
psikoanalisa yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, model interpersonal
yang diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan, model sosial yang
dikemukakan oleh Caplain dan Szasz , model eksistensi yang dikemukakan

24

oleh Ellis dan Rogers, model komunikasi , model perilaku dikembangkan


oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner, model medical yang dikemukakan
oleh Meyer dan Kraeplin, dan model keperawatan.

3.2. Saran
Diharapkan perawat lebih mempelajari mengenai fungsi dan perannya
dalam penanganan masalah kesehatan jiwa dengan memahami masalah
kesehatan jiwa yang ada serta upaya penanganannya dengan baik.

25

DAFTAR PUSTAKA
A.Price Sylvia. 2015. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
6. EGC: Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Ed.3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Gray, Huon H., dkk. 2003. Lecture Notes: Kardiologi. Jakarta: Erlangga.
Huda Nurarif, Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jakarta : MediAction Publishing.
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
M. Black. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

26

Вам также может понравиться