Вы находитесь на странице: 1из 23

LAPORAN PENDAHULUAN

INFARK MIOKARD
STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI RUANG ICCU
RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO

Disusun Oleh :
RORO WULANDARI, S.Kep
G1B207020

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO

2008

INFARK MIOKARD

1.

Definisi
Infark miokard adalah kematian jaringan miokard yang diakibatkan oleh
kerusakan aliran darah koroner moikard (Carpenito, 2001). Hudak & Gallo
(1994) menyatakan bahwa infark miokard adalah akibat dari penyakit arteri
koroner (PAK) dengan kerusakan jaringan yang menyertai dan nekrosis.
Infark miokard adalah kematian jaringan otot jantung yang ditandai
adanya sakit dada yang khas: lama sakitnya lebih dari 30 menit, tidak hilang
dengan istirahat atau pemberian anti angina ( PKJPDN Harapan Kita, 2001).
Sedangkan menurut Widiastuti (2003) akut miokard infark (AMI) adalah
terjadinya

nekrosis

miokard

yang

cepat

disebabkan

karena

ketidakseimbangan antara aliran darah dan kebutuhan darah miokard.


Keadaan ini biasanya sebagai akibat pecahnya plak dengan pembentukan
trombus dari arteri koronaria yang berakibat penurunan mendesak aliran
darah pada bagian miokard.
2.

Etiologi
AMI menurut Smeltzer dan Bare (2002) dapat disebabkan oleh
penyumbatan arteri koronaria akibat arteriosklerosis atau oklusi arteri
komplit akibat emboli atau trombus; penurunan aliran darah koroner dapat
juga disebabkan oleh syock atau perdarahan; ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen miokard.
Ketidakadekuatan aliran darah akibat dari penyempitan, sumbatan, arteri
koronaria akibat terjadinya aterosklerosis, atau penurunan aliran darah akibat
syok atau perdarahan
Faktor resiko menurut Framingham :

Hiperkolesterolemia : > 275 mg/dl

Merokok sigaret : > 20/hari

Kegemukan : > 120 % dari BB ideal

Hipertensi : > 160/90 mmHg

Gaya hidup monoton


Faktor-faktor lain yang dapat memungkinkan berkembangnya PAK

adalah sbb riwayat penyakit jantung keluarga, kepribadian tipe A (sangat


ambisius, pandangan kompetitif, serba cepat), diabetes militus atau ters
toleransi glukosa abnormal, jenis kelamin pria, menggunakan kontrasepsi
oral, menopause dan diet kolesterol tinggi dan lemak tinggi.
3.

Tanda dan gejala


Secara khas nyeri dirasakan di daerah perikardial sering dirasakan
sebagai suatu desakan, diperas, ditekan, dicekik, dan nyeri seperti terbakar,
rasanya tajam dan menekan atau sangat nyeri, nyeri terus menerus, dan
dangkal. Nyeri dapat melebar ke belakang strenum sampai dada kiri, lengan
kiri, leher, rahang, atau bahu kiri.

4.

Patofisiologi
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 45 menit akan menyebabkan
kerusakan seluler yang irreversibel dan kematian otot atau nekrosis. Bagian
miokardium yang mengelami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi
secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh suatu
daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup. Bila pinggir daerah infark
mengalami nekrosis maka besar dearah infark akan bertambah besar,
sedangkan perbaikan iskemia akan memperkecil daerah nekrosis.
Infark miokardium biasanya menyerang daerah ventrikel kiri. Infark
trasmural mengenai seluruh tebal dinding yang bersangkutan, sedangkan
infark subendokardial terbatas pada separuh bagian dalam miokardium.
Daerah lain yang biasanya terserang infark adalah bagian inferoir, lateral,
posterior, dan septum, infark luas yang melibatkan bagian besar ventrikel
dinyatakan sesuai dengan lokasi infark yaitu anteroseptal, anterolateral,
inferolateral. Infark dinding ventrikel kanan juga ditemukan pada sekitar

seperempat kasus infark dinding posterior kiri, pada kondisi ini disebut
sebagai infark biventrikuler.
Otot yang mengalami infark akan mengalami serangkaian perubahan
selama berlangsungnya proses penyembuhan, mula-mula otot yang
mengalami infark tampak memar dan sianotik akibat terputusnya alioran
darah regional kemudian dalam jangka waktu 24 jam akan timbul edema pda
sel-sel, respon peradangan disertai infiltrasi leukosit. Enzim-enzim jantung
akan terlepas dari sel-sel ini, menjelang hari kedua atau ketiga mulai terjadi
proses degradasi ringan dan pembuangan semua serabut nekrotik. Selama
fase ini dinding nekrotik relatif tipis, kira-kira pada minggu ketiga mulai
terbentuk jaringan parut. Lambat laun jaringan penyambung fibrosa
menggantikan otot yang nekrosis dan mengalami penebalan yang progresif.
Pada minggu keenam parut sudah terbentuk dengan jelas.
Akibat yang terjadi karena infark miokardiun adalah daya kontraksi
menurun, gerakan dinding abnormal, perubahan daya kembang dinding
ventrikel, pengurangan curah sekuncup, pengurangan fraksi ejeksi,
peningkatan volume akhir sistolok dan akhir diastolik ventrikel serta
peningkatan akhir diastolik ventrikel kiri.
Derajat gangguan fungsional akibat infark tergantung dari :

Ukuran infark : infark yang melebihi 40 % miokardium berkaitan


dengan insiden syok kardiogenik tinggi.

Lokasi infark : lokasi di dinding anterior lebih besar kemungkinannya


mengurangi fungsi mekanik dibandingkan dengan kerusakan dinding
inferior.

Fungsi miokardium yang terlibat : infark tua akan membahayakan


fungsi miokardium sisanya.

Sirkulasi kolateral : baik melalui anastomosis arteria yang sudah ada


atau melalui saluran yang baru terbentuk, dapat berkembang sebagai
respon terhadap iskemia yang kronik dan hipoperfusi regional guna
memperbaiki aliran darah yang menuju ke miokardium terancam.

Mekanisme kompensasi dari kardiovaskular : mekanisme ini bekerja


untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer.

Kompensasi terhadap infark adalah sebagai berikut :

5.

Peningkatan frekuensi jantung dan daya kontraksi.

Vasokonstriksi umum.

Retensi natrium dan air.

Dilatasi ventrikel.

Hipertropi ventrikel.

Pemeriksaan diagnostik
a. Elektrokardiografi
Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan
menmghasilkan perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat
aliran listrik diarahkan menjauh dari jaringan iskemik, lebih serius
lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST menyebabkan
depresi ST.
Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik dan gagal
untuk repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST.
Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik
disekitar area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah
jaringan parut yang tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik
akan menggambarkan perubahan gelombang T saat iskemik terjasi
lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang
T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang
T membalik. Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang Q
menetap dan segmen ST kembali normal.

Perubahan elektrokardiogram speifik pada infark moikard transmural


akut :
Daerah infark
Perubahan EKG
Anterior
Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan

Inferior
Lateral
Posterior
Ventrikel kanan
b. Enzim-enzim jantung

resiprokal (depresi ST) pada lead II, III, aVF.


Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan
resiprokal (depresi ST) V1 V6, I, aVL.
Elevasi segmen ST pada I, aVL, V5 V6.
Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF,
terutama gelombang R pada V1 V2.
Perubahan gambaran dinding inferior

Pemeriksaan seri enzim-enzi9m jantung diperoleh dari gambaran


contoh darah tiap 8 jam selama 1 sampai 2 hari. Ketika terjadi cedera
jaringan maka banyak protein terlepas dari bagian dalam sel otot
jantung ke dalam sirkulasi, enzim-enzim yang harus diobservasi
adalah kreatinkinase (CK), laktat dehidrogenase (LDH) dan
transaminase oksaloasetat glutamik serum (SGOT)
c. Vektokardiografi
Pengukuran noninvasif aksis listrik untuk kecepatan dan arah
konduksi dan gangguan seperti hipertropi ventrikel kanan dan
ventrikel jantung serta blok jantung.
d. Angiografi
Ters diagnostik invasif dengan memasukan katerterisasi jantung yang
memungkinkan visualisasi langsung terhadap arteri koroner besar
dan pengukuran langsung terhadap ventrikel kiri.
e. Skintigrafi talium
Memungkinkan untuk imaging miokard setelah injeksi talium-201,
suatu cold spot terjadi pada gambaran yang menunjukan area
iskemia.

6.

Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada infark miokard adalah:
a. Gagal ginjal kongestif

Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Infark


miokardium mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang
abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung tersebut. Dengan
berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untukmengosongkan diri, maka
besar curah sekuncup berkurang sehingga volume sisa ventrikel
meningkat. Akibatnya tekanan jantung sebelah kiri meningkat.
Kenaikkan tekanan ini disalurkan ke belakang ke vena pulmonalis. Bila
tekanan hidrostatik dalam kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik
vaskuler maka terjadi proses transudasi ke dalam ruang interstitial. Bila
tekanan ini masih meningkat lagi, terjadi udema paru-paru akibat
perembesan cairan ke dalam alveolis sampai terjadi gagal jantung kiri.
Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan akibat
meningkatnya tekanan vaskuler paru-paru sehingga membebani ventrikel
kanan.
b. Syok kardiogenik
Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah
mengalami infark yang masif, biasanya mengenai lebif dari 40%
ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan hemodinamik progresif hebat yang
irreversibel, yaitu penurunan perfusi perifer dimana berupa penurunan
perfusi koroner dan peningkatan kongesti paru-paru.
c. Disfungsi otot papilaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrosis otot papilaris akan
mengganggu fungsi katub mitralis, memungkinkan eversi daun katup ke
dalam atrium selama sistolik. Inkompentensi katub mengakibatkan aliran
retrograd dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat
pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri
dan vena pulmonalis. Volume aliran regugitasi tergantung dari derajat
gangguan pada otot papilari bersangkutan.
d. Depek septum ventrikel
Nekrosis septum interventrikularis dapat menyebabkan ruptura
dinding septum sehingga terjadi depek septum ventrikel. Karena septum
mendapatkan aliran darah ganda yaitu dari arteri yang berjalan turun pada
permukaan anterior dan posterior sulkus interventrikularis, maka rupture
septum menunjukkan adanya penyakit arteri koronaria yang cukup berat

yang mengenai lebih dari satu arteri. Rupture membentuk saluran keluar
kedua dari ventrikel kiri.
Pada tiap kontraksi ventrikel maka aliran terpecah dua yaitu
melalui aorta dan melalui defek septum ventrikel. Karena tekanan
jantung kiri lebih besar dari jantung kanan, maka darah akan mengalami
pirau melalui defek dari kiri ke kanan, dari daerah yang lebih besar
tekanannya menuju daerah yang lebih kecil tekanannya. Darah yang
dapat dipindahakan ke kanan jantung cukup besar jumlahnya sehingga
jumlah darah yang dikeluarkan aorta menjadi berkurang. Akibatnya curah
jantung sangat berkurang disertai peningkatan kerja ventrikel kanan dan
kongesti.
e. Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada
awal perjalanan infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik
sebelum pembentukkan parut. Dinding nekrotik yang tipis pecah
sehingga terjadi perdarahan masif ke dalam kantong perikardium yang
relatif tidak alastis tak dapat berkembang. Kantong perikardium yang
terisi oleh darah menekan jantung ini akan menimbulkan tanponade
jantung. Tanponade jantung ini akan mengurangi alir balik vena dan
curah jantung.
f. Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel
menjadi kasar yang merupakan predisposisi pembentukkan trombus.
Pecahan trombus mural intrakardia dapat terlepas dan terjadi embolisasi
sistemik. Daerah kedua yang mempunyai potensi membentuk trombus
adalah sistem vena sistenik. Embolisasi vena akan menyebabkan
embolisme pada paru-paru.
g. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang
langsung berkontak dengan perikardium menjadi besar sehingga
merangsang

permukaan

perikardium

dan

menimbulkan

reaksi

peradangan, kadang-kadang terjadi efusi perikardial atau penimbunan


cairan antara kedua lapisan.
h. Sindrom Dressler
Sindrom pasca infark miokardium ini merupakan respon
peradangan

jinak

yang

disertai

nyeri

pada

pleuroperikardial.

Diperkirakan sindrom ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas


terhadap miokardium yang mengalami nekrosis.
i. Aritmia
Aritmia

timbul

akibat

perubahan

elektrofisiologis

sel-sel

miokardium. Perubahan elektrofiiologis ini bermanifestasi sebagai


perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
7.

Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk mempertahankan keseimbangan antara
konsumsi O2 miokard dengan suplai oksigen
a. Pemberian trombolitik terapi
Obat-obat ini mengaktifkan sistem fibrinolitik sehingga menghasilkan
lisis bekuan. Obat ini memicu konversi plasminogen menjadi plasmin,
suatu enzyme proteolitik yang mampu melisiskan bekuan fibrin. Melalui
degradasi fibrin oleh plasmin terjadi lisis bekuan dan aliran darah
kembali mengalir ke arteri koronaria yang mengalami oklusi.
b. PTCA (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasty)
c. Operasi CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
d. Pemberian obat-obat kardiovaskuler yang bertujuan untuk meningkatkan
suplai O2 misal Nitrogliserin, digitalis, diuretic, anti aritmia, dll.
e. Obat anti koagulasi

DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, 1996, Nursing intervention classification (NIC), Mosby-Year Book,


USA.
Carpenito, 1999, Rencana asuhan & dokumentasi keperawatan, diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif, EGC, Jakarta.
Ignatavicius D. D., & Workman L.M., 2002, Medical sugical nursing: Critical
thinking for collaborative Care, 4th edition, W.B Saunders, Philadelphia.
LeMone, P., & Burke, M. K., 1996, Medical surgical critical thinking in client
care, Addison Wesley Nursing, California.
Luckmann & Sorensens, 1993, Medical surgical nursing, 4th ed, W.B Saunders,
Philadelphia.
NANDA, 2005, Nursing diagnoses definition dan classification, W.B Saunders,
Philadelpia.
Price & Wilson, 1995, Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, EGC,
Jakarta.
Smeltzer, S.C., & Bare, B. G., 2001, Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddart, EGC, Jakarta.
WwwI.Us.Elsevierhealth.Com, 2004, Nursing diagnosis : A guide to planning
care, fifth Edition.
Widiastuti, S., 2001, Infark miokard akut, FK UNDIP, Semarang.

RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan/KH
Intervensi
1. Penurunan curah
NOC :
Cardiac care :
jantung berhubungan Pasien menunjukan kardiak - Monitor gejala gagal jantung dan dengan perubahan
output/status sirkulasi yang
CO menurun termasuk nadi
sekuncup jantung : memuaskan, dibuktikan
perifer yang kualitasnya menurun,
Afterload
dengan skala indikator sebagai kulit dingin dan ekstremitas, RR,
berikut :
dispneu, HR yang tinggai, distensi
Skala :
vena jugularis, penurunan
1 : Ekstrem
kesadaran dan adanya edema
2 : Berat
- Auskultasi bunyi jantung, catat
3 : Sedang
frekuensi, ritme, adanya S3 dan 4 : Ringan
S4 serta bunyi baru
5 : Tidak menunjukkan
- Observasi bingung, kurang tidur,
pusing
Kriteria hasil :
- Observasi adanya nyeri
- Tekanan darah sistolik dan
dada/ketidaknyamanan, lokasi,
diastolik dan rata-rata dalam penyebaran, keparahan, kualitas,
rentang yang di harapkan
durasi, manifestasi seperti mual
- Denyut jantung dbn
dan faktor yang memperburuk dan
- Tekanan vena sentral dan
mengurangi
tekanan dalam paru dbn
- Jika ada nyeri dada, baringkan
- Gas darah dbn
klien, monitor ritme jantung, beri - Bunyi nafas tambahan tidak oksigen, medikasi dan beritahu
ada
dokter
- Distensi vena leher tidak
- Monitor intake dan output per 24
ada
jam
- Edema perifer tidak ada
- Ascites tidak ada
- Catat hasil EKG dan X-Ray dada

Rasional
Indikasi penurunan curah jantung

Adanya bunyi gallop, takikardi dan


crackles di paru dapat mengindikasikan
gagal jantung
Gangguan SSP dapat dihubungkan
dengan penurunan curah jantung
Nyeri dada mengindikasikan
ketidakcukupan suplai darah ke jantung

Tindakan ini dapat meningkatkan


distribusi oksigen ke arteri koroner
Penurunan CO menghasilkan penurunan
perfusi ke ginjal sehingga urin output
menurun

- Denyut perifer kuat dan


simetris
- Status kognitif dbn
- Menunjukkan kardiak
output adekuat yang
ditunjukkan dengan TD,
nadi, ritme normal, nadi
perifer kuat, melakukan
aktivitas tanpa dispneu dan
nyeri
- Bebas dari efek samping
obat yang digunakan

- Kaji hasil laboratorium, nilai


- EKG dapat menunjukkan HI
AGD, elektrolit termasuk kalsium sebelumnya, hipertrofi ventrikel, dll
- Monitor CBC, Natrium, kreatinin - Hasil laboratorium rutin memberi
serum
informasi penyebab gagal jantung dan
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan perkembangan dekompesasi
- Posisikan klien dalam posisi semi
fowler atau posisi yang nyaman
- Tambahan oksigen dapat meningkatkan
- Cek TD, nadi dan kondisi sebelum ketersediaan oksigen di jantung
medikasi jantung seperti ACE
- Meninggikan kepala tempat tidur dapat
inhibitor, digoxin dan blocker.
menurunkan usaha tenaga untuk bernafas
Beritahu dokter bila nadi dan TD
dan menurunkan venous return dan
rendah sebelum medikasi
preload
- Selama fase akut, pastikan klien - Untuk mengevaluasi seberapa baik klien
bedrest dan melakukan aktivitas
menoleransi medikasi saat ini
yang dapat di toleransi jantung
- Berikan makanan rendah garam,
kolesterol
- Berikan lingkungan yang tenang - Gagal jantung dengan pembatasan
dengan meminimalkan gangguan
gerakan dapat memfasilitasi
dan stressor. Jadwalkan istirahat
rekompensasi temporer
setelah makan dan aktivitas
- Rendah garam dapat menurunkan
kelebihan cairan. Rendah kolesterol dapat
menurunkan aterosklerosis.
- Periode istirahat menurunkan konsumsi
oksigen

2. Nyeri akut
NOC :
berhubungan dengan - Pain Level

Pain Management

- Intensitas dari nyeri dan ketidak

agen injury kimia


(proses kanker,
diskontinuitas
jaringan), hipoksi
miokard karena
penyempitan
pembuluh darah
koroner

- Pain control
- Comfort level
Kriteria Hasil :
- Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
- Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang
normal
Skala :
1 : Konsisten menunjukkan
2 : Sering
3 : Kadang-kadang
4 : Jarang
5 : Tidak pernah

- Lakukan pengkajian nyeri secara


komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
- Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
-

nyamanan harus dikaji dan


didokumentasikan setelah prosedur yang
menyebabkan nyeri dengan beberapa hal
baru tentang nyeri dan interval dari nyeri.
Pendekatan dengan teknik komunikasi
terapeutik akan meningkatkan
kepercayaan klien.
Pengalaman klien terhadap nyeri masa
lampau dapat dijadikan bahan evaluasi
awal untuk penanganan nyeri saat ini.
Budaya pasien mempengaruhi
tingkat/intensitas nyeri
Minimalisasi pengaruh eksternal mampu
membantu klien untuk mengatasi nyeri
dan mencegah timbulnya nyeri.
Dapat memberikan ketenangan kepada
klien dan membuat klien lebih relaks
sehingga nyeri dapat berkurang.

- Evaluasi bersama pasien dan tim


kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
- Dukungan merupakan support sistem
masa lampau
yang paling efektif dalam mengelola
- Bantu pasien dan keluarga untuk
pasien
mencari dan menemukan
- Lingkungan sangat berpengaruh terhadap
dukungan
suasana hati, suasana hati berkaitan erat
- Kontrol lingkungan yang dapat
dengan tingkat nyeri
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
- Penggunaan teknik non farmakologi
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
(seperti relaksasi, guided imagery, terapi
- Pilih dan lakukan penanganan
musik, distraksi, massage, aplikasi panas-

nyeri (farmakologi, non


dingi) diharapkan pasien tidak tergantung
farmakologi dan inter personal)
dengan obat-obatan sehingga pasien bisa
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
melakukan manajemen nyeri dengan
menentukan intervensi
mandiri.
- Ajarkan tentang teknik non
- Analgetik sangat diperlukan pada kondisi
farmakologi
nyeri yang berat dan tidak tertahankan
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri - Respon klien terhadap prosedur dapat
tidak berhasil
dijadikan bahan evaluasi untuk
- Monitor penerimaan pasien
penaganan nyeri selanjutnya.
tentang manajemen nyeri
- Intensitas dari nyeri, lokasi dan
kualitasnya merupakan dasar terhadap
Analgesic Administration
penentuan intervensi yang akan
dilakukan.
- Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum - Ketelitian dan ketepatan administrasi
program pemberiann analgetik sangat
pemberian obat
diperlukan dalam penanganan nyeri.
- Cek instruksi dokter tentang jenis Pilihan analgetik yang tepat dan rute yang
mampu meminimalkan timbulnya nyeri
obat, dosis, dan frekuensi
pada saat pemberian serta semakin cepat
- Cek riwayat alergi
efek analgetiknya dirasakan oleh klien
- Pilih analgesik yang diperlukan
sangat dibutuhkan dalam penanganan
atau kombinasi dari analgesik
nyeri.
ketika pemberian lebih dari satu
- Evaluasi respon terhadap pemberian
- Tentukan pilihan analgesik

tergantung tipe dan beratnya nyeri


- Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara
teratur
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)
3. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan
oksigen

NOC :
- Energy conservation
- Self Care : ADLs

Energy Management

analgetik dapat digunakan untuk menilai


keefektifan analgetik yang diberikan

- Menentukan penyebab dapat membantu


menentukan intoleransi

- Observasi adanya pembatasan


klien dalam melakukan aktivitas
Kriteria Hasil :
- Dorong klien untuk
- Berpartisipasi dalam
mengungkapkan perasaan
aktivitas fisik tanpa disertai terhadap keterbatasan
peningkatan tekanan darah, - Kaji adanya factor yang
nadi dan RR
menyebabkan kelelahan
- Mampu melakukan aktivitas - Monitor nutrisi dan sumber energi
sehari hari (ADLs) secara
yang adekuat
mandiri
- Monitor pasien akan adanya
Skala :
kelelahan fisik dan emosi secara
1 : Tidak sama sekali
berlebihan
2 : Ringan
- Monitor respon kardivaskuler
3 : Sedang
terhadap aktivitas
4 : Berat

Perawatan, nyeri dan pengobatan dapat


menyebabkan keletihan
Memonitor dan memastikan keadekuatan
sumber-sumber energi

Takikardia, disritmia lain, dispneu,


diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik
dan peningkatan respirasi merupakan
respon kardiovaskuler terhadap aktivitas

5 : Sangat berat
- Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy

- Untuk merencanakan dan memantau


program aktivitas sesuai dengan
kebutuhan

- Kolaborasikan dengan Tenaga


- Mengetahui jenis aktivitas yang dapat
Rehabilitasi Medik
meminimalkan konsumsi oksigen
dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
- Mencegah kelelahan
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
- Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
- Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
- Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
- Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual
4. Cemas berhubungan NOC :
dengan status
kesehatan, ancaman Anxiety Control
kematian
Kriteria hasil :
- Monitor intensitas
kecemasan
- Menyingkirkan tanda
kecemasan
- Menurunkan stimulus
lingkungan ketika cemas
- Mencari informasi untuk
menurunkan cemas
- Merencanakan strategi
koping untuk situasi penuh
stress
- Menggunakan strategi
koping efektif
- Melaporkan pemenuhan
kebutuhan tidur adekuat

Anxiety Reduction (penurunan


cemas)
- Gunakan pendekatan yang
menenangkan dengan bina
hubungan saling percaya
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
- Pahami prespektif pasien terhdap
situasi stres
- Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
- Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
- Dorong keluarga untuk menemani
anak
- Lakukan back/neck rub
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan

Mempermudah intervensi
Membantu pasien dalam meningkatkan
pengetahuan tentang status kesehatan dan
meningkatkan kontrol kecemasan

- Melaporkan tidak adanya


manifestasi fisik dari
kecemasan
Skala :
1 : Konsisten menunjukkan
2 : Sering
3 : Kadang-kadang
4 : Jarang
5 : Tidak pernah

5. Kurang pengetahuan
tentang penyakit
berhubungan dengan
tidak mengetahui
sumber-sumber
informasi.

- Bantu pasien mengenal situasi


yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
- Berikan reinforcement positif
- Mengurangi tingkat kecemasan
untuk menggunakan sumber
koping yang efektif
- Penggunaan strategi adaptasi secara
bertahap (dari menkanisme pertahanan
koping sampai strategi penguasaan)
membantu pasien cepat menghadapi
kecemasan

NOC :
- Kowlwdge : disease process Teaching : disease process
- Kowledge : health behavior - Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses
Kriteria Hasil :
penyakit yang spesifik
- Pasien dan keluarga
- Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan pemahaman
penyakit dan bagaimana hal ini
tentang penyakit, kondisi,
berhubungan dengan anatomi dan
prognosis dan program
fisiologi, dengan cara yang tepat.
pengobatan
- Gambarkan tanda dan gejala yang
- Pasien dan keluarga mampu biasa muncul pada penyakit,
melaksanakan prosedur
dengan cara yang tepat
yang dijelaskan secara benar- Gambarkan proses penyakit,
- Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat

Mempermudah dalam memberikan


penjelasan pada klien
Meningkatkan pengetahuan dan
mengurangi kecemasan

menjelaskan kembali apa - Identifikasi kemungkinan


yang dijelaskan perawat/tim penyebab, dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya.
- Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
Skala :
tepat
1 : Tidak ada
- Hindari jaminan yang kosong
2 : Terbatas
- Sediakan bagi keluarga atau SO
3 : Cukup
informasi tentang kemajuan
4 : Banyak
pasien dengan cara yang tepat
5 : Luas
- Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
- Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
- Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
- Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
- Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara

yang tepat

Вам также может понравиться