Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
macam-macam
qira'at
itu
ada
yang mutawatir,
Jalaluddin
al-Bulqiny
mengatakan:
Qira'at
itu
terbagi
ke
dalam: mutawatir,
menentangnya, bahkan itu termasuk dalam bagian huruf yang tujuh dimana Al-Qur'an
diturunkan. Wajib bagi semua orang untuk menerimanya baik timbulnya dari imam yang tujuh
maupun dari yang sepuluh atau lainnya yang bisa diterima. Apabila salah satu persyaratan
yang tiga tersebut di atas tidak terpenuhi maka qira'at itu dikatakan qira'at yang syadz atau
bathil, baik datangnya dari aliran yang tujuh maupun dari tokoh yang lebih ternama lagi.
Inilah pendapat yang benar menurut para muhaqqiq dari kalangan salaf maupun khalaf.
Pengarang kitab Ath-Thayyibah dalam memberikan batas diterimanya qira'at mengatakan:
Setiap bacaan yang sesuai dengan nahwu, mirip dengan tulisan mushhaf Utsmany, benar
adanya itulah bacaan. Ketiga sendi ini, bila rusak salah satunya menyatakan itu cacat, meski
dari qira'at sab'ah datangnya.
Qira'at
ada
yang
mengartikan qira'at
sab'ah, qira'at
empat
Semuanya yang paling terkenal dan nilai kedudukannya tinggi ialah qira'at sab'ah.
belas.
Qira'at sab'ah (tujuh) adalah qira'at yang dinisbatkan kepada imam yang tujuh dan terkenal,
yaitu: Nafi', Ashim, Hamzah, Abdullah bin Amir, Abdullah ibnu Katsir, Abu Amer ibnu 'Ala' dan
Ali al-Kisaiy.
Qira'at 'asyar (sepuluh) adalah qira'at yang tujuh ditambah dengan qira'at: Abi Ja'far, Ya'qub
dan Khalaf.
Qira'at arba' 'asyar (empat belas) yaitu qira'at yang sepuluh ditambah empat qira'at: Hasan
al-Bashry, Ibnu Mahish, Yahya al-Yazidy dan asy-Syambudzy.
Ilmu qira'at adalah ilmu yang lahir pada masa yang sebelumnya tidak pernah disebut-sebut.
Orang yang pertama menyusunnya adalah Abi Ubaid al-Qasim ibnu Sallam, Abu Hatim asSajistany, Abi Ja'far ath-Thabary dan Ismail al-Qadhy.
Bilakah qira'at menjadi populer?
Qira'at sab'ah populer diseluruh negara Islam pada permulaan abad kedua hijriyah. Di Bashrah
orang membaca menurut qira'at Abi Amr dan Ya'qub. Di Kufah menurut qira'at Hamzah dan
Ashim, di Syam menurut qira'at Ibnu Amir, di Makkah menurut qira'at Ibnu Katsir dan di
Madinah menurut qira'at Nafi'.