Вы находитесь на странице: 1из 20

TUGAS BERSTRUKTUR

DOSEN PENGAJAR
TAFSIR
Prof. Dr. H. MAHYUDDIN BARNI,
M.Ag

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DAN


KEBANGKITANNYA DI HARI KIAMAT

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I

1. MUHAMMAD ALHADI
: 1401250945
2. SITI AISYAH
: 1301251028

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
BANJARMASIN
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam yang
telah memberikan kita petunjuk sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Baginda Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Dalam kesempatan ini kami ingin menjelaskan makalah yang kami beri
judul PROSES PENCIPTAAN MANUSIA. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca
dalam pembelajaran Tafsir.
Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak sekali
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik agar ke depannya dapat menjadi lebih baik lagi. Kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat hadir di hadapan para pembaca sekalian terutama kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. H. MAHYUDDIN BARNI,
M.Ag selaku Dosen pengajar mata Tafsir, serta kepada seluruh rekan-rekan
mahasiswa.
Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila di dalam makalah
ini banyak terjadi kesalahan-kesalahan baik yang disengaja maupun tidak
disengaja. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Banjarmasin, 14 September 2016

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar........................................................................................

Daftar Isi..................................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN
A Latar Belakang..............................................................
B Rumusan Masalah.........................................................

BAB II

1
1

PEMBAHASAN
A Alquran Surah Al-Muminun
1. Pengertian Surah Al-Muminun................................
2. Surah Al-Muminun (ayat 12-16).............................
3. Tafsir Surah Al-Muminun.......................................

2
2
2

B Alquran Surah As-Sajdah


1. Pengertian Surah As-Sajdah.....................................
2. Surah As-Sajdah (ayat 9-12).....................................
3. Tafsir Surah As-Sajdah.............................................
PENUTUP
A Kesimpulan....................................................................
B Kritik dan Saran............................................................
Daftar Pustaka.........................................................................................

7
8
8

BAB III

14
14
15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telaah ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang manusia, memberi
gambaran kontradiktif menyangkut keberadaannya. Disatu sisi manusia dalam
Alquran sering mendapat pujian Tuhan. Seperti pernyataan terciptanya manusia
dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya, kemudian penegasan tentang
dimuliakannya makhluk ini dibanding dengan kebanyakan makhluk-makhluk lain.
Sedang di sisi lain sering pula manusia mendapat celaan Tuhan. Seperti bahwa ia
amat aniaya dan ingkar nikmat, dan sangat banyak membantah adanya hari
Kiamat.
Gambaran kontradiktif itu bukanlah berarti bahwa ayat-ayat yang
berbicara perihal manusia bertentangan satu sama lain, melainkan justru
menandakan bahwa makhluk yang bernama manusia itu unik, makhluk yang serba
dimensi.
Hal ini dapat dipahami dengan mengkaji asal-usul kejadiannya, proses
penciptaannya, serta kebangkitannya di hari Kiamat dalam Alquran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses penciptaan manusia dan kebangkitannya di hari Kiamat
2.

dalam Alquran Surah Al-Muminun ayat 12-16 ?


Bagaimana proses penciptaan manusia dan kebangkitannya di hari Kiamat
dalam Alquran Surah As-Sajdah ayat 9-12 ?

BAB II
PEMBAHASAN
1

A. Al Quran Surah Al Mukminin Ayat 12 16


1. Pengertian Surah Al Mukminin
Surah al-Muminun adalah salah satu surah yang
disepakati oleh ulama turun sebelum Nabi Muhammad saw.
berhijrah ke Madinah atau yang diistilahkan dengan surah
Makkiyyah. Memang, ada juga segelintir kecil ulama yang
menduga sebagai ayatnya turun di Madinah. Nama alMuminun atau al-Muminin dikenal sejak masa Nabi saw.
Surah ini merupakan surah yang ke-76 jika ditinjau dari
perurutan turunnya surah. Ia turun sebelum surah alMulk/Tabarak, dan sesudah surah ath-Thur.
2. Surah Al Muminun (ayat 12 16)




(13)






( 12
















( 14)

)








( 15)


)16
(12) Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dari
saripati(berasal) dari tanah . (13) Kemudian, Kami menjadikannya
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). (14)
Kemudian, Kami air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat,
lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami
menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah,
Pencipta yang paling baik. (15)Kemudian setelah itu,
sesungguhnya kamu pasti mati. (16)Kemudian, sesungguhnya
kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada Hari Kiamat. 1

3. Tafsir Surah Al Muminun (ayat 12 16)


a. Tafsir Ayat [12]
1 Kementerian Agama RI, Al-Quran & Tafsirnya, jilid VI. (Jakarta :
Lentera Abadi, 2010). Hal 475-476
2

Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dari


saripati (berasal) dari tanah.

Yang jelas kata ( ) sulalah terambil dari kata ( )salla


yang antara lain berarti mengambil, mencabut. Patron
kata ini menganduk makna sedikit sehinggga kata sulalah
berarti mengambil sedikit dari tanah dan yang diambil itu
adalah saripatinya.2
Sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia
dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Ada segolongan
ahli tafsir menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan
manusia di sini adalah keturunan Adam termasuk kita
sekalian, yang berasal dari air mani. Dari hasil penelitian
ilmiah, sebenarnya air mani itu pun berasal dari tanah
setelah melalui beberapa proses perkembangan. Makanan
yang merupakan hasil bumi, yang dimakan oleh manusia,
dan alat pencernaannya berubah menjadi cairan yang
bercampur dengan darah yang menyalurkan bahan-bahan
hidup dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia
ke seluruh bagian anggotanya.3 Dengan makanan itu
teraturlah jalan darahnya, dan tidak dapat hidup kalau
bukan dari zat bumi tempat dia dilahirkan itu. Dalam
tubuh yang sehat, mengalirlah darah, berpusat pada
jantung dan dari jantung mengalirlah darah itu keseluruh
tubuh. Dalam darah itu terdapat zat yang akan menjadi
mani. Setetes mani terdapat beribu-ribu bahkan bermilliun
tampang yang akan dijadikan manusia, yang tersimpan
dalam shulbi laki-laki dan taraib perempuan.4
2 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 10 (Jakarta: Lentera Hati,
2002). Hal ?????
3 Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. Hal 477
4 Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz XVII (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001). Hal
18
3

Jika manusia itu meninggal dunia dan dimasukkan ke


dalam kubur di dalam tanah, maka badannya akan hancur
lebur dan kembali menjadi tanah lagi, sesuai dengan
firman Allah:


















Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan
kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu, dan dari
sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.

(Taha /20: 55).5

b. Tafsir Ayat [13]


Kemudian, Kami menjadikannya air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kukuh (rahim).

Nuthfah terambil dari kata , dari akar kata ini


muncul kata

( an-natfah) artinya mutiara dan

( an-nutfah) artinya air yang jernih atau air mani


(sperma). Dalam ayat ini kata

nutfah adalah hasil

pertemuan antara satu sel atau lebih dari sperma laki-laki


yang memancar dan ovum atau sel telur di rahim
perempuan.
Menurut ilmu kedokteran, dari ribuan sel mani yang
dipancarkan biasanya hanya satu sel yang mampu
menerobos dan bertemu dengan ovum. Jika sel yang
berhasil bertemu dengan ovum itu lebih dari satu, akan
terjadi bayi kembar.6
Kemudian kami (Allah) tempatkan saripati air mani
itu

dalam

tulang

rusuk

sang

suami

yang

dalam

persetubuhan dengan istrinya ditumpahkan ke dalam

5 Kementerian Agama RI, Loc.Cit.


6 Ibid. Hal 476
4

rahimnya, suatu tempat penyimpanan yang kukuh bagi


janin sampai saat kelahirannya.7
c. Tafsir Ayat [14]
Kemudian, Kami air mani itu kami jadikan sesuatu yang
melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk)
lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.
Alaqah berasal dari kata artinya yang tergantung atau

menempel dan berdempet, artinya sepotong daging yang


akan membentuk menjadi bayi, atau sejenis cacing dalam
air, bila itu diminum cacing itu akan menyangkut di
kerongkongan.

( il-ilqah)

artinya

benda

bernilai yang menjadi andalan pemiliknya.


Para ulama dahulu memaknai alaqah

yang

sebagai

segumpal darah, tetapi penelitian ilmiah yang dilakukan


cenderung mengartikan sebagai ( al-alaq) sesuatu
yang bergantung atau menempel di dinding rahim.
Menurut

para

pakar

embriologi,

setelah

terjadi

pembuahan yaitu bertemunya sperma dan ovum dalam


rahim, membentuk nuthfah, kemudian terjadi proses
dimana nuthfah membelah diri menjadi dua, empat dan
seterusnya. Dan kemudian bergerak menuju dinding
rahim, dan pada akhirnya menempel atau bergantung di
sana, inilah yang disebut alaqah dalam Al-Quran. dalam
fase ini menurut pakar embriologi sama sekali belum
ditemukan unsur darah, karena itu tidak tepat menurut
mereka mengartikan alaqah dengan segumpal darah.8
Mudgah terambil dari kata yang artinya mengunyah. Atau
bisa juga diartikan dengan sesuatu yang bentuknya kecil
sehingga bisa dikunyah. Yang dimaksud dengan dalam
7 Ibid. Hal 477
8 Ibid. Hal 476
5

ayat ini adalah alaqah yang berubah bentuknya pada


fase berikutnya menjadi segumpal daging.9
Kemudian air mani itu Kami (Allah) kembangkan
dalam

beberapa

dijadikan

minggu

segumpal

sehingga

daging,

dan

menjadi

al-alaq

segumpal

daging

dijadikan tulang belulang, dan ada bagian yang dijadikan


daging,
dijadikan

laksana

pakaian

makhluk

yang

penutup

tubuh,

(berbentuk)

lain,

kemudian
setelah

ditiupkan Roh ke dalamnya, sehingga menjadi manusia


yang sempurna, dapat berbicara, melihat, mendengar,
berfikir yang tadinya hanya merupakan benda mati. Maka
Mahasuci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.10
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani
berpadu itu dia pun bertukar rupa menjadi segumpal
darah. Ketika Ibu telah hamil dalam dua tengah tiga
bulan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si
Ibu, pendingin, pemarah, berubah-ubah perangai, kadangkadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah
darah, dia beransur kian membeku, membeku terus
hingga jadi segumpal daging, membeku terus hingga
berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu
masih ada persediaan air yang kelaknya menjadi daging
untuk menyelimuti tulang-tulang itu. Mulanya hanya
sekumpulan tulang, tetapi kian sehari telah ada bentuk
kepala, kaki, dan tangan dan seluruh tulang-tulang dalam
badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging.Kemudian
itu Kami ciptakan satu bentuk yang lain. Pada saat itu
dianugerahkan kepadanya roh, maka bernafaslah dia.
Dengan dihembuskan nafas pada sekumpulan tulang dan
daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan
9 Ibid. Hal 476
10 Ibid. Hal 477
6

menjadi manusia. Maha Suci Allah, Tuhan yang sepandaipandai membentuk. (ujung ayat 14).11
d. Tafsir Ayat [15]
Kemudian setelah itu, sesungguhnya kamu pasti mati.
Kepintaran manusia telah sangat maju, sehingga
telah dapat membuat bom Nuklir dan dapat menembus
ruang angkasa dan telah mendarat di bulan. Tetapi
ingatlah asal kejadianmu dan ingat pula akhirnya kamu
akan mati. Kamu tidak akan lama dalam dunia ini. Sebab
itu janganlah kamu hendak menguasai dunia untuk dirimu
seorang. Umur kita terlalu pendek jika dibanding dengan
umur dunia. Daerah kita terlalu sempit jika dibandingkan
dengan luasnya alam. Apa yang tinggal jika kita mati?
Adakah harta benda yang kita kumpulkan, dan
pangkat tinggi yang kita capai dan bintang-bintang yang
menghias dada akan menolong kita jika Malaikat Maut
datang ?.12
Kemudian, sesungguhnya kamu, wahai anak cucu Adam
sekalian, sesudah itu, yakni sesudah melalui proses
tersebut dan ketika kamu berada di pentas bumi ini dan
melalui lagi proses dari bayi, anak kecil, remaja, dewasa,
tua, dan pikun, benar-benar kamu akan mati, baik pada
masa pikun maupun sebelumnya. Kemudian, setelah
kamu mati dan dikuburkan.13
Kemudian sesudah penciptaanmu yang pertama itu, kamu
sekalian

pasti

akan

menemui

ajalmu

yang

telah

ditentukan Allah, sebagaiman firmannya :






11 Hamka, Op.Cit, 2001. Hal 18.
12 Ibid. Hal 21.
13 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 10 (Jakarta: Lentera Hati,
2002). Hal ?????
7

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan


menguji kamu denagn keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami (al-

Anbiya/ 21 : 35)
e. Tafsir Ayat [16]
Kemudian, sesungguhnya kamu akan dibangkitkan (dari
kuburmu) pada Hari Kiamat
Sesungguhnya kamu sekalian pada Hari Kiamat nanti
akan

dibangkitkan

dari

pertanggungjawaban,
balasan

dan

kubur

lalu

ganjaran.14

kamu

untuk

masing-masing
Untuk

dihisab

dimintai

Kami
segala

beri
amal

perbuatanmu selama berada di dunia ini, yang baik akan diberi


pahala, yang buruk akan diberi siksa. 15

B. Alquran Surah As Sajdah


1. Pengertian Surah As-Sajdah
Surah ini diberi nama surah As-Sajdah karena di dalamnya Allah
menuturkan sifat orang-orang mukmin yang berbakti dan jika mereka
mendengar Alquran yang agung, mereka segera bersujud seraya bertasbih
dan memuji Tuhannya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
Surah As-Sajdah adalah Makiyyah, sebagaimana surah-surah
Makiyyah lainnya, surah ini mengetengahkan pembahasan pokok-pokok
Akidah Islam, yaitu Iman kepada Allah, Hari Kiamat, Kitab-Kitab, RasulRasul, bats dan balasan amal perbuatan. Fokus pembahasan surah ini dalah
mengenai bats setelah mati yang begitu lama diperbincangkan oleh orangorang kafir dan menjadikannya sebagai batu loncatan untuk mendustakan
Nabi.
Tema utamanya serupa dengan tema utama surah-surah Makkiyyah,
yaitu ajakan tunduk kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta alam raya dan
manusia, serta pengaturnya, juga tentang kebenaran Nabi Muhammad SAW.
Dan kepada beliau diwahyukan Alquran serta kepercayaan dan keniscayaan
kiamat. Demikian pandangan Sayyid Quthub Thabathabai menekankan
14 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 10 (Jakarta: Lentera Hati,
2002). Hal ?????
15 Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. Hal 477
8

temanya pada uraian tentang penciptaan, kebangkitan, dan pembuktiannya,


serta bantahan atas dalih yang terlintas dalam benak menyangkut hal
tersebut sambil mengisyaratkan tentang kenabian dan kitab suci.16
2. Surah As-Sajdah (ayat 9-12)





( )




()




























( )





























()

Artinya :
(9) Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (tetapi)
kamu sedikit sekali bersyukur. (10) Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah
lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan
yang baru? Bahkan mereka mengingkari pertemuan dengan Tuhannya. (11)
Katakanlah kami, Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan
mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan.(12) Dan
(alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu
menundukkan kepala di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), Ya Tuhan kami,
kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya
kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh kami adalah orang-orang yang
yakin.. 17

3. Tafsir Surah As-Sajdah (ayat 9-12)


a. Tafsir Ayat [9]
Kata ( ) sawwahu/menyempurnakannya mengisyaratkan proses lebih
lanjut dari kejadian manusia setelah berbentuk organ-organnya. Ini
serupa dengan ahsan taqwim. Dalam QS. Al-Infithar [82]:7 disebut tiga
proses pokok penciptaan: Dia Yang telah menciptakan kamu lalu
16 Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Op.cit. Hal. 187-188
17 Kementerian Agama RI, Al-Quran & Tafsirnya, jilid VII. (Jakarta :
Lentera Abadi, 2010). Hal 580-585
9

menyempurnakan kejadianmu lalu menjadikanmu seimbang. Tahap


pertama mengisyaratkan pembentukan organ-organ tubuh secara umum,
tahap kedua adalah tahap pengahalusan dan penyempurnaan organ-organ
itu, dan tahap ketiga adalah tahapan peniupan ruh ilahi yang menjadikan
manusia

memiliki

potensi

untuk

tampil

seimbang,

memiliki

kecenderungan kepada keadilan atau dalam istilah surah Al-Infithar di


atas ( ) adalaka yakni menjadikanmu adil.
Kata ( ) min ruhihi secara harfiah berarti dari ruh-Nya,
yakni Ruh Allah. Ini bukan berarti ada bagian Ilahi yang
dianugerahkan kepada manusia. Karena Allah tidak terbagi, tidak juga
terdiri dari unsur-unsur. Dia adalah shamad tidak terbagi dan tidak
terbilang. Yang dimaksud adalah ruh ciptaan-Nya. Penisbahan ruh itu
kepada Allah adalah penisbahan pemuliaan dan penghormatan. Ayat ini
bagaikan berkata : Dia meniupkan ke dalamnya ruh yang mulia dan
terhormat dari (ciptaan)-Nya.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memulai penciptaan manusia
dari tanah. Menurut Sayyid Quthub, ini dapat juga dipahami dalam arti
tanah adalah permulaan atau tahapannya yang pertama. Ayat ini tidak
menjelaskan beberapa tahap yang dilalui manusia sesudah tahap tanah
itu, tidak juga dijelaskan beberapa jauh dan berapa lamanya. Ini boleh
jadi sebagai isyarat tentang awal kejadian sel pertama di bumi ini, dan
bahwa sel itu lahir dari tanah dan bahwa tanah adalah periode yang
mendahului peniupan ruh atas izin Allah. Alquran tidak menjelaskan
bagaimana kejadiannya dan berapa lama masa yang dilaluinya atau
berapa jumlah tahap-tahapnya. Sekali lagi, itu semua terpulang kepada
hasil penelitian yang shahih. Tidak ada dari penelitian itu yang
bertentangan dengan teks Alquran yang pasti yang menyatakan bahwa
asal usul manusia yang pertama adalah tanah.18
Kemudian di dalam rahim perempuan, Allah menyempurnakan kedian
nutfah itu, sehingga berbentuk manusia. Kemudian ditiupkan roh ke
dalamnya. Dengan demikian bergeraklah janin yang kecil itu. Setelah

18 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002)


Hal. 368
10

nyata kepadanya tanda-tanda kehidupan, Allah menganugerahkan


kepadanya pendengaran, penglihatan, akal, perasaan, dan sebaginya.
Manusia pada permulaan hidupnya di dalam rahim ibu, sekalipun
telah dianugerahi mata, telinga, dan otak, tetapi ia belum dapat melihat,
mendengar, dan berpikir. Hal itu baru diperolehnya setelah ia lahir, dan
semakin lama panca inderanya itu dapat berfungsi dengan sempurna.19
Secara berurutan seperti berikut ini yaitu pada awal mulanya bayi
sesudah dilahirkan, ia hanya dapat mendengar saja, tetapi tidak dapat
melihat selama tiga hari. Kemudian secara berangsur-angsur ia mulai
dapat melihat dan membedakan objek yang dilihatnya persis seperti
keadaannya.20
Pada akhirnya ayat ini, Allah mengatakan bahwa hanya sedikit manusia
yang mau mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya.21
b. Tafsir Ayat [10-11]
Kata ( ) dhalalna terambil dari kata ( ) dhalla yang dari
segi pengertian bahasa itu berarti hilang, bingung tidak mengetahui arah,
makna ini kemudian berkembang sehingga berarti binasa dan terkubur.
Menurut Thabathabai, ayat di atas menjawab dalih mereka dengan
menyatakan bahwa, sebenarnya kalian tidak binasa. Kematian bukanlah
kelenyapan diri kamu. Tidak juga terkuburnya kamu mengakibatkan
kamu hilang dan binasa. Malaikat maut yang bertugas mengambil nyawa
kamu sebenarnya mengambil kamu dari badan kamu dalam keadaan
sempurna. Dia mencabut ruh kamu dari badan kamu hanya dalam arti
memutus hubungan ruh itu dengan badan kamu, sedang arwah kamu
itulah hakikat kamu. Kamu sebenarnya terpelihara, tidak ada sesuatu
dari kamu yang hilang atau binasa di bumi, yang hilang dan berubah
hanya badan yang memang selama ini selalu berubah sejak kejadiannya.
Kamu semua terpelihara sampai kamu kembali kepada Tuhan dengan
kembalinya ruh ke jasad masing-masing. Begitu lebih kurang tulis
Thabathabai. Memang, manusia atau aku adalah substansi manusia
19 Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. Hal 584
20 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, juz XXI. (Semarang:
CV.Toha Semarang, 1992). Hal 202
21 Kementerian Agama RI, Loc.Cit
11

atau kepribadian manusia. Bukan badannya. Badan hanya mengikuti


kepribadian itu dan yang ini tidak binasa dengan matinya manusia.
Ayat di atas menunjuk pencabut nyawa sebagai satu malaikat.
Karena kata ( ) malak menunjuk kepada tunggal, jamaknya adalah
kata ( ) malaikah. 22
Katakanlah: malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut
nyawa)mu akan mematikanmu, katakanlah kepada mereka untuk
menyanggah persangkaan mereka yang batil : kalian akan dimatikan oleh
malaikat maut dan kawan kawan yang ditugaskan untuk mencabut
nyawa kalian, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan
dikembalikan, kemudian kembali kalian adalah kepada Allah di Hari
Kiamat untuk hisab dan pembalasan. Ibnu Katsir berkata : yang jelas,
malaikat maut adalah satu sosok tertentu yang dalam sebagian hadits
disebut Izrail dan inilah yang masyhur. Izrail memiliki banyak pembantu
sebagaimana disebutkan dalam hadits yang mencabut nyawa dari seluruh
badan. Ketika ruh sampai ditenggorokkan, maka Izrail mencabutnya.
Mujahid berkata : Bumi di hadapan Izrail bagaikan talam dan dia bias
mencabut apa yang dia inginkan di mana saja.23
Ayat ini (10) menerangkan tentang pertanyaan orang-orang musyrik
kepada Rasulullah saw, yang menunjukkan keingkaran dan kesombongan
mereka. Mereka berkata, Apakah apabila daging dan tulang belulang
kami telah hancur menjadi tanah, mungkinkah kami dihidupkan lagi
seperti semula?.
Dari pertanyaan di atas tergambar bahwa menurut mereka mustahil
manusia dapat hidup kembali setelah mati dan tubuhnya hancur menjadi
tanah. Mereka tidak dapat menggambarkan dalam pikirannya bagaimana
besarnya Allah. Jika mereka ingin mencapai kebenaran, mereka dapat
mencari bukti-bukti kekuasan dan kebesaran Allah pada penciptaan
manusia. Mereka dahulu tidak ada, kemudian menjadi ada. Tentu
menciptakan kembali yang pernah ada lebih mudah bagi Allah .
Sebenarnya jika mereka mau berpikir tentu mereka sampai kepada
22 M. Quraish Shihab, Op.Cit . Hal. ??????
23 Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Op.Cit . Hal. 194
12

kesimpulan bahwa segala sesuatu itu adalah sama mudahnya bagi Allah,
tidak ada yang sukar bagi-Nya.
Orang musyrik itu bukan hanya mengingkari kekuasaan Allah,
tetapi juga mengingkari adanya hari kebangkitan, yaitu hari semua
manusia dihadapkan di Mahkamah Agung Ilahiah.
Ayat ini (11) menolak anggapan orang-orang musyrik yang
menyatakan bahwa hari kiamat itu tidak ada. Dalam ayat ini dikatakan,
Hai orang-orang musyrik, sesungguhnya malaikat yang bertugas
mencabut nyawa manusia, benar-benar menjaga waktu, maka mereka
mencabut nyawa orang itu tepat pada waktunya, tidak mundur sesaat
pun, dan tidak pula dipercepat walau sesaat . Hal ini berlaku bagi semua
orang-orang musyrik itu, dan mereka kembali di hari Kiamat dan diminta
pertanggungjawaban semua perbuatannya dengan adil. 24
c. Tafsir Ayat [12]
Kata ( ) nakisu terambil dari kata ( ) nakasa yang berarti
menjadikan sesuatu yang di atas berada di bawah. Seorang yang bangga
dan percaya diri, atau yang angkuh, akan menegakkan kepala. Berbeda
dengan orang takut atau merasa hina. Dia akan menundukkan kepala.
Penundukan itu serupa dengan menjadikan yang di atas berada di bawah.
Dengan demikian, kata tersebut dipahami dalam arti kehinaan dan
penyesalan atas apa yang mereka lakukan selama ini.
Seringkali kata ( )inda/di sisi bila menggambarkan keadaan
seseorang di sisi Allah, seperti firman-Nya di atas ( ) inda
Rabbihim, itu mengandung makna penghormatan, seperti firman-Nya
melukiskan para syuhada bahwa mereka itu hidup di sisi Tuhannya
dengan mendapat rezeki (QS. Ali Imran [3]:169]. Tetapi, karena konteks
ayat ini adalah para pendurhaka, kata di sisi pada ayat di atas adalah di
sisi kekuasaa atau pemeriksa-Nya.25
Allah memberitahukan kepada Rasul-Nya bahwa ia akan merasa ngeri
jika melihat keadaan orang-orang yang mengingkari hari Kiamat ketika
mereka menundukkan kepala dihadapan Allah karena malu dan takut atas
segala tindakan dan perbuatan mereka dalam hidup di dunia. Mereka
24 Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. Hal 587
25 M. Quraish Shihab, Op.Cit . Hal 191
13

menyatakan kepada Allah bahwa mereka melihat kenyataan hari Kiamat


itu benar-benar terjadi, dan merasakan pula malapetaka yang menimpa
pada hari itu. Mereka memohon agar diberi kesempatan untuk kembali ke
dunia sehingga dapat mengikuti semua yang dahulu mereka dustakan.
Mereka juga mengakui bahwa hanya Allah yang berhak disembah, yang
menghidupkan dan mematikan, serta yang membangkitkan kembali.
Dalam ayat lain, Allah berfirman :

Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke


neraka, mereka berkata, Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami
tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang
yang beriman. (al-Anam : 27).26

26 Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. Hal 587-588


14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah,
yang kemudian dijadikan air mani, kemudian segumpal darah,
kemudian

segumpal

daging

yang

dijadikan

pembungkus

tulang. Kemudian setelah ditiupkan Roh menjadi manusia yang


sempurna,

yang

semuanya

itu

terjadi

dalam

tempat

penyimpanan yang kukuh yaitu rahim.


Setelah

manusia

mengalami

masa

ciptaannya

yang

pertama pasti akan mati dan akan dibangkitkan dari kuburnya


pada hari kiamat untuk dihisab segala amal perbuatannya.
Allah yang menciptakan manusia, Dia yang memberikan
nikmat-nikmat yang diperlukannya, tetapi sedikit sekali di
antara mereka yang bersyukur, kalaupun ada yang bersyukur
hanya sedikit.
Orang-orang kafir tidak percaya bahwa mereka akan
dibangkitkan kembali di hari Kiamat, bahkan mereka tidak
percaya akan pertemuannya dengan Allah di akhirat nanti.
Allah akan mematikan seluruh yang bernyawa pada waktu
yang telah ditetapkan, kemudian seluruh makhluk kembali
kepada

Tuhannya

untuk

mempertanggungjawabkan

perbuatannya.
Penyesalan penghuni neraka yang ingin kembali kedunia
untuk beriman dan beramal saleh adalah sia-sia.
B. Kritik dan Saran
Kami menyadari sepenuhnya masih jauh dari kesempurnaan dan banyak
terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun pembahasan, oleh karena
itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah ini.

15

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad

Mustafa

Al-Maraghi,

Tafsir

Al-Maraghi,

juz

XXI.

(Semarang: CV.Toha Semarang, 1992).


Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz XVII (Jakarta: Pustaka Panjimas,
2001).
Kementerian Agama RI, Al-Quran & Tafsirnya, jilid VI. (Jakarta :
Lentera Abadi, 2010).
Kementerian Agama RI, Al-Quran & Tafsirnya, jilid VII. (Jakarta :
Lentera Abadi, 2010).
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 8 (Jakarta: Lentera Hati,
2002).
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 10 (Jakarta: Lentera
Hati, 2002).

16

Вам также может понравиться