Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

AnaFilaksis berasal dari bahasa Yunani, dari 2 kata, ana artinya jauh dan phylaxis artinya
perlindungan. Secara bahasa artinya adalah menghilangkan perlindungan. (1, 2) Istilah ini
pertama kali diperkenalkan oleh Portier dan Richetpada tahun 1902 ketika memberikan dosis
vaksinasi dari anemon laut untuk keduakalinya pada seekor anjing. Hasilnya, anjing tersebut
mati mendadak.
Reaksi ini harus dibedakan dengan reaksi anafilaktoid. Gejala,terapi, dan risiko kematiannya
sama tetapi degranulasi sel mast atau basofil terjadi tanpa keterlibatan atau mediasi dari IgE.Data
yang menjelaskan jumlah insidensi dan prevalensi dari syok dan reaksianapilaksis saat ini sangat
terbatas. Dari beberapa data yang diperoleh di Indonesia menunjukkan sepuluh dari 1000 orang
mengalami reaksi anapilaksis tiap tahunnya. Saat ini diperkirakan setiap 1 dari 3000 pasien
rumah sakit di Indonesia mengalami reaksi anafilaksis. Sehingga, resiko mengalami kematian
sebesar 1%dari yang mengalami reaksi anapilaksis, yaitu sebesar 500-1000 kematian yangterjadi.
(Depkes. 2008)

Pada kematian akibat reaksi anafilaksis, onset gejala biasanya muncul pada 15 hingga 20 menit
pertama, dan menyebabkan kematian dalam 1-2 jam.Reaksi anafilaktik yang fatal terjadi akibat
adanya distress pernafasan akut dankolaps sirkulasi. oleh karena itu penting sekali memahami
dan mengetahuitentang syok anafilaksis.Dalam referat ini, selain akan dipaparkan aspek
klinisdari syok anafilaktik, dan penatalaksanaan terkini serta sedikit pembahasantentang sudut
medikolegalnya akan turut pula disertakan.
( asean health News com.2001 )

Angka kejadian alergi di berbagai dunia dilaporkan meningkat drastis dalam beberapa tahun
terakhir. World Health Organization (WHO) memperkirakan di dunia diperkirakan terdapat 50
juta manusia menderita asma. Tragisnya lebih dari 180.000 orang meninggal setiap tahunnya
karena astma. BBC tahun 2002 melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan
meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 5 tahun terakhir. Setiap saat
30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala
alergi, 20% mempunyai astma, 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi kulit). Penderita Hay
Fever lebih dari 9 juta orang
( WHO.2004)

B.

Tujuan

1.

Mengetahui definisi anafiksis

2.

Mengetahui etiologi/penyebab penyakit anafilaksis

3.

Mengetahui patofisiologi penyakit anafilaksis

4.

Mengetahui manifestasi klinis penyakit anafilaksis

5.

Mengetahui pemeriksaan fisik penyakit anafilaksis

6.

Mengetahui pemeriksaan pengobatan penyakit anafilaksis

7.

Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik penyakit anafilaksis

8.

Mengetahui komplikasi penyakit anafilaksis

9.

Mampu membuat asuhan keperawatan penyakit anafilaksis

C.

Metode penulisan

Metode penulisan yang digunakan yaitu studi pustaka yang mengambil beberapa referensi buku
yang berkaitan dengan makalah ini. Serta tim penulis memperoleh data dari internet.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Anafilaksis

Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut,menyeluruh dan bisa menjadi berat.
Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi akibat
pemaparan terhadap suatu alergen. ( Brunner dan Suddarth.2001).
Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan mendadak terjadi pada pemajanan
substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I , dimana terjadi
pelepasan mediator kimia dari sel mast yang mengakibatkanvasodilatasi massif, peningkatan
permeabilitas kapiler, dan penurunan peristaltic. Anafilaksis adalah suatu respons klinis
hipersensitivitas yang akut,berat dan menyerang berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas
ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas tipecepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi
antara antigenspesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast. Sel mast dan basofil
akan mengeluarkan mediator yang mempunyaiefek farmakologik terhadap berbagai macam
organ tersebut. (Suzanne C. Smeltze, 2001)
Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen. Pada pemaparan kedua atau
padapemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini terjadi secara tiba-tiba, berat
dan melibatkan seluruh tubuh. (Pearce C, Evelyn.2009).

B.

Etiologi/Penyebab

Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen.Penyebab yang sering
ditemukan adalah:
1.

Gigitan/sengatan serangga.

2.

Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin).

3.

Alergi makanan

4.

Alergi obat Serbuk sari dan alergen lainnya jarang menyebabkan anafilaksis.

Anafilaksis mulai terjadi ketika alergen masuk ke dalam alirandarah dan bereaksi dengan
antibodi IgE. Reaksi ini merangsangsel-sel untuk melepaskan histamin dan zat lainnya yang
terlibatdalam reaksi peradangan kekebalan. Beberapa jenis obat-obatan(misalnya polymyxin,
morfin, zat warna untuk rontgen), padapemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid
(reaksiyang menyerupai anafilaksis). Hal ini biasanya merupakan reaksiidiosinkratik atau reaksi
racun dan bukan merupakan mekanismesistem kekebalan seperti yang terjadi pada
anafilaksissesungguhnya.

C.

Manifestasi Klinik

Gambaran kilinis anafilaksis sangat bervariasi, baik cepatdan lamanya reaksi maupun luas dan
beratnya reaksi. Gejala dapat dimulai dengan gejala prodromal baru menjadi berat. Keluhanyang
sering dijumpai pada fase permulaan adalah rasa takut, perihdalam mulut, gatal pada mata dan
kulit, panas dan kesemutan padatungkai, sesak, mual, pusing, lemas dan sakit perut.
Adapun Gejala-gejala yang secara umum, bisa pula ditemuipada suatu anafilaksis adalah:
1.

Gatal di seluruh tubuh

2.

Hidung tersumbat

3.

Kesulitan dalam bernafas

4.

Batuk

5.

Kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kukuf)

6.

Pusing, berbicara tidak jelas

7.

denyut nadi yang berubah-ubah

8.

jantung berdebar-debar (palpitasi)

9.

mual, muntah dan kulit kemerahan.

D.

Patofisiologi

Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskanhistamin dan zat lainnya. Hal ini
menyebabkan penyempitan saluranudara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek), gangguan
pernafasan;dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram,muntah dan
diare.Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah(yang akan menyebabkan penurunan
tekanan darah) dan perembesancairan dari pembuluh darah ke dalam jaringan (yang akan
menyebabkanpenurunan volume darah), sehingga terjadi syok. Cairan bisa merembeske dalam
kantung udara di paru-paru dan menyebabkan edema pulmoner.
Seringkali terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedemabisa cukup berat sehingga
menyebabkan penyumbatan saluranpernafasan. Anafilaksis yang berlangsung lama bisa
menyebabkanaritimia jantung. Pada kepekaan yang ekstrim, penyuntikan allergendapat
mengakibatkan kematian atau reaksi subletal dan umumnya reaksiyang

E.

Pemeriksaan Fisik
Jalan napas atas

Inspeksi : Bersin, pilek, dispneu.


Palpasi : edema laring,edema lidah dan faring
Auskultasi : ronchi

Jalan napas bawah

Inspeksi : Dispnu, emfisema akut, asma, bronkospasme.

GIT

Peningkatan peristaltik, muntah, disfagia, mual, kejang perut, diare.

Susunan saraf pusat

Gelisah, kejang

F.

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium diperlukan karena sangat membantu menentukan diagnosis,


memantau keadaan awal, dan beberapa pemeriksaan digunakan untuk memonitor hasil
pengbatan serta mendeteksi komplikasi lanjut. Hitung eosinofil darah tepi dapat normal atau
meningkat, demikian halnya dengan IgE total sering kali menunjukkan nilai normal.
Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu
keluarga dengan derajat alergi yang tinggi. Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu IgE
spesifik denganRAST (radio-immunosorbent test) atau ELISA (Enzym Linked Immunosorbent
Assay test), namun memerlukan biaya yang mahal.
Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab yaitu dengan uji
cukit (prick test), uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau
berseri (skin end-point titration/SET). Uji cukit paling sesuai karena mudah dilakukan dan dapat
ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk anak, meskipun uji intradermal (SET) akan lebih
ideal. Pemeriksaan lain sperti analisa gas darah, elektrolit, dan gula darah, tes fungsi hati, tes
fungsi ginjal, feses lengkap, elektrokardiografi, rontgen thorak, dan lain-lain

G.

Pengobatan

Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukanpenanganan segera. Bila perlu, segera
lakukan resusitasi kardiopulmonal,intubasi endotrakeal (pemasangan selang melalui hidung atau
mulut kesaluran pernafasan) atau trakeostomi/krikotirotomi (pembuatan lubang ditrakea untuk
membantu pernafasan).

Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka saluran pernafasan
dan meningkatkan tekanan darah. Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui infus dan
obat-obatan untuk menyokong fungsi jantung dan peredaran darah. Antihistamin
(contohnyadiphenhydramine) dan kortikosteroid (misalnya prednison) diberikanuntuk
meringankan gejala lainnya (setelah dilakukan tindakanpenyelamatan dan pemberian epinefrin).
H.

Komplikasi

1.

Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.

2.

Bronkospasme persisten.

3.

Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian).

4.

Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).

5.

Kerusakan otak permanen akibat syok.

6.

Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan

Pencegahan
Hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang
sebelum obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu diberikan kortikosteroid, antihistamin
atau epinefrin.
Serangan serangga atau beberapa jenis binatang lain sudah dapat dicegah dengan cara
desensitisasi yang berupa penyuntikan berulang-ulang dari dosis rendah sampai dianggap cukup
dalam jangka waktu yang cukup lama.

Askep Anafilaksis

Askep Anafilaksis
KONSEP DASAR MEDIK
Pengertian Anafilaksis
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan bisa menjadi berat.
Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi akibat
pemaparan terhadap suatu alergen. Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen.
Pada pemaparan kedua atau pada pemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini
terjadi secara tiba-tiba, berat dan melibatkan seluruh tubuh.
Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan mendadak terjadi pada
pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I , dimana
terjadi pelepasan mediator kimia dari sel mast yang mengakibatkan vasodilatasi massif,
peningkatan permeabilitas kapiler, dan penurunan peristaltic.
Anafilaksis adalah suatu respons klinis hipersensitivitas yang akut, berat dan menyerang
berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara antigen spesifik dan antibodi spesifik
(IgE) yang terikat pada sel mast. Sel mast dan basofil akan mengeluarkan mediator yang
mempunyai efek farmakologik terhadap berbagai macam organ tersebut.
Etiologi/Penyebab
Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen. Penyebab yang sering
ditemukan adalah:
Gigitan/sengatan serangga
Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin)
Alergi makanan

Alergi obat
Serbuk sari dan alergen lainnya jarang menyebabkan anafilaksis. Anafilaksis mulai terjadi ketika
alergen masuk ke dalam aliran darah dan bereaksi dengan antibodi IgE. Reaksi ini merangsang
sel-sel untuk melepaskan histamin dan zat lainnya yang terlibat dalam reaksi peradangan
kekebalan.
Beberapa jenis obat-obatan (misalnya polymyxin, morfin, zat warna untuk rontgen), pada
pemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksi yang menyerupai anafilaksis).
Hal ini biasanya merupakan reaksi idiosinkratik atau reaksi racun dan bukan merupakan
mekanisme sistem kekebalan seperti yang terjadi pada anafilaksis sesungguhnya.
Manifestasi Klinik
Gambaran kilinis anafilaksis sangat bervariasi, baik cepat dan lamanya reaksi maupun luas
dan beratnya reaksi. Gejala dapat dimulai dengan gejala prodromal baru menjadi berat. Keluhan
yang sering dijumpai pada fase permulaan adalah rasa takut, perih dalam mulut, gatal pada mata
dan kulit, panas dan kesemutan pada tungkai, sesak, mual, pusing, lemas dan sakit perut.
Adapun Gejala-gejala yang secara umum, bisa pula ditemui pada suatu anafilaksis adalah:

Gatal di seluruh tubuh

Hidung tersumbat

Kesulitan dalam bernafas

Batuk

Kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kuku

Pusing, berbicara tidak jelas

denyut nadi yang berubah-ubah

jantung berdebar-debar (palpitasi)

mual, muntah dan kulit kemerahan.

1. Patofisiologi
Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskan histamin dan zat lainnya. Hal ini
menyebabkan penyempitan saluran udara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek), gangguan
pernafasan; dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram, muntah dan
diare.
Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah (yang akan menyebabkan penurunan tekanan
darah) dan perembesan cairan dari pembuluh darah ke dalam jaringan (yang akan menyebabkan
penurunan volume darah), sehingga terjadi syok. Cairan bisa merembes ke dalam kantung udara
di paru-paru dan menyebabkan edema pulmoner.
Seringkali terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedema bisa cukup berat sehingga
menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan. Anafilaksis yang berlangsung lama bisa
menyebabkan aritimia jantung. Pada kepekaan yang ekstrim, penyuntikan allergen dapat
mengakibatkan kematian atau reaksi subletal dan umumnya reaksi yang berat terjadi secara
cepat. Individu yang terkena merasakan gelisah, diikuti dengan cepat oleh rasa ringan pada
kepala yang mengakibatkan singkop. Rasa gatal di tangan dan di kepala dapat menjadi urtikaria
yang menutupi sebagian besar permukaan kulit. Pembengkakan jaringan local dapat timbul
dalam beberapa menit dan khususnya mengubah bentuk kelopak mata, bibir, lidah, tangan dan
genitalia.
Diagnosis
Pemeriksaan fisik menunjukkan:
1. kaligata di kulit dan angioedema (pembengkakan mata atau wajah)
2. kulit kebiruan karena kekurangan oksigen atau pucat karena syok.
3. denyut nadi cepat
4. tekanan darah rendah.
5. Pemeriksaan paru-paru dengan stetoskop akan terdengar bunyi mengi (bengek) dan terdapat
cairan di dalam paru-paru (edema pulmoner).

2. Pengobatan
Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera. Bila perlu,
segera lakukan resusitasi kardiopulmonal, intubasi endotrakeal (pemasangan selang melalui
hidung atau mulut ke saluran pernafasan) atau trakeostomi/krikotirotomi (pembuatan lubang di
trakea untuk membantu pernafasan).
Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka saluran
pernafasan dan meningkatkan tekanan darah. Untuk mengatasi syok, diberikan cairan melalui
infus dan obat-obatan untuk menyokong fungsi jantung dan peredaran darah. Antihistamin
(contohnya diphenhydramine) dan kortikosteroid (misalnya prednison) diberikan untuk
meringankan gejala lainnya (setelah dilakukan tindakan penyelamatan dan pemberian epinefrin).
3. Pencegahan
Hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi obat, kadang
sebelum obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu diberikan kortikosteroid, antihistamin
atau epinefrin.
Serangan serangga atau beberapa jenis binatang lain sudah dapat dicegah dengan cara
desensitisasi yang berupa penyuntikan berulang-ulang dari dosis rendah sampai dianggap cukup
dalam jangka waktu yang cukup lama.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.

Pengkajian Pasien
Aktifitas/ istirahat
Gejala

: Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena adanya rasa takut, sesak, lemas

dan pusing serta gatal/pruritus.


Tanda

: Gangguan Pada tungkai (kesemutan), rasa gatal pada kulit tangan dan kepala.

Kardiovaskuler

Gejala

: Palpitasi, takikardia, hipotensi, renjatan dan pingsan

Tanda

: Pada EKG ditemukan aritmia, T mendatar atau terbalik, fibrilasi ventrikel sampai

asistol.

Integritas Ego

Gejala

: Perasaan tidak berdaya, putus asa

Tanda

: Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira. Kesulitan untuk

mengekspresikan diri.

Makanan/cairan
Gejala

Neurosensori
Gejala

Tanda

: Sinkope/pusing, kesemutan

: Tingkat kesadaran; biasanya terjadi koma, disorientasi, halusinasi dan kejang.


Nyeri/kenyamanan

Gejala

: Mual, muntah, sakit perut dan dapat terjadi diare.

: Sakit kepala (pusing), sakit di bagian perut, gatal pada mata dan kulit.

Pernapasan

Gejala

Rinitis, bersin, gatal di hidung, batuk, sesak, suara serak, gawat nafas, takipnea

samoai apnea.

Interaksi Sosial

Tanda

: Ketidakmampuan untuk berkomunikasi akibat berbagai gangguan pada tubuh, seperti

gatal, sesak, dan rasa takut


Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi, , gigitan serangga dan pruritus
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sesak, takipnea.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan mual; muntah, diare.
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala,
ketegangan.
Defisit Volume cairan tubuh berhubungan dengan mual; muntah, diare, intrake kurang.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, gatal diseluruh tubuh.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi/penyakit berhubungan dengan kurang pemajanan dan
kesalahan interpretasi informasi

Intervensi Keperawatan & Rasional


Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi, gigitan serangga dan pruritus
Intervensi :
Kaji kondisi kulit setiap hari, catat warna dan adanya lesi pada kulit dan amati perubahannya.
R : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan
intervensi yang tepat.

Pertahankan personal hygiene kulit, mis; membasuh kemudian keringkan dengan hati-hati
lakukan penggunaan lotion/krim
R : mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi.
Pembasuhan kulit sebagai ganti menggaruk u/ menurunkan resiko trauma dermal pada kulit.
Gunting kuku secara teratur
R : Kuku yang panjang/kasar dapat meningkatkan resiko kerusakan dermal.
Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
R : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung allergen
R : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sesak, takipnea.
Intervensi :
Identifikasi penyebab/factor pencetus.
R : Identifikasi ini dapat memberikan informasi sebagai dasar dalam menetapkan intervensi
selanjutnya.
Monitor fungsi respirasi dan kaji tanda-tanda vital.
R : Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi akibat stress fisiologi dan
dapat menunjukkan terjadinya syok.
Auskultasi bunyi nafas, misalnya berkurang/hilangnya bunyi nafas dilobus/segmen tertentu.
R : Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru atau seluruh bagian paru.
Berikan posisi semi fowler/tinggikan tempat tidur bagian kepala.
R : Posisi membantu memaksimalkan ekdspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan.

Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan melalui kanula/masker sesuai indikasi.


R : Alat dalam menurunkan kerja nafas, meningkatkan penghilang distress respirasi dan sianosis
sehubungan dengan hipoksemia.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan mual; muntah, diare.
Intervensi :
Pantau masukan makanan setiap hari
Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi.
Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
Berikan makan dalam porsi/jumlah yang kecil dan dalam waktu yang sering dengan teratur.
Rasional : Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan
dan meningkatkan kerjasama pasien saat makan
Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), dan Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Rasional :
Kolaborasi:
Konsultasi dengan ahli gizi dan berikan Vitamin
Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori/nutrisi
sesuai umur dan berat badan.
1.

Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala,

ketegangan.
Intervensi :
1.

Bantu klien Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

Rasional : Lingkungan yang tenang dapat memberikan ketenangan untuk tidur


2.

Atur posisi tidur senyaman mungkin.

Rasional : Membantu menginduksikan tidur


3.

Kaji pola kebiasaan tidur klien.

Rasional : Mengidentifikasi intervensi yang tepat


4.

Instruksikan tindakan relaksasi

Rasional : Membantu menginduksi tidur klien.


5.

Hindari gangguan terhadap pasien bila mungkin

Rasional : Tidur tanpa gangguan dapat menimbulkan rasa segar, dan pasien mungkin tidak bisa
tidur kembali bila telah terbangun.
6.

Penatalaksanaan pemberian obat sedative, hipnotik sesuai indikasi.

Rasional : Membantu/memudahkan pasien untuk memenuhi istirahat/tidurnya.


2.

Defisit Volume cairan tubuh berhubungan dengan mual; muntah, diare, intrake kurang.

Intervensi :
1.

Kaji kemungkinan adanya tanda-tanda dehidrasi serta catat intake dan output

R : Membran mukosa dan kulit yang kering menunjukkan adanya tanda dehidrasi. Memantau
input dan haluaran memberikan informasi tentang keseimbangan cairan tubuh.
2.

Kaji tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu)

R : Hipotensi, takikardi dan demam dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan.
3.

Anjurkan klien tetap mempertahankan intake peroral yaitu makan dan minum sedikit-

sedikit tapi sering

R ; Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi/cairan, dan


menghindari terjadinya distensi abdomen.
4.

Catat dan laporkan adanya mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung

R : Kehilangan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan
mempengaruhi cara pemberian cairan/nutrisi
5.

Lakukan pemberian cairan (infuse/IV)

R : Mengembalikan keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh


3.

Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, gatal diseluruh tubuh.

Intervensi :
1.

Bantu klien mengekspresikan perasan marah, kehilangan dan ketakutan.

Rasional : Ansietas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung.


2.

Kaji tanda verbal dan nonverbal didampingi klien dan lakukan tindakan bila menunjukkan

perilaku merusak.
Rasional : Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah.
3.

Lakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan dan beri lingkungan yang tenang serta

suasana penuh istirahat.


Rasional : Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
4.

Tingkatkan kontrol sensasi klien.

Rasional : Memberikan informasi tentang keadaan klien.


5.

Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.

Rasional : Orientasi dapat menurunkan ansietas.


6.

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan kecemasannya.

Rasional : Mengurangi ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.


4.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi/penyakit berhubungan dengan kurang pemajanan

dan kesalahan interpretasi informasi


Intervensi :
1.

Kaji tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat tentang : Faktor risiko, faktor pencetus,

perawatan tindak lanjut dirumah


Rasional : Perlu untuk pembuatan rencana instruksi individu, mengidentifikasi secara verbal
kesalahpahaman dan memberikan penjelasan
2.

Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi misalnya leaflet tentang: Faktor

risiko, Faktor pencetus, Perawatan tindak lanjut dirumah.


Rasional : Penggunaan metode belajar yang bermacam-macam meningkatkan penyerapan materi.
3.

Dorong penguatan faktor risiko, pembatasan diet, aktifitas seksual dan gejala yang

memerlukan perhatian medis


Rasional : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mencakup informasi dan mengasumsi
kontrol/partisipasi dalam program rehabilitasi
4.

Identifikasi sumber-sumber yang ada dimasyarakat

Rasional : Meningkatkan kemampuan koping dan meningkatkan penanganan dirumah dan


penyesuaian terhadap kerusakan

DAFTAR PUSTAKA

H. Suyono Slamet. 2001. Buku Ajar, ILMU PENYAKIT DALAM.Jilid II, Edisi ketiga. Penerbit;
Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2001
Sylvia. A. Price. 2005. PATOFISIOLOGI, Konsep klinis Proses-proses Penyakit. Volume 1, Edisi
6. Penerbit; EGC. 2005

Marilynn. E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit; EGC

Askep Anafilaksis

Askep Anafilaksis
KONSEP DASAR MEDIK
Pengertian Anafilaksis
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan bisa
menjadi berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah
mengalami sensitisasi akibat pemaparan terhadap suatu alergen. Anafilaksis tidak
terjadi pada kontak pertama dengan alergen. Pada pemaparan kedua atau pada
pemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini terjadi secara tiba-tiba,
berat dan melibatkan seluruh tubuh.
Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan mendadak terjadi
pada pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan oleh reaksi

hipersensitivitas tipe I , dimana terjadi pelepasan mediator kimia dari sel mast yang
mengakibatkan vasodilatasi massif, peningkatan permeabilitas kapiler, dan
penurunan peristaltic.
Anafilaksis adalah suatu respons klinis hipersensitivitas yang akut, berat dan
menyerang berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu
reaksi hipersensitivitas tipe cepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara
antigen spesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast. Sel mast dan
basofil akan mengeluarkan mediator yang mempunyai efek farmakologik terhadap
berbagai macam organ tersebut.
Etiologi/Penyebab
Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen. Penyebab yang
sering ditemukan adalah:
Gigitan/sengatan serangga
Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin)
Alergi makanan
Alergi obat
Serbuk sari dan alergen lainnya jarang menyebabkan anafilaksis. Anafilaksis mulai
terjadi ketika alergen masuk ke dalam aliran darah dan bereaksi dengan antibodi
IgE. Reaksi ini merangsang sel-sel untuk melepaskan histamin dan zat lainnya yang
terlibat dalam reaksi peradangan kekebalan.
Beberapa jenis obat-obatan (misalnya polymyxin, morfin, zat warna untuk rontgen),
pada pemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksi yang
menyerupai anafilaksis). Hal ini biasanya merupakan reaksi idiosinkratik atau reaksi
racun dan bukan merupakan mekanisme sistem kekebalan seperti yang terjadi pada
anafilaksis sesungguhnya.
Manifestasi Klinik
Gambaran kilinis anafilaksis sangat bervariasi, baik cepat dan lamanya reaksi
maupun luas dan beratnya reaksi. Gejala dapat dimulai dengan gejala prodromal
baru menjadi berat. Keluhan yang sering dijumpai pada fase permulaan adalah rasa
takut, perih dalam mulut, gatal pada mata dan kulit, panas dan kesemutan pada
tungkai, sesak, mual, pusing, lemas dan sakit perut.
Adapun Gejala-gejala yang secara umum, bisa pula ditemui pada suatu
anafilaksis adalah:

Gatal di seluruh tubuh

Hidung tersumbat

Kesulitan dalam bernafas

Batuk

Kulit kebiruan (sianosis), juga bibir dan kuku

Pusing, berbicara tidak jelas

denyut nadi yang berubah-ubah

jantung berdebar-debar (palpitasi)

mual, muntah dan kulit kemerahan.

1. Patofisiologi
Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskan histamin dan zat
lainnya. Hal ini menyebabkan penyempitan saluran udara, sehingga terdengar
bunyi mengi (bengek), gangguan pernafasan; dan timbul gejala-gejala saluran
pencernaan berupa nyeri perut, kram, muntah dan diare.
Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah (yang akan menyebabkan
penurunan tekanan darah) dan perembesan cairan dari pembuluh darah ke dalam
jaringan (yang akan menyebabkan penurunan volume darah), sehingga terjadi syok.
Cairan bisa merembes ke dalam kantung udara di paru-paru dan menyebabkan
edema pulmoner.
Seringkali terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedema bisa cukup
berat sehingga menyebabkan penyumbatan saluran pernafasan. Anafilaksis yang
berlangsung lama bisa menyebabkan aritimia jantung. Pada kepekaan yang ekstrim,
penyuntikan allergen dapat mengakibatkan kematian atau reaksi subletal dan
umumnya reaksi yang berat terjadi secara cepat. Individu yang terkena merasakan
gelisah, diikuti dengan cepat oleh rasa ringan pada kepala yang mengakibatkan
singkop. Rasa gatal di tangan dan di kepala dapat menjadi urtikaria yang menutupi
sebagian besar permukaan kulit. Pembengkakan jaringan local dapat timbul dalam
beberapa menit dan khususnya mengubah bentuk kelopak mata, bibir, lidah,
tangan dan genitalia.
Diagnosis
Pemeriksaan fisik menunjukkan:
1. kaligata di kulit dan angioedema (pembengkakan mata atau wajah)
2. kulit kebiruan karena kekurangan oksigen atau pucat karena syok.
3. denyut nadi cepat

4. tekanan darah rendah.


5. Pemeriksaan paru-paru dengan stetoskop akan terdengar bunyi mengi (bengek)
dan terdapat cairan di dalam paru-paru (edema pulmoner).
2. Pengobatan
Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera.
Bila perlu, segera lakukan resusitasi kardiopulmonal, intubasi endotrakeal
(pemasangan selang melalui hidung atau mulut ke saluran pernafasan) atau
trakeostomi/krikotirotomi (pembuatan lubang di trakea untuk membantu
pernafasan).
Epinefrin diberikan dalam bentuk suntikan atau obat hirup, untuk membuka
saluran pernafasan dan meningkatkan tekanan darah. Untuk mengatasi syok,
diberikan cairan melalui infus dan obat-obatan untuk menyokong fungsi jantung dan
peredaran darah. Antihistamin (contohnya diphenhydramine) dan kortikosteroid
(misalnya prednison) diberikan untuk meringankan gejala lainnya (setelah dilakukan
tindakan penyelamatan dan pemberian epinefrin).
3. Pencegahan
Hindari alergen penyebab reaksi alergi. Untuk mencegah anafilaksis akibat alergi
obat, kadang sebelum obat penyebab alergi diberikan, terlebih dahulu diberikan
kortikosteroid, antihistamin atau epinefrin.
Serangan serangga atau beberapa jenis binatang lain sudah dapat dicegah
dengan cara desensitisasi yang berupa penyuntikan berulang-ulang dari dosis
rendah sampai dianggap cukup dalam jangka waktu yang cukup lama.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1.

Pengkajian Pasien
Aktifitas/ istirahat

Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena adanya rasa takut,
sesak, lemas dan pusing serta gatal/pruritus.
Tanda :
kepala.

Gangguan Pada tungkai (kesemutan), rasa gatal pada kulit tangan dan

Kardiovaskuler

Gejala

: Palpitasi, takikardia, hipotensi, renjatan dan pingsan

Tanda : Pada EKG ditemukan aritmia, T mendatar atau terbalik, fibrilasi ventrikel
sampai asistol.

Integritas Ego

Gejala

: Perasaan tidak berdaya, putus asa

Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira.
Kesulitan untuk mengekspresikan diri.

Makanan/cairan
Gejala

Neurosensori
Gejala

Tanda :
kejang.

: Sinkope/pusing, kesemutan
Tingkat kesadaran; biasanya terjadi koma, disorientasi, halusinasi dan

Nyeri/kenyamanan

Gejala

: Mual, muntah, sakit perut dan dapat terjadi diare.

: Sakit kepala (pusing), sakit di bagian perut, gatal pada mata dan kulit.
Pernapasan

Gejala : Rinitis, bersin, gatal di hidung, batuk, sesak, suara serak, gawat
nafas, takipnea samoai apnea.

Interaksi Sosial

Tanda : Ketidakmampuan untuk berkomunikasi akibat berbagai gangguan pada


tubuh, seperti gatal, sesak, dan rasa takut
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi, , gigitan serangga
dan pruritus

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sesak, takipnea.


Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan mual; muntah, diare.
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya
nyeri kepala, ketegangan.
Defisit Volume cairan tubuh berhubungan dengan mual; muntah, diare, intrake
kurang.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, gatal diseluruh tubuh.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi/penyakit berhubungan dengan kurang
pemajanan dan kesalahan interpretasi informasi

Intervensi Keperawatan & Rasional


Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan reaksi alergi, gigitan serangga dan
pruritus
Intervensi :
Kaji kondisi kulit setiap hari, catat warna dan adanya lesi pada kulit dan amati
perubahannya.
R : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan
melakukan intervensi yang tepat.
Pertahankan personal hygiene kulit, mis; membasuh kemudian keringkan dengan
hati-hati lakukan penggunaan lotion/krim
R : mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier
infeksi. Pembasuhan kulit sebagai ganti menggaruk u/ menurunkan resiko trauma
dermal pada kulit.
Gunting kuku secara teratur
R : Kuku yang panjang/kasar dapat meningkatkan resiko kerusakan dermal.
Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah
diketahui.
R : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang mengandung
allergen

R : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi


Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sesak, takipnea.
Intervensi :
Identifikasi penyebab/factor pencetus.
R : Identifikasi ini dapat memberikan informasi sebagai dasar dalam menetapkan
intervensi selanjutnya.
Monitor fungsi respirasi dan kaji tanda-tanda vital.
R : Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi akibat stress
fisiologi dan dapat menunjukkan terjadinya syok.
Auskultasi bunyi nafas, misalnya berkurang/hilangnya bunyi nafas dilobus/segmen
tertentu.
R : Bunyi nafas dapat menurun atau tak ada pada lobus, segmen paru atau seluruh
bagian paru.
Berikan posisi semi fowler/tinggikan tempat tidur bagian kepala.
R : Posisi membantu memaksimalkan ekdspansi paru dan menurunkan upaya
pernapasan.
Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan melalui kanula/masker sesuai
indikasi.
R : Alat dalam menurunkan kerja nafas, meningkatkan penghilang distress respirasi
dan sianosis sehubungan dengan hipoksemia.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan mual; muntah, diare.
Intervensi :
Pantau masukan makanan setiap hari
Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi.
Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
Berikan makan dalam porsi/jumlah yang kecil dan dalam waktu yang sering dengan
teratur.
Rasional : Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi
yang diberikan dan meningkatkan kerjasama pasien saat makan

Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), dan Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan
Rasional :
Kolaborasi:
Konsultasi dengan ahli gizi dan berikan Vitamin
Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
kalori/nutrisi sesuai umur dan berat badan.
1.
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya
nyeri kepala, ketegangan.
Intervensi :
1.

Bantu klien Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

Rasional : Lingkungan yang tenang dapat memberikan ketenangan untuk tidur


2.

Atur posisi tidur senyaman mungkin.

Rasional : Membantu menginduksikan tidur


3.

Kaji pola kebiasaan tidur klien.

Rasional : Mengidentifikasi intervensi yang tepat


4.

Instruksikan tindakan relaksasi

Rasional : Membantu menginduksi tidur klien.


5.

Hindari gangguan terhadap pasien bila mungkin

Rasional : Tidur tanpa gangguan dapat menimbulkan rasa segar, dan pasien
mungkin tidak bisa tidur kembali bila telah terbangun.
6.

Penatalaksanaan pemberian obat sedative, hipnotik sesuai indikasi.

Rasional : Membantu/memudahkan pasien untuk memenuhi istirahat/tidurnya.


2.
Defisit Volume cairan tubuh berhubungan dengan mual; muntah, diare, intrake
kurang.
Intervensi :
1.

Kaji kemungkinan adanya tanda-tanda dehidrasi serta catat intake dan output

R : Membran mukosa dan kulit yang kering menunjukkan adanya tanda dehidrasi.
Memantau input dan haluaran memberikan informasi tentang keseimbangan cairan
tubuh.
2.

Kaji tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu)

R : Hipotensi, takikardi dan demam dapat menunjukkan respon terhadap efek


kehilangan cairan.
3.
Anjurkan klien tetap mempertahankan intake peroral yaitu makan dan minum
sedikit-sedikit tapi sering
R ; Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi/cairan,
dan menghindari terjadinya distensi abdomen.
4.
Catat dan laporkan adanya mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi
lambung
R : Kehilangan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan
elektrolit dan mempengaruhi cara pemberian cairan/nutrisi
5.

Lakukan pemberian cairan (infuse/IV)

R : Mengembalikan keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh


3.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, gatal diseluruh
tubuh.
Intervensi :
1.

Bantu klien mengekspresikan perasan marah, kehilangan dan ketakutan.

Rasional : Ansietas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung.


2.
Kaji tanda verbal dan nonverbal didampingi klien dan lakukan tindakan bila
menunjukkan perilaku merusak.
Rasional : Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah.
3.
Lakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan dan beri lingkungan yang
tenang serta suasana penuh istirahat.
Rasional : Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
4.

Tingkatkan kontrol sensasi klien.

Rasional : Memberikan informasi tentang keadaan klien.


5.

Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.

Rasional : Orientasi dapat menurunkan ansietas.


6.

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan kecemasannya.

Rasional : Mengurangi ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.


4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi/penyakit berhubungan dengan kurang
pemajanan dan kesalahan interpretasi informasi
Intervensi :
1.
Kaji tingkat pengetahuan pasien/orang terdekat tentang : Faktor risiko, faktor
pencetus, perawatan tindak lanjut dirumah
Rasional : Perlu untuk pembuatan rencana instruksi individu, mengidentifikasi
secara verbal kesalahpahaman dan memberikan penjelasan
2.
Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi misalnya leaflet
tentang: Faktor risiko, Faktor pencetus, Perawatan tindak lanjut dirumah.
Rasional : Penggunaan metode belajar yang bermacam-macam meningkatkan
penyerapan materi.
3.
Dorong penguatan faktor risiko, pembatasan diet, aktifitas seksual dan gejala
yang memerlukan perhatian medis
Rasional : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mencakup informasi dan
mengasumsi kontrol/partisipasi dalam program rehabilitasi
4.

Identifikasi sumber-sumber yang ada dimasyarakat

Rasional : Meningkatkan kemampuan koping dan meningkatkan penanganan


dirumah dan penyesuaian terhadap kerusakan
DAFTAR PUSTAKA
H. Suyono Slamet. 2001. Buku Ajar, ILMU PENYAKIT DALAM.Jilid II, Edisi ketiga.
Penerbit; Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2001
Sylvia. A. Price. 2005. PATOFISIOLOGI, Konsep klinis Proses-proses Penyakit. Volume
1, Edisi 6. Penerbit; EGC. 2005
Marilynn. E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit; EGC

PENGERTIAN
Anafilaksis Adalah suatu reaksi alergi yang terjadi akut, segera dan hebat, sebagai akibat kontak
dengan alergen.
PATOFISIOLOGI :
Anafilaksis terjadi sebagai akibat dari interaksi antigen-antibodi ( golongan IgE ).
IgE ini melekat pada permukaan sel basofil dan mastosit. Setelah kontak dengan alergen, basofil dan
mastosit mengeluarkan mediator : histamin, SRS-A, kinin, ECF-A. Mediator-mediator ini memberi efek
farmakologis : mengaktivasi mediator-mediator lain dan refleks-refleks sehingga terjadi gambaran
klinis anafilaksis.Alergen dapat masuk tubuh melalui hirupan, suntikan, per oral, maupun
inokulasi.Alergen dapat berupa :
a.Bahan-bahan untuk pengobatan :
1.

Antibiotika ( Penicillin )

2.

Zat putih telur asing ( insulin, ACTH, serum heterolog, ATS, ADS, SABU ).

3.

Ekstrak alergen ( untuk uji kulit dan imunoterapi ).

4.

Darah dan komponen-komponennya.

5.

Cairan ( Dekstran )

6.

Dan lain-lain.

b. Makanan, misalnya buah-buahan, susu, telur, ikan, kacang.


c. Bahan-bahan untuk diagnostik ( media kontras ).
d. Sengatan/gigitan serangga ( lebah ).
e. Dan lain-lain

GEJALA KLINIS :
Anafilaksis merupakan reaksi alergi sistemik. Walaupun kadang-kadang didahului oleh rasa tidak
enak/takut, secara akut dan segera dapat timbul :
1.

Obstruksi jalan napas atas ( sembab larynx ) dan bawah ( asma ), disusul renjatan
kardiovaskuler secara sekunder.

2.

Secara primer timbul renjatan tanpa didahului gejala-gejala pernapasan.

3.

Rasa gatal, kemerahan seluruh tubuh dan pembengkakan tanpa menjadi lebih hebat
( urtikaria dan sembab angioneurotik ).

DIAGNOSA :
Diagnosa dapat dibuat apabila setelah kontak ( expossure ) dengan antigen segera timbul gejala
sesak napas dan renjatan.
DIAGNOSA BANDING :
Renjatan anafilaktik harus dibedakan dari renjatan karena sebab lain. Renjatan-renjatan ini biasanya
tidak terjadi begitu mendadak.

PENATALAKSANAAN :
Dalam penatalaksanaan renjatan anafilaktik, urutan tindakan perlu diperhatikan.
1.

Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,01 ml/ kg BB, subkutan ( maksimal 0,3 ml ).

2.

Pasang tourniquet pada bagian pangkal dari tempat masuknya alergen ( gigitan serangga,
suntikan obat ).

3.

Beri Adrenalin 0,1 0,3 ml subkutan pada tempat masuknya alergen bila alergen telah
diberikan / masuk secara subkutan.

4.

Bila perlu pemberian Adrenalin dapat diulang setiap 15 20 menit.

5.

Beri zat asam dengan nose prong atau sungkup 2 3 L/menit.

6.

Beri Diphenhydramin 2 mg/ kg BB intravena atau intramuskular, dilanjutkan dengan 3 mg/ kg


BB/ 24 jam dibagi 3 dosis.

7.

Pasang infus dan beri NaCl 0,9%. Bila terjadi hipotensi atau tekanan darah tidak terukur, beri
NaCl 0,9% 20 40 ml/ kg BB dalam 1 2 jam.

8.

Bila perlu tambahkan plasma atau cairan ekspander lain 10 20 ml/kg BB dalam 12 jam.

9.

Pemberian Kortikosteroid :
o

Hidrokortison 4 7 mg/ kg BB secara intravena, dilanjutkan dengan 4 7 mg/ kg BB/


24 jam dibagi dalam 3 4 dosis selama 24 48 jam, atau

Metil prednisolon 1/5 dosis hidrokortison, atau

Deksametason 1/25 dosis hidrokortison.

10. Beri Aminofilin bila ada tanda-tanda obstruksi jalan napas bagian bawah ( asma ) dengan
dosis 7 mg/ kg BB dilarutkan dalam 10 20 ml NaCl 0,9% secara intravena dalam waktu 10
20 menit, dilanjutkan dengan 9 mg/ kg BB dibagi 3 4 dosis.
11. Bila nadi dan tekanan darah sudah stabil, infus diganti dengan Dekstrose 5% dalam 0,45%
NaCl 1 1,5 kali kebutuhan rumatan.
KOMPLIKASI :
1.

Obstruksi jalan napas bagian atas ( sembab larynx )--> Pasang pipa endotracheal atau
tracheostomi.

2.

Obstruksi jalan napas bagian bawah ( asma ) -->Beri : Aminofilin, Hidrokortison, Terbutalin
atau pasang ventilator.

3.

Renjatan berkepanjangan :

4.

Beri cairan intravena NaCl 0,9% atau koloid.

5.

Kadang-kadang perlu diberi Adrenalin intravena dengan dosis 1 ml larutan 1 : 10.000 dengan
sangat hati-hati. Cara membuat larutan : 1 ml larutan 1 : 1000 dilarutkan dalam 10 ml NaCl
0,9%.

6.

Kadang-kadang perlu diberi obaobat vasopresor, seperti Norepinephrin, Metaraminol, dan


Dopamin.

7.

Bila renjatan belum membaik, ukur CVP.

8.

Bila tekanan <> 12 mm Hg, beri Isoproterenol.

9.

Pemantauan ECG.

10. Jantung berhenti :


o

Lakukan pijat jantung.

Beri napas buatan.

Beri NaBic.

Вам также может понравиться