Вы находитесь на странице: 1из 22

Anatomi dan Kinesiologi Antebrakhii Distal

Bagian antebrakhii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya kira-kira
1,5-2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemukan bagian distal tulang radius yang
relatif lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan tulang spongiosa
dekat sendi. Dorsal radius bentuknya cembung dengan permukaan beralur-alur untuk
tempat lewatnya tendon ekstensor. Bagian volarnya cekung dan ditutupi oleh otot
pronator quadratus. Sisi lateral radius distal memanjang ke bawah membentuk prosesus
styloideus radius dengan posisi yang lebih rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian
ini merupakan tempat insersi otot brakhioradialis.
Pada antebrakhii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan sendi
radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas permukaan
sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen antara lain:
1.
2.
3.
4.

Ligamentum carpal volar (yang paling kuat)


Ligamentum carpal dorsal
Ligamentum carpal dorsal dan volar
Ligamentum collateral

Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum dan
navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian
distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan dorsal, dan
ligament radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat
ligament dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus
artikularis, yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang
melekat pada ligamen kolateral ulna. Ligamen kolateral ulna bersama dengan meniskus
homolognya dan diskus artikularis bersama ligament radioulnar dorsal dan volar, yang
kesemuanya menghubungkan radius dan ulna, disebut kompleks rawan fibroid
triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage complex) (
Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan tangan serta
gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90 derajat
oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatumkapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak
rotasi.

Gambar 1a. Sudut normal sendi radiokarpal di bagian ventral (tampak lateral)

Gambar

1b. Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiokarpal

Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat pada bagian palmar (ventral)
seperti diperlihatkan pada gambar 1a. Fraktur yang melibatkan angulasi ventral umumnya
berhasil baik dalam fungsi, tidak seperti fraktur yang melibatkan angulasi dorsal sendi
radiokarpal yang pemulihan fungsinya tidak begitu baik bila reduksinya tidak sempurna.
Gambar 1b memperlihatkan sudut normal yang dibentuk tulang ulna terhadap sendi
radiokarpal, yaitu 15 - 30 derajat. Evaluasi terhadap angulasi penting dalam perawatan fraktur
lengan bawah bagian distal, karena kegagalan atau reduksi inkomplit yang tidak
memperhitungkan angulasi akan menyebabkan hambatan pada gerakan tangan oleh ulna.

Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis,
baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Bila trauma terjadi pada atau dekat persendian, mungkin terdapat fraktur pada tulang
disertai dislokasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
Dislokasi adalah keadaan tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara
anatomis. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama
tekanan membengkok, memutar dan tarikan.
Fraktur Colles adalah fraktur radius bagian distal (sampai 1 inchi dari ujung distal)
dengan angulasi ke posterior, dislokasi ke posterior, dan deviasi fragmen distal ke radial;

dapat bersifat kominutiva dan dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna. Dislokasi ini
menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai bentuk
garpu( dinner-fork deformity).
Cedera yang digambarkan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur
melintang pada radius tepat di atas pergelangan tangan, dengan pergeseran dorsal fragmen
distal.
Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam posisi
terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan
menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan
persendian pergelangan tangan.

Fraktur Colles
Epidemiologi
Fraktur distal radius terutama fraktur Colles lebih sering ditemukan pada wanita, dan
jarang ditemui sebelum umur 50 tahun .Secara umum insidennya kira-kira 8 15% dari
seluruh fraktur dan diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu survey epidemiologi yang
dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74,5% dari seluruh fraktur pada lengan bawah
merupakan fraktur distal radius. Umur di atas 50 tahun pria dan wanita 1 berbanding 5.
Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria dan wanita lebih kurang sama di mana fraktur
Colles lebih kurang 60% dari seluruh fraktur radius .Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri.

Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 59
tahun
Patofisiologi
Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya merupakan
trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada
permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke
arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari
samping menyerupai garpu, seperti yang terjadi pada fraktur Colles.

Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur Colles dapat timbul setelah penderita
terjatuh dengan tangan posisi terkedang dan meyangga badan. Pada saat terjatuh sebahagian
energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian baru
diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah
yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.
Pada saat jatuh terpeleset, posisi tangan berusaha untuk menahan badan dalam posisi
terbuka dan pronasi. Lalu dengan terjadinya benturan yang kuat, gaya akan diteruskan ke
daerah metafisis radius distal dan mungkin akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana
garis patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Sehingga tulang
yang kemungkinan mengalami fratur pada posisi tersebut adalah radius distal

Dengan posisi tangan pada saat jatuh seperti gambar di atas, maka gaya yang kuat
akan berlawanan arah ke daerah pergelangan tangan. Dan seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa yang mungkin mengalami fraktur adalah distal radius sebab dilihat dari
struktur jaringannya saja tulang daerah tersebut memang rawan patah.

Diagnosis Klinis
Biasanya penderita mengeluh deformitas pada pergelangan tangan dengan adanya
riwayat trauma sebelumnya. Pada penemuan klinis untuk fraktur distal radius terutama
fraktur Colles akan memberikan gambaran klinis yang klasik berupa dinner fork deformity

atau silver fork deformity, yaitu bagian distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan
radial, bagian distal ulna menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi
pronasi, dan gerakan aktif pada pergelangan tangan tidak dapat dilakukan. Selain itu juga
didapatkan kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah yang
terkena, nyeri bila pergelangan tangan digerakkan.

KLASIFIKASI FRAKTUR COLLES


Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius distal.
Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan
sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi:

Pemeriksaan Radiologi
Bila secara klinis ada atau diduga ada fraktur, maka harus dibuat 2 foto tulang yang
bersangkutan. Sebaiknya dibuat foto antero-posterior (AP) dan lateral. Bila kedua proyeksi
ini tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang tidak mengizinkan, maka dibuat 2 proyeksi
tegak lurus satu sama lain. Perlu diingat bahwa bila hanya 1 proyeksi yang dibuat, ada
kemungkinan fraktur tidak dapat dilihat. Proyeksi tambahan oblik biasanya juga dibutuhkan
untuk menilai trauma pada persendian. Pada fraktur ekstremitas, daerah yang difoto harus
cukup luas dengan mencakup setidaknya satu persendian. Namun, pemeriksaan radiologis
tulang yang berada di antara dua sendi sebaiknya mencakup keseluruhan panjang tulang
mulai dari persendian proksimal hingga persendian distal tulang tersebut. Untuk melihat
fraktur pada tulang radius bagian distal, khususnya fraktur Colles, dibuat foto proyeksi AP
dan lateral.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan foto Roentgen:

Adakah fraktur, dimana lokasinya?


Tipe (jenis) fraktur dan kedudukan fragmen
Bagaimana struktur tulang: biasa?patologik?
Bila dekat/pada persendian:adakah dislokasi?fraktur epifisis?
Pemeriksaan foto Roentgen pada kasus curiga fraktur digunakan untuk:
a. Mendiagnosis adanya fraktur dengan memperhatikan lokasinya, tipe (jenis
fraktur), dan kedudukan fragmen. Bila dekat atau pada persendian, maka dapat
diperhatikan adanya dislokasi, fraktur epifisis, dan pelebaran sela sendi karena
efusi ke dalam rongga sendi.
b. Menentukan struktur tulang apakah tulang dasarnya normal atau patologis.
c. Memperlihatkan posisi ujung tulang sebelum dan sesudah terapi fraktur. Foto
roentgen dilakukan segera setelah reposisi untuk menilai kedudukan fragmen.
Bila

dilakukan

reposisi

terbuka

perlu

diperhatikan

kedudukan

pen

intramedular(kadang-kadang pen menembus tulang) ataupun plate and


screw(kadang-kadang screw lepas).
d. Pemeriksaan periodik untuk menilai penyembuhan fraktur
- Pembentukan callus
- Konsolidasi
- Remodeling: terutama pada anak-anak
- Adanya komplikasi
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan foto rontgen:
1. Foto tulang apa
2. Jenis tulang (anak/ dewasa)
3. Alignment: Simetris/tidak
4. Bone : Ada fraktur/ tidak
Jika ada:
o Jenisnya
o lokasi fraktur
o kedudukan fraktur
o ada callus atau tidak
o ada komplikasi atau tidak
o ada reaksi periosteal atau tidak
o keadaan struktur tulang(korteks dan medulla)
5. cartilago:
o Apakah ada dislokasi/tidak
o Destruksi
o Bagaimana celah sendinya
6. Soft Tissue: apakah ada swelling atau tidak

Colles Fracture-PA Radiograph

Colles FractureLateral Radiograph

Dinner Fork Deformity

Diagnosis Banding
1) Fraktur Smith

Fraktur Smith adalah fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dislokasi
fragmen distal ke voler. Fraktur Smith dikenal sebagai kebalikan dari fraktur
Colles. Jika fraktur Colles terjadi karena jatuh pada permukaan tangan pada
bagian volar, maka fraktur Smith terjadi karena seseorang jatuh pada permukaan
tangan bagian dorsal, sehingga terjadi dislokasi fragmen distal ke arah volar.
Gambaran klinisnya dikenal sebagai garden spade deformity.

2) Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi adalah fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi ulna
bagian distal. Terjadinya fraktur ini biasanya akibat trauma langsung sisi lateral
ketika jatuh.

3) Fraktur Barton
Fraktur Barton adalah fraktur oblik dari tulang radius distal intraartikuler, dengan
patahan distal radius terdislokasi ke arah volar (fraktur Barton volar) atau ke arah
dorsal (fraktur Barton dorsal). Fraktur Barton merupakan dislokasi sendi
radiocarpal.

DD

Definisi

Manifestasi Klinis

Fraktur Colles

Deformitas

pada

fraktur

ini

berbentuk seperti sendok makan

dengan jarak _+ 2,5 cm dari

(dinner

fork

permukaan sendi distal radius

terjatuh

dalam

deformity).

Pasien

tangan
terbuka dan pronasi, tubuh beserta

Dislokasi fragmen distalnya ke

lengan

Subluksasi

berputar

keadaan
ke

ke

dalam

(endorotasi). Tangan terbuka yang


terfiksasi di tanah berputar keluar
(eksorotasi/supinasi).

Fraktur Smith

Fraktur metafisis distal radius

arah posterior/dorsal
sendi

radioulnar

distal

Avulsi prosesus stiloideus ulna.

Fraktur Smith merupakan fraktur

Penonjolan

dislokasi ke arah anterior (volar),

proksimal, fragmen distal di sisi

karena itu sering disebut reverse

volar pergelangan, dan deviasi ke

Colles fracture. Fraktur ini biasa

radial (garden spade deformity).

terjadi pada orang muda. Pasien


jatuh dengan tangan menahan badan
sedang posisi tangan dalam keadaan
volar fleksi pada pergelangan tangan
dan pronasi. Garis patahan biasanya
transversal,
intraartikular.

kadang-kadang

dorsal

fragmen

Fraktur Galeazzi

Fraktur Galeazzi merupakan fraktur

Tampak tangan bagian distal dalam

radius distal disertai dislokasi sendi

posisi angulasi ke dorsal. Pada

radius ulna distal. Saat pasien jatuh

pergelangan tangan dapat diraba

dengan

tonjolan ujung distal ulna.

tangan

terbuka

yang

menahan badan, terjadi pula rotasi


lengan bawah dalam posisi pronasi
waktu menahan berat badan yang
memberi gaya supinasi.

Fraktur Barton

Fraktur oblik dari tulang radius

Tangan ini akibat terjatuh dengan

distal

tangan terentang

intraartikuler,

dengan

patahan distal terdislokasi ke


arah volar atau ke arah dorsal.
Fraktur

Barton

merupakan

dislokasi sendi radiocarpal

Penatalaksanaan

Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam
slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan

dan dibalut kuat dalam posisinya.


Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang
dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan
ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian
didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil
memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi.
Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan, dipasang
slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher metakarpal
dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada
posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar yang ekstrim harus
dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah.
Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari
segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami
sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.

Reduksi : (a) pelepasan impaksi, (b) pronasi dan pergeseran ke depan, (c) deviasi ulnar.
Pembebatan : (d) penggunaan sarung tangan, (b) slab gips yang basah, (f) slab yang
dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras
Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru; pergeseran ulang
sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun
manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi.
Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan secara
radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain
krepsementara.

Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips;
untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang
mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar
metakarpal kedua dan sepertiga.

Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan
komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles tipe IA atau IB dan tipe
IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus
darurat dan diserahkan pada ahli orthopedik.

Reduksi pada fraktur Colles


Proses penyembuhan Fraktur
1

Tahap kerusakan jaringan dan pembentukan hematom (1-3 hari)


Pada tahap ini dimulai dengan robeknya pembuluh darah dan terbentuk hematoma di
sekitar dan di dalam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur, yang tidak mendapat
persediaan darah, akan mati sepanjang satu atau dua milimeter. Hematom ini
kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dan vaskuler

sehingga hematom berubah menjadi jaringan fibrosis dengan kapiler di dalamnya


Tahap radang dan proliferasi seluler (3 hari2 minggu)
Setelah pembentukan hematoma terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di
bawah periosteum dan di dalam saluran medula yang tertembus. Ujung fragmen
dikelilingi oleh jaringan sel yang menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang
membeku perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke

dalam daerah tersebut


Tahap pembentukan kalus (2-6 minggu)
Sel yang berkembangbiak memiliki potensi kondrogenik dan osteogenik, bila
diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan dalam
beberapa keadaan, juga kartilago. Populasi sel juga mencakup osteoklas yang mulai
membersihkan tulang yang mati. Massa sel yang tebal, dengan pulau-pulau tulang
yang imatur dan kartilago, membentuk kalus atau bebat pada permukaan periosteal
dan endosteal. Sementara tulang fibrosa yang imatur menjadi lebih padat, gerakan
pada tempat fraktur semakin 13 berkurang pada empat minggu setelah fraktur
menyatu . Osifikasi (3 minggu-6 bulan) Kalus (woven bone) akan membentuk kalus

primer dan secara perlahanlahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh
aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di
resorpsi secara bertahap. Pembentukan kalus dimulai dalam 2-3 minggu setelah patah
tulang melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun
4

sampai tulang benar-benar bersatu


Konsolidasi (6-8 bulan)
Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut, fibrosa yang imatur berubah
menjadi tulang lamellar. Sistem itu sekarang cukup kaku untuk memungkinkan
osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan dekat di belakangnya
osteoblas mengisi celah-celah yang tersisa antara fragmen dengan tulang yang baru.
Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu sebelum tulang cukup kuat untuk

membawa beban yang normal


Remodeling (6-12 bulan)
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa
bulan, atau bahkan beberapa tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
resorpsi dan pembentukan tulang akan memperoleh bentuk 14 yang mirip bentuk
normalnya

Komplikasi Fraktur
1

Syok hipovolemik atau traumatik


akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun interna) dan kehilangan
cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks,
pelvis, dan vertebra karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat
terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma, khususnya

pada fraktur femur pelvis


Emboli lemak
Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis, fraktur multiple atau cidera remuk dapat
terjadi emboli lemak, khususnya pada pria dewasa muda 20-30 tahun. Pada saat
terjadi fraktur globula lemak dapat termasuk ke dalam darah karna tekanan sumsum
tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karna katekolamin yang di lepaskan oleh
reaksi stres pasien akan memobilitasi asam lemak dan memudahkan terjadiya globula
lemak dalam aliran darah. Globula lemak akan bergabung dengan trombosit
membentuk 15 emboli, yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang
memasok otak, paru, ginjal dan organ lain. Awitan dan gejalanya yang sangat cepat,
dapat terjadi dari beberapa jam sampai satu minggu setelah cidera gambaran khasnya
berupa hipoksia, takipnea, takikardia, dan pireksia

Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
interstisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofasial
yang tertutup. Peningkatan tekanan intra kompartemen akan mengakibatkan
berkurangnya perfusi jaringan dan tekanan oksigen jaringan, sehingga terjadi
gangguan sirkulasi dan fungsi jaringan di dalam ruangan tersebut. Ruangan tersebut
terisi oleh otot, saraf dan pembuluh darah yang dibungkus oleh tulang dan fascia serta
otot-otot individual yang dibungkus oleh epimisium. Sindrom kompartemen ditandai
dengan nyeri yang hebat, parestesi, paresis, pucat, disertai denyut nadi yang
hilang. Secara anatomi sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak dan
paling sering disebabkan oleh trauma, terutama mengenai daerah tungkai bawah dan

tungkai atas
Nekrosis avaskular
tulang Ceder, baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan iskemia
tulang yang berujung pada nekrosis avaskular. Nekrosis avaskuler ini sering dijumpai

pada kaput femoris, bagian proksimal dari os. Scapphoid, os. Lunatum, dan os. Talus
Atrofi otot
Atrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai ukuran normal.
Mengecilnya otot tersebut terjadi karena sel-sel spesifik yaitu selsel parenkim yang
menjalankan fungsi otot tersebut mengecil. Pada pasien fraktur, atrofi terjadi akibat
otot yang tidak digerakkan (disuse) sehingga metabolisme sel otot, aliran darah tidak
adekuat ke jaringan otot

Penatalaksanaan Fraktur
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi
semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang
(imobilisasi)
A Reposisi
Tindakan reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi dilakukan
pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada fraktur radius
distal. Reposisi dengan traksi dilakukan terus-menerus selama masa tertentu,
misalnya beberapa minggu, kemudian diikuti dengan imobilisasi. Tindakan ini
dilakukan pada fraktur yang bila direposisi secara manipulasi akan terdislokasi
kembali dalam gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat,
misalnya fraktur .

Reposisi dilakukan secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang


secara operatif, misalnya reposisi patah tulang pada fraktur kolum femur. Fragmen
direposisi secara non-operatif dengan meja traksi, setelah 17 tereposisi, dilakukan
pemasangan prosthesis secara operatif pada kolum femur .
Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar (OREF) dilakukan untuk
fiksasi fragmen patahan tulang, dimana digunakan pin baja yang ditusukkan pada
fragmen tulang, kemudian pin baja disatukan secara kokoh dengan batangan
logam di kulit luar. Beberapa indikasi pemasangan fiksasi luar antara lain fraktur
dengan rusaknya jaringan lunak yang berat (termasuk fraktur terbuka), dimana
pemasangan internal fiksasi terlalu berisiko untuk terjadi infeksi, atau
diperlukannya akses berulang terhadap luka fraktur di sekitar sendi yang cocok
untuk internal fiksasi namun jaringan lunak terlalu bengkak untuk operasi yang
aman, pasien dengan cedera multiple yang berat, fraktur tulang panggul dengan
perdarahan hebat, atau yang terkait dengan cedera kepala, fraktur dengan infeksi .
Reposisi secara operatif dikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan
fiksasi interna (ORIF), misalnya pada fraktur femur, tibia, humerus, atau lengan
bawah. Fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang
panjang, bisa juga plat dengan skrup di permukaan tulang. Keuntungan reposisi
secara operatif adalah dapat dicapai reposisi sempurna, dan bila dipasang fiksasi
interna yang kokoh, sesudah operasi tidak diperlukan pemasangan gips lagi dan
segera bisa dilakukan imobilisasi. Indikasi pemasangan fiksasi interna adalah
fraktur tidak bisa di reduksi kecuali dengan operasi, fraktur yang tidak stabil dan
cenderung terjadi displacement kembali setelah reduksi fraktur dengan penyatuan
yang buruk 18 dan perlahan (fraktur femoral neck), fraktur patologis, fraktur
multiple dimana dengan reduksi dini bisa meminimkan komplikasi, fraktur pada
pasien dengan perawatan yang sulit (paraplegia, pasien geriatri)
B Imobilisasi
Pada imobilisasi dengan fiksasi dilakukan imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi
tetap memerlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini
adalah pengelolaan fraktur tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan mengecilnya otot dan kakunya sendi.
Oleh karena itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin
C Rehabilitasi
Rehabilitasi berarti upaya mengembalikan kemampuan anggota yang cedera atau
alat gerak yang sakit agar dapat berfungsi kembali seperti sebelum mengalami
gangguan atau cedera

Вам также может понравиться

  • Notulensi
    Notulensi
    Документ3 страницы
    Notulensi
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Furunkulosis
    Furunkulosis
    Документ27 страниц
    Furunkulosis
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Anemia Nila
    Anemia Nila
    Документ28 страниц
    Anemia Nila
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Furunkulosis
    Furunkulosis
    Документ27 страниц
    Furunkulosis
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Neurodermatitis
    Neurodermatitis
    Документ30 страниц
    Neurodermatitis
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan-Hepatitis Nila
    Penyuluhan-Hepatitis Nila
    Документ16 страниц
    Penyuluhan-Hepatitis Nila
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Jurding
    Jurding
    Документ19 страниц
    Jurding
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Notulensi Case
    Notulensi Case
    Документ3 страницы
    Notulensi Case
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • HHH
    HHH
    Документ3 страницы
    HHH
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Bantuan Hidup Dasar-Nila
    Bantuan Hidup Dasar-Nila
    Документ38 страниц
    Bantuan Hidup Dasar-Nila
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Notulensi
    Notulensi
    Документ3 страницы
    Notulensi
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Evaluasi Program Cakupan Pelayanan Balita
    Evaluasi Program Cakupan Pelayanan Balita
    Документ3 страницы
    Evaluasi Program Cakupan Pelayanan Balita
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • DIURETIK Nila
    DIURETIK Nila
    Документ2 страницы
    DIURETIK Nila
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Weil's Disease
    Weil's Disease
    Документ28 страниц
    Weil's Disease
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Evaluasi Radiografi Pada Arthritis
    Evaluasi Radiografi Pada Arthritis
    Документ26 страниц
    Evaluasi Radiografi Pada Arthritis
    Lili Hapver
    Оценок пока нет
  • Kuisioner Penelitian-Revisi1
    Kuisioner Penelitian-Revisi1
    Документ4 страницы
    Kuisioner Penelitian-Revisi1
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Pleno27 Skenario03 E5
    Pleno27 Skenario03 E5
    Документ15 страниц
    Pleno27 Skenario03 E5
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Tugas DR Arsanto-Nila
    Tugas DR Arsanto-Nila
    Документ1 страница
    Tugas DR Arsanto-Nila
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Presentasi Final 14
    Presentasi Final 14
    Документ74 страницы
    Presentasi Final 14
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Penelitian Yang Dilakukan Edwin Dan Sarah Pada Bulan November Sampai Desember 2013
    Penelitian Yang Dilakukan Edwin Dan Sarah Pada Bulan November Sampai Desember 2013
    Документ2 страницы
    Penelitian Yang Dilakukan Edwin Dan Sarah Pada Bulan November Sampai Desember 2013
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Case Ujian Jiwa
    Case Ujian Jiwa
    Документ9 страниц
    Case Ujian Jiwa
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Konsep Pene 14
    Konsep Pene 14
    Документ2 страницы
    Konsep Pene 14
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Lampiran Informed Consent
    Lampiran Informed Consent
    Документ1 страница
    Lampiran Informed Consent
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Tambahan Referat VER RSUP KARIAD
    Tambahan Referat VER RSUP KARIAD
    Документ15 страниц
    Tambahan Referat VER RSUP KARIAD
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Definisi Operasional-Revisi 1
    Definisi Operasional-Revisi 1
    Документ11 страниц
    Definisi Operasional-Revisi 1
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Bab Iii Metodologi Penelitian 3.1.desain Penelitian
    Bab Iii Metodologi Penelitian 3.1.desain Penelitian
    Документ5 страниц
    Bab Iii Metodologi Penelitian 3.1.desain Penelitian
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • BAB III Awal
    BAB III Awal
    Документ4 страницы
    BAB III Awal
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • Revisi Pene14
    Revisi Pene14
    Документ18 страниц
    Revisi Pene14
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет
  • J
    J
    Документ9 страниц
    J
    NilaNila Wlndr
    Оценок пока нет