Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Nomor
Perihal
: S- 38721 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38722 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38723 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38724 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38725 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38726 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38727 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38728 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38729 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38730 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38731 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38732 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38733 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38734 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38735 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38736 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38737 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38738 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38739 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38740 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38741 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38742 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38743 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38744 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38745 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38746 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38747 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38748 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38749 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38750 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38751 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38752 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38753 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38754 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38755 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38756 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38757 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38758 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38759 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38760 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38761 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38762 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38763 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38764 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38765 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38766 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38767 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38768 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38769 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38770 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38771 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38772 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38773 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38774 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38775 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38776 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38777 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38778 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38779 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38780 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38781 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38782 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38783 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38784 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38785 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38786 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38787 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38788 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38789 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38790 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38791 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38792 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38793 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38794 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38795 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38796 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38797 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38798 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38799 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38800 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38801 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38802 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38803 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38804 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38805 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38806 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38807 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38808 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38809 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38810 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38811 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38812 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38813 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38814 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38815 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38816 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38817 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38818 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38819 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38820 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38821 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38822 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38823 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910
Nomor
Perihal
: S- 38824 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah
05 September 2016
Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No
Jenis SPT
PPh Pasal 22
PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.
KP.:KP 09/KP.0910
4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih
Kepala Kantor,
Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001
KP.:KP 09/KP.0910