Вы находитесь на странице: 1из 208

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38721 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN 1 CIMANGGU


NPWP : 00.524.532.9-405.000
JL.BATU PAYUNG, CIMANGGU
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38722 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN RIUNGGUNUNG


NPWP : 00.524.509.7-405.000
JL.RIUNGGUNUNG, SUKAMAJU
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38723 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIBEBER


NPWP : 00.524.519.6-405.000
JL.CIBEBER, SUKAMAJU
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38724 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN BABAKAN CIBATU


NPWP : 00.524.373.8-405.000
JL.SILIWANGI, CIBATU
CISAAT, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38725 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN PASIRPACAR


NPWP : 00.402.710.8-405.000
JL.PASIRPACAR, KUTAJAYA
CICURUG, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38726 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN PASIRPANJANG


NPWP : 00.402.651.4-405.000
JL.PASIRPANJANG, PASIRPANJANG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38727 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN SIMPANGSARI


NPWP : 00.402.631.6-405.000
KP.SIMPANG, CIKANGKUNG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38728 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN GUNUNGBATU 3


NPWP : 00.402.635.7-405.000
KP.GUNUNGBATU, GUNUNGBATU
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38729 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIPAKU


NPWP : 00.402.642.3-405.000
KP.UJUNGGENTENG, GUNUNGBATU
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38730 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIRACAP 3


NPWP : 00.402.645.6-405.000
JL.H.ANWARI, CIRACAP
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38731 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIRACAP 4


NPWP : 00.402.647.2-405.000
KP.LOJI, CIRACAP
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38732 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara KEC,CIRACAP


NPWP : 00.280.574.5-405.000
KTR KEC.CIRACAP, JL.RAYA LOJI NO.131, CIRACAP
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38733 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara PEMERINTAH DESA PURWASEDAR


NPWP : 70.086.596.7-405.000
JL. RAYA SIMPENAN RT 013 RW 003, PURWASEDAR
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38734 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA SUKAMANAH


NPWP : 70.191.391.5-405.000
JL.PALAYANGAN NO 1 RT 001 RW 001, SUKAMANAH
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38735 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA KARANGMEKAR


NPWP : 70.191.592.8-405.000
JL.BATUNUNGGAL RT 001 RW 001, KARANGMEKAR
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38736 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA SUKAMAJU


NPWP : 70.191.496.2-405.000
JL.RAYA CIJATI RT 007 RW 002, SUKAMAJU
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38737 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara KANTOR KEC.CIMANGGU


NPWP : 20.008.071.1-405.000
JL.RAYA CIMANGGU NO.5,
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38738 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN 1 CIBATU


NPWP : 00.524.600.4-405.000
JL.RAYA CIBATU, CIBATU
CISAAT, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38739 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN BOJONGKAWUNG


NPWP : 00.524.430.6-405.000
JL.SILIWANGI 3 KM.5 NO.769, CIBATU
CISAAT, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38740 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SMPN 1 CIMANGGU


NPWP : 00.523.993.4-405.000
KP. BATUNUNGGUL RT.001 RW.001, KARANGMEKAR
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38741 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIBAREGBEG


NPWP : 00.402.703.3-405.000
JL.CIBAREGBEG, CARINGIN
CICURUG, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38742 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN KEBONWARU


NPWP : 00.402.650.6-405.000
KP.KEBONWARU, GUNUNGBATU
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38743 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN RANCASARI


NPWP : 00.402.632.4-405.000
JL.PASIRPANJANG, PASIRPANJANG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38744 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara BP3 SMK NEGERI 1 CIBADAK


NPWP : 00.238.867.6-405.000
JL. RAYA KARANGTENGAH PO. BOX 03, KARANGTENGAH
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38745 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara PEMERINTAH DESA UJUNGGENTENG


NPWP : 70.086.313.7-405.000
JL.UJUNG GENTENG RT 018 RW 005, CIRACAP
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38746 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara RUTIN SMPN 3 CICURUG


NPWP : 20.007.026.6-405.000
JL.PENCELING, KUTAJAYA
CICURUG, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38747 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN 4 CIMANGGU


NPWP : 00.524.504.8-405.000
JL.CIMANGGU, CIMANGGU
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38748 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN TEGALPANJANG


NPWP : 00.524.508.9-405.000
JL.CIBALUNG, SUKAJADI
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38749 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN PASIRANGIN


NPWP : 00.524.515.4-405.000
JL.PASIRANGIN NO.2, BOREGAHINDAH
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38750 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN BENTENG I


NPWP : 00.402.698.5-405.000
JL.BENTENG, KUTAJAYA
CICURUG, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38751 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN SUKATENGAH


NPWP : 00.402.646.4-405.000
KP.SUKATENGAH, PURWASEDAR
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38752 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara RUTIN SMP NEGERI 2 CIRACAP


NPWP : 00.187.332.2-405.000
JL.RAYA GUNUNGBATU, GUNUNGBATU
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38753 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara PENGELUARAN BPS KAB.SUKABUMI


NPWP : 00.050.379.7-405.000
KP. SELAAWI RT.002 RW.005, KARANGTENGAH
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38754 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara PPK KECAMATAN CIMANGGU


NPWP : 30.120.475.6-405.000
JL RAYA CIMANGGU RT. 000 RW. 000
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38755 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA KUTAJAYA


NPWP : 30.142.033.7-405.000
JL BENTENG KM.12 RT. 000 RW. 000
CICURUG, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38756 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara PPK KECAMATAN CIRACAP


NPWP : 30.150.516.0-405.000
JL LOJI NO.131 RT. 047 RW. 012
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38757 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA CIRACAP


NPWP : 70.190.269.4-405.000
KP.SIMPANG RT 005 RW 008, CIRACAP
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38758 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara RUTIN SMPN 4 CIRACAP


NPWP : 20.008.902.7-405.000
PASIR PANJANG, PASIRPANJANG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38759 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIBATU NANGRAK


NPWP : 00.524.375.3-405.000
JL.RAYA CIBATU GG.INDUK KP.CIBATU NANGRAK, CIBATU
CISAAT, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38760 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN KUTA


NPWP : 00.402.705.8-405.000
JL.KUTA NO.910, KUTAJAYA
CICURUG, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38761 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIKERESEK


NPWP : 00.402.649.8-405.000
SDN CIKERESEK, PURWASEDAR
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38762 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara MGMP PERTANIAN & KELAUTAN KAB. SUKABUMI


NPWP : 30.079.403.9-405.000
JL. ALMUWAHHIDIN PO BOX 3 CIBADAK RT.003 RW.001, KARANGTENGAH
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38763 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN 6 KARANGTENGAH


NPWP : 00.524.919.8-405.000
JL.KAMANDORAN, KARANGTENGAH
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38764 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN 5 KARANGTENGAH


NPWP : 00.524.868.7-405.000
JL.BENDA KARANGHILIR, KARANGTENGAH
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38765 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIGADUNG


NPWP : 00.524.531.1-405.000
JL.BOREGAH, BOREGAHINDAH
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38766 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIBENGANG


NPWP : 00.524.497.5-405.000
JL.CIBENGANG, SUKAMAJU
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38767 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIGELANG


NPWP : 00.402.640.7-405.000
KP.CIGELANG, GUNUNGBATU
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38768 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN PUNCAKSUJI


NPWP : 00.402.641.5-405.000
KP.PUNCAKSUJI, CIRACAP
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38769 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SMP NEGERI SATAP CIGELANG


NPWP : 30.123.091.8-405.000
KP CIGELANG RT. 005 RW. 002
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38770 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DANA KAPITASI JKN PUSKESMAS CIRACAP


NPWP : 70.613.071.3-405.000
JL. H. ANWARI NO 76 RT 021 RW 005, CIRACAP
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38771 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SMPN 3 CIRACAP


NPWP : 20.006.284.2-405.000
JL.UJUNGGENTENG KP.CIPAKU, GUNUNGBATU
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38772 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN 2 CIMANGGU


NPWP : 00.524.499.1-405.000
JL.CIMANGGU, CIMANGGU
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38773 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIJATI


NPWP : 00.524.524.6-405.000
JL.CIJATI, SUKAMAJU
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38774 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIGELANG


NPWP : 00.524.367.0-405.000
JL.CIGELANG, GUNUNGBATU
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38775 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN BENTENG 02


NPWP : 00.402.746.2-405.000
JL.BENTENG, KUTAJAYA
CICURUG, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38776 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN PANCAWATI


NPWP : 00.402.697.7-405.000
KP.PANCAWATI, KUTAJAYA
CICURUG, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38777 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIKOKOSAN


NPWP : 00.402.630.8-405.000
KP.CIKOKOSAN, PASIRPANJANG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38778 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara UPTD P DAN K KEC. CIMANGGU


NPWP : 20.020.675.3-405.000
CIMANGGU RT. - RW. CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38779 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DANA KAPITASI JKN PUSKESMAS CIMANGGU


NPWP : 70.619.356.2-405.000
KP. SIRNARASA RT 004 RW 002, KARANGMEKAR
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38780 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN GUNUNGBATU 2


NPWP : 00.402.658.9-405.000
KP.BATUGARES, CIRACAP
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38781 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN SIMPENAN


NPWP : 00.402.633.2-405.000
KP.SIMPENAN, PURWASEDAR
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38782 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN WARUNGWARU


NPWP : 00.402.636.5-405.000
JL.UJUNG GENTENG, PURWASEDAR
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38783 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DINAS PENDIDIKAN KAB.SUKABUMI


NPWP : 00.351.794.3-405.000
KOMP.GELANGGANG PEMUDA CISAAT, SUKAMANAH
CISAAT, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38784 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SMUN 1 CIRACAP


NPWP : 00.238.900.5-405.000
JL. R. NATADIPURA RT.027 RW.006, PURWASEDAR
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38785 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN I KARANGTENGAH CIBADAK


NPWP : 20.018.872.0-405.000
JL RAYA KARANGTENGAH KM.5 RT. 02 RW. 02
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38786 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara MGMP MATEMATIKA SMK KAB. SUKABUMI


NPWP : 30.061.670.3-405.000
JL. ALMUWAHIDIN RT.- RW.-, KARANGTENGAH
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38787 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SMPN 4 CIEMAS


NPWP : 30.064.044.8-405.000
KP. MARGABARU RT.001 RW.001, GIRIMUKTI
CIEMAS, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38788 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA PANGUMBAHAN


NPWP : 30.141.404.1-405.000
JL PANGUMBAHAN RT. 004 RW. 004
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38789 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA MEKARSARI


NPWP : 70.196.708.5-405.000
JL.RAYA MEKARSARI RT 011 RW 004, CIKANGKUNG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38790 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara PJOK PNPM P2KP KECAMATAN CISAAT


NPWP : 20.013.641.4-405.000
JL.RAYA CIBATU CISAAT, CIBATU
CISAAT, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38791 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN 4 KARANGTENGAH


NPWP : 00.524.783.8-405.000
JL.RAYA KARAGTENGAH KM.15, KARANGTENGAH
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38792 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN 3 CIMANGGU


NPWP : 00.524.529.5-405.000
JL.TEGALPANJANG, SUKAJADI
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38793 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara PUMC.SMPN 3 CIBADAK


NPWP : 00.523.941.3-405.000
JL.RAYA KARANGTENGAH NO.691, KARANGTENGAH
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38794 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN BATUCOLAT


NPWP : 00.402.637.3-405.000
KP.BATUCOLAT, CIKANGKUNG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38795 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara GAJI/RUTIN SLTP I CIRACAP


NPWP : 00.050.469.6-405.000
JL. H.ANWARI TELP.0266-490877, CIRACAP
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38796 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SMPN 2 CIMANGGU


NPWP : 30.064.996.9-405.000
JL. RIUNGGUNUNG RT.004 RW.001, SUKAMAJU
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38797 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara KKG GUGUS 03 CIRACAP


NPWP : 30.154.697.4-405.000
JL H ANWARI RT. 000 RW. 000
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38798 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA CARINGIN


NPWP : 66.608.947.9-405.000
JL. CIBAREGBEG NO 32 RT 003 RW 001, CARINGIN
CICURUG, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38799 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA CIMANGGU


NPWP : 70.185.156.0-405.000
JLN.RAYA CIMANGGU RT 004 RW 002, CIMANGGU
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38800 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara KKG GUGUS I CIMANGGU


NPWP : 30.154.706.3-405.000
JL CIMANGGU RT. 001 RW. 001
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38801 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara PKG PAUD KECAMATAN CIRACAP


NPWP : 30.147.465.6-405.000
JL H ANWARI RT. 001 RW. 006
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38802 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara KKG GUGUS 04 CIRACAP


NPWP : 30.155.020.8-405.000
JL H ANWARI NO.10 RT. 001 RW. 001
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38803 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara KKG GUGUS 02 CIRACAP


NPWP : 30.155.023.2-405.000
JL H ANWARI NO.10 RT. 001 RW. 001
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38804 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA GUNUNGBATU


NPWP : 30.139.969.7-405.000
JL GUNUNGBATU NO.31 RT. 006 RW. 002
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38805 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara KKG GUGUS II KECAMATAN CIMANGGU


NPWP : 30.154.804.6-405.000
KP CIBALUNG RT. 021 RW. 004
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38806 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIJOHO


NPWP : 00.402.648.0-405.000
KP.CIJOHO, CIKANGKUNG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38807 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIKANGKUNG


NPWP : 00.402.654.8-405.000
KP.SIMPANG, CIKANGKUNG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38808 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIBITUNG


NPWP : 00.402.634.0-405.000
KP.CIGARU, PASIRPANJANG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38809 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA CIKANGKUNG


NPWP : 70.183.762.7-405.000
KP.SIMPANG RT 005 RW 008, CIKANGKUNG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38810 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA BOREGAH


NPWP : 70.197.687.0-405.000
JL.PASIRANGI NO KM.4 RT 003 RW 001, BOREGAHINDAH
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38811 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA KARANGTENGAH


NPWP : 30.142.106.1-405.000
JL. RAYA KARANGTENGAH NO.709 RT. 002 RW. 002
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38812 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA PASIRPANJANG


NPWP : 70.183.911.0-405.000
KP.PASIRPANJANG RT 003 RW 001, CIKANGKUNG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38813 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SMPN 5 CIRACAP


NPWP : 20.026.645.0-405.000
JL. MEKARSARI RT. - RW. CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38814 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN JARINGAO


NPWP : 00.402.643.1-405.000
KP.JARINGAO JL.PANGUMBAHAN, GUNUNGBATU
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38815 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara MGMP PAI SMK KAB. SUKABUMI


NPWP : 00.957.201.7-405.000
JL AL-MUWAHIDIN (SMKN 1 CIBADAK) , KARANGTENGAH
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38816 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN GUNUNGBATU 1


NPWP : 00.402.655.5-405.000
JL.GUNUNGBATU, GUNUNGBATU
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38817 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIRACAP 1


NPWP : 00.402.652.2-405.000
JL.CIRANGKONG, CIRACAP
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38818 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara KKG GUGUS 01 CIRACAP


NPWP : 30.155.031.5-405.000
JL H ANWARI NO.10 RT. 003 RW. 001
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38819 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIRACAP 2


NPWP : 00.402.644.9-405.000
KP.TANGKOLO, PURWASEDAR
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38820 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara KASIR SLB NEGERI HANDAYANI


NPWP : 00.351.938.6-405.000
JL. RAYA KARANGTENGAH, KARANGTENGAH
CIBADAK, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38821 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CITANGKIL


NPWP : 00.402.638.1-405.000
KP.CITANGKIL, CIKANGKUNG
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38822 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara DESA SUKAJADI


NPWP : 70.199.540.9-405.000
KP.CIBURIAL RT 014 RW 004, SUKAJADI
CIMANGGU, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38823 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN 2 CIBATU


NPWP : 00.524.424.9-405.000
JL.RAYA CIBOLANG, CIBATU
CISAAT, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP JAWA BARAT I

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKABUMI


JALAN RE. MARTADINATA NO.1, KOTAMADYA SUKABUMI
TELEPON 0266-221541, FAKSIMILE 0266-221540 SITUS www.pajak.go.id
LAYANAN INFORMASI DAN KELUHAN KRING PAJAK 021-500200
EMAIL : pengaduan@pajak.go.id

Nomor
Perihal

: S- 38824 /WPJ.09/KP.09/2016
: Himbauan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Bagi Bendahara Pemerintah

05 September 2016

Yth. Sdr. Pimpinan/Bedahara SDN CIBURIAL


NPWP : 00.402.639.9-405.000
KP.CIBURIAL, GUNUNGBATU
CIRACAP, KAB. SUKABUMI

Terima kasih kami sampaikan atas pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah Saudara
laksanakan, diantaranya pembayaran pajak dan penyampaian Surat Pemberitahuan. Bersama ini kami
sampaikan hal-hal terkait Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Bagi Bendahara sebagai berikut:
1. Jatuh tempo penyetoran dan pelaporan
No

Jenis SPT

PPh Pasal 21/26

PPh Pasal 22

PPh Pasal 23/26

PPh Pasal 4 ayat


(2) Final
PPN/PPnBM

Jatuh Tempo Pembayaran

Jatuh tempo Pelaporan

Paling lama tanggal 10 buIan berikutnya


setelah Masa Pajak berakhir
Disetor pada hari yang sama dengan
pelaksanaan pembavaran
Paling lama tanggal 10 bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
Paling lama tangga 10 buIan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir
a. Untuk bendahara pengeluaran sebagai
Pemungut PPN, paling lama tanggal 7
(tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir
b. Untuk Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai Pemungut
PPN, harus disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pajak
Rekanan
Pengusaha Kena
Pemerintah melalui KPPN

Paling lama 20 hari setelah


Masa Pajak berakhir
Paling lama 14 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
Paling lama 20 hari setelah
Masa Pajak berakhir
a. Paling lama akhir buIan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir
b. Paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir

PPh Pasal 21 dan PPN wajib dilaporkan setiap bulan/masa pajak meskipun pada bulan/masa pajak
tersebut tidak terdapat pemotongan atau pemungutan.
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2) Final hanya wajib dilaporkan apabila
bulan/masa pajak tersebut terdapat pemotongan dan pemungutan.
2. Pengenaan tarif lebih tinggi apabila penerima penghasilan tidak memiliki NPWP:
a. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 21 yang tidak final, tarif
yang dikenakan 20% lebih tinggi.
b. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 22, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
c. Bagi penerima penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 23, tarif yang dikenakan
100% lebih tinggi.
3. Batasan transaksi pengadaan barang yang harus dipungut PPh pasal 22
Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah :
a. Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak (bendahara) yang jumlahnya paling
banyak Rp 2.000.000,- (dua juta supiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.
b. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM, dan
benda-benda pos.

KP.:KP 09/KP.0910

4. Batasan transaksi pengadaan barang dan jasa yang harus dipungut dan disetor sendiri PPN dan
PPnBM-nya Bendahara tidak perlu memungut PPN dan PPnBM terhadap:
a. Pembayaran untuk penyerahan barang atau jasa yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000.(satu juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
b. Pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. Pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak yang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau
dibebaskan dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran penyerahan BBM dan bukan BBM oleh pertamina;
e. Pembayaran atas rekening telepon;
f. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. Pembayaran lainnya untuk penyerahkan barang atau jasa yang menurut ketentuan Perundangundangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.
5. Bendahara sebagai Pemotong atau Pemungut PPh memberikan tanda bukti pemotongan atau tanda
bukti pemungutan kepada orang pribadi atau badan yang dipotong atau dipungut PPh setiap
melakukan pemotongan atau pemungutan.
6. Bendahara sebagai Pemotong PPh Pasal 2 1 atas penghasilan PNS di satuan kerjanya memberikan
tanda bukti pemotongan paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender berakhir.
7. Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu dan hari libur nasional, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
8. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak.
9. Dalam hal pencairan anggraan dengan mekanisme LS maka pemindahbukuan pajak yang dilakukan
oleh KPPN merupakan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang, namun Surat Setoran Pajak
tetap dipersiapkan oleh bendahara yang bersangkutan.
10.Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain dianggap sah apabila telah divalidasi dengan Nomor
Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
11.Bendahara sebagai pemungut PPN melakukan validasi Faktur Pajak yang diterbitkan oleh rekanan.
12.Sanksi Administrasi :
Jenis
Sanksi
Keterangan
PPN
Rp.
500.000
Per
SPT/Bulan
Denda Keterelambatan Penyampaian/
Pelaporan SPT Masa
PPh
Rp. 100.000
Per SPT/Bulan
Bunga Keterlambatan Pembayaran/
PPh dan
Per bulan dari jumlah
2%
Penyetoran Pajak (Masa dan Tahunan)
PPN
pajak terutang
13.Sanksi Pidana sesuai Pasal 39 huruf I, UU No. 16 Tahun 2009
Setiap orang yang dengan sengaja : tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Dalam hal Saudara membutuhkan penjelasan lebih lanjut Saudara dapat menemui Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV Sdr. Dedi Rustandi/NIP 196304121985031002 dan Account
Representative Sdr. Guruh Adiputra/NIP 198709122008121004 pada Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV di KPP Pratama Sukabumi atau melalui nomor telepon (0266) 221545 pada hari dan jam
kerja.
Peran aktif dan kontribusi Saudara terhadap penerimaan pajak untuk pembangunan bangsa
sangat kami hargai. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih

Kepala Kantor,

Siswana Sudjana
NIP 19590808 198210 1 001

KP.:KP 09/KP.0910

Вам также может понравиться