Вы находитесь на странице: 1из 12

Tren dan Isu Keperawatan Maternitas

1. Perubahan lingkungan perawatan kesehatan


Adanya program pembatasan biaya mempunyai dampak berarti pada perawatan
obstetrik, dimana pasien dianjurkan pulang dalam 24 jam dari melahirkan pervagina
atau 72 jam persalinan sesaria tak terkomplikasi.
2. Kemajuan dalam teknologi
Dengan adanya kemajuan teknologi, timbul dilema etik dan biaya yang lebih besar.
3. Populai Khusus
Masalah-masalah yang berhubungan dengan perawatan kesehatan pada populasi ini
meliputi hambatan bahasa, kurangnya pengetahuan/pemahaman dan keunikan
postnatal. Hal ini supaya meningkatkan kesadaran budaya mereka sehingga dapat
menjadi beradaptasi secara kreatif dan berpengetahuan dalam menangani sesuai
kebutuhan klien.
4. Kehamilan para remaja
Remaja memilih untuk mengakhiri/mempertahankan kehamilan sampai cukup bulan
dan mempertahankan bayi atau memberikan bayi untuk diadopsi, program pendidikan
khusus, meliputi informasi mengenai KB, PHS, perawatan bayi dan menjadi orang
tua.
5. Wanita menunda kehamilan karena pendidikan dan karier
Bertambahnya usia waktu menunda kehamilan karena karier dapat menyebabkan
primigravida menjadi sudah lansia, hal tersebut mempunyai dampak peningkatan
risiko terhadap komplikasi selama prenatal, intranatal dan postnatal serta keluarganya.
6. Drug abuse, HIV, PHS
Pengguna drug abuse meningkat pada wanita usia subur 15-25 tahun yang dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang cukup tinggi. HIV merupakan
faktor ke 5 penyebab kematian wanita pada usia reproduksi, menyebabkan mortalitas
pada anak. Dengan demikian, perlu dilakukan pencegahan primer melalui program
pendidikan kesehatan yang ditunjukkan pada tingkat SD dan SMP. Penelitian
dilakukan terus-menerus untuk menemukan vaksin baru untuk melindungi janin dari
ancaman tersebut.
7. Partisipasi konsumen
Partisipasi konsumen adalah menuntut konsumen untuk asertif mencari informasi.
Mempunyai harapan untuk persalinan yang lebih spesifik, proses kelahiran dan
pengalaman postpartum khusus, seperti pendekatan yang berpusat pada keluarga
dalam proses kelahiran dan pengurangan intervensi medis menyebabkan biaya
perawatan rendah, di samping menuntut perawatan maternitas untuk memiliki
pengetahuan dan pengalaman serta pelayanan yang berkualitas dan profesional.
8. Masalah moral/etis

Bayi berat badan lahir rendah dapat hidup, tetapi bagaimana dengan kualitas

hidup keturunan selanjutnya


Efek jangka panjang dari prematuritas dapat menimbulkan kecacatan fisik dan
mental selama masa hidup, dapat menghambat keterbatasan fisik, emosional,
finansial keluarga, peningkatan perselisihan keluarga, penceraian dan
penyiksaan anak serta penyakit fisik lainnya dan psikologis.

Dapus : VT novita, Regina.2011,Keperawatan Maternitas.Bogor.Ghalia Indonesia

Trend dan Issue Keperawatan Maternitas


Perawatan ibu hamil berfokus pada perawatan wanita hamil dan keluarganya pada seluruh
tahap kehamilan dan kelahiran, termasuk masa empat minggu pertama setelah bayi lahir.
Selama periode prenatal, perawat memberi perawatan pada ibu hamil dan juga memberikan
pendidikan kesehatan untuk membantu klien dan keluarganya dalam menghadapi persalinan.
Upaya yang dilakukan perawat ini berpotensi membuat perbedaan yang signifikan, bukan
saja dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya, tetapi juga kesehatan masyarakat.
(BAGAN)
Kehamilan sendiri merupakan suatu peristiwa yang sangat penting bagi ibu hamil dan
pasangannya, dan hal ini juga merupakan suatu kondisi krisis maturitas. Selain kehamilan
akan menyebabkan suatu peristiwa perubahan dalam kondisi adanya dua kemungkinan yang
akan dihadapi ibu hamil.keadaan tersebut berupa ibu hamil dapat mengalami kehamilan
normal maupun kehamilan risiko tinggi. Pada saat ibu hamil dikategorikan pada kehamilan
risiko tinggi, maka hal ini merupakan masalah paling kritis dalam asuhan keperawatan
maupun asuhan medis. Saat ibu dinyatakan hamil, tentunya harapan ibu dan pasangan adalah
kehamilan tersebut normal, janin yang dikandung sehat dan pada akhirnya janin dapat lahir
dalam keadaan ibu dan bayi selamat.

Kehamilan Risiko Tinggi Meningkat


Keadaan kehamilan risiko tinggi yang meningkat mengandung makna bahwa semakin banyak
wanita hamil berisiko meperoleh hasil kehamilan buruk. Kondisi ini seperti dicontohkan
bahwa penggunaan alkohol selama hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan),
retardasi mental, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan sindrom alkohol janin. Penyakit
menular seksual (PMS) selama hamil, insiden AIDS yang semakin meningkat juga dikaitkan
dengan defek dan penyakit neonatus. Bayi yang lahir dari ibu tidak menikah memiliki
kemungkinan meninggal dua kali lebih besar dibandingkan dengan dari ibu yang menikah.
Remaja juga memiliki kemungkinan dua kali untuk memperoleh bayi dengan BBLR. Hal
tersebut seharusnya dapat diturunkan dengan perawatan prenatal yang adekuat yang berfokus
pada kesehatan dan penurunan faktor risiko, sehingga kondisi tersebut dapat memperbaiki
hasil akhir dari kehamilan.

Upaya Safe Motherhood


Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara
berkembang. Kematian wanita usia subur di negara miskin sekitar 25% - 50%, dan hal ini
berkaitan dengan masalah kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor
utama mortalitas wanita muda. Lebih dari 50% kematian yang berkaitan dengan kondisi
tersebut di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi tinggi yang ada
serta biaya yang relatif rendah.
Perhatian dunia untuk dapat menurunkan angka kematian ibu sebagai tolak ukur kemampuan
untuk memberikan pelayanan menyuluruhan dan bermutu diwujudkan dengan melakukan
beberapa pertemuan diantaranya; tahun 1990 World Summit For Children di New York
mengharapkan agar dapat menurunkan angka kematian ibu dan perinatal 50% dari jumlah
kematian tahun 1990. Tahun1994 dilakakun pertemuan International Conference on
Population and Development (ICPD) di Kairo Mesir, menyatakan bahwa kebutuhan
kesehatan reproduksi laki-laki dan perempuan sangat vital untuk dapat mengangkat derajat
sumber daya manusia umumnya.
Tahun 1995 di Beijing China dibentuk Fourth Word Conference On Women dan tahun 1997 di
Colombo Sri Langka diselenggarakan Safe Motherhood Technical Consultatio. Kedua
konferensi Internasional ini menekan perlu dipercepatnya penurunan angka kematian ibu
pada tahun 2000 menjadi separuhnya sejak 1990 dan akan ditinjau 10 tahun kemudian.
Pada tahun 1999 WHO membuat program Making Pregnancy Safer (MPS) yang didukung
oleh badan-badan Internasional seperti UNFPA, UNICEF dan Word Bank. Pada program
tersebut diharapkan pemerintah dan masyarakat disetiap Negara untuk
a. Menetapkan Safe Mothehood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan
nasional dan internasional.
b. Menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
c. Mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah disusun.
d. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga berencana,
aborsi legal, baik publik maupun swasta.
e. Meningkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan maternal dan neonatal serta
pengendalian fertilitas pada tingkat keluarga dan lingkungannya.
f. Memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Di Indonesia awal tahun 1999 Depkes mengadakan Lokakarya Kesehatan Reproduksi
yang menunjukkan komitmen Indonesia untuk melaksanakan upaya kesehatan

reproduksi dengan meluncurkan Gerakan sayang Ibu (GSI), yaitu upaya advokasi dan
mobilisasi sosial untuk mendukung upaya percepatan penurunan AKI. Intervensi
stategis dalam upaya Safe Motherhood dinyatakan sebagai empat pilar Safe
Motherhood, yaitu Keluarga Bencana (KB), pelayanan antenatal, persalinan yang
aman dan pelayanan obstetri esensial.
(BAGAN)
Keluarga Berencana : memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses
dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak
kehamilan dan jumlah anak.
Pelayanan antenal : untuk mencegah adanya komplikasi obstetric bila mungkin dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara
memadai.
Persalinan yang aman : memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai
pengetahuan, ketrampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan
bersih , serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.
Pelayanan obstetic esensial : memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko
tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.
Pendekatan yang dianjurkan menurut pakar yang aktif dalam upaya Safe Motherhood
adalah menganggap bahwa semua kehamilan itu berisiko dan setiap ibu hamil agar
mempunyai akses ke pertolongan persalinan yang aman dan pelayanan obstetric.
Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi
obstetric. Hal tersebut akan sangat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya
bila tidak ditangani dengan memadai.
Trend Perawatan Bertehnologi Tinggi
Kemajuan ilmu pengetahuan dan angka kehamilan berisiko tinggi yang meningkatkan
membuat sistem perawatan kesehatan menekan pada perawatan bertehnologi tinggi.
Namun hal tersebut juga menjadikan adanya kendala bahwa dengan adanya perawatan
yang bertehnologi tinggi, maka biaya perawatan kesehatan menjadi lebih meningkat
Akses Perawatan Prenatal
Terdapat peningkatan jumlah wanita yang tidak mendapat perawatan antenal, selain
hal tersebut juga masih banyak wanita yang mempunyai akses ke perawatan prenatal
tetati terlambat datang ke pelayanan kesehatan atau datang hanya sesekali. Akibatnya
satu dari tiga wanita hamil tidak memperoleh perawatan antenatal yang adekuat.
Selain hal tersebut, juga banyak wanita yang tidak mampu membayar biaya perawatan

kesehatan, sehingga akses klien untuk menjangkau pelayanan kesehatan juga


menurun.
Trend Keterlibatan Pasien Dalam Perawatan Diri
Berdasarkan perkembangannya, klien mulai menuntut informasi dan tehnologi
kesehatan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki kesadaran yang
meningkat untuk dapat menolong dirinya sendiri, sehingga klien akan menjadi lebih
aktif untuk mencari bantuan dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
Kesadaran ini menjadikan situasi bahwa klien datang ke pelayanan kesehatan dalam
kondisi baik, sehingga fokus keperawatan kita arahnya adalah untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan klien. Keadaan ini sejalan dengan konsep yang telah
dikembangkan oleh Orem yaitu Konsep Self care.
Perubahan Dalam Praktik Melahirkan
Perawatan maternitas memainkan peran aktif dalam, membentuk sistem perawatan
kesehatan, sehingga sistem tersebut dapat memenuhi kebutuhan klien. Seringkali ibu
hamil dapat memilih penolong persalinan sesuai dengan salah satunya adalah daya
embank ekonominya. Tempat melahirkan yang merupakan pilihan dapat berupa
kamar bersalin di rumah sakit (hospital labor room), klinik bersalin (birthing room)
atau di rumah. Melalui perawatan yang berpusat pada keluarga, suami, kakeknenek, saudara kandung dan teman teman boleh hadir saat ibu melahirkan. Ayah boleh
mendampingi selama ibu dalam proses persalinan, neonatus tinggal bersama ibu dan
ibu dapat menyusui secara dini.
Asuhan keperawatan berubah menjadi perawatan maternitas kamar tunggal yang
memungkinkan ibu bersalin melahirkan dan menjalani masa pemulihan di ruang yang
sama (labor-delivery-recovery/LDR). Juga terdapat rumah sakit yang memberikan
pelayanan dimana seluruh masa inap suatu kelahiran berlangsung di ruang yang sama
(labor-delivery-recovery-postpartum/LDRP).
Selain hal tersebut pelayanan yang diberikan dalam bentuk neonatus tinggal bersama
bayinya (rawat gabung). Jika sebelumnya ibu bersalin tinggal dirumah sakit selama 34 hari setelah melahirkan, sekarang ibu dapat dipulangkan dalam 6-48 jam setelah
melahirkan. Untuk mengidentifikasi kelanjutan keperawatan pada klien ini, dapat
dilakukan follow up dengan via telepon atau kunjungan rumah (home visite).
Trend Di Masa Depan
Trend terbaru mengidentifikasikan bahwa suatu pendekatan baru terhadap kesehatan
wanita selama siklus masa usia subur sangat penting untuk meningkatkan

kesejahteraan ibu dan bayinya secara menyeluruh. Hal tersebut terutama difokuskan
pada perawatan preventif.
Faktor Faktor Malpraktek Dalam Perawatan Perinatal
Pendokumentasian pengalaman menolong persalinan dan perkembangannya yang
kurang jelas sangat mendorong terjadinya liabilitas dalam perawatan perinatal.
Terjadinya kelalaian yang dilakukan oleh perawat maternitas, hasilnya bisa terjadi
cedera pada klien (apalagi bila penjelasan minimal dan kurang komunikasi)
Isu Etika
Kemajuan dalam ilmu kebidanan dan neonatologi telah menimbulkan dilema. Issue
etik pada perawatan perinatal bahwa kondisi ini merupakan hal unik karena ada 2
pasien yaitu ibu dan janin. Sehingga haruslah dilakukan suatu pertimbangan yang
lebih dalam bila akan memutuskan hal-hal yang bersifat etis dalam bidang ini. Saat
ini yang berkembang dan mulai dipahami adalah bahwa wanita hamil dan melahirkan
adalah pengalaman yang sehat, bukan keadaan sakit. Terdapat 6 area yang sering
menimbulkan terjadinya konflik etika, Hal tersebut antara lain adalah Conflict
beetween mother and fetus, Informed consent, Confidentiality, Cultural conflict,
Conflicts associated with managed care. Conflicts in chiidbith education.
Keluarga suatu unit perawatan
Definisi keluarga meliputi penjelasan tentang struktur, fungsi, dan ikatan kasih
dalam keluarga. Dikatakan sebagai keluarga bila orang yang menempati sebuah unit
rumah membentuk suatu rumah tangga. Friedman (1992) menekankan pentingnya
keterlibatan emosi sebagai karakteristik. Adapun keluarga tersebut memiliki beberapa
fungsi yaitu fungsi biologi, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi psikologi dan
fungsi sosiobudaya. kelahiran anak merupakan salah satu peristiwa penting dalam
keluarga. Hal ini akan membutuhkan kematangan orangtua, kematangan psikologis
dan kematangan intelektual. Sehingga kondisi ini merupakan penyebab timbulnya
periode krisis dalam keluarga. Berdasarkan keadaan tersebut maka perawat memiliki
tanggungjawab untuk memberikan dukungan agar individu berperan aktif sebagai
orangtua. Dukungan yang diberikan perawat dapat berupa suatu informasi, dukungan
biologis dan psikologis. Pada peristiwa kehamilan perawat akan menjalin hubungan
yang unik dengan klien dan keluarganya. Hal ini menjadikan suatu pemikiran bahwa
sangat memungkinkan bila peristiwa perawatan dan kehamilan adalah berpusat pada
keluarga. Karena selama periode kehamilan sampai dengan peristiwa kelahiran akan
membantu proses pertumbuhan pada seluruh anggota keluarga. Adapun dalam

memberikan asuhan keperawatan matemitas termasuk pada periode kehamilan,


perawat pendekatan model konsep dalam proses keperawatan dengan menggunakan
skema 1.2.
BAB II
Konsep Keperawatan Maternitas Berfokus Pada Keluarga(Family centered
Maternity Care FCMC)
Keluarga adalah salah satu institusi masyarakat yang paling penting. Keluarga
mengemban tanggung jawab utama dalam memperkenalkan dan mensosialisaikan
individu. Keluarga menerus kan latar belakang budaya dasar suatu keluarga kepada
anggota-anggotanya. Guna memberikan perawatan yang aman, komprehensif dan
holistic datam konteks proses keperawatan, perawat memerlukan pemahaman yang
baik tentang keluarga sebagai suatu institusi dalam masyarakat. Keluarga pada
penjelasannya dapat mencakup struktur, fungsi, unsur dan ikatan kasih sayang dalam
keluarga. Friedman (1992) mendefinisikan keluarga secara luas dengan menekankan
pentingnya keterlibatan emosi sebagai karakteristik yang penting. Selanjutnya
keluarga tersebut dalam fungsinya dapat diidentifikasi meliputi fungsi biologis,
fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi psikologi dan fungsi sosio-budaya. Salah
satu pendekatan dalam memberikan pelayanan keperawatan maternal dan perinatal
adalah melalui pelayanan yang berfokus pada keluarga atau family centered care.
Konsep keperawatan maternitas berfokus pada keluarga merupakan suatu filosofi
yang mendasari adanya suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan klien sebagai
individu yang unik dan melihat setiap anggota keluarga sebagai individu yang menilai
kebutuhan dan keinginan khusus yang dapat dipenuhi melalui proses
keperawatan(Philips, 1996). Konsep keperawatan maternitas berfokus pada keluarga
juga diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan ibu dan keluarga pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas, mempromosikan dan melindungi kesejahteraan ibu dan bayinya
dengan melibatkan keluarga dan lingkungan dalam intervensi keperawatan baik
intervensi edukasi maupun kebutuhan ibu pada saat menjalani kehamilan, persalinan
dan nifas(Pilliteri, 2003), Untuk mewujudkan pelayanan maternitas yang berpusat
pada keluarga, perawat harus berupaya merubah sikap dan perilaku dalam hal
pemberian pelayanan.
Perawat diharapkan menggali apa yang klien dan bekerja bersama klien untuk
mencapai pelayanan kesehatan yang optimal. Sepuluh pendekatan yang digunakan
pada model Family Care Maternity Care adalah sebagai berikut: 1) Peristiwa

persalinan dan kelahiran dipandang sebagai suatu keadaan yang sejahterah, bukan
suatu keadaan sakit. Pelayanan dengan pendekatan konsep maternitas yang berpusat
pada keluarga ini dilakukan untuk mempertahankan persalinan, kelahiran atau masa
serta merawat bayi sebagai peristiwa kehidupan normal yang melibatkan perubahan
fisik, emosional dan sosial yang dinamis; 2) Pelayanan perinatal bersifat personal
disesuaikan dengan kebutuhan psikososial, latar belakang pendidikan, spiritual dan
budaya dari tiap-tiap wanita dan keluarganya. 3) Program komprehensif edukasi
perinatal mempersiapkan keluarga untuk akte kehamilan, persalinan sepanjang
periode perinatal: konsepsi, dan kelahiran serta masa menjadi orangtua: 4) Para
penyedia pelayanan kesehatan membantu keluarga agar dapat membuat keputusan
untuk perawatan mereka dan membantu keluarga memiliki pengalaman positif sesuai
dengan harapan mereka; 5) Pasangan/suami atau orang-orang yang dipercaya ibu
untuk memberikan bantuan kepadanya secara aktif melibatkan diri selama proses
edukasi persalinan, kelahiran, nifas dan merawat bayi; 6)Memenuhi kebutuhankebutuhan sesuai dengan keinginan ibu dan keluarganya selama perawatan di ruang
rawat inap termasuk selama proses persalinan dan kelahiran: 7) Perawatan roomingin diberikan kecuali ibu dengan persalinan sectio caesaria; 8) Para ibu adalah
"perawat untuk bayinya sendiri. Peran penyedia layanan adalah memfasilitasi
pelayanan tersebut, bukan pemberi perawatan langsung untuk bayi mereka: 9)
Penyedia pelayanan memfasilitasi pasangan ibu dan bayi sebagai satu unit single
family yang menjadi tanggung jawabnya: 10) orangtua diijinkan merawat bayi
mereka yang sakit/beresiko tinggi setiap waktu dan mereka diikut sertakan dalam
merawat bayinya dengan kondisi tersebut(Phillips& Zwelling, 2001).
Family centered maternity care juga didefinisikan sebagai melahirkan secara aman
dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas sambil mengenali, memfokuskan dan
mengadaptasikan terhadap kebutuhan-kebutuhan baik klien, keluarga dan bayinya.
Penekanannya adalah pada pelayanan maternitas(ibu) dan bayinya yang mendukung
kesatuan keluarga sambil mempertahankan keamanan dan kesehatan
fisik(Mahlmeister, 1999),
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa asumsi yang mendasari
konsep keperawatan maternitas berfokus pada keluarga meliputi: 1) Peristiwa
persalinan dan kelahiran adalah peristiwa normal dan peristiwa yang sehat dalam
kehidupan, 2) Peristiwa kelahiran dan persalinan merupakan awal pembentukan baru

bagi suatu hubungan keluarga; 3) Keluarga memiliki kemampuan untuk membuat


keputusan tentang perawatan selama masa childbearing, memberikan informasi
adekuat dan dukungan kepada klien.
Implementasi konsep keperawatan maternitas yang berpusat pada keluarga dapat
dilaksanakan di rumah sakit maupun di rumah dengan mengaktifkan keluarga sebagai
unit dasar suatu masyarakat. konsep keperawatan maternitas yang berpusat pada
keluarga di rumah sakit, dilakukan dengan memberikan perawatan ibu dan bayi dalam
satu ruangan yang menerapkan konsep single room maternity care, dimana perawatan
ibu nya mulai dari proses persalinan dan perawatan post partum dilakukan dalam
ruangan yang sama. Ruangan tersebut diatur suasananya seperti suasana
rumah(homelike) (Reed& Schmid, 1986; crompton et al, 1999). Sedangkan
implementasi konsep keperawatan maternitas yang berpusat pada keluarga di rumah
(home birth) akan dijelaskan pada konsep Home Birth
Konsep Home Birth
Persalinan di rumah(home birth) bisa juga dilakukan dengan berbagai proses
pertimbangan. Rumah merupakan tempat yang bisa dipilih sebagai alternatif tempat
persalinan disamping rumah sakit, rumah bersalin atau pelayanan kesehatan untuk
pertolongan persalinan lainnya. Persalinan di rumah dapat dilakukan pada kasus
kehamilan normal atau risiko rendah dengan didukun infrastruktur yang adekuat
(Remez, 1997, 2, http://find galegroup. com/it/ yanan infomark. diperoleh tanggal
14 Agustus 2006). Kehamilan normal berlangsung selama 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saifudin, 2001). Pada kondisi
kehamilan yang berlangsung normal diharapkan persalinan juga akan berjalan normal.
Setiap Kelahiran normal menurut WHO (1996) dalam Safe Mother Hood ndisi
didefinisikan sebagai kelahiran secara spontan, resiko rendah pada awal persalinan
maupun proses persalinan berikutnya, bayi dilahirkan secara spontan dengan posisi
vertex, usia kehamilan antara 37 dan 42 minggu. Setelah kelahiran ibu dan bayi
dalam suasana yang baik. Namun, seperti halnya persalinan dari banyak perempuan
dalam resiko tinggi, dokumentasi keperawatan juga harus dilakukan pada perempuan
dengan persalinan normal.
Disampaikan oleh Leap(2004), bahwa tidak hanya dokter yang dapat memberikan
pertolongan persalinan normal, oleh karena itu tenaga kesehatan selain dokter sebagai
penolong persalinan normal perlu meningkatkan perhatian yang tentang ketrampilan

dan pengalaman dalam melakukan intervensi. Disebutkan lebih lanjut oleh Leap 2004
perlunya penyedia pelayanan masyarakat untuk mempromosikan persalinan di rumah
home birth.
Dagomes(1998), mengemukakan tiga syarat persalinan di rumah: 1) kondisi
kehamilan normal atau fisiologis, artinya tidak terdapat kelainan 3P, yakni power
atau kekuatan dari si calon ibu yakni kondisi yang akan melaluinya; 2) tersedianya
tenaga penolong persalinan yang andal; 3) tersedianya satu kamar atau ruang bersalin
di rumah, tidak perlu ruangan khusus, tetapi cukup sebuah kamar tidur keluarga
dapat dipersiapkan merangkap sebagai kamar bersalin. Kamar ini hendaknya
bersih, tenang dengan penerangan dan ventilasi udara yang baik dan memadai
(Dagomes, 1998, 13, httpchwww.indomedia.com/ maretsalin.htm, diperoleh
tanggal 11 September 2006).
Persalinan di rumah memberikan beberapa keuntungan, diantaranya ibu tetap berada
pada lingkungan keluarganya yang sudah familiar meningkatkan tumbuh kembang
seluruh anggota keluarga, sibling atau anak anak yang lain tidak perlu terpisah
dengan ibunya sehingga mendukung penerimaan mereka terhadap anggota keluarga
yang baru lahir (Gorrie, et all. 1998). Kemudahan lain untuk persalinan di rumah
juga disampaikan Lesti (2005), bahwa kamar selalu tersedia dan tidak memerlukan
pengangkutan ke rumah sakit. Hal yang lebih penting lagi adalah biaya bersalin di
rumah jauh lebih murah (Lesti, 2005, 1 3, http:Iwww.balipost.co.id/balipostcetak
12005/4/17lkel1.html, diperoleh 25 Mei 2006).
Walaupun persalinan di rumah disebutkan memiliki berbagai keuntungan. Namun
sulit untuk menilai keberhasilan persalinan di rumah. Ketidaktepatan atau ketiadaan
pelaporan yang baik dari kelahiran di rumah, terutama tentang kematian ibu dan bayi
baru lahir maupun komplikasi neonatal dan maternal, adalah suatu kesulitan untuk
melakukan evaluasi. Bagaimanapun, tenaga kesehatan penolong persalinan harus
melakukan sistem pengawasan yang telah dilatih untuk menentukan kasus resiko
tinggi untuk dirujuk ke rumah sakit dan menyiapkan transportasi untuk mengangkut
perempuan kerumah sakit jika mengalami komplikasi persalinan. Proses rujukan ke
rumah sakit dapat dilakukan dengan baik jika jalan dan alat transportasi ada di semua
desa, hal tersebut akan dapat meminimalisai permasalahan yang muncul akibat
kondisi kegawat daruratan persalinan di rumah (Wick, 2002)

Lebih lanjut Wick (2002), melaporkan beberapa studi yang telah dilakukan
sebelumnya. Studi tersebut menunjukkan bahwa tenaga kesehatan melakukan
pendekatan fisiologis dalam pertolongan persalinan di rumah, tindakan hanya
dilakukan ketika diperlukan. Mereka cenderung untuk tidak melakukan pemeriksaan
vaginal yang sering, pemecahan selaput membran dini, maupun melakukan
episiotomi. Mereka mendampingi perempuan selama proses persalinan, memberikan
dukungan dan monitoring perubahan yang ditunjukan ibu, reaksi, beserta status
psikologis ibu. Tenaga kesehatan juga harus memiliki ketampilan yang tinggi dalam
memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan bayi di rumah. Tidak banyak studi
yang melaporkan kasus komplikasi persalinan di rumah yang direncanakan
sebelumnya. Penelitian yang dilaporkan British Medical Journal juga menyampaikan
bahwa lebih dari 5.000 kelahiran di rumah yang di Canada dilakukan untuk
perempuan hamil dengan resiko yang rendah dan menggunakan tenaga profesional
sebagai penolongnya(Mccartney, 2006).

Вам также может понравиться