Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
203).
Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien
paska operasi dimulai dari bangun dan duduk disisi tempat tidur sampai pasien
turun dari tempat tidur, berdiri dan mulai belajar berjalan dengan bantuan alat
sesuai kondisi pasien, Fauzi (2010: 312).
2.1.2 Manfaat Ambulasi Dini
Ambulasi dini merupakan komponen penting dalam perawatan paska
operasi fraktur karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan
sama sekali tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk mulai
berjalan. Menurut Asmadi (2009: 125) manfaat ambulasi dini adalah sebagai
berikut:
1) Menurunkan insiden komplikasi immobilisasi pasca operasi.
Komplikasi meliputi : sistem integumen, kerusakan integritas kulit seperti
abrasi dan dekubitus. Sistem kardiovaskuler meliputi penurunan kardiak reserve,
peningkatan beban kerja jantung, hipotensi ortostatik dan phlebotrombosis. Sistem
respirasi, penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi volunter maksimal,
memiliki kesibukan yang tinggi akan lebih sedikit beraktivitas atau menggerakkan
tubuh, Saputra (2013: 283).
6) Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah nasihat, sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita sakit. Keterlibatan anggota keluarga dalam rencana asuhan
keperawatan pasien dapat memfasilitasi proses pemulihan. Ambulasi dapat
terlaksana tergantung dari kesiapan pasien dan keluarga untuk belajar dan
berpatisipasi dalam latihan, Saputra (2013: 283).
Ada 4 jenis dukungan keluarga menurut Jhonson (2010: 7), yaitu:
(1) Dukungan Informasional.
Keluarga berfungsi untuk menekan munculnya suatu stressor karena
informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus
pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan,
saran, petunjuk dan pemberian informasi.
(2) Dukungan Penilaian.
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota keluarga,
diantaranya memberikan support, pengakuan, penghargaan dan perhatian.
(3) Dukungan Instrumental.
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit
diantaranya bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti materi,
tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi
atau stamina dan semangat yang menurun, selain itu individu merasa bahwa
ada perhatian atau kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang
sedang mengalami kesusahan atau penderitaan.
(4) Dukungan emosional.
10
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari dukungan ini
adalah secara emosional menjamin nilai-nilai keingintahuan orang lain.
7) Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk
memperoleh pemahaman. Seseorang memiliki pengetahuan yang lebih tentang
penggunaan mekanika tubuh akan terdorong untuk melakukan mekanika tubuh
dengan benar sehingga mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, orang
yang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang mekanika tubuh akan berisiko
mengalami gangguan koordinasi, Saputra (2013: 283).
Pengetahuan secara kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan menurut
Notoatmodjo (2007: 144) yaitu:
(1) Tahu (know). Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tau merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
(2) Memahami (comprehention). Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginteprestasikan materi tersebut secara benar.
(3) Aplikasi (aplikasi). Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang jelas dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
(4) Analisis (analisysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
suatu materi/suatu obyek kedalam komponen-komponen dalam satu struktur
organisasi dan ada kaitannya satu sama lain.
(5) Sintesis (syntesis). Merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain Sintesis
adalah kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi yang ada.
(6) Evaluasi (evaluation). Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu obyek atau materi.
11
pasien.
(2)
Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan disamping badanya dengan
telapak tangan menghadap ke bawah.
(3) Berdirilah di samping tempat tidur dan letakkan tangan pada bahu pasien.
(4) Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang atau bantal.
3) Turun dari tempat tidur, berdiri, kemudian duduk di kursi roda (Hari ketiga)
Prosedur kerja:
(1)
(2)
(3)
(4)
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
Pasang kunci kursi roda.
Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang.
Tekuk sedikit lutut dan pinggang Anda.
12
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
13
trauma langsung, misalnya yang sering terjadi benturan pada ekstremitas bawah
yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula dan juga dapat berupa trauma
tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang
klavikula atau radius distal patah, Suratun, dkk (2008: 148).
2.3.2 Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur menurut Saryono (2008: 22) dibagi menjadi dua yaitu:
1) Fraktur tertutup (closed) yaitu bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.
2) Fraktur terbuka (open/compound) yaitu bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
Fraktur terbuka terbagi tiga derajat yaitu:
1) Derajat I:
(1) Luka < 1 cm.
(2) Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka parah.
(3) Fraktur sederhana, tranversal, oblik atau kominutif fragmen.
(4) Kontaminasi minimal.
2) Derajat II:
(1) Laserasi > 1 cm.
(2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulse.
(3) Fraktur kominutif sedang.
(4) Kontaminasi sedang.
3) Derajat III:
(1) Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot dan
neuro vascular.
(2) Kontaminasi tinggi.
Fraktur derajat III terbagi atas:
a. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat
laserasi luas/flap/avulse; atau fraktur segmental/sangat kominutif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran
luka.
14
15
16
17
Fraktur plato tibia merupakan fraktur pada aspek proksimal atau metafisis os.
Tibia dan sering juga melibatkan permukaan sendi. Fraktur ini diklasifikasikan
menjadi enam tipe menurut Schatzker.
(1) Tipe I adalah fraktur baji (wedge) atau belah (split) plato tibia lateral.
(2) Tipe II adalah fraktur split depression plato lateral dan melibatkan cedera
sendi.
(3) Tipe III adalah fraktur depresi murni plato lateral yang juga melibatkan
cedera sendi.
(4) Tipe IV adalah fraktur split depression plato tibia medial, sering melibatkan
eminensia interkondiler dan ligamentum cruciatum terkait. Fraktur tipe ini
sering disertai dengan cedera sendi.
(5) Tipe V adalah fraktur bikondiler yang melibatkan kedua sisi palto. Tipe ini
dikenal sebagai fraktur terbalik (inverted Y fracture) dan biasanya disertai
dengan cedera sendi.
(6) Tipe VI adalah fraktur antara diafisis tibia proksimal dan metafisis.
Spina tibia terletak pada permukaan proksimal os. tibia. Fraktur spina tibia
diklasifikasikan dan ditangani secara berbeda fraktur plato tibia. Fraktur spina
tibia yang miring ke arah anterior tapi dasar frakturnya masih tetap melekat
dengan os. tibia diklasifikasikan menjadi tipe I bila derajat kemiringan frakturnya
ringan dan tipe II bila derajat kemiringannya besar. Fraktur spina tibia tipe III
spina tibia terlepas seluruhnya dari os. tibia, diklasifikasikan menjadi tipe III-A
bila fragmen frakturnya tidak berotasi dan tipe III-B bila disertai dengan rotasi.
Penanganannya meliputi pemasangan gips sepanjang kaki dalam posisi
ekstensi selama 6 minggu untuk tipe I, II, dan III-A. Semua raktur tipe III-B dan
tipe I, II, atau III-A yang tidak dapat dilakukan ekstensi penuh memerlukan
18
reduksi terbuka dan fiksasi interna, dan biasanya ditangani dengan lag screw
fragmen kecil.
Fraktur plato tibia paling sering terjadi akibat gaya ke arah medial, yang
menghasilkan deformitas valgus (bumper fracture klasik). Fraktur ini juga
dapat terjadi akibat gaya ke arah lateral (menyebabkan deformitas varus), gaya
kompresi aksial, atau kombinasi gaya aksial dengan gaya langsung ke arah medial
atau lateral. Pasien muda dengan tulang metafisis yang relatif kuat biasanya
mengalami fraktur split murni (tipe I). Pasien tua dengan tulang metafisis yang
relatif lemah, biasanya mengalami fraktur depresi. Thomas (2011: 336 - 338).
8) Fraktur Corpus Tibia
Fraktur corpus tibia adalah fraktur diafisis yang biasanya tidak melibatkan
persendian atau daerah metafisis. Trauma berenergi besar pada impaksi langsung
dapat mengakibatkan fraktur transversal atau kominutif yang sering menghasilkan
fraktur terbuka. Trauma tidak langsung berenergi rendah akibat puntiran (twisting)
saat kaki menapak pada tanah atau jatuh dari ketinggian, dapat mengakibatkan
fraktur berpola spiral atau oblique, Thomas (2011: 353).
9) Fraktur Plafond Tibia
Fraktur plafond (permukaan artikuler distal) tibia terjadi di permukaan
horizontal penanggung beban tibia distal. Fraktur malleolus medialis atau
lateralis mungkin dengan atau tanpa melibatkan plafond. Fraktur pilon adalah
farktur plafond dengan garis fraktur yang memanjang sampai supramalleolar
distal tibia, dengan atau tanpa disertai pergeseran, dapat bersifat kominutif luas
maupun impaksi.
19
lateralis disertai dengan sisi medial celah pergelangan kaki yang melebar.
(5) Fraktur trimalleolus (intraartikular), melibatkan malleolus medialis dan
literalis dan aspek posterior plafond tibia.
Fraktur pergelangan kaki dapat merobek sindesmosis distal antara tibia dan
fibula. Semua fraktur pergelangan kaki melibatkan cedera ligamen. Gaya yang
relatif lemah, akibat pergerakan seperti tergelincir atau memutar pergelangan
kaki, merupakan penyebab utama fraktur pergelangan kaki. Gaya berenergi tinggi
langsung atau tidak langsung, seperti yang terjadi ketika kecelakaan kendaraan
bermotor, juga dapat menyebabkan fraktur pergelangan kaki.
Pola cedera pergelangan kaki tergantung pada posisi kaki saat kejadian
cedera, bisa supinasi maupun pronasi. Kombinasi antara posisi kaki dan gaya
perusak memberikan pola tertentu fraktur pergelangan kaki. Empat gaya perusak
yang paling sering (sesuai frekuensinya) adalah supinasi/rotasi eksterna,
pronasi/rotasi eksterna, supinasi/adduksi, dan pronasi/rotasi abduksi. Pergerakan
20
21
22
Fraktur ferefoot adalah fraktur yang melibatkan ibu jari atau jari-jari kaki
lainnya (falangs), metatarsal, atau tulang-tulang sesamoid. Fraktur falangs atau
fraktur metatarsal bisa berupa fraktur intraartikular atau ekstraartikular. Fraktur
falangs atau metatarsal dapat melibatkan kolum dan korpus. Fraktur ini juga
melibatkan sendi Lisfranc. Fraktur metatarsal diklasifikasikan sebagi fraktur stabil
dan tidak stabil. Konfigurasi tidak stabil biasanya melibatkan fraktur multipel
metatarsal yang kominutif, fraktur dengan pergeseran ataupun fraktur lain yang
melibatkan metatarsal pertama. Fraktur ini dapat mengalami komplikasi sindrom
kompartemen kaki atau pengelupasan kulit.
Fraktur korpus metatarsal kelima proksimal memiliki eponim fraktur Jones.
Fraktur ini sering dikacaukan dengan fraktur apofiseal pada basis metatarsal
kelima. Fraktur sesamoid meliputi terbelahnya atau fragmentasi dari satu atau dua
tulang kecil yang terdapat tendon fleksor hallusis longus. Tulang ini penting
karena perannya dalam distribusi beban ferefoot.
Fraktur falangs proksimal pertama disebabkan oleh trauma langsung atau
akibat mekanisme avulsi, seperti ketika ibu jari kaki tersangkut kaki meja atau
kaki kursi. Fraktur falangs jari kaki lainnya biasanya diakibatkan oleh trauma
langsung.
Fraktur metatarsal pertama sampai metatarsal keempat biasanya diakibatkan
oleh trauma langsung. Fraktur metatarsal kedua sampai kelima dapat juga terjadi
sebagai akibat cedera puntiran. Fraktur tekan diafisis umumnya terjadi pada
metatarsal kedua sampai keempat dan umumnya disebabkan oleh trauma
berulang.
23
kelima dapat terjadi setelah cedera inversi pada pergelangan kaki ketika sedang
plantarfleksi, Thomas (2011: 474 - 475).
2.5 Tahap Penyembuhan Fraktur
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis dan terjadi secara
alami pada setiap patah tulang. Tahapan penyembuhan fraktur menurut Saryono
(2008: 26) adalah sebagi berikut:
1) Haematom: adanya perdarahan disekitar patah tulang karena terputusnya
pembuluh darah tulang dan periost.
(1) Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan haematom. 24 jam suplai darah
ke ujung fraktur meningkat.
(2) Haematom ini mengelilingi fraktur dan tidak dapat diabsorbsi selama proses
penyembuhan tersebut berubah dan berkembang menjadi granulasi.
2) Proliferasi sel:
(1) Sel-sel dari lapisan dalam periosteum berpaliferasi pada sekitar fraktur.
(2) Sel ini menjadi prekusor dari osteoblast, osteogenesis berlangsung terus,
lapisan periosteum melebihi tulang.
(3) Beberapa hari di periosteum meningkat dengan fase granulasi membentuk
collar di ujung fraktur.
3) Pembentukan callus:
(1) Dalam 6-10 hari setelah fraktur, jaringan granulasi berubah dan terbentuk
callus.
(2) Terbentuk kartilago dan matrik tulang berasal dari pembentukan callus.
(3) Callus menganyam massa tulang dan kartilago sehingga diameter tulang
melebihi normal. Ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan
kekuatan, sementara itu meluas melebihi garis fraktur.
4) Ossification/fase penyatuan klinis: terjadi penulangan atau osifikasi yang
menyebabkan callus fibrosa menjadi callus tulang.
(1) Callus yang menetap menjadi tulang kaku karena adanya penumpukan garam
kalsium dan bersatu di ujung tulang.
24
(2) Proses ossifikasi dimulai dari callus bagian luar, kemudian bagian dalam dan
berakhir pada bagian tengah.
(3) Proses ini terjadi selama 3-10 minggu.
5) Konsilodasi dan remodelling: terjadi penggantian sel tulang secara berangsurangsur yang mengatur diri sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yang
bekerja pada tulang. Kekuatan callus ini sama dengan kekuatan tulang biasa.
(1) Terbentuknya tulang yang bersal dari callus dapat dibentuk dari aktivitas
osteoblast dan osteoklas.
Faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur menurut Saryono (2008: 27)
adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
(2008: 27 - 28) :
1) Trauma lokal ekstensif.
2) Kehilangan tulang.
3) Immobilisasi tidak optimal.
4) Adanya rongga atau jaringan diantara fragmen tulang.
5) Infeksi.
6) Keganasan lokal.
7) Penyakit tulang metabolik.
8) Radiasi tulang.
9) Usia.
10) Kortikosteroid.
Penyebab tidak menyambungnya fraktur (Nonuion) menurut Saputra (2012:
408) adalah sebagi berikut:
1) Destruksi jaringan lunak secara berlebihan pada saat terjadi luka dan pada
waktu tindakan reduksi terbuka.
25
2.6 Terapi Aktivitas Ambulasi Dini Pada Pasien Pasca Operasi Fraktur
Ekstremitas Bawah Berdasarkan Letak Frakturnya.
1) Fraktur Collum Femoris
Pasien dilatih untuk menggulingkan diri ke sisi yang sehat dan kemudian
bangun sendiri dari tempat tidur. Pasien yang tidak bisa melakukannya, pasien
dilatih untuk mendorong diri menggunakan ekstremitas atasnya dan bangun
secara perlahan dari tempat tidur. Bantal harus diletakkan di antara lutut untuk
mencegah gerakan adduksi dan rotasi internal, serta kemungkinan dislokasi
prostesis dan tekanan pada tempat fraktur, Thomas (2011: 252).
2) Fraktur Intertrochanter
Penanggungan beban yang dapat ditoleransi pada ekstremitas yang sakit,
pasien dapat menggunakan ekstremitas tersebut untuk transfer dari tempat tidur ke
kursi. Saat transfer, pasien biasanya duduk pada sisi tempat tidur yang sama
dengan sisi tungkai yang fraktur. Tungkai yang sakit kemudian dijuntaikan dari
tempat tidur, dan pasien duduk. Pasien yang tidak mampu melakukannya, dapat
digunakan pengangkat tungkai. Transfer ini dilatih menggunakan pengangkat
tungkai untuk menyangga tungkai yang sakit dan mengayunkannya ke sisi tempat
tidur untuk mencapai posisi duduk. Lengan kemudian digunakan untuk
mendorong diri dari tempat tidur atau kursi ke posisi berdiri (bukan menggapai
26
walk walker tergelincir). Alat bantu seperti crutch atau walker dapat digunakan
sebagai penyokong ketika pasien berdiri. Pasien yang tidak boleh menanggung
beban, transfer stand pivot pada kaki yang sehat dapat dilatih. Tempat tidur
ditinggikan dapat membantu mengurangi tekanan pada panggul. Pasien dapat juga
menggunakan tungkai yang sehat untuk transfer jika pasien tidak merasa nyaman
atau mengalami nyeri pada sisi yang sakit, Thomas (2011: 267).
3) Fraktur Subtrochanter Femur
Penanggungan beban diperbolehkan sesuai toleransi bila korteks medial telah
pulih. Fraktur kominutif, pasien hanya diperbolehkan toe-touch weight bearing
dan diinstruksikan berjalan dengan gaya berjalan tiga titik menggunakan crutch.
Walker atau crutch harus digunakan sebagai penyangga dan penstabil selama
pemindahan. Pasien diajari untuk naik turun tangga menggunakan crutch; pasien
manula harus menggunakan pegangan samping bersama dengan tongkat quad
dengan dasar yang lebar, Thomas (2011: 282).
4) Fraktur Corpus Femoris
Mobilitas di atas tempat tidur, pasien diinstruksikan untuk berguling ke salah
satu sisi tempat tidur dan menggunakan ekstremitas atas untuk mendorong tegak
ke posisi duduk. Penanggungan beban sudah diperbolehkan, pasien dapat
menggunakan tungkainya yang sakit untuk menanggung beban minimal saat
berpindah antara tempat tidur dan kursi dengan bantuan. Pasien yang tidak
diperbolehkan menanggung beban diinstruksikan berpindah dengan berdiri
bersandar menggunakan crutch, Thomas (2011: 298).
5) Fraktur Femur Suprakondilar
27
28
32
Hasil Penelitian
Bedasarkan hasil uji statistik
wilcoxon math pair test, dapat
diketahui nilai z hitung sebesar
4,940 dengan angka signifikan (p)
0,000 dari hasil tersebut akan
dibandingkan dengan z tabel
untuk taraf signifikansi 5% yaitu
sebesar 1,96. Bedasarkan hasil
tersebut diketahui z hitung
(4,940)> z tabel (1,96) dan angka
signifikan (p) < 0,05 sehingga ada
pengaruh signifikan latihan ROM
aktif terhadap kekuatan otot pada
pasien post operasi fraktur
humerus di RSUD Dr. Moewardi.
32
33
Hasil Penelitian
Hasil penelitian berdasarkan
output
korelasi
kendalls
(ambulasi) terlihat angka 1,000
menunjukkan korelasi yang
sangat kuat dan output korelasi
kendalls tau_b (peristaltic usus)
terlihat
angka
0,941
menunjukkan korelasi yang
sangat kuat, pada baris sig. (2tailed) terlihat angka 0,000 oleh
karena probabilitas < 0,05,
berarti hubungan ambulasi dini
dan peristaltik usus adalah
signifikan pada taraf kepercayaan
95 %, sehingga Ha diterima.
3
3
34
Faktor yang
mempengaruhi:
1) Status kesehatan
2) Dukungan keluarga
3) Pengetahuan
4) Pertumbuhan dan
perkembangan
5) Status mental
6) Nutrisi
7) Situasi dan kebiasaan
Keterangan gambar:
Ambulasi dini
1) Pasien miring kiri
miring kanan.
2) Duduk
3) Duduk di samping
tempat tidur
4) Belajar
keseimbangan
berdiri
5) Belajar berjalan
Dilaksanakan
Tidak di laksanakan
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berpengaruh
Gambar 2.1 Kerangka penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
ambulasi dini pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah.
35
2.7 Hipotesis
Biasanya hipotesis menunjukan pada hubungan antara dua atau lebih
variabel. Apabila peneliti setuju dengan pendapat ini, maka mereka hanya perlu
bervikir akan menggunakan hipotesis atau tidak dalam penelitiannya jika
penelitian tersebut hanya mengandung satu variabel. Pengertian ini sebaiknya
tidak dibalik dengan berkesimpulan bahwa semua peneliti yang hanya
mengandung satu variabel saja dalam penelitiannya boleh juga mereka
mengajukan hipotesis. Diawal suatu proses penelitian dikatakan bahwa peneliti
dihadapkan pada suatu problema yang inin dicarikan pemecahannya dengan
menggumpulkan banyak informasi melalui peneliti itu. Agar perhatian peneliti
hanya terfokus pada inmasi yang di perlukan saja maka ia mencoba menyusun
berbagai alternatif pemecahan atau penjelasan untuk problema yang di miliki
kemudian berusaha mencari informasi melalui peneliti untuk memperkuat dan
mencari bukti-bukti bahwa pemecahan yang ia pikirkan tersebut sudah benar.
Dalam hal ini peneliti diuji kemampuannya untuk menebak secara ilmiah dan
logis tentang pemecahan problema yang di miliki tersebut. Tebakan pemecahan
atau jawaban yang di usulkan inilah yang biasa disebut dengan istilah hipotesis
(Prof. Dr. Suharsimi Arikunto 2010:43).
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih variabel
yang diharapkan bisa menjawab pertayaan dalam penelitian. Setiap hipotensi
terdiri dari suatu unit atau bagian dari permasalahan, Nursalam (2011: 56).
36
Mengetahui signifikasi (p) dari suatu hasil statistik (Hypothesis test), maka
kita dapat menentukan tingkat signifikansi: (p) 0,05 (1 kemungkinan untuk 20);
0,01 (1 untuk 100) dan 0,001 (1 untuk 1000). Sering digunakan signifikansi level
0,05. Signifikansi ini maka kita dapat menentukan apakah hipotesis akan diterima
atau ditolak (jika p < 0,005), Nursalam (2011: 58).
2.5.1 Tipe Hipotesis
1) Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan unttuk pengukuran statistik
dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau kompleks
dan bersifat sebab atau akibat.
2) Hipotesis alternatif (Ha/H1) adalah hoptesis penelitian. Hipotesis ini yang
menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau
lebih variabel. Hubungan, perbedaan, dan pengaruh tersebut dapat sederhana
atau kompleks, dan bersifat sebab-akibat, Nursalam (2011: 59).
Hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini sebagai berikut:
Ha1 : Ada pengaruh status kesehatan pasien terhadap pelaksanaan ambulasi dini
pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah.
Ha2 : Ada pengaruh dukungan sosial terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasien
pasca operasi fraktur ekstremitas bawah.
Ha3 : Ada pengaruh pengetahuan pasien terhadap pelaksanaan ambulasi dini
pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah.