Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Pendidikan
yang dibina oleh Dra. Yuliati M. Hum
oleh:
Dwi Pungky Nurdianto
Ahmad Sirojul Munir
M. Rizal Fahmi
Nur Ainina Hafizah
Risfa Atul Khusna
140732604514
140732605751
140732603556
140732600433
140732603738
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syriah atau yang lebih dikenal dengan Suriah merupakan sebuah negara
islam yang dapat dikatakan seabgai pusat peradaban aling tua di kawasan
Timur Tengah. Dalam bahasa Inggris, nama Suriah identik dengan Levant,
yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai negeri Syam. Negeri ini, menjadi
rebutan kekuasaan besar dunia sepanjang sejarah ummat manusia. Pada tahun
1200 SM bangsa Armenia memberi nama Suriah yang diambil dari kata
Syriac, kemudian bangsa Armenia mendirikan kota Damaskus yang digunakan
sebagai tempat tinggal masyarakat.Etnis Suriah Terdiri dari 90% muslim
dengan pemagian 74% menganur suni dan 16% terdiri dari kelompok alawi,
Druze serta Syah. Nenek moyang masyarakat Suriah berasal dari bangsa Funia
karena bangsa ini yang menguasai Suriah sebelum bangsa-bangsa lain. Suriah
terletak di ujung timur Laut Mediterania . Hal ini berbatasan dengan Lebanon
dan Israel di sebelah barat , Turki di utara , Irak di timur , dan Yordania di
selatan . Pesisir Suriah adalah dataran sempit, di belakang yang merupakan
berbagai pegunungan pesisir , dan masih lebih jauh ke pedalaman daerah
padang rumput. Di timur adalah gurun Suriah dan di selatan adalah Jebel
Druze Range. Titik tertinggi di Suriah adalah Gunung Hermon ( 9232 ft; 2.814
m ) di perbatasan Lebanon. Suriah kuno ditaklukkan oleh Mesir sekitar 1500
SM , dan setelah itu oleh Ibrani , Assyria , Kasdim , Persia , dan Alexander
Agung dari Makedonia. Dari 64 SM sampai penaklukan Arab pada tahun 636 ,
itu adalah bagian dari Kekaisaran Romawi kecuali selama periode singkat .
Orang-orang Arab membuat sebuah pusat perdagangan kerajaan yang luas ,
tetapi menderita parah dari invasi Mongol pada tahun 1260 dan jatuh ke Turki
Ottoman pada tahun 1516 .
Pada abad ke delapan belas perdagangan Eropa tumbuh dengan cepatnya
dan sejumlah koloni dagang sendiri di kota-kota pelabuhan di Syria dan Mesir.
Tujuan Misionaris Kristen penjajahan Barat terhadap dunia Islam jelas sekali
terlihat dengan ucapan Livingstone, bahwa tujuan dan akhir dari penaklukan
geografis adalah permulaan usaha missi Kristen (the end of the geographical
feet is the beginning of the missionary entreprise). Raymundus Lullus, seorang
pastor, yaitu seorang pendeta Kristen yang sangat membenci Islam, selalu
bersemboyan dimanapun berada, bahwa Islam is false and must die (Islam
adalah palsu dan harus mati). Oleh karena itu dimana Islam haruslah direbut
melalui dominasi politik dan dipertahankan untuk kemudian diserbu missi,
memisahkan kaum muslimin dari agamanya dan kemudian diganti dengan
Kristen. Antara gereja dengan imperialisme terdapat manfaat dan saling
terpisahkan, keduanya saling memperoleh manfaat dan saling membantu.
Malah pada abad ke 19 dan permulaan abad ke 20 rencana salib modern ini
dilakukan dengan teliti melalui kerjasama yang erat antara keduanya. Tujuan
penjajahan barat terhadap dunia Islam selanjutnya adalah military atau
perluasan daerah militer. Penetrasi barat ke pusat dunia Islam di Timur Tengah
pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa yang terkenal yaitu Inggris
dan Perancis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal penjajahan bangsa Perancis di Suriah?
2. Bagaimana bentuk-bentuk dari penjajahan bangsa Perancis di Suriah?
3. Bagaimana Resistensi Rakyat Suriah untuk memperoleh kemerdekaan dari
penjajahan bangsa Perancis di Suriah?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui awal penjajahan bangsa Perancis di Suriah
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari penjajahan bangsa Perancis di Suriah
3. Untuk Mengetahui resistensi rakyar Suriah dalam memperoleh kemerdekaan
dari penjajahan bangsa Perancis di Suriah
BAB II
PEMBAHASAN
perjanjian
itu
Rusia
memperoleh
provinsi-provinsi
Khilafah
Terjadilah
pertempuran
yang
dimenangkan
oleh
Perancis
Prancis mendapatkan hak atas Levant (istilah untuk wilayah Suriah dan
Lebanon) dibawah pengawasan Liga Bangsa-Bangsa berdasarkan keputusan
Konferensi San Remo yang Akta mandatnya ditanda tangani di London pada
24 Juli 1922. Alasan Prancis mendapatkan hak atas Levant sendiri didasarkan
kepada hubungan sejarah yang panjang antara Prancis dengan penguasa Suriah
jauh sebelum terjadinya perang salib. Pada saat itu Prancis menerima
Kapitulasi Sultan mengenai izin didirikannya kantor dagang dan konsulat
Prancis di Suriah. Hubungan baik tersebut dilanjutkan oleh Henri IV,
Richelieau dan Louis XIV. Pada 1740, Prancis memperbarui kapitulasi dengan
tambahan reverensi khusus atas Levant mengenai tempat-tempat suci di
Palestina dan hak istimewa Prancis tersebut dikukuhkan melalui perjanjian
pribadi Napoleon dengan Sultan yang berkuasa atas wilayah Suriah pada
1802. Kondisi tersebut selanjutnya mengukuhkan hubungan yang sangat akrab
antara Prancis dengan umat Katolik Maronit. (Lenczowski, 1993:198)
Setelah berhasil menguasai Suriah secara utuh, Prancis mulai
melaksanakan politik divide et impera dengan memecah belah wilayah Suriah
menjadi empat bagian yaitu Lebanon Raya, negara Damaskus meliputi Jabal
Druze, Aleppo termasuk sanjaq Alexandretta dan wilayah Lattakia atau
wilayah Alawi. Pengawasan atas Levant sendiri dilakukan oleh Komisaris
Tinggi Prancis. Dari keempat wilayah yang dibentuknya, Prancis relatif
berhasil di Lebanon dan Lattakia. Penduduk Lebanon yang mayoritas
beragama Kristen lebih menikmati status terpisahnya dan lebih berharap
mendapat perlindungan dari Prancis. Pada tahun 1925, Dewan Perwakilan
Lebanon bentukan Prancis membuat rancangan undang-undang yang disahkan
menjadi undang-undang dasar oleh komisaris tinggi pada Mei 1926 dan
mensahkan system negara parlementer mengikuti pola barat. Dalam pasal 30
konstitusinya menyebutkan mengenai hubungan republic yang bergantung
pada Prancis. Konstitusi tersebut diamandemen oleh pemerintah Lebanon pada
1927 dan 1929.
Bangsa barat melakukan penjajahan berupa penaklukan dan penyerangan
negara-negara Barat juga banyak melakukan penindasan, penghisapan dan
28
September
1941,
Jenderal
Catroux
memproklamasikan
2.
3.
4.
5.
Lebanon pada 26 November 1941. Isi naskahnya hampir sama dengan isi naskah
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Syria atau Suriah, negeri yang kini identik dengan tambang minyak ini
ternyata sudah memiliki track record sejarah sejak dahulu. Tak ayal, meski tandus,
keberadaannya selalu saja menjadi rebutan para penguasa-penguasa tetangga
khususnya Eropa. Dalam manuskrip lama, Suriah kuno ditaklukkan oleh Mesir
sekitar 1500 SM , dan setelah itu oleh Ibrani , Assyria , Kasdim , Persia , dan
Alexander Agung dari Makedonia. Disisi lain, perang Salib memaksa negara-
negara di Eropa untuk mencari koloni baru guna memenuhi kebutuhan negara
akan sumber daya alam, salah satunya Perancis. Perancis telah berkembang
dengan cepat pedagang-pedagang Perancis mempergunakan kesempatan untuk
melaksanakan keinginannya mendirikan pos-pos perdagangan dan misi-misi
perwakilan di Syria dan Mesir.
Pada tahun 1920, suriah dipimpin oleh Raja Faysal yang berasal dari keluarga
Hashimiah. Ia tidak hanya menjadi Raja bagi Suriah, tetapi juga menjabat sebagai raja di
Irak. Sayangnya di sela-sela dirinya memimpin, raja Faysal harus dihadakan dengan
kedatangan Perancis yang ingin menguasai Suriah. Sejak saat itu, Perancis menjadi
penguasa di Suriah dengan segala kebijakannya guna memperdaya, mengeksploitasi dan
mengambil kekayaan Suriah. Tentu saja rakyat Suriah tidak tinggal diam. Berbagai upaya
memerdekakan diri dilakukan mulai dari perlawanan dengan senjata hingga perundingan.
Namun sayangnya, Perancis dengan mudah dapat mematahkan itu semua hingga pada
puncaknya Inggris turun untuk membela suriah dan Lebanon. Tumbuhnya
Daftar Pustaka
Bimbie.com. Tanpa Tahun. Sejarah Negara Suriah (Online)
(http://www.Bimbie.com/Sejarah-Negara-Suriah.htm) diakses pada 8 Maret 2016
Ferida,
Khairisa.
2012.
Sejarah
Awal
Suriah
(Online)
(http://news.okezone.com/read/2012/08/16/412/678735/sejarah-awal-suriah)
diakses pada 8 Maret 2016
LENCZOWSKI, GEORGE & Asgar, Bixby. 1993. Timur Tengah di Tengah
Kancah Dunia. Jakarta : Sinar Bary Algensindo.