Вы находитесь на странице: 1из 14

MASA PENJAJAHAN BANGSA EROPA DI SURIAH

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Pendidikan
yang dibina oleh Dra. Yuliati M. Hum
oleh:
Dwi Pungky Nurdianto
Ahmad Sirojul Munir
M. Rizal Fahmi
Nur Ainina Hafizah
Risfa Atul Khusna

140732604514
140732605751
140732603556
140732600433
140732603738

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN ILMU SEJARAH
Maret 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syriah atau yang lebih dikenal dengan Suriah merupakan sebuah negara
islam yang dapat dikatakan seabgai pusat peradaban aling tua di kawasan
Timur Tengah. Dalam bahasa Inggris, nama Suriah identik dengan Levant,
yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai negeri Syam. Negeri ini, menjadi
rebutan kekuasaan besar dunia sepanjang sejarah ummat manusia. Pada tahun
1200 SM bangsa Armenia memberi nama Suriah yang diambil dari kata
Syriac, kemudian bangsa Armenia mendirikan kota Damaskus yang digunakan
sebagai tempat tinggal masyarakat.Etnis Suriah Terdiri dari 90% muslim
dengan pemagian 74% menganur suni dan 16% terdiri dari kelompok alawi,
Druze serta Syah. Nenek moyang masyarakat Suriah berasal dari bangsa Funia
karena bangsa ini yang menguasai Suriah sebelum bangsa-bangsa lain. Suriah
terletak di ujung timur Laut Mediterania . Hal ini berbatasan dengan Lebanon
dan Israel di sebelah barat , Turki di utara , Irak di timur , dan Yordania di
selatan . Pesisir Suriah adalah dataran sempit, di belakang yang merupakan
berbagai pegunungan pesisir , dan masih lebih jauh ke pedalaman daerah
padang rumput. Di timur adalah gurun Suriah dan di selatan adalah Jebel
Druze Range. Titik tertinggi di Suriah adalah Gunung Hermon ( 9232 ft; 2.814
m ) di perbatasan Lebanon. Suriah kuno ditaklukkan oleh Mesir sekitar 1500
SM , dan setelah itu oleh Ibrani , Assyria , Kasdim , Persia , dan Alexander
Agung dari Makedonia. Dari 64 SM sampai penaklukan Arab pada tahun 636 ,
itu adalah bagian dari Kekaisaran Romawi kecuali selama periode singkat .
Orang-orang Arab membuat sebuah pusat perdagangan kerajaan yang luas ,
tetapi menderita parah dari invasi Mongol pada tahun 1260 dan jatuh ke Turki
Ottoman pada tahun 1516 .
Pada abad ke delapan belas perdagangan Eropa tumbuh dengan cepatnya
dan sejumlah koloni dagang sendiri di kota-kota pelabuhan di Syria dan Mesir.
Tujuan Misionaris Kristen penjajahan Barat terhadap dunia Islam jelas sekali

terlihat dengan ucapan Livingstone, bahwa tujuan dan akhir dari penaklukan
geografis adalah permulaan usaha missi Kristen (the end of the geographical
feet is the beginning of the missionary entreprise). Raymundus Lullus, seorang
pastor, yaitu seorang pendeta Kristen yang sangat membenci Islam, selalu
bersemboyan dimanapun berada, bahwa Islam is false and must die (Islam
adalah palsu dan harus mati). Oleh karena itu dimana Islam haruslah direbut
melalui dominasi politik dan dipertahankan untuk kemudian diserbu missi,
memisahkan kaum muslimin dari agamanya dan kemudian diganti dengan
Kristen. Antara gereja dengan imperialisme terdapat manfaat dan saling
terpisahkan, keduanya saling memperoleh manfaat dan saling membantu.
Malah pada abad ke 19 dan permulaan abad ke 20 rencana salib modern ini
dilakukan dengan teliti melalui kerjasama yang erat antara keduanya. Tujuan
penjajahan barat terhadap dunia Islam selanjutnya adalah military atau
perluasan daerah militer. Penetrasi barat ke pusat dunia Islam di Timur Tengah
pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa yang terkenal yaitu Inggris
dan Perancis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal penjajahan bangsa Perancis di Suriah?
2. Bagaimana bentuk-bentuk dari penjajahan bangsa Perancis di Suriah?
3. Bagaimana Resistensi Rakyat Suriah untuk memperoleh kemerdekaan dari
penjajahan bangsa Perancis di Suriah?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui awal penjajahan bangsa Perancis di Suriah
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari penjajahan bangsa Perancis di Suriah
3. Untuk Mengetahui resistensi rakyar Suriah dalam memperoleh kemerdekaan
dari penjajahan bangsa Perancis di Suriah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Awal Penjajahan Bangsa Perancis di Suriah


Mesir merupakan negara pertama yang menduduki Suriah pada tahun
1600 sebelum masehi. Pada abad ke 6 sebelum masehi persia berhasil
mengambil alih kekuasaan suriah, namun kejayaan persia dipatahkan oleh
kekuatan sultan Iskandar Agung. Pada abad ke 4 SM sultan Iskndar agung
menjadikan Suriah sebagai daerah kekuasaan dibawah imperium Romawi
selanjutnya Suriah menjadi daerah kekuasaan imperium Bizantium. Pada
tahun 634 masehi bangsa arab berhasil merebut suriah kembali. Arab
memberlakukan Suriah sebagai negar yang menganut agama Islam dan
menggunakan bahasa Arab untuk berkomunikasi sehari-hari, hal tersebut
masih bertahan hingga sekarang. Pada tahun 1516 Suriah ditaklukan oleh
kesultanan Turki Utsmani yang saat itu sedang melakukan ekspedisi
penyerangan di mesir. Perang Salib menjadi awal mula penjajahan Barat

terhadap dunia Islam. Sejak itu lahirlah imperialisme dengan bentuk


penindasan, penghisapan, perbudakan yang merupakan lembaran hitam umat
manusia yang hina, keji dan jahat. penetris Perancis telah berkembang dengan
cepat pedagang-pedagang Perancis mempergunakan kesempatan untuk
melaksanakan keinginannya mendirikan pos-pos perdagangan dan misi-misi
perwakilan di Syria dan Mesir.
Kapitulasi-kapitulasi lain yang mengikutinya kemudian diberikan
kepada Inggris dan Belanda serta negara-negara barat lainnya. Pada abad ke
delapan belas perdagangan Eropa tumbuh dengan cepatnya dan sejumlah
koloni dagang sendiri di kota-kota pelabuhan di Syria dan Mesir. Ketika
kemudian terjadi Perang Dunia I (1915) Turki Usmani berada dipihak yang
kalah. Sampai akhirnya, Turki diserbu tentara sekutu. Sejak itu kebesaran
Turki Usmani benar-benar tenggelam, bahkan tidak lama kemudian
kekhalifahan dihapuskan. Semua daerah kekuasaannya yang luas, baik Asia
maupun Afrika diambil alih oleh negara-negara Eropa yang menang perang.
Pada masa perang Dunia Pertama Suriah masih menjadi bagian dari wilayah di
Turki yang pada saat itu turki ikut dalam Perang Dunia I dan menjadi pihak
sekutu. Sebuah rahasia pakta Anglo -Perancis tahun 1916 menempatkan
Suriah di zona Perancis. Dikarenakan Kesultanan turki kalah dan bahkan
kekhalifaan islam di hapuskan membuat jalan negara-negara imperialis sangat
terbuka untuk menjajah negara islam. Negara imperialis tersebut membagi
daerah tersebut, meskipun sebenarnya ada persaingan di antara negara
imperalisme tersebut. negara-negara imperialis kemudian membuat berbagai
perjanjian untuk membagi-bagi wilayah Daulah Khilafah. Beberapa perjanjian
penting antara lain Perjanjian Konstantinopel (18 Maret 1915), Perjanjian
London (26 April 1915), dan Perjanjian Sykes-Picot (16 Mei 1916). Perjanjian
Sykes-Picot merupakan perjanjian yang sangat penting bagi negara penjajah.
Dalam

perjanjian

itu

Rusia

memperoleh

provinsi-provinsi

Khilafah

Ustmainiyah seperti Erzerum, Trebizond, Van, dan Bitlis; mendapat bagian


timur Kurdistan. Prancis memperoleh daerah Suriah, Adana, dan bagian
selatan yang terbentang dan Aintab dan Mardin sampal ke perbatasan Rusia.
Di sebelah utara, Prancis memperoleh wilayah yang terbentang dari Ala Dagh

sampai ke Egin Kharput (Sisilia). Inggris juga memperoleh bagian selatan


Mesopotamia, Baghdad, dan pelabuhan Haifa serta Acre di Palestina; Palestina
juga diinternasionalisasikan
Pada tahun 1920, suriah dipimpin oleh Raja Faysal yang berasal dari
keluarga Hashimiah. Ia tidak hanya menjadi Raja bagi Suriah, tetapi juga
menjabat sebagai raja di Irak. Sayangnya di sela-sela dirinya memimpin, raja
Faysal harus dihadakan dengan kedatangan Perancis yang ingin menguasai
Suriah.

Terjadilah

pertempuran

yang

dimenangkan

oleh

Perancis

(Bimbie.com). Kekuasaan dari raja Faysal di Suriah berakhir seiring dengan


kekalahan pasukannya melawan Prancis dalam pertempuran Maysalun
tersebut. Suriah yang memiliki nasionalisme tinggi membuat Perancis geram
karena tumbuhnya islam yang sangat kuat membuat Misi Perancis yang ingin
menyebarkan Agama Kristen pun sangat sulit di Suriah. Bahkan rakyat Suriah
lebih setuju untuk berada dibawah aturan yang diberikan Inggris atau
Amerika. Sehingga Perancis geram dan menyerang kota Damasku. Menurut
Kartika . Pada tahun 1930 , Perancis mengakui Suriah sebagai republik yang
merdeka tapi masih tunduk pada mandat . Setelah demonstrasi nasionalis pada
tahun 1939 , komisaris tinggi Prancis menangguhkan konstitusi Suriah .
Menurut Ferida (2012) Selama beberapa tahun Perserikatan BangsaBangsa (PBB) meletakkan Suriah di bawah mandat Prancis sebelum akhirnya
Prancis terpuruk pada 1940. Kendali atas Suriah pun segera diambil
Pemerintahan Vichy hingga Pemerintah Inggris dan Prancis kembali menjajah
negara tersebut pada Juli 1941. Namun penjajahan ini sendiri tidak
berlangsung lama karena kelompok nasionalis Suriah mendesak agar Prancis
segera menarik keluar pasukannya dari Suriah pada April 1946. Suriah pun
ditinggalkan Prancis dalam kendali pemerintahan republik yang telah lebih
dulu terbentuk ketika Prancis memegang mandat PBB atas negara itu. Kendati
perkembangan ekonomi Suriah berlangsung pesat diikuti dengan deklarasi
kemerdekaan pada 17 April 1946.
2.2 Bentuk-Bentuk Penjajahan bangsa Perancis di Suriah

Prancis mendapatkan hak atas Levant (istilah untuk wilayah Suriah dan
Lebanon) dibawah pengawasan Liga Bangsa-Bangsa berdasarkan keputusan
Konferensi San Remo yang Akta mandatnya ditanda tangani di London pada
24 Juli 1922. Alasan Prancis mendapatkan hak atas Levant sendiri didasarkan
kepada hubungan sejarah yang panjang antara Prancis dengan penguasa Suriah
jauh sebelum terjadinya perang salib. Pada saat itu Prancis menerima
Kapitulasi Sultan mengenai izin didirikannya kantor dagang dan konsulat
Prancis di Suriah. Hubungan baik tersebut dilanjutkan oleh Henri IV,
Richelieau dan Louis XIV. Pada 1740, Prancis memperbarui kapitulasi dengan
tambahan reverensi khusus atas Levant mengenai tempat-tempat suci di
Palestina dan hak istimewa Prancis tersebut dikukuhkan melalui perjanjian
pribadi Napoleon dengan Sultan yang berkuasa atas wilayah Suriah pada
1802. Kondisi tersebut selanjutnya mengukuhkan hubungan yang sangat akrab
antara Prancis dengan umat Katolik Maronit. (Lenczowski, 1993:198)
Setelah berhasil menguasai Suriah secara utuh, Prancis mulai
melaksanakan politik divide et impera dengan memecah belah wilayah Suriah
menjadi empat bagian yaitu Lebanon Raya, negara Damaskus meliputi Jabal
Druze, Aleppo termasuk sanjaq Alexandretta dan wilayah Lattakia atau
wilayah Alawi. Pengawasan atas Levant sendiri dilakukan oleh Komisaris
Tinggi Prancis. Dari keempat wilayah yang dibentuknya, Prancis relatif
berhasil di Lebanon dan Lattakia. Penduduk Lebanon yang mayoritas
beragama Kristen lebih menikmati status terpisahnya dan lebih berharap
mendapat perlindungan dari Prancis. Pada tahun 1925, Dewan Perwakilan
Lebanon bentukan Prancis membuat rancangan undang-undang yang disahkan
menjadi undang-undang dasar oleh komisaris tinggi pada Mei 1926 dan
mensahkan system negara parlementer mengikuti pola barat. Dalam pasal 30
konstitusinya menyebutkan mengenai hubungan republic yang bergantung
pada Prancis. Konstitusi tersebut diamandemen oleh pemerintah Lebanon pada
1927 dan 1929.
Bangsa barat melakukan penjajahan berupa penaklukan dan penyerangan
negara-negara Barat juga banyak melakukan penindasan, penghisapan dan

perbudakan, yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.


Penindasan dilakukan kepada wilayah-wilayah yang telah dikuasainya untuk
mendapatkan kekuasaan yang lebih besar. Penghisapan terutama pada hasil
bumi dan kekayaan alam negara yang dijajahnya serta perbudakan banyak
dialami oleh orang-orang Islam yang wilayahnya telah jatuh ke tangan negaranegara Barat. Di timur tengah terutama di Suriah kaya dengan Minyak dan gas
alam sehingga perancis ingin menguasai sumber daya tersebut. Salah satu
faktor yang mempengaruhi negara- negara Eropa yang datang ke negara
negara Islam adalah didorong permasalahan ekonomi dan politik serta
persaingan atau kompetisi politik dan ekonomi negara negara Eropa.
Dimana kemajuan yang diperoleh negara negara Eropa dalam bidang
industri menyebabkan permasalahan bahan baku. Disamping itu juga mereka
membutuhkan negara yang bisa dijadikan sebagai tempat memasarkan hasil
industri. Dan untuk mempermudah permasalahan ekonomi yang dihadapi
tesebut negara negara Eropa menggunakan kekuatan politik.
Dari uraian diatas, telah jelas bahwa negara negara Islam pada abad ke19 dan ke-20 hampir seluruhnya berada di bawah koloni negara negara
Eropa, kecuali Hijaz, Persia, dan Afganistan. Sedangkan negara negara di
wilayah timur khususnya Afrika bagian Timur dan Asia oleh negara negara
Eropa dijadikan sebagai lahan untuk diambil bahan bakunya untuk industri.
Tetapi tidak nampaknya negara Spanyol dan Portugal dalam ekspansinya di
wilayah negara negara Islam mungkin dikarenakan kedua negara ini masih
mengingat peristiwa yang telah terjadi, yakni Perang Salib.
2.3 Resistensi Rakyat Suriah untuk memperoleh kemerdekaan dari
penjajahan bangsa Perancis di Suriah
Pada 9 September 1936 enam tokoh nasionalis dan moderat dari Suriah
berangkat ke Prancis untuk membuat perjanjian dengan pihak pemerintah Prancis
yang pada saat itu diwakili oleh Menteri Luar Negeri Prancis, Vienot. Isi
perjanjian yang berhasil disepakati dan ditandatangani pihak Prancis dan Suriah
yang pada saat itu diwakili oleh Hasyim Bey Al Atassi adalah:
Upaya Suriah untuk merdeka dalam waktu tiga tahun dan meminta Prancis untuk
mendukung masuknya Suriah dalam keanggotaan Liga Bangsa-Bangsa

(b) Prancis dan suriah mengadakan aliansi militer


(c) Hak Prancis untuk menggunakan dua pangkalan udara Suriah
(d) Izin atas angkatan darat Prancis untuk berada di daerah Alawi dan Druze
selama lima tahun termasuk pengakuan atas distrik-distrik tersebut kedalam
wilayah Suriah
(e) Instruktur militer Prancis diakui sebagai penasihat militer Suriah
(f) Prancis harus memasok senjata dan perlengkapan militer bagi Suriah
(g) Apabila terjadi perang, Suriah dan Prancis harus bekerjasama melindungi dan
memasok pangkalan udara Prancis serta menyediakan komunikasi dan transit.
Dalam surat-surat lampiran lainnya, Suriah juga setuju untuk merekrut para
penasihat dan ahli teknik dari Prancis, membentuk system hukum khusus bagi
perlindungan orang asing dan duta besar Prancis diistimewakan dari para
perwakilan diplomatik lainnya. Ketetapan selanjutnya adalah: (1) Meskipun
Suriah berhak atas Lattakia dan Jabal Druze, otonomi wilayah tersebut tetap di
jamin; (2) Biro khusus didirikan bagi sekolah asing, lembaga amal dan misi
arkeologi; (3) Perjanjian dibuat guna merundingkan perkembangan universitas
yang ada; (4) Suriah berjanji akan menghormati hak-hak resmi dan kekayaan
pribadi milik bangsa Prancis; (5) Persetujuan dibidang moneter; (6) Perjanjian
keuangan. (Lenczowski, 1993:201)
Perjanjian yang sama juga dibuat dan disahkan Prancis dengan Lebanon,
yang ditanda tangani oleh Komisaris Tinggi Count de Martel dan Emile Adde di
Beirut 13 November 1936, isinya sendiri merupakan duplikat perjanjian dengan
Suriah kecuali masalah ketentuan teritorial dan minoritas sehingga tidak ada
batasan bagi tentara Prancis dalam hal penempatannya.
Penolakan Prancis untuk meratifikasi perjanjian yang dibuat tahun 1936
mempengaruhi situasi politik di Suriah pada saat itu, tetapi karena kuatnya
pengaruh Prancis dikedua wilayah tersebut kalangan politisi dari kedua belah
pihak masih menunjukkan loyalitasnya terhadap Prancis sehingga menjelang
pecahnya perang dunia II kekuatan pangkalan militer Prancis di Mediterania
Timur masih kuat. Dipihak lain pihak para masyarakat Arab saat itu justru sangat
membenci Prancis dan sekutunya, hal tersebut dilatar belakangi oleh
pengkhianatan Prancis terhadap bangsa Arab menyusul berakhirnya perang dunia

I, dukungan terhadap Turki dalam masalah sanjaq Alexandretta, tidak


diratifikasinya perjanjian dengan Suriah dan Lebanon, serta pengakuan terhadap
keberadaan zionisme di Palestina.
Pada 8 Juni 1941, pasukan Inggris dibawah pimpinan Jenderal Sir Henry
Haitland Wilson menyerang Suriah melalui Palestina, transyordania dan Irak,
tetapi unsur-unsur Prancis bebas menyertai penyerangan tersebut, keadaan
tersebut dikarenakan pada saat itu Suriah termasuk berada dibawah kekuasaan
Vichy dan pejabat Prancis yang anti-Inggris dan menolak Komite Prancis Bebas
bentukan Jenderal de Gaulle . Sehari setelah invasi, panglima Prancis, Jenderal
Catroux menyatakan bahwa pemerintah Prancis Bebas akan mengakhiri
mandatnya atas Suriah. Dengan demikian keduanya akan merdeka dan akan
merundingkan hubungan timbal balik dengan Prancis. Pada saat yang sama
Inggris pun setuju dengan pernyataan Prancis tersebut. Selanjutnya Jenderal de
Gaulle menunjuk jenderal Catroux sebagai Delegasi Jenderal dan Berkuasa
Penuh Prancis Bebas di Levant, menggantikan jabatan komisaris tinggi pada 24
Juni 1941. Dalam upaya tersebut Prancis menyertakan Inggris didalamnya, namun
konsep mengenai kemerdekaan Suriah dan Lebanon antara Inggris dan Prancis
ternyata berbeda sehingga Jenderal de Gaulle melakukan penangguhan. Situasi
tersebut dimanfaatkan oleh pihak Prancis untuk kembali memperkuat posisi
istimewanya atas Suriah dan Lebanon. Perbedaan antara Prancis dan Inggris
selanjutnya tidak dapat disembunyikan sehingga menimbulkan kecurigaan
keduanya dalam masalah penyelesaian Levant.
Pada

28

September

1941,

Jenderal

Catroux

memproklamasikan

kemerdekaan Suriah, yang isi naskahnya adalah:


1.

Suriah berhak menjadi negara merdeka dan berdaulat;

2.

Suriah berkuasa menunjuk perwakilan diplomatiknya;

3.

Suriah berhak menyusun angkatan perangnya;

4.

Suriah bersedia membantu Prancis selama perang;

5.

Segala syarat terdahulu dengan perjanjian Prancis-Suriah yang baru yang


menjamin kemerdekaan Suriah.
Tindakan tersebut juga diikuti dengan proklamasi kemerdekaan bagi

Lebanon pada 26 November 1941. Isi naskahnya hampir sama dengan isi naskah

proklamasi Suriah. Untuk pelaksanaanya Jenderal Catroux mengangkat Seikh Taj


ad-din sebagai presiden Suriah dan Alfred Naccache sebagai presiden Lebanon.
Menaggapi hal tersebut, Inggris mengakui kemerdekaan kedua negara
tersebut secara de jure, dan mengangkat Jenderal Spear sebagai duta besar
pertama untuk kedua negara tersebut. Negara-negara Arab lainnya justru merasa
ragu dengan kejadian tersebut, dilain pihak Amerika tidak langsung mengakui
kemerdekaan kedua negara baru tersebut tetapi bersikap menunggu proses
berakhirnya mandat secara resmi dan tercapainya keepakatan resmi bilateral
Prancis dengan Suriah dan Lebanon. (Lenczowski, 1993:203-205)
Tanggal 22 desember 1943 terjadi peralihan kekuasaan delegasi Jenderal
kepada pemerintahan setempat. Proses peralihannya sendiri berlangsung pada
tahun 1944, tetapi Troupes Speciales tetap menjadi daerah khusus yang dikontrol
oleh Prancis. Setelah itu Prancis menuntut kespakatan dengan Suriah dan Lebanon
mengenai: (1) Keselamatan lembaga kebudayaan Prancis, (2) Pengakuan atas hakhak ekonominya, dan (3) Pengakuan atas kepentingan strateginya. Perundingan
mengenai hal tersebut rencananya akan dilaksanakan pada 19 Mei 1945, namun
empat hari sebelum hal tersebut terwujud pasukan baru Prancis mendarat di Beirut
yang memancing kembali demonstrasi di kedua negara, Suriah dan Lebanon.
Suriah dan Lebanon mengambil tindakan dengan melakukan pemutusan hubungan
dengan Delegasi Jenderal Prancis, Jenderal Beynet.
Keadaan tersebut membuat Inggris turun untuk membela suriah dan
Lebanon. Akhir Mei 1945 Perdana Menteri Churchill mengimbau Jenderal de
Gaulle agar menarik pasukannya dari Levant dan Prancis menurut namun
perundingan perjanjian tidak pernah diperbarui. Tumbuhnya kepercayaan diri
akibat dukungan Inggris membuat suriah dan Lebanon menyerukan deklarasi
bersama guna mengusir semua warga negara Prancis dari Levant dan mengalihkan
Troupes Speciales kedalam kendali nasional mereka pada 21 Juni 1945,
selanjutnya Prancis menyetujui keputusan tersebut secara resmi pada 7 Juli 1945.
Mulai saat itu status kemerdekaan kedua negara mendapatkan pengakuan
internasional secara eksplisit melalui sejumlah tindakan diplomatik. (Lenczowski,
1993:206-207).

BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Syria atau Suriah, negeri yang kini identik dengan tambang minyak ini
ternyata sudah memiliki track record sejarah sejak dahulu. Tak ayal, meski tandus,
keberadaannya selalu saja menjadi rebutan para penguasa-penguasa tetangga
khususnya Eropa. Dalam manuskrip lama, Suriah kuno ditaklukkan oleh Mesir
sekitar 1500 SM , dan setelah itu oleh Ibrani , Assyria , Kasdim , Persia , dan
Alexander Agung dari Makedonia. Disisi lain, perang Salib memaksa negara-

negara di Eropa untuk mencari koloni baru guna memenuhi kebutuhan negara
akan sumber daya alam, salah satunya Perancis. Perancis telah berkembang
dengan cepat pedagang-pedagang Perancis mempergunakan kesempatan untuk
melaksanakan keinginannya mendirikan pos-pos perdagangan dan misi-misi
perwakilan di Syria dan Mesir.
Pada tahun 1920, suriah dipimpin oleh Raja Faysal yang berasal dari keluarga
Hashimiah. Ia tidak hanya menjadi Raja bagi Suriah, tetapi juga menjabat sebagai raja di
Irak. Sayangnya di sela-sela dirinya memimpin, raja Faysal harus dihadakan dengan
kedatangan Perancis yang ingin menguasai Suriah. Sejak saat itu, Perancis menjadi
penguasa di Suriah dengan segala kebijakannya guna memperdaya, mengeksploitasi dan
mengambil kekayaan Suriah. Tentu saja rakyat Suriah tidak tinggal diam. Berbagai upaya
memerdekakan diri dilakukan mulai dari perlawanan dengan senjata hingga perundingan.
Namun sayangnya, Perancis dengan mudah dapat mematahkan itu semua hingga pada
puncaknya Inggris turun untuk membela suriah dan Lebanon. Tumbuhnya

kepercayaan diri akibat dukungan Inggris membuat suriah dan Lebanon


menyerukan deklarasi bersama guna mengusir semua warga negara Prancis dari
Levant dan mengalihkan Troupes Speciales kedalam kendali nasional mereka
pada 21 Juni 1945, selanjutnya Prancis menyetujui keputusan tersebut secara
resmi pada 7 Juli 1945. Mulai saat itu status kemerdekaan kedua negara
mendapatkan pengakuan internasional secara eksplisit melalui sejumlah tindakan
diplomatik

Daftar Pustaka
Bimbie.com. Tanpa Tahun. Sejarah Negara Suriah (Online)
(http://www.Bimbie.com/Sejarah-Negara-Suriah.htm) diakses pada 8 Maret 2016

Ferida,

Khairisa.

2012.

Sejarah

Awal

Suriah

(Online)

(http://news.okezone.com/read/2012/08/16/412/678735/sejarah-awal-suriah)
diakses pada 8 Maret 2016
LENCZOWSKI, GEORGE & Asgar, Bixby. 1993. Timur Tengah di Tengah
Kancah Dunia. Jakarta : Sinar Bary Algensindo.

Вам также может понравиться