Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB II

TTINJAUAN PUSTAKA
2.1 TANAMAN CABAI
Morfologi
Batang
Batang tanaman cabai memiliki struktur yang keras dan berkayu, berwarna
hijau gelap, berbentuk bulat, halus dan bercabang banyak. Batang utama tumbuh tegak
dan kuat. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian berkisar
antara 30-45 cm. cabang tanaman beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas
(cabang).
Daun
Daun berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata (tidak
bergerigi/berlekuk) ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun tanaman cabai
besar. Daun merupakan daun tunggal dengan kedudukan agak mendatar, memiliki
tulang daun menyirip dan tangkai tunggal yang melekat pada batang/cabang. Jumlah
daun cukup banyak sehingga tanaman tampak rimbun.
Bunga
Bunga tanaman cabai merupakan bunga tunggal yang berbentuk bintang.
Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun dengan mahkota bunga berwarna putih.
Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan sendiri (self pollinated crop), namun dapat
juga terjadi secara silang, dengan keberhasilan sekitar 56%.
Buah
Buah cabai akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki
keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah cabai dapat
berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing/berbentuk kerucut. Ukuran buah
bervariasi, menurut jenisnya cabai yang kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara 22,5 cm dan lebar 5 mm.
Warna buah cabai bervariasi buah muda berwarna hijau/putih sedangkan
buah yang telah masak berwarna merah menyala/merah jingga (merah agak kuning)
pada waktu masih muda, rasa buah cabai kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi
pedas.

Biji

Biji cabai berwarna putih kekuningan-kuningan, berbentuk bulat pipih,


tersusun berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada empulur. Biji-biji ini
dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).
Akar
Perakaran cabai terdiri atas akar tunggang yang tumbuh lurus ke pusat bumi
dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke samping. Perakaran tanaman tidak dalam
sehingga tanaman hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang
gembur, porous (mudah menyerap air) dan subur.
Klarifikasi / Sistemarika
Kingdom
Subkingdom
Divisi
Subdivisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo (bangsa)
Famili (suku)
Genus (marga)
Spesies

: Plantae (tumbuhan)
: Tracheobionta (tumbuhan erpembuluh)
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
: Angiospermae (biji berada dalam buah dan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Asteridae
: Corolliforea / Solanales
: Solanaceae ( suku terung-terungan )
: Capsium
: Capsium frustescens L.

HAMA
Ulat Tanah ( Agrotis sp. )

Ulat tanah ini biasanya muncul pada musim kemarau dan menyerang pada sore
hari. Bagian tanaman yang dimakan adalah daun dan pangkal tanaman, terutama
tanaman yang masih muda.
Gejala yang tampak pada tanaman yang terserang ulat tanah adalah terlihat lubanglubang yang tidak beraturan pada daun-daun, terutama yang terletak pada tunas yang
masih muda. Tanaman menunjukkan gejala kelayuan karena pangkal batangnya putus
akibat dimakan ulat-ulat dewasa.
Cara Pengendalian
a) Secara mekanis yaitu memberantas sarang-sarang ngengat di sekitar kebun
dengan membersihkan sisa-sisa tanaman, terutama dari jenis loguminosa atau kacangkacangan, pisang, cabai, kentang dan labu-labuan.
b)
Secara kimiawi yaitu dengan menyemprotkan pestisda Dursban 20 EC atau
Furadan 3 G disekitar pangkal batang tanaman.
Hama tungau

Tungau yang biasa menyerang tanaman cabe ialah tungau kuning


(Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranycus sp.). Tungau dijumpai juga
menyerang tanaman tanaman singkong.
Pada tanaman cabe, serangan tungau membuat daun keriting menggulung ke bagian
kebawah seperti sendok terbalik. Daun menjadi tebal dan kaku sehingga pembentukan
pucuk terhambat. Lama kelamaan daun akan menjadi coklat dan mati.
Cara pengendalian

Pengendalian teknis. Tanaman yang terserang parah dicabut sedangkan yang


belum parah dipotong pucuk-pucuknya. Sisa tanaman yang terserang dibakar
agar tidak menjangkiti yang lain. Untuk mencegahnya, usahakan areal
penanaman cabe tidak berdekatan dengan tanaman singkong. Menjaga
kebersihan kebun efektif mengurangi serangan tungau.

Pengendalian kimiawi. Tungau hanya bisa diberantas dengan racun tungau


seperti akarisida, bukan dengan insektisida. Dilihat dari fisiknya, tungau berkaki
delapan berbeda dengan serangga (insek) yang berkaki empat.

Hama kutu daun


Kutu daun yang menyerang tanaman cabe biasanya berasal dari jenis Myzus persicae.
Kutu daun menyerang dengan menghisap cairan pada daun. Daun menjadi kering dan
permukaan daun keriting.
Selain itu, kutu daun bisa mengundang berbagai penyakit secara tidak langsung. Kutu
ini bisa menjadi vektor pembawa virus, menghasilkan cairan berwarna kuning kehijaun
yang mengundang semut dan mengundang datangnya cendawan yang menimbulkan
jelaga hitam pada permukaan daun.
Cara pengendalian

Pengendalian teknis. Petik daun-daun yang terserang kemudian musnahkan.


Hindari juga penanaman cabe berdekatan dengan semangka, melon dan kacang
panjang. Menjaga kebersihan kebun dan penggunaan plastik mulsa perak efektif
menekan perkembangan kutu daun.

Pengendalian kimiawi. Gunakan jenis insektisida yang mengandung fipronil


atau diafenthiuron. Penyempotan paling efektif dilakukan pada sore hari.

Hama lalat buah


Serangan lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman cabe menyebabkan kerontokan
buah. Buah cabe tidak sempat dipanen karena keburu rontok ke tanah. Pada buah yang
terserang apabila di belah terdapat larva lalat. Bila tidak dibersihkan, larva pada buah
cabe yang rontok akan menjadi pupa di dalam tanah, sehingga siklus serangan akan
terus berulang.
Cara pengendalian

Pengendalian teknis. Pungut dan kumpulkan buah cabe yang rontok, kemudian
musnahkan dengan cara membakarnya. Hal tersebut penting, agar lalat tidak
menjadi pupa yang bisa bersemayam di dalam tanah. Lalat buah biasa juga
menyerang jenis buah-buahan lain seperti belimbing, pisang, jeruk, dll. Jadi
hindari membudidayakan tanaman cabe berdekatan dengan kebun buah.

Pengendalian kimiawi. Bisa menggunakan perangkap lalat dengan


menggunakan atraktan yang mengandung methyl eugenol. Teteskan obat
tersebut pada kapas dan masukkan pada botol bekas air mineral. Pemasangan
perangkap bisa dilakukan setelah umur tanaman cabe satu bulan. Bila serangan
parah, semprot dengan insektisida pada pagi hari, ketika daun masih berembun
dan lalat belum berkeliaran.

Hama trips (Thrips)


Tanaman cabe yang terserang trips daunnya akan terlihat garis-garis keperakan,
terdapat bercak-bercak kuning hingga kecoklatan dan pertumbuhannya kerdil. Bila
dibiarkan daun akan kering dan mati. Serangan trips biasanya menghebat pada musim
kemarau. Hama ini juga berperan sebagai pembawa virus dan mudah sekali menyebar.

Pengendalian teknis. Bisa memanfaatkan predator alami hama ini, seperti


kumbang dan kepik. Pemakaian mulsa dan menjaga kebersihan kebun efektif
menekan perkembangannya. Selain itu, rotasi tanaman membantu
mengendalikan hama jenis ini.

Pengendalian kimiawi. Penyemprotan dilakukan bila serangan meluas. Gunakan


insektisida yang berbahan aktif fipronil dan lakukan pada sore hari.

PENYAKIT

Bercak daun
Penyakit bercak daun yang menyerang tanaman cabe disebabkan oleh jamur
Cercospora capsici. Gejalanya terdapat bercak-bercak bundar berwarna abu-abu dengan
pinggiran coklat pada daun. Bila serangan menghebat daun akan berwarna kuning dan
akhirnya berguguran. Penyakit ini biasanya menyerang pada musim hujan dimana
kondisi kelembaban cukup tinggi.
Penyakit ini menyebar saat jamur masih berupa spora dan bisa dibawa oleh angin, air
hujan, hama vektor, dan alat pertanian. Spora jamur juga bisa terikut pada benih atau
biji cabe.
Pencegahan terhadap penyakit ini dengan memilih benih yang sehat bebas patogen.
Merenggangkan jarak tanam berguna meminimalkan serangan agar lingkungan tidak
terlalu lembab. Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman
yang terinfeksi dengan cara dibakar. Bila serangan menghebat bisa diberikan fungisida.
Patek atau antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum capsici dan
Colletotrichum gloeosporioides. Pada fase pembibitan penyakit ini menyebabkan
kecambah layu saat disemaikan. Sedangkan pada fase dewasa menyebabkan mati
pucuk, serangan pada daun dan batang menyebabkan busuk kering. Sementara itu, pada
buah akan menjadi busuk seperti terbakar.
Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe. Pencegahan bisa dilakukan dengan
memilih benih yang sehat dan bebas patogen. Pengendalian bisa dilakukan dengan
memusnahkan tanaman yang terserang dan penyemprotan fungisida.
Busuk
Terdapat dua macam penyakit busuk yang biasa menyerang tanaman cabe, yakni busuk
cabang dan busuk kuncup. Busuk cabang pada tanaman cabe disebabkan oleh
Phytophthora capsici. Menyerang saat musim hujan dan penyebarannya sangat cepat.
Busuk kuncup disebabkan oleh cendawan Choanosearum sp. Penyakit ini masih jarang
dijumpai di Indonesia. Gejalanya, kuncup tanaman berwarna hitam dan lama kelamaan
mati.

Penyakit ini bisa dikendalikan dengan mengurangi dosis pemupukan nitrogen seperti
urea dan ZA. Kemudian mengatur jarak tanam agar sirkulasi udara berjalan lancar.
Tanaman yang terinfeksi sebaiknya dicabut dan dibakar. Penyemprotan bisa dilakukan
dengan fungisida, bila dilakukan saat musim hujan pilih fungisida yang memiliki
perekat.
Layu
Penyakit layu merupakan penyakit yang cukup sulit dikendalikan pada budidaya
tanaman cabe. Penyakit layu bisa ditumbulkan oleh beragam jasad penganggu tanaman
seperti berbagai jenis cendawan dan bakteri.
Layu yang disebabkan cendawan disebut layu fusarium. Jenis cendawannya adalah
Fusarium sp., Verticilium sp. dan Pellicularia sp. Cendawan ini hidup di lingkungan
yang masam.
Sedangkan layu bakteri disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri
ini hidup di jaringan batang. Pengendalian penyakit layu harus diamati dengan lebih
spesifik agar penanganannya bisa lebih tepat.
Bule atau virus kuning
Tanaman cabe yang terserang virus kuning, daun dan batangnya akan terlihat
menguning. Penyakit ini disebut juga penyakit bule atau bulai. Penyebabnya adalah
virus gemini, penyakit ini bisa dibawa dari benih atau biji dan ditularkan oleh kutu.
Penyakit yang disebabkan virus tidak akan mempan dengan penyemprotan racun-racun
kimia. Pengendalian harus dilakukan semenjak dini, dengan memilih benih unggul dan
tahan serangan virus. Selain itu bisa juga dengan membasmi hama yang menjadi
vektornya, seperti kutu.
Untuk menaikan daya tahan tanaman cabe terhadap serangan virus kuning, bisa dengan
mengintensifkan pemupukan, misalnya penggunaan pupuk organik cair yang
mengandung zat hara makro dan mikro lengkap. Tujuannya agar tanaman cabe tumbuh
subur sehingga lebih tahan terhadap patogen.
Keriting daun atau mosaik

Penyebab serangan penyakit mosaik adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV).


Gejalanya, pertumbuhan menjadi kerdil, warna daun belang-belang hijau tua dan hijau
muda, ukuran daun lebih kecil, tulang daun akan berubah menguning.
Penyakit ini bisa menyebar dan menular ke tanaman lain oleh aktivitas serangga.
Penyemprotan kimia bertujuan untuk menghilangkan serangga bukan penyakitnya.
Untuk mengurangi penyakit, musnahkan tanaman cabe yang telah parah terserang.
Pemilhan benih tahan virus membantu menghindari resiko serangan penyakit ini. Hal
lain yang bisa membantu mengurangi resiko serangan adalah pemupukan yang baik
dan tepat.
2.2 Faktor yang yang mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman Cabe
Biji yang sudah berkecambah akan segera diikuti oleh pertumbuhan primer karena
pada pucuk dan ujung akar terdapat jaringan yang bersifat meristematik (selalu
membelah). Pemanjangan ujung akar dan ujung batang tersebut disebutpertumbuhan
primer. Pada tumbuhan dikotil terdapat jaringan kambium yang merupakan meristem
sekunder akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan sekunder (membesar). Kambium
akan membelah ke arah luar membentuk kulit kayu (floem), dan membelah ke arah
dalam membentuk kayu (xilem). Pada monokotil tidak terdapat kambium sehingga
hanya mengalami pertumbuhan primer saja. Pertumbuhan primer dan sekunder
berlangsung terus menerus selama tumbuhan tersebut hidup.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan pada tumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan sesuatu yang mempengaruhi faktor yang berasal dari
luar tubuh tumbuhan tersebut yaitu dari lingkungan atau ekosistem. Ada beberapa
faktor ekstrenal yang mempengaruhi pertumbuhand an perkembangan tumbuhan yaitu
air, cahaya, kelembapan, makanan (nutrisi), suhu.

1. Nutrisi

Nutrisi adalah sumber energi dan sumber materi untuk mensintesis berbagai
komponen sel. Tidak hanya karbondioksida dan air saja yang dibutuhkan tumbuhan
untuk bisa tumbuh dengan baik tetapi juga beberapa unsur unsur mineral. Adapun
menurut jumlah yang di butuhkan oleh tubuh, unsur mineral ini dibedakan menjadi 2:

Makroelemen yaitu golongan unsur-unsur mineral yang dibutuhkan dalam jumlah


banyak. Makroelemen ini meliputi oksigen, carbon, hidrogen, sulfur, nitrogen, fosfor,
kallium, kalsium dan magnesium.

Mikroelemen yaitu golongan unsur-unsur mineral yang dibutuhkan dalm jumlah


sedikit. Mikroelemen ini meliputi besi, klorin, tembaga, seng, molibddenum, boron dan
nikel. Mikro elemen ini betfungsi sebagai kofaktor yaitu reaksi enzimatik dalam
tumbuhan.
Jika kekurangan nutrisi maka tumbuhan tersebuat akan mengalami difisiensi.
Difisiensi ini menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu.
Baik makro dan mikronutrien diperoleh akar tumbuhan melalui tanah. Akar
tumbuhan memerlukan kondisi tertentu untuk dapat mengambil nutrisi-nutrisi tersebut
dari dalam tanah. Pertama, tanah harus lembap sehingga nutrien dapat diambil dan
ditransport oleh akar. Kedua, pH tanah harus berada dalam rentang dimana nutrien
dapat dilepaskan dari molekul tanah. Ketiga, suhu tanah harus berada dalam rentang
dimana pengambilan nutrien oleh akar dapat terjadi. Suhu, pH, dan kelembapan
optimum untuk tiap spesies tumbuhan berbeda.
Hal ini menyebabkan nutrien tidak dapat dipergunakan oleh tumbuhan meskipun
nutrien tersebut tersedia di dalam tanah. Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol
oleh faktor dalam (internal), tetapi juga ditentukan oleh faktor luar (eksternal). Salah
satu faktor eksternal tersebut adalah unsur hara esensial. Unsur hara esensial adalah
unsur-unsur yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila unsur tersebut tidak
tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan unsur
tersebut dan pertumbuhan tanaman akan terhambat. Berdasarkan jumlah yang
diperlukan kita mengenal adanya unsur hara makro dan unsur hara mikro.
2. Air
Tanpa air tumbuhan tidaklah dapat tumbuh. Air termasuk senyawa yang
dibutuhkan tumbuhan. Air berfungsi anatara lain sebagai fotosintesis, mengaktifkan
reaksi enzim ezimatik, menjaga kelembapan dan membengtu perkecambahan pada biji.
3. Suhu

Pada umumnya,tumbuhan membutuhkan suhu tertentu untuk tumbuh. Suhu


dimana tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan maksimal disebut
dengan suhu optimum. Suhu paling rendah yang masih memungkinkan suatu tumbuhan
untuk tumbuh disebut suhu minimum sedangkan suhu tertinggi yang masih
memungkinkan tumbuhan untuk tumbuh disebut suhu maksimum.
4. Kelembapan
Semakin tinggi kadar air, pertumbuhan akan makin cepat. Karena lebih banyak
kadar air yang diserap dan lebih sedikit yang diuapkan, akan menyebabkan
pembentangan sel-sel, dengan demikian sel-sel lebih cepat mencapai ukuran
maksimalnya.
5. Cahaya
Cahaya mutlak diperlukan oleh semua tumbuhan hijau untuk melakukan
fotosintesis, tetapi pengaruhnya terhadap pertumbuhan perkecambahan tumbuhan
adalah menghambat, karena cahaya dapat menyebabkan terurainya auxin sehingga
dapat menghambat pertumbuhan. Hal ini dapat dibuktikan apabila kita meletakkan dua
kecambah, yang satu di tempat gelap dan yang lain di tempat terang. Dalam jangka
waktu yang sama, kecambah di tempat gelap tumbuh lebih cepat tetapi tidak normal.
Pertumbuhan yang amat cepat di dalam gelap ini disebut etiolasi.
Pada tumbuhan terdapat pigmen yang disebut fitokrom, yang berfungsi mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan kloroplas, sintesis klorofil, pembentukan hormon
tumbuhan (misalnya giberelin), dan pengaturan posisi daun terhadap sinar matahari.
Selain itu, fitokrom berpengaruh juga terhadap fotoperiodisme, yaitu pengaruh lamanya
pengaruh pencahayaan terhadap pertumbuhan dan pembentukan bunga.
Berdasarkan panjang dan intensitas penyinaran, tumbuhan dikelompokkan menjadi 3
jenis, yaitu:

Tumbuhan berhari pendek (shortday plant) : Berbunga dan berbuah bila periode
penyinaran lebih pendek daripada periode kritis. Contohnya: strawberry, dahlia,
aster, dan krisatinum.

Tumbuhan berhari panjang (longday plant) : berbunga dan berbuah bila periode
penyinaran lebih panjang daripada periode kritis. Contohnya: bayam selada,
gandum, dan kentang.

Tumbuhan netral (dayneutral plant) : Tidak dipengaruhi oleh lamanya periode


penyinaran. Contoh: mawar, anyer, dan bunga matahari.

Faktor dalam
Selain faktor genetik, yang termasuk faktor-faktor dalam adalah hormon-hormonyang
terlibat dalam pertumbuhan tanaman. Hormon merupakan substansi yang dihasilkan
oleh tumbuhan, biasanya dalam jumlah yang sangat sedikit yang berfungsi secara
fisiologis mengendalikan arah dan kecepatan tumbuh bagian-bagian dari tumbuhan.
Berikut ini adalah macam-macam hormon pada tumbuhan beserta fungsinya:

Auksin : Auksin dibentuk oleh ujung batang dan ujung akar. Auksin yang
dihasilkan oleh ujung batang akan mendominasi pertumbuhan batang utama,
sehingga pertumbuhan cabang relatif sedikit. Keadaan ini dikenal dengan istilah
dominansi apikal (apical dominance). Dengan memotong ujung batang,
dominansi apikal akan hilang, sehingga pertumbuhan cabang-cabang batang
berjalan dengan baik. Auksin dapat terurai bila terkena cahaya. Bila suatu
koleoptil dikenai cahaya dari samping, maka bagian koleoptil yang terkena
cahaya auksinnya akan terurai sehingga pertumbuhannya lebih lambat daripada
bagian koleoptil yang tidak terkena cahaya. Akibatnya koleoptil akan tumbuh
membelok ke arah datangnya sinar.

Giberelin : Hormon ini berfungsi mengatur pemanjangan batang (ruas batang),


juga pertumbuhan pucuk dan pembentukan buah. Secara umum fungsi giberelin
adalah untuk merangsang pertumbuhan meraksasa dan terbentuknya buah tanpa
biji (partenokarpi).

Sitokinin : Hormon tumbuhan ini mempengaruhi pertumbuhan, pengaturan


pembelahan sel, dan pemanjangan sel. Konsentrasi sitokinin dan auksin yang
seimbang merupakan hal yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman.
Sitokinin sendiri tampaknya mempunyai peranan dalam memperpanjang usia
jaringan.

Asam Absisat (= dormin) : Asam absisat ditemukan pada umbi-umbian dan bijibiji yang dorman, beberapa jenis buah-buahan, daun, dan jaringan tumbuhan
lain. Secara fungsi asam absisat adalah mempercepat penuaan daun,
merangsang pengguguran daun, dan memperpanjang masa dormansi
(menghambat perkecambahan biji).

Gas etilen : Buah yang sudah tua menghasilkan gas etilen yang dianggap
sebagai hormon yang dapat mempercepat pemasakan buah yang masih mentah.
Gas etilen meningkatkan respirasi sehingga buah yang asalnya keras dan
masam, menjadi empuk dan berasa manis.

Kalin: Kalin adalah hormon yang merangsang pembentukan organ tubuh.


Berdasarkan organ yang dibentuknya, kalin dibedakan atas:
o

Kaulokalin : merangsang pembentukan batang

Rhyzokalin : merangsang pembentukan akar. Sekarang telah diketahui


bahwa rhyzokalin identik dengan vitamin B1 (thiamin)

Filokalin : merangsang pembentukan daun

Antokalin : merangsang pembentukan bunga

Asam traumalin : Batang atau akar tumbuhan dapat mengalami luka. Tumbuhan
memiliki kemampuan untuk memperbaiki bagian yang luka, disebut daya
restitusi atau regenerasi. Peristiwa ini terjadi dengan bantuan hormon luka atau
kambium luka atau asam traumalin. Lukaluka yang terjadi dapat tertutup
kembali dengan membentuk jaringan kalus dan jaringan yang rusak dapat
diganti dengan yang baru. Bahkan dari luka pada bagian tertentu dari tubuh
tumbuhan dapat tumbuh tunas baru.

2.3 PUPUK
ORGANIK
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk
padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya.
Jenis Pupuk Organik
A.Pupuk kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Selain berbentuk padat,
pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing (urine) hewan.
Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro.

Pupuk kandang terdiri dari dua bagian, yaitu:


1. Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan
secara perlahan oleh mikroorganime sehingga tidak menimbulkan panas,
contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.
2. Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan
mikroorganisme secara cepat sehingga menimbulkan panas.
B.Pupuk hijau
Pupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa sisa panen.
Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau setelah
dikomposkan. Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau
tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti sisasisa
tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air (Azolla).

C.Kompos
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah
organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Beberapa kegunaan
kompos adalah:
1. Memperbaiki struktur tanah.
2. Memperkuat daya ikat agregat (zat hara) tanah berpasir.
3. Meningkatkan daya tahan dan daya serap air.
4. Memperbaiki drainase dan pori pori dalam tanah.
5. Menambah dan mengaktifkan unsur hara.

Kompos digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman. Kompos yang


layak digunakan adalah yang sudah matang, ditandai dengan menurunnya temperatur
kompos (di bawah 400 c).
D.Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan daundaunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang
akhirnya merubah humus menjadi (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah. Humus
merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan
menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia
toksik dalam tanah dan air. Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan
air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan
tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimia dekomposisi
pestisida atau senyawa-senyawa organik toksik. Kandungan utama dari kompos adalah
humus. Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi
penggunaan humus sama halnyadengan penggunaan kompos.
ANORGANIK
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan
meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi. Misalnya urea berkadar N
45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen) (Lingga dan Marsono,
2000).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
1.
2.
3.
1.
2.
3.

Alat
Polybag 3 buah
Mistar
Label Kertas
Bahan
Tanah
Tanaman Cabe 3
Pupuk

3.2 Cara Kerja


1.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.


Memasukan tanah kedalam Polybag secara merata.
Menaburkan bibit cabe ke dalam 3 Polybag.
Menanam bibit cabe kedalam Polybag lalu memberi label Tanpa Pupuk
Mananam bibit cabe kedalam polybag lalu memberi label Pupuk Organik
Menanam bibit cabe kedalam polybag lalu memberi label Pupuk Anorganik
Meletakkan semua Polybag yang telah berisi bibit cabe rawit dibawah cahaya

matahari.
10. Menyiram tanaman dengan air secara rutin pada tiap polybag.
11. Melakukan pengamatan .
12. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

3.3 Waktu dan Tempat


Waktu

Tempat

: Halaman Sekolah

3.4 Cara Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan cara pengukuran pada setiap

WAKTUU.

Pengukuran dilakukan terhadap

pertumbuhan tinggi batang, jumlah daun pada tanaman Cabe.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Вам также может понравиться