Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
yang bertentangan dengan ketentuan hukum dan pengaturan Kode etik profesi Akuntan Publik
yang berlaku.
Selain konsekuensi Perdata, pelanggaran sikap profesionalisme yang dilakukan oleh Akuntan
Publik juga dapat memberikan akibat yang bersifat pidana. Pada dasarnya hal ini telah diusulkan
oleh pemerintah dalam Rancangan Undang-Undang Akuntan Publik yang saat ini telah berada
dalam tahap pembahasan akhir. Dimana selain konsekuensi yang bersifat hukuman sanksi
administratif, antara lain dalam pasal 46 RUU Akuntan Publik tersebut yang memberikan
konsekuensi pidana untuk waktu maksimum 6 tahun dan denda maksimum Rp 300 juta bagi
Akuntan Publik yang terbukti:
(a) melanggar pasal 32 ayat 6 yang isinya mewajibkan seorang Akuntan Publik untuk mematuhi
SPAP serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana pelanggar terhadap hal tersebut
telah menimbulkan kerugian bagi pihak lain;
(b) menyatakan pendapat atas Laporan Keuangan tidak berdasarkan bukti audit yang sah, relevan
dan cukup.
(c) melanggar ketentuan asal 37 ayat (1) huruf g dengan melakukan tindakan yang
mengakibatkan kertas kerja dan sokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan pemberian jasa
tidak apat digunakan sebagaimana mestinya, dan juga huruf j dalam melakukan manipulasi data
yang berkaitan dengan jasa yang diberikan;
(d)Atau memberikan pernyataan tidak benar, dokumen also atau dokumen yang dipalsukan untuk
mendapatkan atau memperbaharui ijin Akuntan Publik atau untuk mendapatkan ijin usaha KAP
atau ijin pendirian cabang KAP.
Ketentuan pidana tersebut secara tegas ditentang oleh IAPI secara khusus terhadap pengenaan
akibat pidana dalam hal terbukti seorang Akuntan Publik dalam menjalankan tugas profesinya
tidak melakukannya berdasarkan ketentuan yang telah diatur dalam SPAP. Padahal, konsekuensi
dari pelanggaran SPAP tersebut dimata para akuntan publik seharusnya merupakan suatu
pelanggaran yang bersifat administratif sehingga sepantasnya dikenakan ketentuan sanksi
administratif bukan tindakan pidana.
Pada dasarnya, walaupun ketentuan pidana tidak diatur dalam PMK No.17/PMK.01/2008 dan
RUU Akuntan Publik, tetap saja tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Akuntan Publik
untuk berprofesi secara profesional membuka potensi untuk dipidanakan oleh orang-orang yang
dirugikan olehnya. Misalnya dalam hal terjadinya kedekatan yang sangat antara Akuntan Publik
tersebut dengan klien, atau bahkan juga mungkin pemilik ataupun Akuntan Publik tersebut
mempunyai hubungan keluarga langsung terhadap klien yang menggunakan jasanya tersebut,
ataupun Akuntan Publik tersebut mendapatkan imbalan khusus. Sehingga dapat saja seorang
Akuntan Publik melakukan tindakan kejahatan bahkan antara lain dengan cara
memalsukan suratseperti yang diatur dalam pasal 263 dan pasal 264 KUHP, ataupun melakukan
penipuan ataupun kebohongan seperti yang diatur dalam pasal 378 KUHP, yang dapat dikutip
sebagai berikut:
Pasal 263 (1) KUHP: Barangsiapa membuat secara tidak benar atau memalsu surat yang dapat
menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan utang, atau yang diperuntukkan sebagai
bukti dari suatu hal, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain pakai surat
tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam, jika pemakaian tersebut dapat
menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama 6 tahun.
Pasal 378 KUHP: Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat palsu; dengan tipu
muslihat ataupun dengan rangkaian kebiohongan , mengerakkan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya, supaya member utang maupun menghapuskan piutang, diancam,
karena penipuan, dengan pidana penjara palaing lama 4 tahun.
Atau jikapun Akuntan Publik tidak melakukan tindak kejahatan tersebut secara langsung akan
tetapi keterlibatannya dalam tindak pidana kejahatan pemalsuan suratataupun penipuan tersebut
dilakukan dengan cara turut melakukan ataupun membantu melakukan seperti yang diatur dalam
pasal 55 dan 56 KUH Pidana, yang dikutip sebagai berikut:
Pasal 55 ayat (1) KUHP: Dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana: Ke-1,
mereka yang melakukan menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan; Ke-2,
mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menalahgunakan kekuasaan
atau martabat, dengan kekerasan, ancaman ataupenyesatan, atau dengan member kesempatan,
sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.
Pasal 56 KUHP: Dipidana sebagai pembantu (medepichtige) suatu kejahatan: Ke-1, mereka yang
sengaja membri bantuan pada waktu kejahatan dilakukan; Ke-2, Mereka yang sengaja member
kesempata, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan.
Mengingat ketentuan hukum pidana telah diatur secara umum dalam KUHP,
pertanggungjawaban secara pidana tidak perlu harus terlebih dahulu diatur dalam UU Akuntan
Publik, karena secara umum, tindakan-tindakan yang berhubungan dengan melakukan ataupun
turut serta ataupun turut membantu melakukan kejahatan, akan memberikan konsekuensi
pertangungjawaban pidana terhadap seorang Akuntan Publik seperti yang dijelaskan dalam
pasal-pasal pidana tersebut di atas. Pemberian hukuman yang bersifat sanksi administratif, secara
hukum tidak dapat menghapuskan akibat pidana yang diancamkan kepada seorang Akuntan
Publik yang terbukti melakukan ataupun terlibat dalam tindakan kejahatan penipuan ataupun
pemalsuan surat tersebut.
Jelas sikap professional dari sang Akuntan Publik timbul bukan karena rangkaian ancaman
hukuman administratif, perdata dan bahkan pidana yang dapat menjeratnya dalam hal terjadinya
pelanggaran tersebut, akan tetapi lebih karena memang dunia bisnis Indonesia membutuhkan
suatu proses perjalanan yang sehat dan transparan, sehingga dalam hal menyajikan suatu
keberadaan suatu perusahaan melalui laporan keuangannya tersebut, publik sangat membutuhkan
akuntan publik yang benar-benar mempunyai kemampuan yang baik, professional dan
independen dalam menjamin maksimumnya tingkat akurasi kebenaran dari hasil pernyataan
pendapatnya terhadap Laporan Keuangan tersebut.
Etika Bisnis Dalam Akuntan Publik
Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi bertujuan untuk mengatur perilaku para angota
dalam menjalankan praktek profesinya. Etika profesi bagi praktek akuntan di Indonesia disebut
dengan istilah kode etik dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) ditambah dengan
NPA dan SPAP. Kantor akuntan publik merupakan tempat penyediaan jasa yang dilakukan oleh
profesi akuntan publik sesuai dengan Standar Peraturan Akuntan Publik ( SPAP ). Akuntan
publik berjalan sesuai dengan SPAP karena akuntan publik menjalankan jasa auditing, atestasi,
akuntansi dan review serta jasa akuntansi.
Suatu organisasi profesi memerlukan etika profesional karena organisasi profesi ini menyediakan
jasa kepada masyarakat untuk meneliti lebih lanjut mengenai suatu hal yang memerlukan
penelitian lebih lanjut dimana akan menghasilkan informasi yang lebih akurat dari hasil
penelitian. Jasa seperti ini memerlukan kepercayaan lebih serius dari mata masyarakat umum
terhadap mutu yang akan diberikan oleh jasa akuntan. Agar kepercayaan masyarakat terhadap
mutu jasa akuntan publik semakin tinggi, maka organisasi profesional ini memerlukan standar
tertentu sebagai pedoman dalam menjalankan kegiatannya.
Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan itu sendiri meliputi delapan butir pernyataan (IAI,
1998, dalam Ludigdo, 2007). Kedelapan butir pernyataan tersebut merupakan hal-hal yang
seharusnya dimiliki oleh seorang akuntan. Delapan butir tersebut terdeskripsikan sebagai berikut:
1 Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semuakegiatan yang dilakukannya.
2 Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
3 Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
4 Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5 Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan
ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
6 Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan,
kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7 Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8 Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar
profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Tanggung Jawab Sosial Kantor Akuntan Publik Sebagai Entitas Bisnis
Gagasan bisnis kontemporer sebagai institusi sosial muncul dikembangkan berdasarkan persepsi
yang menyatakan bahwa bisnis bertujuan untuk memperoleh laba. Persepsi ini diartikulasi secara
jelas oleh Milton Friedman yang memaparkan bahwa tanggung jawab bisnis yang utama adalah
menggunakan sumber daya dan mendesain tindakan untuk meningkatkan laba sepanjang tetap
mengikuti atau mematuhi aturan permainan. Hal ini dapat dikatakan bahwa bisnis tidak
seharusnya diwarnai oleh penipuan dan kecurangan. Pada struktur utilitarian, melakukan
aktivitas untuk memenuhi kepentingan sendiri diperbolehkan. Untuk memenuhi kepentingan
sendiri, setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda dan terkadang saling berbenturan satu
dengan yang lainnya. Menurut Smith mengejar kepentingan pribadi diperbolehkan sepanjang
tidak melanggar hukum dan keadilan atau kebenaran. Bisnis harus diciptakan dan
diorganisasikan dengan cara yang bermanfaat bagi masyarakat
Kewajiban Kriminal
Cara terakhir para Akuntan Publik dianggap bertanggungjawab
Akuntan Publik dapat disalahkan Karena tindakan Kriminal menurut hukum atau peraturan di
setiap negara.
Beberapa undang-undang seperti Uniform Securities Acts, Securuties Acts 1933 dan 1934,
Federal Mail Fraud Statute dan Federal False Statement Statute menyebutkan bahwa menipu
orang lain dengan sadar terlibat dalam laporan keuangan yang palsu adalah perbuatan kriminil .
Beberapa tuntutan yang terjadi menuntut perlunya profesi auditing untuk meneliti peraturan
perilaku yang menyangkut kerahasiaan dan mencoba memperjelas persyaratan - persyaratan
yang konsisten dengan common law .
AICPA dan Profesi dapat melakukan 3 hal untuk mengurangi resiko tuntutan hukum, yaitu :
1. Mencari Perlindungan dari proses peradilan atau litigasi yang tidak terpuji
2. Meningkatkan performa Auditing
3. Mendidik Para Pemakai Mengenai Batas-Batas Auditing
Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum
AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan langkah-langkah berikut :
Riset secara berkesinambungan, untuk menemukan cara-cara yang lebih baik dalam
melaksanakan audit seperti mengungkap salah saji atau fraud yang tidak sengaja, menyampaikan
hasil audit kepada pemakai laporan dan menyakinkan bahawa auditor adalah independen
Penetapan standar dan aturan, untuk menyesuaikan terhadap kebutuhan audit, kebutuhan
masyarakat dan timbulnya teknologi baru
pengadilan menyatakan bahwa auditor mempunyai tugas bagi semua orang yang seharusnya
sudah dapat diketahui sebagai pemakai laporan keuangan, karena mereka menggantungkan
laporan keuangan tersebut untuk tujuan bisnis mereka. (Loebbecke dan Arens, 1999,h.795).
Dalam kasus ESM Government Securiites vs Alexander Grart & Co (1986), manajemen
mengatakan kepada partner KAP yang mengaudit ESM bahwa laporan keuangan tahun lalu yang
telah diaudit mengandung kesalahan yang material. Daripada mengikuti standar yang berlaku
partner setuju untuk tidak mengungkapkannya dalam tahun berjalan. Tetapi situasi memburuk,
dan bahkan, menimbulkan keruguan lebih dari Rp 600 milyar. Partner disalahkan karena
tindakan kriminal yang melindungi penipuan dan harus menjalani hukuman penjara selama 12
tahun.
Kantor Akuntan Publik biasanya menggunakan satu atau kombinasi dari empat pembelaan
berikut bila terdapat tuntutan hukum oleh klien yaitu:
Tidak ada kewajiban (Lack of duty)
Tidak ada kewajiban untuk melakukan jasa berarti kantor akuntan publik mengklaim bahwa
tidak ada kontrak yang tersirat atau yang dinyatakan. Misalnya KAP mengklaim bahwa
kekeliruan itu tidak dapat diungkapkan karena kantornya hanya melakukan jasa penelaahan,
bukan audit yaitu dengan penggunaan surat penugasan yang menunjukkan tidak adanya
kewajiban untuk melaksanakan tugas.
Tidak ada kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan (Nonnegligent performance)
Untuk pelaksanaan kerja yang tidak mengandung kelalaian di dalam suatu audit, KAP
mengklaim bahwa auditnya itu dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum.
Seandainya terdapat kesalahan, salah saji yang disengaja atau salah pernyataan yang tidak
ditemukan, auditor tidak bertanggung jawab jika auditnya dilakukan secara benar.
Kelalaian kontribusi (Contributory negligence)
Pembelaan terhadap kelalaian kontribusi yang dilakukan oleh klien mengandung arti bahwa KAP
menjamin jika klien telah melaksanakan kewajiban tertentu , tidak akan terjadi kerugian
Ketiadaan hubungan timbal balik (Absence of causal connection)
Agar sukses dalam tuntutan terhadap auditor, klien harus mampu menunjukkan terdapat
hubungan timbal balik yang dekat antara pelanggaran auditor terhadap standar kesungguhan
dengan kerugian yang dialami klien.
Kode Etik
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
Prinsip Etika,
Aturan Etika, dan
Interpretasi Aturan Etik
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi
seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya
mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan
interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan
tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam
penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
4. Prinsip Etika Profesi Akuntan
a. Prinsip Pertama Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan
peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sarna dengan sesama
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan
menjalankan tanggung-jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua
anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
b. Prinsip Kedua Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c. Prinsip Ketiga Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
d. Prinsip Keempat Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai
atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
2
3
4
5
6
Fungsi Etika
Sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas yang
membingungkan. Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap
yang wajar dalam suasana pluralisme.
Faktor faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika:
Kebutuhan Individu
Tidak Ada Pedoman
Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi
Lingkungan Yang Tidak Etis
Perilaku Dari Komunitas
Sanksi Pelanggaran Etika
Sanksi Sosial adalah Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat dimaafkan.
Sanksi Hukum adalah Skala besar, merugikan hak pihak lain.
dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan
saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga,
penuh siasat. Licik, tersembunyi, dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain
tertipu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah perbuatan curang (cheating) yang
berkaitan dengan sejumlah uang atau properti. Fraud adalah sebuah istilah di bidang IT yang
artinya sebuah perbuatan kecuranganyang melanggar hukum (illegal-acts) yang dilakukan secara
sengajadan sifatnya dapatmerugiakan pihak lain.
Istilah keseharian adalah kecurangan diberi nama yang berlainan seperti pencurian,
penyerobotan, pemerasaan, penjiplakan, penggelapan, dan lain-lain. Orang awam sering kali
mengartikan bahwa fraud secara sempit adalah tindak pidana atau perbuatan korupsi. Fraud atau
kecurangan itu sendiri adalah tindakan yang melawan Hukum oleh orang-orang dari dalam dan
atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau
kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain.
Orang awam sering kali mengartikan bahwa fraud secara sempit adalah tindak pidana
atau perbuatan korupsi. Dari beberapa definisi atau pengertian Fraud (kecurangan) diatas, maka
tergambarkan bahwa yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) adalah sangat luas dan dapat
dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Namun secara umum, unsure-unsur dari kecurangan
(Keseluruhan unsur harus ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak terjadi)
adalah :
1
Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation).
2.
Dari suatu masalah masa lampau (past) dan sekarang (present).
3.
Fakta bersifat material.
4.
Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make knowingly or recklessly).
FRAUD TRIANGLE
Ada 3 hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud, yaitu pressure (dorongan),
opportunity (peluang), dan rationalization (rasionalisasi), sebagaimana tergambar berikut ini:
Pressure
Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud, contohnya hutang
atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan narkoba, dll. Pada umumnya
yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial. Tapi banyak juga
yang hanya terdorong oleh keserakahan.
Opportunity
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena
internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan
wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling
memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya
deteksi dini terhadap fraud.
Rationalization
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari
pembenaran atas tindakannya, misalnya:
1. Bahwasanya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang dicintainya.
2. Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak mendapatkan lebih dari
yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji, promosi, dll.)
3. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika pelaku
mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.
2.2 MONEY LAUNDERING, BRIBERY, AND MALPRACTICE
Pencucian uang (Money Laundering) adalah suatu upaya perbuatan untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang/dana atau Harta Kekayaan hasil tindak
pidana melalui berbagai transaksi keuangan agar uang atau Harta Kekayaan tersebut tampak
seolah-olah berasal dari kegiatan yang sah/legal. Inti dari pencucian uang adalah "mencuci "
uang kotor yang didapat dari kegiatan ilegal atau hasil kejahatan seperti mencuri, merampok,
menipu, korupsi, bisnis ilegal agar setelah di "cuci" uang tampak bersih dan (seakan akan)
diapat dengan cara yang legal dan halal.
Transaksi keuangan mencurigakan yaitu :
1. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola
transaksi dari pengguna jasa yang bersangkutan.
2. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan
untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh
Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini
3. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta
Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau
4. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor
karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.
Contoh pencucian uang ini sangat banyak, namun saya akan memberi contoh yang paling
umum adalah 4 hal berikut:
Walter White adalah seorang guru SMA yang berpenghasilan cuma 4 juta perbulan. Selain
sebagai guru SMA, dia juga seorang pembuat sekaligus bandar narkoba. Agar hasil transaksi
narkoba ini tidak dicurigai, maka ia membuka usaha Cuci Mobil. Setiap hasil transaksi narkoba,
dia campurkan uangnya ke dalam transaksi pembayaran cuci mobil jadi seolah olah semua uang
yang didapat adalah dari hasil cuci mobil.
Lebih detail, caranya adalah sebagai berikut, walter setiap bulan bisa mendapatkan uang dari
penjualan narkoba sebesar 9 juta, maka uang tersebut dicuci perhari sebesar 300 rb rupiah.
Caranya, anggaplah usaha cuci mobil pehari ada 100 mobil yang dicuci, dengan biaya cuci mobil
10ribu, maka seharusnya cuci mobil perhari mendapat 1 juta, nah agar uang narkoba bisa terlihat
seakan akan dari bisnis cuci mobil,maka di buku pendapatan ditulis bahwa hasil cuci mobil
perhari mendapat 1.3 juta, nah, jika ditelusuri maka lebih jauh, maka akan tercatat bahwa dalam
sehari ada 130 pelanggan. :). 30 pelanggan yang ditambahkan adalah fiktif. Tidak terlalu
keliatan bukan?
2.3 BRIBERY
Bribery adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan memberikan imbalan kepada pihak lain dengan maksud mendapatkan apa yang
diinginkan. Bribery bisa disebut juga dengan penyuapan. Bribery merupakan tindakan yang
tidak etis sama sekali
Contoh kasus bribery atau penyuapan :
Mencermati kasus suap menyuap yang melibatkan anggota KPPU M. Iqbal dan Presdir First
Media Billy Sindoro dapat membuka mata kita bahwa begitu kotornya etika bisnis di Indonesia.
Jika etika bisnis seperti itu masih dipertahankan maka jangan harap korupsi dapat hilang dari
negara kita. Oleh karena itu, jangan ada lagi pengusaha-pengusaha di Indonesia yang memiliki
etika bisnis seperti Lippo. Lippo Group yang dikenal sebagai perusahaan besar di Indonesia saja
ternyata memiliki etika bisnis yang sangat buruk. Dengan kasus Suap KPPU sangat jelas telihat
bahwa Billy Sindoro (tangan kanan Bos Lippo Group) menyuap M. Iqbal untuk mempengaruhi
putusan KPPU dalam kasus dugaan monopoli Siaran Liga Inggris. Lippo ingin Astro Malaysia
tetap menyalurkan content ke PT Direct Vision (operator Astro Nusantara)
meski Astro Malaysia tengah bersiteru dengan Lippo Group. Jika Investor Asing seperti Astro
Malaysia diperlakukan seperti itu maka tidak akan ada lagi investor asing yang mau masuk ke
Indonesia. Akibatnya, perekonomian Indonesia akan semakin buruk dan akan terjadi krismon
entah yang ke berapa kalinya, apalagi dalam berita hari ini BI rate naik dari 0,25 % menjadi 9,5
%.
Bribery atau penyuapan diatur dalam KUHP pasal 209 ayat 1, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
Dalam UU No. 20 Tahun 2001 penyuapan masuk ke dalam jenis gratifikasi, pasal 12B dengan
ancaman pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak 1 miliar.
2.4 Malpractice
Malpraktek adalah, setiap sikap tindak yang salah, kekurangan keterampilan dalam
ukuran tingkat yang tidak wajar. Istilah ini umumnya dipergunakan terhadap sikap tindak dari
para dokter, pengacara dan akuntan. Kegagalan untuk memberikan pelayanan profesional dan
melakukan pada ukuran tingkat keterampilan dan kepandaian yang wajar di dalam
masyarakatnya oleh teman sejawat rata-rata dari profesi itu, sehingga mengakibatkan luka,
kehilangan atau kerugian pada penerima pelayanan tersebut yang cenderung menaruh
kepercayaan terhadap mereka itu. Termasuk di dalamnya setiap sikap tindak profesional yang
salah, kekurangan keterampilan yang tidak wajar atau kurang kehati-hatian atau kewajiban
hukum, praktek buruk atau ilegal atau sikap immoral.
Responsibility to Client
A. Mendeteksi Kecurangan
Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan yang tidak
disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk mendapatkan keyakinan
yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan
oleh kesalahan ataupun kecurangan.
Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan jika terdapat bukti adanya kecurangan.
Laporan ini dilaporkan oleh auditor kepada pihak manajemen, komite audit, dewan
direksi
B. Tindakan pelanggaran hukum oleh klien
Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien.
Auditor bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar hukum
yang memiliki pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah laporan keuangan.
Untuk itu auditor harus merencanakan suatu audit untuk mendeteksi adanya tindakan
3.2 SARAN
1. Upaya pencegahan dilakukan baik di tiap negara (secara domestik) maupun secara
internasional. Namun inti dari langkah pencegahan baik secara domestik dan
internasional adalah Sama, yaitu memperketat aliran dana yang masuk maupun keluar
dari suatu negara. Seperti yang dilakukan bank yang mulai memperketat asal usul Dana
yang akan di simpan oleh nasabah. Selain itu, dengan adanya United Nations Convention
AgainstIllicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances atau yang lebih
dikenal UN Drugs Convention, diharapkan dapat meningkatkan kerjasama antar negara
dan meningkatkan komitmen untuk memberantas money laundry.
2. Upaya untuk mencegah terjadinya pencucian uang di Indonesia, dibutuhkan partisipasi
dan dukungan masyarakat. Sekalipun ada ketentuan tentang anti pencucian uang, tidak
ada yang perlu dikhawatirkan untuk menyimpan uang di bank. Jika uang Anda bersih,
kenapa harus rishi?
3. Kepada pemerintah supaya lebih tegas lagi menangani kasus-kasus seperti ini.
4. Kepada pihak yang lebih mengerti atau menguasai sistem keamanan internet untuk lebih
mengoptimalkan pengamanan data-data sehingga dapat meminimalisir tindak kejahatan
dunia maya.
5. Kiranya pihak aparat penegak hukum, sebagai pencari penegakan hukum yang aktif di
dalam masyarakat, kiranya dapat berperan aktif dan melihat dengan jeli indikasi-indikasi
kasus malapraktek
6. Perlu juga untuk menambah pengetahuan bagi para penegak hukum ini, khususnya
pengetahuan dalam bidang kebidanan, sehingga jika terjadi kasus malapraktek mereka
dapat menyidik, menuntut dan memutus perkara dengan tepat sesuai dengan
kemampuan/pengetahuannya. Hal ini dapat ditempuh dengan cara mengadakan seminarseminar atau diberikan semacam pendidikan khusus yang menyangkut masalah
kebidanan, khususnya hal-hal yang sangat erat kaitannya dengan kejadian-kejadian yang
timbul di sekitar malapraktek. Atau minimal mereka diberikan suatu pegangan/pedoman
tentang hokum untuk profesi bidan dan segala aspeknya. Dari hal ini diharapkan agar
nantinya setiap kasus malpraktek dapat benar-benar diselesaikan dengan tuntas.
DAFTAR PUSAKA
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4c7b7fd88a8c3/node/38/wetboek-van-strafrecht%28wvs%29-kitab-undang-undang-hukum-pidana-%28kuhp%29
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/12614/nprt/38/uu-no-30-tahun-2002-komisipemberantasan-tindak-pidana-korupsi
https://id.wikipedia.org/wiki/Pencucian_uang
https://en.wikipedia.org/wiki/Fraud
https://poe3indriasari.wordpress.com/2012/10/20/bribery-dan-contoh-kasusnya/
Undang - Undang No.15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang ; diunduh pukul
18.25 wib 15/11/2012
Undang - Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan ;