Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
Etilen oksida menimbulkan efek beracun bila dihirup. Gejala-gejala yang timbul akibat
menghirup terlalu banyak gas etilen oksida antara lain pusing, kejang-kejang (mendadak),
dan koma. Gas ini juga mengiritasi kulit dan menghirup uap etilen oksida dapat
menyebabkan paru-paru terisi dengan cairan selama beberapa jam. Berikut ini adalah
kegunaan etilen oksida
Etilen glikol (sebagai zat anti beku, serat poliester, botol dan kontainer polietilen
tereftalat (PET), dehidrasi gas, fluida penukar panas, pelarut, dan poliester)
Etilen oksida glikol eter (digunakan sebagai fluida rem, deterjen, pelarut cat dan pernis)
Etanolamin (digunakan dalam industri sabun, deterjen, pemurnian gas alam, dan
finishing tekstil)
Karbondioksida adalah salah satu gas diatmosfir, terdistribusi seragam pada permukaan
bumi dengan konsentrasi sekitar 0.033 % atau 330 ppm. Secara komersil, CO2 digunakan
sebagai refrigeran, minuman bersoda, dan alat pemadam api. Karena konsentrasinya yang
rendah diudara, secara praktek sulit untuk mengekstrak gas ini dari udara. Kebanyakan
karbondioksida diperoleh dari hasil samping dari proses lain,seperti produksi etanol dengan
fermentasi dan pembuatan ammoniak.
Sifat-sifat karbon dioksida
1. Rumus molekul : CO2
2. Berat molekul : 44,0095 gr/mol
3. Sifat fisik : gas tak berwarna (pada temperatur ruangan)
4. Massa jenis : 1600 kg/m3
5. Titik lebur : -57C
6. Titik didih : -78C
7. Kelarutan dalam air : 1,45 kg/m
8. Kalor laten sublimasi : 25,13 kJ/mol
9. Viskositas : 0,07 cP pada 78C
10. Tekanan kritis : 7821 kPa
11. Suhu kritis : 31,1C
2.3 Etilen Karbonat
Etilen karbonat adalah salah satu ester dari etilen glikol dan asam carbonik. Pada temperatur
ruang ( 25o C ) etilen karbonat berbentuk kristal transparan seperti padatan. Pada suhu 3437oC berbentuk cairan yang tidak berwarna dan tak berbau.
Sifat-sifat etilen karbonat
1. Berat molekul : 88,06 gr/mol
2. Bentuk fisik : padatan berwarna kekuningan (pada suhu 25 oC) dan cairan tak berwarna
(pada 34-37o C)
3. Titik leleh : 34-37o C
4. Titik didih : 260,7 o C
5. Titik beku : 360 C
6. Densitas : 1.3210 g/cm3
cairan jenuh, tidak berwarna, tidak berbau, berasa manis dan larut sempurna dalam air. Grup
hidroksil pada glikol memberikan kemungkinan turunan senyawa yang lebih luas. Gugus
hidroksil ini bisa diubah menjadi aldehid, alkil halide, amina, azida, asam karboksil, eter,
merkaptan, ester nitrat, nitril, ester nitrit, ester organic, ester posphat, dan ester sulfat.
Senyawa-senyawa ini membuat etilen glikol bisa menjadi senyawa intermediet dalam banyak
reaksi. Terutama dal;am formasi resin, termasuk kondensasi dengan dimetil terephtalat atau
asam terephtalat yang menghasilkan resin polyester. Rumus molekul etilen glikol adalah
HOCH2CH2OH dan struktur molekulnya.
Secara komersial, etilen glikol di Indonesia digunakan sebagai bahan baku industri polyester
(tekstil ) sebesar 97,34%. Sedangkan sisanya sebesar 2,66% digunakan sebagai bahan baku
tambahan pada pembuatan cat, cairan rem, solven, alkil resin, tinta cetak, tinta ballpoint, foam
stabilizer, kosmetik, dan bahan anti beku.
Ada beberapa proses pembuatan etilen glikol, yaitu
MEOH
DC
EG
EC
EG,EC
Perbandingan rasio mol antara methanol dan ethylene carbonate adalah antara 2-5. Operasi
proses adalah dari tekanan 0-5000 psig.
Methanol dan ethylene carbonate dimasukkan kedalam reaktor transesterification dalam
laju alir yang dipertahankan dalam mol rasio methanol ke ethylene carbonate antara 2:1 dan 5:1,
dalam reaktor dipertahankan suhu 60-120 C. Dan tekanan setidaknya 50 psig, efluentnya terdiri
dari methanol, dimethyl carbonate, ethylene glycol dan ethylene carbonate. Lalu masuk kedalam
tower destilasi fraksinasi prduknya terdapat dalam over head, proses destilasi ini dilakukan 3
tahap. Tahap pertama adalah memisahkan methanol dan dimethyl carbonate pada over headnya.
Setelah itu dilanjutkan destilasi kedua dari overhead destilasi yang pertama dilakukan
pemisahan dimetil karbonat pada bottom dan methanol pada overhead tekanan operasinya 10
atm. Aliran methanol dilanjutkan kedalam storage methanol sebagai aliran rectcle sedangkan
aliran bahan bottom pada destilasi tahap pertama terkandung ethylene karbonat dan etilen glikol.
Aliran ini dipisahkan dengan destilasi azeotropik etilen sebagai influen terdapat pada bottom
sedangkan etilen karbonat sebagian besar direcycle kedalam reaktor kembali. Setelah itu
dilanjutkan dengan proses dalam reaktor yang direaksikan dengan air dengan bantuan katalis
sehingga konversi yang didapat mencapai 90%.
2.7 Proses Hidrolisis Etilen Oksida/ teknologi lefort
Pada proses ini dibagi menjadi dua proses yaitu proses katalitik dan proses non katalitik.
Proses katalitik
Merupakan proses pembuatan monoetilen glikol dengan mereaksikan air dan etilen
oksida dalam reaktor adiabatik katalitik. Etilen oksida murni atau campuran air dengan
etilen oksida (keduanya dalam fasa cair), digabungkan dengan air recycle dengan
perbandingan mol air dengan etilen oksida 5 : 1, dikondisikan hingga mencapai kondisi
yang disyaratkan dalam reaktor katalitik. Pada proses katalitik ini digunakan katalis untuk
memperbesar selektivitas terhadap monoetilen glikol sekaligus mengurangi jumlah ekses air
yang ditambahkan sehingga akan mengurangi kebutuhan energi dalam proses pemisahan
antara monoetilen glikol dengan air yang tidak bereaksi. Dalam prakteknya hampir 95% dari
etilen oksida dapat dikonversi ke monoethylene glycol, 5% sisanya bereaksi membentuk
homolog yang lebih tinggi. Pada reaksi ini yang terjadi adalah reaksi tidak bolak-balik
( irreversible ) dapat dituliskan dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Katalisator yang dipakai dalam reaksi hidrasi ini pada umumnya adalah asam kuat inorganik
seperti asam klorida dan asam sulfat, tetapi asam sulfat lebih banyak dipakai karena realatif
kurang korosif dibandingkan asam klorida, dan juga digunakan katalisator padat berupa
resin sulfonat semisal amberlys 15 (an acidic ion exchance catalyst).
Reaksi hidrasi etilena oksida dengan air berlangsung pada fasa cair dengan kondisi
operasi tekanan 17.5 atm dan suhu sekitar 50-120C dan dijalankan di dalam reaktor
Fixedbed adiabatic. Konversi bisa mencapai 95%. Dengan menggunakan reactor fixedbed
dengan menggunakan katalisator padat berupa resin sulfonat. Hal ini bisa dilakukan untuk
menyederhanakan peralatan yang digunakan karena tidak perlu memisahkan asam sulfat
lagi.
Etilen oksida dari tangki penyimpan diumpankan ke dalam tangki pencampur untuk
dicampur dengan air proses dari unit utilitas dan arus recycle dari hasil atas evaporator dan
menara distilasi 01 agar terbentuk larutan yang homogen. Suhu keluar dari tangki
pencampur sekitar 50C kemudian larutan dipompa sehingga tekanan naik menjadi 17.5 atm
dan diumpankankan ke dalam Reaktor Fixedbed adiabatic.Reaksi bersifat eksotermis
sehingga
suhu
keluar
akan
naik
menjadi
100C
tergantung
konversi
yang
Di dalam menara distilasi 02 diperoleh hasil atas menara berupa etilen glikol 99%
sebagai produk utama yang ditampung di tangki produk, sedangkan hasil bawah yang
sebagian besar berupa dietilen glikol dan trietilen glikol ditampung di tangki penyimpan
sebagai produk samping.
sekitar 1% dihasilkan dietilen glikol dan senyawa glikol lainnya .Ada 3 reaksi utama dalam
pembuatan etilen glikol dari etilen dengan proses karbonasi, yaitu
Keterangan :
5=CO2
2,8= Etilen karbonat
10,11,6,9= CO2
7=Etilen karbonat dan CO2
12,13= H2O
18=Etilen glikol dan H2O
15=Etilen glikol,dietilen glikol,tri etilen glikol
16=Etilen glikol murni
17= etilen glikol kemurnian 50%
3= H2O
Diagram alir diatas mengilustrasikan proses, komponen yang terlibat, zat inert dan sistem
pembersihan ( purging system ). Proses ini terbagi atas 3 tahap utama yaitu, absorbsi etilen
oksida dengan menggunakan suatu larutan absorban yang terdiri atas etilen glikol, etilen
karbonat yang di-recycle dan air. Tahap kedua yaitu, proses karbonasi etilen oksida dengan CO2.
Tahap yang terakhir adalah hidrolisis etilen karbonat.
dalam jumlah besar tersebut harus dipanaskan, sehingga akan membutuhkan jumlah energi
yang sangat besar. Penggunaan air berlebih ini dilakukan untuk meminimalkan
pembentukan senyawa glikol yang tinggi seperti dietilen glikol dan trietilen glikol. Selain
itu proses ini juga membutuhkan banyak tahap untuk menghasilkan etilen glikol .Dengan
menggunakan proses karbonasi, penggunaan air berlebih dapat dihindari karena proses ini
menggunakan karbondioksida, dimana CO2 ini bisa mengurangi pembentukan senyawa
glikol berat, sehingga hanya memerlukan air yang lebih sedikit. Proses ini juga mereduksi
beberapa peralatan mahal untuk pemurnian etilen glikol seperti stripper. Keuntungan yang
lainnya yaitu kondisi operasinya lebih mudah dibandingkan dengan hidrasi etilen secara
langsung.
Jenis
parameter
Temperatur
Tekanan (atm)
konversi
Katalis
non katalitik
50-120 OC
50-120 OC
17,5 atm
17,5 atm
95%
95%
Perak, amberlist
-
Karbonasi
teknologi kawabe
teknologi
durenlau
200 OC
690atm
90%
H2SO4
TM400
80-150 OC
14,310 atm
99,5%
Molybdenum
atau
triphenil
metal
phosphonium
Piurity
99%
99%
Tidak diketahui
iodida
99,5%