Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Prinsip Konseling KB
Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri / confidentiality; Tidak memaksa / voluntary choice; Informed
consent; Hak klien / client rights dan Kewenangan / empowerment.
Keuntungan Konseling KB
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada pelaksana kesehatan maupun
penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah:
Hak Pasien
Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai berikut: a) Terjaga harga diri dan
martabatnya. b) Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan. c) Memperoleh informasi
tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan. d) Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik. e)
Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan. f) Kebebasan dalam memilih metode
yang akan digunakan.
Konseling KB dan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan menggunakan :
1. Motivasi
2. Edukasi / pendidikan
3. Konseling
Motivasi
Motivasi pada pasien KB meliputi: Berfokus untuk mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan individu
klien; Menggunakan komunikasi satu arah; Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.
Pendidikan KB
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan sebagai berikut: Menyediakan
seluruh informasi metode yang tersedia; Menyediakan informasi terkini dan isu; Menggunakan komunikasi
satu arah atau dua arah; Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa; Menghilangkan rumor dan
konsep yang salah.
Konseling KB
Konseling KB antara lain: Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan; Menjadi pendengar aktif;
Menjamin klien penuh informasi; Membantu klien membuat pilihan sendiri.
Peran Konselor KB
Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan terutama pada pelayanan keluarga berencana, tidak
terlepas dari peran konselor. Tugas seorang konselor adalah sebagai berikut:
Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang paling sesuai dengan
kebutuhannya.
Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang berbagai metode kontrasepsi yang
tersedia.
Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan Persetujuan Tindakan Medik.
Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan.
Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan kondisinya.
Jenis Konseling
Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Konseling umum
2. Konseling spesifik
3. Konseling pra dan pasca tindakan
Konseling Umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan keluarga berencana atau PLKB. Konseling umum
meliputi penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi,
tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
Konseling Spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik
tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan-keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
Bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang akan
dilakukan pada klien.
Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu klien tidak dapat
melakukan hal tersebut.
Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap keselamatan klien (baik yang
terduga atau tak terduga sebelumnya).
Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) berisi tentang kebutuhan reproduksi klien, informed choice,
dan prosedur klinik yang akan dilakukan; ada penjelasan tentang risiko dalam melakukan prosedur klinik
tersebut; standar prosedur yang akan dilakukan dan upaya untuk menghindarkan risiko; klien menyatakan
mengerti tentang semua informasi tersebut diatas dan secara sadar memberikan persetujuannya.
Informed consent juga dilakukan pada pasangannya dengan alasan sebagai berikut :
Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa pasangannya secara sadar telah memberikan
persetujuan terhadap tindakan medik.
Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya untuk memberikan persetujuan (atau sebaliknya)
kecuali pada kondisi khusus / tertentu.
Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu dalam memberikan persetujuan tetapi secara
hukum, hal tersebut hanya merupakan persetujuan terhadap konsekuensi biaya dan pemahaman risiko
(yang telah dijelaskan sebelumnya) yang mungkin timbul dari prosedur klinik yang akan dilakukan.
yang longgar dan lemah dari ujung Plasenta pada dinding rahim, bagian ini akan terlepas, mulamula sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri. Kadang-kadang
ada sebagian kecil Placenta yang masih melekat pada dinding rahim.
Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah dibelakang Placenta
akan membantu penlepasan Placenta ini. Bila pelepasan sudah kumplit, maka kontraksi rahim
mendorong Placenta yang sudah lepas ke SBR lalu ke vagina dan dilahirkan.
Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian sewaktu
keluarnya Plasenta. Ditempat-tempat yang lepas terjadi pendarahan antara uteri dan desidua
basalis disebut Retroplacenter hematoma. Jadi jelaslah, bahwa setelah anak lahir tugas kita
belum selesai, masih ada satu hal berat yang masih dapat mengancam jiwa ibu, yaitu pimpinan
kala III dan pengawasan kala empat.
Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran Plasenta cukup penting, karena kelalaian
dapat menyebabkan resiko pendarahan yang dapat membawa kematian. Kala ini berlangsumg
mulai dari bayi lahir sampai Plasenta keluar lengkap. Biasanya, Plasenta akan lahi spontan dalam
15-30 menit, dapat ditunggu dalam 1 jam, tetapi tidak boleh ditunggu bila terjadi banyak
pendarahan.
Lokalisasi dari Plasenta adalah :
1. Pada dinding depan dan belakang korpus uteri
2. Kadang-kadang pada dinding lateral
3. Jarang di fundus Uteri
4. Sesekali pada Segmen bawah rahim (SBR) di sebut Plasenta Previa
Macam-macam pelepasan placenta:
1)
Mekanisme Schultze
Pelepasan placenta yang dimulai dari sentral/bagian tengah sehingga terjadi bekuan
retroplasenta. Cara pelepasan ini paling sering terjadi. Tanda pelepasan placenta dari tengah ini
mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum placenta lahir. Perdarahan banyak terjadi segera
setelah placenta lahir.
2)
Mekanisme Duncan
Terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau bersama dari pinggir dan tengah placenta. Darah
akan mengalir keluar antara ketuban. Serempak dari tengah dan pinggir. Hal ini mengakibatkan
terjadi semburan darah sebelum placenta lahir. untuk mengetahui cara lepasnya Plasenta ini
dapat diselidiki dengan dua cara:
Memasukan Zat kontras kedalam Plasenta melalui pembuluh darah tali pusat, lalu dibuat
gambar Rontgen.
Secara klinis, meneliti sewaktu Plasenta lahir melalui vagina dan vulva.
Tanda-tanda pelepasan placenta
1)
Perubahan bentuk uterus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh
(discoid) dan tinggi fundus biasanya turun hingga di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan placenta terdorong kebawah. Maka uterus menjadi bulat dan fundus berada diatas pusat.
2). Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda ahfeld).
3). Semburan darah tiba-tiba
Darah yang berkumpul di belakang placenta akan membantu mendorong placenta keluar dan
dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang
terkumpul di antara tempat melekatnya plasenta dan permukaan maternal placenta (darah
retroplasenter) keluar melalui tepi placenta yang terlepas.
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar sudah lepas.
Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara ibu atau susukan bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah.
Cara pemberian suntikan oksitosin :
Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI.
Alasan : untuk mencegah kontaminasi langsung dari tangan penolong persalinan dan darah
pada perut ibu.
Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan oksitosin
10 unit IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian luar.
Catatan : jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan simulasi puting susu atau
menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan pelepasan oksitosin
secara alamiah.(1)
2.
Penegangan tali pusat terkendali
Lakukan Penegangan Tali pusat terkendali atau PTT (CCT/Controled cord traktion) dengan cara:
Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika
perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan
kesabaran pada saat melahirkan plasenta.
Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan
dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap
kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.
Setelah plasenta terpisahanjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui
introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat denga arah sejajar lantai (mengikuti poros jala lahir).
Alasan : segera lepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan mencegah
kehilangan darah yang tidak perlu.
Jangan melakukan penegangan tali pusat tanpa diikuti dengan tekanan dorso-kranial secara
serentak pada bagian bawah uterus (di atas simfisis pubis).
1. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali
pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah
penampung. Karena sela[ut ketuban mudah robek ; pegang plasenta dengan kedua tangan dan
secara lembutputar plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
2. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.
Alasan : melahirkan plasenta dan selapunya dengan hati-hati akan membantu mencegah
tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.
Jika selaput ketuban robek dan tertinggal dalam jalan lahir saat melahirkan plasenta, dengan hatihati periksa vagina dan serviks dengan seksama.Gunakan jari-jari tangan anda atau klem ke
dalam vagina untuk mengeluarkan selaput ketuban yang teraba.
Catatan :
Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin IM dosis kedua.
Periksa kandung kemih. Jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptik untuk memasukkan kateter
Nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongka kandung kemih. Ulangi kembali
penegangan tali pusat dan tekanan dorso-kranial seperti yang diuraikan diatas. Nasehati keluarga
bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit. Pada menit
ke-30 coba lagi melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat untuk terakhir
kalinya. Jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. Ingat, apabila plasenta tidak lahir setelah 30
menit, jangan mencoba untuk melepaskan dan segera lakukan rujukan.
3. Rangsangan Taktil (Masase) Fundus Uteri
Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri.
a. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
b. Jelaskan tindakan kepada ibu, katakana bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman
karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dan perlahan serta
rileks.
c. Dengan lembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya
uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 menit detik, lakukan
penatalaksanaa atonia uteri.
d. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh :
Periksa plasenta sisi maternal ( yang melekat pada dinding uterus) untuk memastikan bahwa
semuanya lengkap dan utuh ( tidak ada bagian yang hilang).
Pasangkan bagian- bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada
bagian yang hilang.
Periksa plasenta sisi fetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan tidak adanya
kemungkinan lobus tambahan (suksenturiata)
Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.
a. Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase funddus
uteri. Ajarkan ibu dan
b.
c.
d.
Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh
Berikan oksitosin 10 unit IM. Dosis ketiga, dalam jarak waktu 15 menitdari pemberian
oksitosin dosis pertama.
Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau
episiotomi.
Pemeriksaan plasenta
Pemeriksaan plasenta meliputi :
Plasenta
Bentuk placenta yang normal ialah hampir bulat. Diameternya 15-20 cm, tebalnya 1,5-3 cm.
Beratnya rata-rata 500 gram.
A.
Bagian kotiledon
Jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon. Permukaan maternal yang menghadap dinding
rahim, berwarna merah dan terbagi-bagi oleh celah-celah/sekat-sekat yang berasal dari jaringan
ibu. Oleh sekat ini, plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon.
B. Bagian fetal
utuh atau tidak. Permukaan fetal ialah yang menghadap ke janin, warnanya keputih-putihan
dan licin karena tertutup oleh amnion, di bawah nampak pembuluh-pembuluh darah.
c. Tali pusat :
jumlah arteri dan vena, adakan arteri atau vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta
seksenturia. Insersi tali pusat, apakah sentral, marginal serta panjang tali pusat.
Pemantauan kala tiga
1
Perdarahan. Jumlah darah diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak.
2
Jumlah darah yang umum keluar tidak lebih dari 500cc atau setara dengan 2,5 gelas
belimbing.
3
Kontraksi uterus : bentuk uterus, intensitas.
4
Kontraksi yang baik akan teraba keras dan globuler. Tinggi fundus uteri sebelum plasenta
lahir sekitar setinggi pusat, setelah plasenta lahir tinggi fundus akan turun sekitar 2 jari dibawah
pusat.
5
Robekan jalan lahir/laserasi, ruptura perineum
6
Robekan jalan lahir yang dapat direparasi oleh bidan adalah robekan derajat 1 dan 2 pada
perineum. Yaitu dari mukosa vagina sampai ke otot vagina.
7
Tanda vital :
Tekanan darah mungkin mengalami sedikit penurunan dibandingkan ketika kala I dan II, nadi
normal , suhu tidak lebih dari 37,5 derajat, respirasi normal. Diperiksa setiap 15 menit sekali.
Setelah bayi lahir, terjadi kontraksi uterus. Hal ini mengakibatkan volume rongga uterus
berkurang. Dinding uterus menebal. Pada tempat implantasi placenta juga terjadi
pennurunan luas area. Ukuran plasenta tidak berubah, sehingga menyebabkan placenta
terlipat, menebal dan akhirnya terlepas dari dinding uterus. Placenta terlepas sedikit
demi sedikit. Terjadi pengumpulan perdarahan di ruang placenta dan desidua basalis
yang disebut retroplacenter hematom. Setelah placenta terlepas, placenta akan
menempati segmen bawah uterus atau vagina.
Kontraksi Rahim akan mengurangi area perlekatan placenta ini, karena rahim
bertambah kecil dan dindingnya bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi tadi
menyebabkan bagian yang longgar dan lemah dari ujung Plasenta pada dinding rahim,
bagian ini akan terlepas, mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal
bebas dalam kavum uteri. Kadang-kadang ada sebagian kecil Placenta yang masih
melekat pada dinding rahim.
Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah
dibelakang Placenta akan membantu penlepasan Placenta ini. Bila pelepasan sudah
kumplit, maka kontraksi rahim mendorong Placenta yang sudah lepas ke SBR lalu ke
vagina dan dilahirkan.
2.
3.
4.
Mekanisme Schultze
Pelepasan placenta yang dimulai dari sentral/bagian tengah sehingga terjadi bekuan
retroplasenta. Cara pelepasan ini paling sering terjadi. Tanda pelepasan placenta dari
tengah ini mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum placenta lahir. Perdarahan
banyak terjadi segera setelah placenta lahir.
2)
Mekanisme Duncan
Terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau bersama dari pinggir dan tengah placenta.
Darah akan mengalir keluar antara ketuban. Serempak dari tengah dan pinggir. Hal ini
mengakibatkan terjadi semburan darah sebelum placenta lahir. untuk mengetahui cara
lepasnya Plasenta ini dapat diselidiki dengan dua cara:
Memasukan Zat kontras kedalam Plasenta melalui pembuluh darah tali pusat, lalu
Secara klinis, meneliti sewaktu Plasenta lahir melalui vagina dan vulva.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat
penuh (discoid) dan tinggi fundus biasanya turun hingga di bawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan placenta terdorong kebawah. Maka uterus menjadi bulat dan fundus
berada diatas pusat.
2). Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda
ahfeld).
3). Semburan darah tiba-tiba
Darah yang berkumpul di belakang placenta akan membantu mendorong placenta
keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-tiba menandakan
bahwa darah yang terkumpul di antara tempat melekatnya plasenta dan permukaan
maternal placenta (darah retroplasenter) keluar melalui tepi placenta yang terlepas.
menempati segmen bawah rahim, kemudian melalui serviks, vagina dan dikeluarkan ke
introitus vagina. Hal ini dibantu pula oleh tekanan abdominal atau meneran.
Prasat-prasat untuk mengetahui lepasnya Plasenta
A.
Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada atau diatas simfisis. Tali pusat
ditegangkan, maka bila tali pusat masuk belum lepas;diam atau maju sudah lepas.
B.
Klein
Sewaktu ada his, rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat kembali belum lepas.
Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar sudah lepas.
Normalnya pelepasan Plasenta ini berkisar - jam sesudah anak lahir, namun kita
dapat menunggu paling lama 1 jam. Tetapi bila terjadi banyak pendarahan atau bila pa
persalinan-persalinan yang lalu ada riwayat pendarahan post-partum, maka tak boleh
menunggu, sebaiknya plasenta langsung dikelurkan oleh tangan. Juga kalau
pendarahan sudah lebih dari 500 cc atau satu nierbekken, sebaiknya Plasenta langsung
dikeluarkan secara manual dan diberikan uterus tonika.
Manajemen aktif kala tiga
Tujuan management aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang
lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala tiga persalinan dan mengurangi
kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Sebagian besar kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahab
pascapersalinan, dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio
plasenta yang sebenarnya dapat dicegah melalui managemen aktif kala tiga.
Keuntungan- keuntungan managemen aktif kala tiga :
Pemberian oksitosin 10 U
Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara ibu atau susukan bayi
Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI.
pasokan oksigen kepada bayi. Hati-hati untuk tidak menekan uterus dengan keras
sehingga terjadi kontraksi tetanik yang akan menyulitkan pengeluaran plasenta.
Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan
Lakukan Penegangan Tali pusat terkendali atau PTT (CCT/Controled cord traktion)
dengan cara:
2.
Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pada tali
pusat sekitar 5-20 cm dari vulva. Alasan : memegang tali pusat lebih dekat ke vulva
akan mencegah avulsi.
3.
Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu ( alas dengan kain ) tepat diatas
tulang pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus
pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat,
tegangkan tali pusat, kemudian tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke
bawah dan atas ( dorso-kranial) korpus. Lakukan secara hati-hati untuk menghindari
terjadinya inversio uteri.
4.
Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga ada kontraksi yang kuat( sekitar 2 atau
3 menit).
5.
Pada saat kontraksi mulai(uterus menjadi bulat atau tali pusat memanjang)
tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dengan itu lakukan penekanan
korpus uteri ke arah bawah dan kranial hingga plasenta terlepas dari tempay
implantasinya.
6.
Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta
tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tandatanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.
Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi
berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat
memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.
Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan
tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut
pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.
keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat denga arah sejajar lantai
(mengikuti poros jala lahir).
Alasan : segera lepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan
mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
Jangan melakukan penegangan tali pusat tanpa diikuti dengan tekanan dorso-kranial
secara serentak pada bagian bawah uterus (di atas simfisis pubis).
1.
Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk
diletakkan dalam wadah penampung. Karena sela[ut ketuban mudah robek ; pegang
plasenta dengan kedua tangan dan secara lembutputar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin menjadi satu.
2.
ketuban.
b.
Jelaskan tindakan kepada ibu, katakana bahwa ibu mungkin merasa agak tidak
nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dan
perlahan serta rileks.
c.
Dengan lembut tapi mantap gerakan tangan dengan arah memutar pada fundus
uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 menit
detik, lakukan penatalaksanaa atonia uteri.
d. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh :
Periksa plasenta sisi maternal ( yang melekat pada dinding uterus) untuk
memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh ( tidak ada bagian yang hilang).
Pasangkan bagian- bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan
Periksa plasenta sisi fetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan tidak
a. Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase funddus uteri.
Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga mampu untuk
segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik.
b.
Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan
PTT dilakukan hanya selam uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan
kontraksi, ibu dapat juga memberi tahu petugas ketika merasakan kontraksi. Ketika
uterus sedang tidak berkontraksi, tangan petugas tetap berada pada uterus tapi bukan
melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta
terlepas.
Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan plasenta dengan gerakan kebawah dan ke atas
sesuai jalan lahir.kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar
plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus akan menimbulkan
kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan
pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau jika
perdarahan hebat terjadi, segera lakukan kompresi bi manual dalam. Jika atonia uteri
tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan pasca persalinan.
Jika mengunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 15
menit, berikan oksitosin 10 unit IM. Dosis kedua, dalam jarak 15 menit dari pemberian
oksitosin dosis pertama,
Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 30
menit:
Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh
Berikan oksitosin 10 unit IM. Dosis ketiga, dalam jarak waktu 15 menitdari
Plasenta
Bentuk placenta yang normal ialah hampir bulat. Diameternya 15-20 cm, tebalnya 1,5-3
cm. Beratnya rata-rata 500 gram.
A.
Bagian kotiledon
utuh atau tidak. Permukaan fetal ialah yang menghadap ke janin, warnanya
keputih-putihan dan licin karena tertutup oleh amnion, di bawah nampak pembuluhpembuluh darah.
c.
Tali pusat :
jumlah arteri dan vena, adakan arteri atau vena yang terputus untuk mendeteksi
plasenta seksenturia. Insersi tali pusat, apakah sentral, marginal serta panjang tali
pusat.
Pemantauan kala tiga
1
Perdarahan. Jumlah darah diukur, disertai dengan bekuan darah atau tidak.
Jumlah darah yang umum keluar tidak lebih dari 500cc atau setara dengan 2,5
gelas belimbing.
3
Kontraksi yang baik akan teraba keras dan globuler. Tinggi fundus uteri sebelum
plasenta lahir sekitar setinggi pusat, setelah plasenta lahir tinggi fundus akan turun
sekitar 2 jari dibawah pusat.
5
Robekan jalan lahir yang dapat direparasi oleh bidan adalah robekan derajat 1 dan
Tanda vital :
Tekanan darah mungkin mengalami sedikit penurunan dibandingkan ketika kala I dan II,
nadi normal , suhu tidak lebih dari 37,5 derajat, respirasi normal. Diperiksa setiap 15
menit sekali.
8.
Personal hygine
Setelah dinyatakan ibu dalam kondisi baik, maka ibu dibersihkan dari darah, mengganti
baju, apabila kantong kemih ibu penuh anjurkan buang air keci. Lakukan sesuai
kebutuhan pasien sehingga ibu merasa lebih nyaman.
Ibu mengamati bayinya, menanyakan apa jenis kelaminnya, jumlah jari-jari dan mulai
menyentuh bayi.
Bidan perlu menjelaskan kondisi ibu, perlu penjahitan atau tidak, bimbingan tentang
kelanjutan tindakan dan perawatan ibu.
3
Tertarik plasenta
Cemas
Memberikan dukungan bagi ibu dari bidan juga keluarga yang mendampingi.
5
Nutrisi
celemek plastik
sepatu boot
masker
Handuk bersih
kacamata
penutup kepala
Topi Bayi
Pakaian ibu
Kain/sarung yang bersih dan kering (5 buah)
Pakaian bayi
2 buah washlap
3. Peralatan steril atau DTT parus set (Dalam wadah steril yang berpenutup) :
4.
5.
Termometer
Stetoskop
Tensimeter
Bengkok
Piring plasenta
Timbangan bayi
Gunting ferband
Oksitosin 1 ml 10 U
Lidokain 1%
Cairan infus R/L,Nacl, dan Dext 5%
1 buah kain untuk mengalas meja dan untuk mengganti kain pembungkus bayi yang
basah
1 buah kain untuk mengganjal bahu bayi
Lampu sorot 60 watt
Alat penghisap lendir (bola-bola karet/ de lee)
Balon dengan sungkupnya
Jam / pecatat waktu
8. Formulir yang disiapkan
Formulir partograf
Formulir rujukan
Formulir kematian
PENGERTIAN : Tindakan yang dilakukan setelah bayi lahir untuk mempercepat lepasnya placenta
TUJUAN
KEBIJAKAN
PERSIAPAN
: Lakukan manajemen aktif kala III segera setelah bayi lahir pada semua persalinan
: 1.Oxytocin 10 IU
2.Spuit 3 cc
3.Sarung tangan
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tanggal terbit
Direktur
Prosedur
ASUHAN ANTENATAL
No. Dokumen
PROSEDUR
TETAP
No. Revisi
Tanggal terbit
Halaman
a)
3.1.1.
3.1.2.
3.1.3.
3.1.4.
Kunjungan berikutnya :
b)
3.2.1.
3.2.2.
SC.
2.
2.1. Pada KRR diperiksa pada karnar KRR dan KRT pada kamar KRT.
2.1.1. Janin
:
DJJ, ukuran dan perubahannya, jumlah ketuban,
bagian menengah dan penurunannya, serta aktivitas janin.
2.1.2. Ibu
:
Tekanan darah, berat badan dan perubahannya,
tinggu fundus, keluhan-keluhan.
ASUHAN ANTENATAL
No. Dokumen
PROSEDUR
TETAP
Unit terkait
Tanggal terbit
No. Revisi
Halaman
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Direktur
Kebijakan
1.
Prosedur
Persiapan
2. Pelaksanaan
2.7.
Halaman
PROSEDUR
TETAP
1. Unit Rawat Jalan
Unit Terkait
No. Revisi
1/2
Ditetapkan
PROSEDUR
TETAP
Tanggal terbit
Direktur
Pengertian
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
1. Persiapan
Prosedur
1.1.
1.2.
1.3.
Gelas ukur.
1.4.
Bengkok.
1.5.
Timba.
1.6.
1.7.
Tempat kotoran.
1.8.
1.9.
2. Pelaksanaan
2.1.
2.2.
pasien.
No. Revisi
Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
2 Agustus 2008
2.3.
Memberi penjelasan pada pasien proses persalinan dan langkah
yang akan dikerjakan serta cara mengejan yang benar.
2.4.
2.5.
Melakukan anestesi lokal infiltrasi pada tempat eposiotomi
menggunakan lidocain 1%.
2.6.
2.7.
bayi.
2.11.
2.12.
Unit Terkait
(MELAHIRKAN PLASENTA)
Halaman
No. Dokumen
No. Revisi
1/2
Ditetapkan
PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tanggal terbit
Direktur
benar
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
1.
Prosedur
Persiapan
Pelaksanaan
No. Revisi
2/2
PROSEDUR
TETAP
Tanggal terbit
Unit Terkait
PADA PERSALINAN
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
1/3
Ditetapkan
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Direktur
Suatu tindakan pada ibu hamil baik yang sudah inpartu maupun yang
Pengertian
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
1
Prosedur
Persiapan
1.1.
Persiapan alat/obat.
1.1.1.
1.1.2.
1.1.3.
1.2.
Persiapan pasien.
1.3.
Pesiapan penolong.
2.
Pelaksanaan
2.1. Oksigen drip hanya diberikan bila tidak ada kontra indikasi
pemberiannya, dan bila his memang tidak adekuat.
2.2. Dipergunakan 500 cc glukose/dextrose 5 % yang ditambah dengan 5
U oksitosin.
2.3. Tetesan dimulai dengan 8 tetes/menit melakukan evaluasi selama 15
menit, bila his belum adekuat tetesan dinaikkan menjadi 4 tetes/menit
sampai timbul his yang adekuat
2.4. Tetesan maskimal adalah 40 tetesan/menit. Bila dengan 40
tetesan/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis his tetap belum adekuat maka
oksitosin dianggap gagal.
Halaman
2/3
No. Dokumen
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
2.5. Yang dimaksud dengan his yang adekuat dalam Minis adalah his yang
mempunyai sifat sebagai berikut:
2.5.1.
2.5.2.
Lamanya: 40 60 detik.
PADA PERSALINAN
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
3/3
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
3. Secondary arrest adalah tidak adanya pembukaan ostium
uteri pada persalinan fase aktif setelah dilakukan evaluasi selama
2 jam. Untuk menilai kemajuan ini seyogyanya dilakukan 1 orang.
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
01/MED/15
1/5
Ditetapkan
PROSEDUR
TETAP
Tanggal terbit
Direktur
Suatu tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan pada
suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya
EKSTRAKSI CUNAM
Pengertian
PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
2/5
maupun janin.
Tujuan
1.2.2. Indikasi Pinard Ekstraksi cunam yang mempunyai syarat sama dengan
Agarde
pasien
mendapatkan
pelayanan
optimal
indikasi
lee, hanya
di sini Pasien
harusyang
sudah
mengejan selama 2 jam.
1.2.3. Keuntungan Indikasi Profilaktik, ialah :
Kebijakan
Prosedur
1.1. Ekstraksi cunan yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu ataupun
1.2.3.2.
Kala
II diperpendek.
janinnya,
tetapi
bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila
dibiarkari, diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya.
1.2.3.4. Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala.
1.2. Indikasi Relatif dibagi menjadi :
2. Indikasi Absolut (Mutlak)
1.2.1. Indikasi De Lee. Ekstraksi cunam dengan syarat kepala sudah di dasar
2.1. Indikasi Ibu :
panggul, putaran paksi dalam sudah sempurna, levator ani sudah
terenggang, dan syaratsyarat ekstrasksi cunam lainnya sudah dipenuhi.
2.1.1. Eklamsia, preklampsia.
Ekstraksi cunam atas indikasi elektif, di negara-negara Barat sekarang
banyakRuptura
dikerjakan,
dinegara-negara tersebut banyak dipakai
2.1.2.
uterikarena
membakat
anestesia atau conduction analgesia guna mengurangi nyeri dalam
persalinan.
Anestesia
atau conduction
analgesiadan
menghilangkan
2.1.3.
Ibu dengan
penyakit
jantung, paru-paru
lain-lain. tenaga
mengejan, sehingga persalinan harus diakhiri dengan ekstraksi cunam.
2.2.
Indikasi Janin :
2.3.
Indikasi Waktu :
3. Indikasi Kontra
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen
PROSEDUR
TETAP
No. Revisi
Halaman
3/5
Tanggal terbit
5. Persiapan
Uterotonika.
Oksigen.
EKSTRAKSI CUNAM
No. Revisi
Halaman
4/5
No. Dokumen
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
6.
Teknik
6.1.
Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan panggul ibu pada
waktu cunam tersebut dipasang, maka pemasangan cunam dibagi :
6.1.1. Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap
kepala), ialah pasangan cunam dimana sumbu panjang cunam sesuai dengan
diameter mentooksipitalis kepala janin, sehingga daun cunam terpasang
secara simetrik di kiri kanan kepala.
6.1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah pcmasangan
cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai dengan sumbu panggul.
Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang bilateral
kepala dan melintang panggul. Hal ini hanya terjadi bila kepala janin sudah
dipintu bawah panggul dan ubun-ubun kecil berada di depan di bawah
simfisis.
Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna (ideal) ialah bila
:
6.1.2.l. Sutura sagitalis tegak lurus dengan bidang tangkai cunam
6.1.2.2. Ubun-ubun kecil terletak 1 jari di atas bidang tersebut.
6.2.2.
6.2.3.
6.2.4.
6.2.5.
6.2.6.
6.2.7.
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait
EKSTRAKSI VAKUM
No. Revisi
Halaman
5/5
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Ditetapkan
Direktur
jiwa ibu maupun janin. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau
Tujuan
ventouse.
Prosedur
Mangkuk (cup)
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput
EKSTRAKSI VAKUM
suksedaneum artifisialis. Dengan mangkuk inilah kepala
Halaman
diekstraksi.
Diameter mangkukNo.
: 3,Revisi
4, 5, 6, cm. Pada
No. Dokumen
2/4
PROSEDUR
TETAP
1.5.3.1.Pemegang
(extraction bandle).
Ibu
1.6.
penghisap
(vakum pomp)
3.
l. l. Pompa
Ruptura
uteri membakat.
3.1.2. Pada penyakit-penyakit dimana ibu secara
2. Indikasi
mutlak
tidak boleh mengejan, misalnya payah
2.1. Preeklampsia
Ibu
jantung,
berat.
2.1.1. Janin
Untuk memperpendek kala II, misalnya :
3.2.
a. Penyakit
jantung
3.2.1.
Letak
muka.kompensata
b.Penyakit
paru-paru
3.2.2.
After
coming fibrotik.
head.
Waktu :Janin
kala IIpreterm.
yang mamanjang.
3.2.3.
4.
SYARAT
cunarn,
EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
3/4
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
.
cunam
1.2.2.
1.2.3.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
EKSTRAKSI VAKUM
Halaman
No. Dokumen
No. Revisi
4/4
PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait
Tanggal terbit
TINDAKAN OPERATIF
Halaman
No. Revisi
1/4
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Ditetapkan
Direktur
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
1.
PERASAT CREDE
1.1. Perasat crede bermaksud melahirkan plasenta yang belum lahir secara
ekspresi.
Prosedur
2.
Syarat
3. Pelaksanaan
3.1. Fundus uteri dipegang oleh tangan kanan sedemikian
rupa, sehingga ibu jari terletak pada permukaan depan
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Revisi
Halaman
2/4
No. Dokumen
PROSEDUR
TETAP
Tanggal terbit
Indikasi
4.1.1. Retensio plasenta dan pendaralian banyak pada kala uri yang tidak
dapat diberhentikan dengan uterotonika dan masase.
4.2.
Pelaksanaan
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
01/MED/17
3/4
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
2 Agustus 2008
Walaupun orang takut bahwa pelepasan plasenta meningkatkan
insidensi infeksi tidak boleh dilupakan bahwa perasat ini justru
bermaksud menghemat darah dan menangguhkan kejadian
melahirkan plasenta paling lama 30 menit setelah anak lahir.
5.1.
Indikasi
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
Halaman
No. Dokumen
No. Revisi
4/4
PROSEDUR
TETAP
Tanggal terbit
5.2. Penatalaksanaan
Unit Terkait
PENCEGAHAN PENDARAHAN
No. Revisi
Halaman
1/2
Ditetapkan
PROSEDUR
TETAP
Tanggal terbit
Direktur
.
nifas dini yaitu perdaralran lebih dari 500 cc setelah plasenta lahir
Tujuan
Kebijakan
1. INDIKASI
1.1. Terjadi perdarahan kala nifas (lebih atau diduga lebih 500 cc sejak
plasenta lahir.
Prosedur
2. Petunjuk :
2.1 Perhitungan secara visual (sulit karena sering sudah menggumpal
atau
PENCEGAHAN PENDARAHAN
PADA KALA NIFAS DINI
Halaman
No. Dokumen
No. Revisi
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
3.6. Pernberian uterotonika kalau perlu secara kontinyu melalui
drip, dengan 20 30 unit oksitosis dalam 1000 cc cairan kristaloid
dengan kecepatan 200 cc/jam Quilligan menganjurkan pemberian
oksitosin 10 20 unit RL 5000 cc/jam disertai massege bimanual
kemudian intermitten fundal massege selama 10 20 merit
dilakukan selama beberapa jam sampai kontraksi uterus cukup
keras tanpa stimuli.
Unit Terkait
Halaman
No. Revisi
1/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Ditetapkan
Direktur
Pengertian
Kebijakan
1.
ETIOLOGI
1.3.
1.4.
2.
JENIS/TINGKAT
Halaman
2/2
No. Dokumen
PROSEDUR
TETAP
Tanggal terbit
2.2.3. Mula mula otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir
vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur, penjahitan
selaput lendir vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit perineum
dijahit dengan benang sutera secara terputus-putus.
Unit Terkait
No. Revisi
1/1
Ditetapkan
PROSEDUR
TETAP
Tanggal terbit
Direktur
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
Prosedur
1.
2.
3.
3.1. Antibiotik
3.2. Analgesik
3.3. Roborantia
3.4. Laxantia
4.
5.
Unit Terkait
Halaman
1/2
No. Dokumen
Ditetapkan
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Direktur
Pengertian
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
1.
Memeriksa
Prosedur
No. Revisi
Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait
No. Revisi
Halaman
1/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Ditetapkan
Direktur
Pengertian
.
Sebagai pedoman untuk pelaksanaan menyusui bayi secara
benar.
Tujuan
Kebijakan
1.1. Duduk
Prosedur
1.2. Berbaring
1.3. Berdiri
2.
Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.
3.
Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.
No. Revisi
Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait
PEMERIKSAAN VAGINAL
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
1/2
Tanggal terbit
Ditetapkan
PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Direktur
.
Sebagai pedoman untu.k pemeriksaan vaginal dibidang
Ginekologi, agar
Kebijakan
1.
Konseling
2. Persiapan Tindakan
2.1. Syarat :
2.1.1.
2.1.2.
Masih virgin
2.3.2.
PEMERIKSAAN VAGINAL
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
2.4.
dengan pemeriksaan tusuk vagina. Satu atau lebih jari tangan yang telah
dibasahi atau diberi pelicin dimasukkan vagina. Pada saat jari tangan
dimasukkan dirasakan derajat relaksasi vagina. Bila perlu pasien disuruh
mengejan untuk mengetahui derajat kistokel, rektokel, atau penurunan
rahim.
3.9. Pemeriksaan dimulai dengan melakukan palpasi serviks diraba tentang
konsistensinya, besar dan bentuknya, arahnya, nyeri goyang, dan apakah ada
kelainan.
PEMERIKSAAN VAGINAL
Halaman
No. Revisi
Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Ditetapkan
Direktur
3.11. Pada saat tangan menekan forniks posterior, diraba pula keadaan
ligarnen sakrouterium dan rongga douglas menonjol.
3.12. Pemeriksaan dilanjutkan dengan menekan adneksa parametrium
kanan dan kiri. Tangan yang berada di vagina menekan forniks.lateralis dan
yang berada diluar menekan dinding perut. Diraba ovarium: besarnya, nyeri
tekan, tumor dan derajat kebebasannya.
3.13. Untuk meraba lebih jelas bagian belakang rahim dan rongga
douglas, kadangkala dilakukan pula pemeriksaan rektovaginal. Jari telunjuk
dimasukkan vagina dan jari tengah dimasukkan rectum.
4. Tindak Lanjut
Unit Terkait
1.
2.
4.1.
4.2.
Menetapkan diagnosa.
Pengertian
Varcarolis dalam Intan (2005), menyebutkan pengertian dari hubungan yaitu : Relationship adalah proses
interpersonal antara dua atau lebih orang pada keseluruhan kehidupan kita menemui orang dalam setting yang
bervariasi dan membagi berbagai macam pengalaman
Bentuk hubungan
Secara umum, bentuk dari hubungan dibagi dalam :
a. Hubungan social
Hubungan social bertujuan untuk bersahabat,social,kesenangan atau menyelesaikan tugas. Kebutuhan bersama
dipenuhi selama hubungan social seperti berbagi ide, perasaan, dan pengalaman. Keterampilan komunikasi meliputi
memberikan nasihat dan kadang-kadang memenuhi kebutuhan dasar, seperti meminjam uang dan membantu
pekerjaan. Sering hanya superficial.selama interaksi social peran mungkin berganti. Dalam hubungan social,
terdapat sedikit penekanan dalam hal evaluasi dari interaksi yang dilakukan.
b. Hubungan intim
Terjadi diantara dua individu yang mempunyai komitmen emosional antara satu dengan yang lain. Dalam hubungan
ini sering kali mereka peduli tentang kebutuhan untuk pertumbuhan dan kepuasan. Dalam hubungan ini pula,
kebutuhan bersama dipenuhi dan keinginan keintiman serta fantasi dibagi. Orang mungkin ingin membina hubungan
intim untuk beberapa alasan : menjadi ayah, kepuasan seksual atau emosi, kesamaan ekonomi, memiliki secara
social, dan penurunan kesepian. Meskipun fenomena transference dan countertransference terjadi, mereka biasanya
tidak mengakui atau menguraikan dalm hubungan ini.
c. Hubungan terapeutik
Hubngan terapeutik berbeda dari hubungan diatas dimana perawat memaksimalkan keterampilan komunikasi,
pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk meningkatkan pertmbuhan klien. Fokus hubungan
adalah pad aide klien, pengalaman dan perasaan klien.
Perawat dan klien mengidentifikasi area yang memerlukan ekplorasi dan evaluasi secara periodik terhadap tingkah
perubahan klien. Peran tidak akan berubah dan hubungan tetap konsisten berfokus pada masalah klien.
Keterampilan komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang terjadi dalam hubungan terapeutik
merupakan alat yang penting sekali dalam pembentukan dan pemeliharaan hubungan, kebutuhan diri klien
diidentifikasi dan pendekatan alternatif penyelesaian masalah dibuat serta
keterampilan koping baru mungkin dikembangkan.
1)
2)
3)
4)
3.
a.
b.
c.
d.
King cit.Varcarolis (1990) Menggambarkan hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien dan
perawat. Dia mengidentifikasi empat tindakan yang harus diambil di antara perawat dank lien :
Tindakan diawali oleh perawat
Respon reaksi dari klien
Interaksi dimana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan
Transaksi dimana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan hubungan
Tujuan hubungan terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat, 2003), tujuan terapeutik yang diarahkan pada pertumbuhan klien
meliputi :
Realisasi diri, pengalaman diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri
Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi
Kemampuan membina hubungan interpersonal yang intim, saling tergantung dan mencintai
Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis
4.
3) Rencana interaksi
Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan anda lakukan pada saat berhubungan dengan berkomunikasi
bersama klien.
Teknik komunikasi apa yang anda akan terapkan, kaitkan dengan tujuan anda melakukan hubungan dengan klien.
Hal ini berhubungan dengan tahapan hubungan yang akan dilakukan. Teknik observasi apa yang perlu saudara
lakukan selama berhubungan dengan klien.
Langkah- langkah tindakan prosedur yang akan dikerjakan (SOP)
Setelah anda belajar membuat rencana interaksi berarti anda sudah siap bertemu dan berkomunikasi dengan klien.
b. Fase perkenalan/Orientasi
1) Fase perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang anda lakukan saat pertama kali bertemu dengan klien. Hal- hal yang perlu
dilakukan adalah :
a) Memberi salam;
Assalamu alaikum/selamat pagi/siang/sore/malam atau sesuai dengan latar belakang social budaya yang disertai
dengan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
b) Memperkenalkan diri perawat;
Nama saya Isara, saya senang dipanggil Isara
c) Menanyakan nama klien;
Nama Bapak/ibu/Saudara siapa, apa panggilan kesayangannya
d) Menyepakati pertemuan (kontrak);
Bunyi kesepakatan tentang pertemuan terkait dengan kebersediaan klien untuk bercakap-cakap (tempat bercakapcakap dan lama percakapan)
Contoh kominikasi :
Bagaimana kalau kita kita bercakap-cakap
Ayo kita bercakap-cakap
Di mana kita duduk? (Sebutkan)
Ayo kita duduk di sana. (Sebutkan)
Jika di klinik/ rumah sakit langsung katakana silahkan duduk!.
Jika di kamar klien, saudara langsung duduk disamping klien.
e)
Menghadapi kontrak;
Pada pertemuan awal saudara perlu melengkapi penjelasan identitas saudara sehingga saat interaksi klien percaya
pada saudara.
Contoh komunikasi :
Saya perawat yang bekerja di., saya yang akan merawat Yanti selama 3 hari.(Contoh jika panggilan sayangnyan
Yanti) Dimulai saat ini s.d , saya dating jam 07.00 dan pulang jam 14.00.
Klien menyepakati tujuan interaksi :
Saya akan membantu Yanti untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Kita bersama-sama menyelesaikan masalah yang Yanti hadapi.
f) Memulai percakapan awal;
Pada awalnya focus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit. Kemudian
dilanjutkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi format pengkajian
proses keperawatan.
Contoh komunikasi untuk mengkaji keluhan utama.
Untuk melengkapi identitas saudara :
Apa yang terjadi di rumah sampai Yanti dibawa kemari
Apa yang Yanti rasakan sampai datang kemari?
Apa yang Yanti susahkan saat ini?
Apa masalah yang Yanti rasakan?
Jika klien tidak menjawab :
Saya tidak dapat membantu jika Yanti tidak mau menceritakan hal yang Yanti hadapi. Tampaknya Yanti belum mau
cerita, kita duduk saj bersama. (10 menit).
g) Menyepakati masalah klien;
Setelah pengkajian, jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah atau kebutuhan klien.
Contoh komunikasi :
Dari percakapan kita tadi tampaknya Yanti. (Sesuai dengan kesimpulan masalah/kebutuhan yang dimiliki klien).
Gunakan bahasa yang dimengerti klien, misalnya : Tampaknya Yanti tidak nafsu makankarena merasa nyeri pada
ulu hati (untuk masalah Gastritis); Tampaknya Yanti kelihatan sesak nafas (untuk masalah asma)
h) Mengakhiri perkenalan;
Lihat terminasi sementara (pada no.5a)
2) Fase Orientasi
Fase orientasi dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya. Tujuan fase orientasi adalah
memvalidasi kekurangan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi hasil
tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersam klien.
a) Member salam;
Sama dengan fase perkenalan.
b) Memvalidasi keadaan klien;
Bagaimana perasaan Yanti hari ini?
Coba Yanti ceritakan perasaannya hari ini!
Adakah hal yang terjadi selam kita tidak bertemu? Coba ceritakan!
c) Mengingat kontrak;
Setiap berinteraksi dengan klien dikaitkan dengan kontrak yang pertemuan sebelumnya.
Yanti masih ingat jam berapa kita bertemu hari ini/pagi ini/siang ini/sore ini?
Sesuai dengan janji kita yang lalu kita akan bertemu jam. (sebutkan sesuai perjanjian)
Yanti masih ingat apa yang akan kita bicarakan/lakukan sekarang?
Sesuai dengan janji kita yang lalu sekarang saya akan memberikansuntikan lagi.
Sesuai dengan penjelasan saya tadi, sekarang ibu akan saya bantu latihan batuk efektif.
Jika klien dapat menyebutkan waktu,tempat,topic pembicaraan, anda wajib memberikan pujian (reinforcement). Fase
orientasi selalu diikuti oleh fase kerja dan terminasi sementara. Oleh karena itu komunikasinya dapat berupa kalimat
berikut :
Baiklah sekarang kita akan bicarakan tentang cara mengatasi tidak nafsu makan/cara mengelola nyeri yang ibu
rasakan (dan lain-lain dengan masalah klien).
c.
Fase kerja
Fase kerja merupakan inti hubungan perawatan klien yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan adalah :
1)
Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya , perilakunya, perasaanya, pikirannya. Tujuan ini
sering disebut tujuan kognitif.
Contoh :
Apa yang menyebabkan Yanti cemas?
Apa tanda/gejala yang Yanti rasakan saat cemas?
Kapan saja Yanti merasakan cemas?
Apa yang Yanti rasakan saat merasa cemas?
2)
Mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut tujuan efektif dan psikomotor. Contoh :
Apa yang Yanti Lakukan saat cemas?
Apa yang Yanti lakukan saat jantung berdebar-debar?
Apa dengan cara itu masalah Yanti selesai?
Apa dengan cara itu debar jantung hilang?
Apa kira-kira cara lain yang lebih baik?
Bagaimana kalau kita bicarakan beberapa cara baru? Jelaskan!
Yanti ingin mencoba cara yang mana? Baik saya akan beri contoh (lakukan demonstrasi). Coba Yanti tiru cara
tadi. Bagus, Yanti dapat melakukan dengan baik. Bagaimana kalau Yanti coba sendiri.
3)
Melaksanakan terapi/teknikal keperawatan.
Contoh :
Bagaimana rasa nyeri ibu?
Saya bantu untuk mencoba cara mengurangi rasa nyeri.
Pertama : ibu dapat mengalihkan pikiran pada pengalaman yang menyenangkan, atau membaca, atau mendengar
musik, atau bercaap-cakap.
Kedua : latihan nafas dalam-dalam. (beri contoh)
Ketiga : mengusap daerah tertentu. (beri contoh)
Mari kita coba. (Bantu klien melakukannya, beri pujian jika dapat melakukan)
Bagaimana perasaan ibu?
Nah, ibu dapat mencobanya pada saat nyeri, namun jika tidak berhasil panggil perawat.
4)
5)
Melaksanakan kolaborasi.
Contoh :
Bu, sekarang sudah pukul 12.00, saatnya ibu mendapat suntikan.
Ibu,miring kesebelah kiri.
Sedikit sakit Bu (katakan pada saat akan menyuntik), tarik napas dalam Bu,ya,sudah.
Bagaimana Bu?
Melaksanakan observasi dan monitoring.
Bu, sesuai dengan keadaan suhu Ibu yang tinggi maka setiap dua jam saya akan mengukur suhu,nadi, dan
pernafasan ibu.
Sekarang saya akan ukur suhu ibu di ketiak. Kemudian perawat meletakkan thermometer di ketiak klien, dan
katakan pada klien : dijepit ya Bu!
Saya ambil ya Bu, sekarang Ibu istirahat lagi,nanti dua jam lagi saya datang.
Fase terminasi
Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan klien. Terminasi dibagi dua, yaitu terminasi
sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementara;
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien. Pada terminasi sementara, perawat akan
bertemu lagi dengan pasien pada waktu yang telah ditentukan, misalnya : 1 (satu) atau 2 (dua) jam pada hari
berikutnya.
Isi percakapan
Evaluasi hasil;
Coba Yanti sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.
Apa saja yang telah Yanti dapat dari percakapan tadi?
Tindak lanjut;
Bagaimana kalau Yanti coba lakukan nanti di ruangan?
Yang mana yang ingin Yanti coba?
Kontrak yang akan dating
Waktu :
Kapan kita ketemu lagi?
Bagaimana kalau nanti jam kita bertemu lagi?
Kita akan bertemu lagi besok pagi.
Topik :
Apa saja yang akan kita bicarakan nanti/besok.
Bagaimana kalau kita bicara (sebutkan)
6)
d.
1)
(a)
(b)
(c)
2)
Terminasi akhir
Terminasi akhir terjadi jika klien akan pulang dari rumah sakit atau saudara selesai praktek dirumah sakit.
Isi percakapan :
(a) Evaluasi hasil
Coba sebutkan kemampuan yang didapat setelah dirawat disini
Tahap prainteraksi
Mengumpulkan data tentang klien
Mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan ketakutan diri.
Membuat rencana pertemuan dengan klien (kegiatan,waktu, tempat).
Tahap orientasi
Memberikan salam dan tersenyum pada klien
Melakukan validasi (kognitif,psikomotor,afektif) (biasanya pada pertemuan lanjutan memperkenalkan nama
perawat)
Menanyakan nama panggilan kesukaan klien
Menjelaskan peran perawat dank lien
Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
Menjelaskan tujuan
Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
Menjelaskan kerahasiaan
Tahap kerja
Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya
Menanyakan keluhan utama/ keluhan yang mungkin berkaitan dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan
Memulai kegiatan dengan cara yang baik
Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
Tahap terminasi
Menyimpulkan hasil kegiatan : evaluasi proses dan hasil
Memberikan reinforcement positif
Merencanakan tindak lanjut dengan klien
Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, topik)
Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik
*) Mungkin tidak perlu dilakukan pada pertemuan selanjutnya, kecuali pada kondisi tertentu, misalnya pada klien
dengan gangguan jiwa yang perlu dijelaskan lagi beberapa hal di atas.
Ringkasan tugas utama perawat dalam tiap tahap dari proses hubungan terapeutik
1995)
Fase
Tugas
Prainteraksi
Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
Menganalisa kekuatan profesional diri dan keterbatasan
aan anda
DIMENSI RESPON
Dimensi respon yang harus dimiliki oleh perawat ada 4 (empat) :
Kesejatian
Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang sebenarnya.Kesejatian
dipengaruhi oleh :
a. Kepercayaan diri
Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan mampu menunjukkan kesejatiannya pada pada saat
keadaan yang tidak nyaman dimana kesejatian yang ditampilkan akan mengakibatkan resiko yang tertentu.
b. Persepsi terhadap orang lain.
Apabila seorang melihat orang lain meempunyai kekuatan yang lebih besar dan menguasai kita akan mempengaruhi
bagaimana kita akan menampilkan seperti apa diri kita yang sebenarnya.
c.
Lingkungan.
Lingkungan terdiri dari waktu dan tempat. Tempat dimana seseorang berada dimuka publik (auditorium, panggung,
dan lain-lain) akan mengakibatkan seseorang merasa sulit untuk menunjukkan seperti apa dirinya yang sebenarnya.
Wakyu yang terbatas juga akan mengakibatkan seseorangtidak mampu menunjukkan siapa dia yang sebenarnya.
Contoh :
Ada seseorang klien yang menyukai anda sebagai perawat di sebuah bangsal. Dia menanyakan nomor telepon anda,
sering memandang anda dengan mesra, dan berusaha membuat kotak badan yang sering. Dia bahkan akan
mengundang anda untuk makan malam.
Sebagai perawat,
Pikiran anda
: Saya harus memberikan pelayanan yang professional.
: Capek juga nih orang, sebenarnya saya juga suka, tapi (terdapat inkongruen antarapikiran dan perasaan).
Bagaimana anda menunjukkan kesejatian tanpa meninggalakan keprofesionalas sebagai perawat ?
Contoh respons :
yah mungkin saya akan pergi dengan anda, kita lihat saja nanti.
(Respons ini kurang tepat karena tidak ada kejelasan didalamnya akan maksud dari perawat)
Semua lelaki sama saja, anda menangani perawat seperti bermain sesuatu. Diamlah tuan, saya punya
pekerjaan. (Respon ini menunjukkan keagresifan perawat)
saya senang menerima undangan anda setelah anda pulang dari rumah sakit. Meskipun begitu, saat anda disini saya
ingin membuat hubungan dimana saya merasa member anda dank klien lain asuhan keperawatan yang terbaik. Saya
ingin menangani semua klien dengan sama karena saya piker tidaklah adil untuk menunjukkan kefavoritan kepada
anda. Dapatkah anda mengerti posisi saya ? (Respon kesejatian tanpa meninggalkan profesionalisme perawat)
2. Empati
1.
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain, bahwa kita telah memahami bagaimana
perasaan orang lain tersebut dan apa yang menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang
lain.
Beberapa aspek dari empati antara lain :
a.
Aspek Mental
Kemampuan melihat dunia orang lain dengan menggunakanparadigma orang lain tersebut. Aspek mental juga
berarti memahami orang tersebut serta memahami orang tersebut secara emosional dan intelektual.
b.
Verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap perasaan dan alasan reaksi emosi klien. Aspek
verbal dalam menunjukkan memerlukan hal-hal :
Kekuratan ;
Merupakan ketetapan pengungkapan verbal terhadap perasaan atau masalah klien.
Kejelasan
Ungkapan empati harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai dengan apa yang dirasakan orang yang kita beri
empati.
Kealamiahan
Perawat menggunakan kata-kata sendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Mengecek
Fungsi dari mengecek adalah untuk mengetahui apakah response empatik yang kita lakukan tersebut efektif.
1.
2.
3.
4.
c.
1.
Kehangatan;
Kehangatan yang ditunjukkan secara non verbal antara lain :
Kondisi muka;
Dahi : rileks, tidak ada kerutan.
Mata : kontak mata yang nyaman, gerakan mata natural.
Mulut : rileks, tidak cemberut dan menggit bibir, tersenyum jika perlu, rahan rileks.
Ekspresi : tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran, menunjukkan perhatian dan ketertarikan.
a.
b.
-
Kondisi postur/sikap.
Tubuh : berhadapan, parallel dengan lawan bicara.
Kepala : duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama, menganggukkan kepala jika perlu.
Bahu : mudah digerakkan dan tidak tegang.
Lengan
: mudah digerakkan, tidak memegang kursi atau tembok.
Tangan : tidak memegang atau menggenggam diantara keduanya, tidak mengetuk-ngetuk pena/bermain dengan
objek.
Dada : napas biasa, tidak nampak menelan.
Kaki : tampak nyaman, tidak menendang.
Telapak kaki : tidak mengetuk.
2.
3.
Kesejatian
Kesejatian merupakan kesamaan respons non verbal dan respons verbal serta ketertarikan dan perhatian dengan
lawan bicara.
Respek/hormat
Respek mempunyai pengertian perilaku yang menunjukkan kepedulian/perhatian, rasa suka, dan menghargai
klien,. Perawat menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima klien tanpa syarat. (Stuart dan Sundeen,
1995).
Dengan respek maka perawat akan dapat mengakui kebutuhan orang lain untuk dipenuhi, dimengerti dan dibantu
dalam keterbatasan waktu yang dimiliki oleh perawat.
Perilaku respek dapat ditujukkan dengan (Smith, 1992) :
a.
Melihat kearah klien.
b.
Memberikan perhatian yang tidak terbagi.
c.
Memelihara kotak mata.
d.
Senyum pada saat yang tidak tepat.
e.
Bergerak kearah klien.
f.
Menentukan sapaan yang disukai.
g.
Jabat tangan atau sentuhan yang lembut.
4.
Mereka
Klien
Perawat
Konkret
Yang spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tindak
lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah daapt mempertahankan respons perawat terhadap perasaan klien, penjelasan
dengan akurat tentang masalah dan mendorong klien dan memikirkan masalah yang spesifik.
Contoh :
Klien
: Aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak menggangguku.
: membuat aku marah karena mereka tahu bahwa aku sangat berperasaan
halus.
Perawat
: Siapa yang ingin membuat kamu marah ?
: Keluargaku. Orang berpikir berada dalam keluarga besar merupakan berkah. Itu adalah kutukan.
: Apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang yang membuatku
marah di rumah?
Skenario kasus :
Ny.putri 35 tahun, dirawat di ruang bedah dengan post operasi laparatomi hari kedua. Ny. Putri mengeluh
nyeri pada area bekas operasi. Pasien mendapatkan obat analgetik untuk mengurangi rasa sakitnya. Selama
dua hari pasien mengatakan sulit tidur karena nyeri yang dirasakan. Tetapi pada hari ketiga pasien tidak
minum obat analgetik. Pasien mengatakan Tadi malam saya tidak minum obat untuk menghilangkan rasa
sakit yang saya rasakan, dan Alhamdulillah semalam saya bisa tidur dengan nyenyak. Ini adalah malam
pertama saya bisa tidur nyenyak selam dua hari terakhir.
Anda sebagai perawat yang merawat Ny. Putri, bagaimana komunikasi yang anda gunakan untuk
menunjukkan bahwa anda empati dan respek terhadap Ny. Putri?
DIMENSI TINDAKAN
1.
Konfrontasi
Pengertian konfrontasi : proses interpersonalyang digunakan oleh perawat untuk memfasilitasi, memodifikasi dan
perluasan dari gambaran diri orang lain (Smith [1992] dikutip Intan [2005]).
Tujuan dari konfrontasi yang dilakukan adalah : agar orang lain sadar adanya ketidaksesuaiaan pada dirinya dalam
hal perasaan, tingkah laku, dan kepercayaan (Stuart dan Sundeen, 1995)
Dua bagian konfrontasi (Smith [1992] dikutip Intan[2005])
b.
a. Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif/ merusak.
Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang produktif dengan jelas dan konstruktif.
Pasien
Perawat
Kesegeraan
Kesegaraan mempunyai konotasi sebagai sensivitas perawat pada perasaan klien dan kesediaan untuk mengatasi
perasaan dari pada mengacuhkannya (Stuart dan Sundeen, 1995)
Berespon dengan kesegeraan berarti berespon pada apa yang terjadi antara perawat dan klien saat itu dan di tempat
itu. Karena dimensi ini mungkin melibatkan perasaan dari klien terhadap perawat, kesegeraan ini dapat menjadi
suatu hal yang sulit untuk dicapai (Wilson dan Kneisl, 1983).
Contoh :
: Staf disini tidak peduli pada kliennya, mereka menangani kita seperti anak-anak dan buka orang dewasa.
: Saya heran mengapa kamu merasa bahwa kami tidak memperdulikan atau mungkin kami yang tidak mengerti
pendapatmu?.
3.
Membuka diri
Membuka diri adalah membuat orang lain tahutentang pikiran, perasaan, dan pengalaman pribadi kita (Smith,
1992). Membuka diri dapat dilakukan dengan :
a. Mendengar ; mendengar yang dilakukan disini dimaksudkan mengerti dan bukan untuk menjawab
b. Empati
c. Membuka diri
d. Mengecek
Contoh :
Seorang klien berkata, minggu lalu saya merasa sangat takut, ketika suami saya baru pulang dari rumah sakit.
Dia mulai batuk, dan wajahnya memerah. Kemudian dia mengalami nyeri dada. Saya pikir dia akan meninggal.
Untunglah saya melihat nitrogliserin di dalam lemari. Saya segera memberikan kepadanya dan berangsur-angsur
tenang. Nyerinya hilang. untunglah.
Contoh membuka diri :
Wanita ini ingin mendengar pesan dari anda sehubungan dengan pengalamannya (mendengar). Saya dapat
menduga betapa takutnya anda Karena serangan jantung tersebut. Bahkan mungkin lebih menakutkan lagi karena
anda dirumah tanpa alat-alat emergency. Betapa senangnya ketika nitrogliserin itu bekerja (empati). . Ayah saya
mengalami nyeri yang sangat hebat juga. Saya juga mengalami kecemasan yang sangat menakutkan. Ketika saya
mengharapkan nitrogliserin akan bekerja, saat itu saya merasa putus asa dan tak punya harapan (membuka diri).
Apakah kamu merasakan hal yang sama minggu lalu? (cek) .
4.
Emosional Katartis
Kegiatan terjadi pada saat klien didorong untuk membicarakan hal- hal yang sangt mengganggunya untuk
mendapatkan efek terapeutik (Stuart dan sundeen, 1995).
Pemaksaan emosional katarsis yang dilakukan akan menyebabkan klien akan menjadi panik dimana klien
bertahan dan tidak mempunyai alternative mekanisme koping yang cukup. Di sini perlu pengkajian dan kesiapan
klien untuk mendiskusikan masalahnya. Jika klien sulit mengungkapkan perasaannya, perawat perlu membantu
mengekspresikan perasaan klien. Misalnya dengan cara : hal itu membuatmu merasa bagaimana?
Contoh dialog :
: Apa yang dulu kamu rasakan saat bosmu mengoreksi di depan banyak orang?
: Ya, aku mengerti bahwa dia perlu meluruskanku, dan dia orang dengan tipe pemarah
: Sepertinya kamu bertahan terhadap perilakunya, saya takjub dengan apa yang kamu rasakan saat itu.
: Uhsebel. Saya kira . (diam)
: Hal itu mebuatku marah jika trjadi padaku
: Ya, saya juga. Tapi kamu tidak dapat membiarkan hal ini, kamu tahu. Kamu harus merahasiakan semu ini karena
ada orang banyak. Tapi dia dapat membiarkan ini terjadi. Oh, . Tentu dia dapat membicarakan aku semaunya, dan
aku ingin dia tahu apa yang aku rasakan.
5.
Bermain peran
Yang dimaksud bermain peran adalah tindakan untuk membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan
penghayatan klien kedalam hubungan manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut
pandang lain dan juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi baru dalam lingkungan yang aman (Stuart
dan Sundeen , 1995)
Bermain peran digunakan untuk melatih kemampuan unpan balik konstruktif dengan lingkungan yang mendukung
dan tidak mengancam ( Schultz dan Videbeck , 1998)
Bermain peran terdiri dari beberapa tahap (Stuart dan Sundeen , 1995)
Mendefenisikan masalah
Menciptakan kesiapan untuk bermain peran
Menciptakan situasi
Membuat karakter
Penjelasan dan pemanasan
Pelaksan memerankan suatu peran
Berhenti
Analisis dan diskusi
Evaluasi
Perawat
Klien
Perawat
Klien
Perawat
Klien
KEBUNTUAN TERAPEUTIK
Kebuntuan terapeutik adalah hambatan kemajuan hubungan antara perawat dank lien dimana hambatan itu terjadi
baik dari klien maupun dari perawat sendiri. Ada lima hambatan kebuntuan terapeutik, yaitu : resistens, transferens,
countertransferens, dan bondary violation
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
1. Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas atau kegelisahan yang dialami.
Ini juga merupakan keengganan alamiah atau penghindaran secara verbal yang dipelajari. Klien yang resisten
biasanya menunjukkan ambivalensi antara menghargai tetapi juga menghindari pengalaman yang menimbulkan
cemas padahal hal ini merupakan bagian normal dalam proses terapeutik. Resisten ini sering akibat dari
ketidaksesuaian klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resisten biasanya
diperlihatkan oleh klien pada fase kerja, karena pada fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaiaan masalah
(Stuart dan Sundeen dalam Intan. 2005)
Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen , 1995)
Supresi dan represi informasi yang terkait
Intensifikasi gejala
Devaluasi diri serta pandangan dan keputusasaan tentang masa depan
Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba-tiba tetapi hanya kesembuhan yang bersifat sementara
Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien mengatakan ia tidak mempunyai pikiran apapun atau
tidak mampu memikirkan masalahnya, saat ia tidak memenuhi janji untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk suatu
sesi, lupa, diam, atau mengantuk
Pembicaraan yang bersifat permukaan/ dangkal
Penghayatan intelektual dimana klien memverbalisasi pemahaman dirinya dengan menggunakan istilah yang tepat
namun tetap berprilaku maladaptive, atau menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti
penghayatan
Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah mempunyai penghayatan tetap menolak memikul
tanggung jawab untuk berubahdengan alas an bahwa normalitas adalah hal yang tidak penting
Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sakit terhadap perawat yang pada
dasarnya terkait dengan tokoh dengan kehidupan yang dulu)
Perilaku amuk atau tidak rasional
2. Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku terhadap perawat yang sebetulnya berawal
dari berhubungan dengan orang-orang tertentu yang bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan
Sundeen , 1995)
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini diabaikan dan tidak ditelaah
oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi transference yaitu reksi bermusuhan dan tergantung.
Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :
Bungkus (15 tahun) adalah klien yanag dirawat dirumah sakit karena demam berdarah. Tanpa sebab yang jelas klien
ini marah-marah kepada perawat Gengki. Setelah dikaji, ternyata Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang pernah
menyakiti hatinya. Hal ini dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya
terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.
Contoh reaksi transference tergantung ( Intan, 2005) :
Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat bidadari. Perawat itu mempunyai wajah dan suara mirip Ibu
klien, sehingga dalam setiap tindakan keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta perawat bidadari yang
melakukannya.
a.
b.
3. Coutertransference
Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat dan bukan oleh klien. Hal ini dapat
mempengaruhi hubungan perawat-klien.
Beberapa bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005):
Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.
Menekan perasaan selama atau sesudah sesi.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
a.
b.
c.
Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat, atau melampaui waktu yang telah
ditentukan.
Mengantuk selama sesi.
Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah.
Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien.
Berdebat dengan klien atau kecendrungan untuk memaksa klien sebelum ia siap.
Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan tujuan keperawatan yang telah
diidentifikasi.
Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.
Melamunkan atau memikirkan klien.
Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
Perasaan cemas, gelisah atau persaan bersalah terhadap kien
Kecendrungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau cara memandang pada informasi
yang di berikan klien.
Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.
Reaksi coutrtrasference biasanya dalam tiga bentuk ( Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005):
Reaksi sangat mencintai atau caring.
Perawat Dono melakukan perawatan pada klien dini dengan cara yang berlebih-lebihan yaitu dengan cara ,masih
berlama-lama mengobrol dengan klien tersebut padahal masih banyak klien yang perlu di tangani.perawat Dono
juga mencoba menolong klien dengan segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan yang telah diidentifikasi.
Reaksi sangat bermusuhan.
Perawat Dora mempunyai klien yang sangat Menjenkelkan.Derry (25 tahun) Derry ini selalu marah-marah dan
menjengkelkan perawat Dora sangat dendam pada klienini dan selalumengacuhkan Derry meskipun dia
membutuhkan pertolongan
Reaksi sangat cemas sering kali di gunakan sebagai respon terhadap resistensi.
d. Batas uang
Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa uang. Disini juga perluadanya perhatian
mengenai tawar-menawar terhadap klien miskin tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya pelanggaran
batas.
e. Batas pemberian hadiah dan pelayanan
Masalah ini controversial dalam keperawatan, namun yang pasti hal ini melanggar batas.
f. Batas pakaian
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara tepat dalam hubungan terapeutik perawat
dank lien. Dimana perawat tidak diperbolehkan memakai pakaian yang tidak sopan.
g. Batas bahasa ;
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi dengan klien. Tidak terlalu akrab,
mengarah sikap seksul dan memberikan pendapat dengan nada menggurui merupakan pelanggaran batas.
h. Batas pengungkapan diri secara personal;
Mengungkapkan diri secara personal dari perawat yang tidak berhubungan dengan tujuan terapeutik dapat mengarah
kepada pelanggaran batas.
i. Batas kontak fisik;
Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah melanggar batas atau tidak. Beberapa jenis
kontak fisik/ seksual terhadap kien yang tidak pernah tercangkup dalam hubungan terpeutik antara perawat dengan
klien.
Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan dengan klien, perawat sejak awal interkasi
perlu menjelaskan atau membuat kesepakatan bersama klien tentang hubungan yang mereka jalin. Kemudian selama
berinteraksi perawat harus berhati-hatidalam berbicara agar tidak banyak terlibat dalam komunikasi sosial. Dengan
selalu berfokus pada tujuan interaksi, perawat bisa terhindar daripelanggaran terhadap batas-batas dalam
berhubungan dengan klien.selalu mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi setiap kali bertemu dengan klien juga
dapat menghindari pelanggaran batas ini.(Suryani 2006).
Contoh pelagggaran batas yaitu (Intan 2005):
Klien mengajak makan perawat siang atau maka malam di luar.
Klien memperkenalkan perawat pada keluarganya.
Perawat menerimah pemberian hadiah dari bisis klien.
Perawat menghadiri acara-acara sosial.
Klien member perawat hadiah.
Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien.
Perawat secara teratur memberi informasi personal kepada klien.
Hhubungan professional berubah menjadi hubungan sosial.
Perawat menghadiri undangan klien.
A. Pengertian Konseling
Konseling
adalah
adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi
terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang
dihadapi (Lusa, 2009).
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan Keluarga Berencana, bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat memberi pelayanan
(Sulistyawati, 2011).
Konseling adalah suatu hubungan timbal balik antara konselor (bidan) dengan
konseli (klien) yang bersifat profesional baik secara individu atau pun kelompok,
yang dirancang untuk membantu konseli mencapai perubahan yang berarti dalam
kehidupan (Yulifah, 2009).
Konseling adalah pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak
membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri
kemudian bertindak sesuai keputusannya.
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti
petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
digunakan sesuai dengan pilihannya. Konseling yang baik juga akan membantu klien
dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan
Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada
satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Dengan informasi yang
lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan kepada klien dalam memutuskan
ntuk memilih kontrasepsi (Informed Choice).
B. Tujuan Konseling
1.
2.
3.
Membantu klien memilih metode kontrasepsi yang terbaik bagi mereka sehingga aman
dan sesuai keinginan klien
4.
Membantu klien agar menggunakan cara kontrasepsi yang mereka pilih secara aman &
efektif
5.
6.
Khusus kontap, menyeleksi calon akseptor yang sesuai dengan metode kontrasepsi
alternatif
C. Keuntungan Konseling
Konseling yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada
pelaksana kesehatan maupun penerimalayanan KB. Adapun keuntungannya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
D. Jenis Konseling
Konseling umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB ) serta kader yan sudah mendapatkan pelatihan onseling yang standar.
Konselin umum sering dilaukan dilapangan (nonklinik). Tugas utama dipusatkan
pada pemerian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara
perseorangan. Konseling umum meliputipenjelasan
umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara
kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
2.
Konseling spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Pelayanan
konseling spesifik dilakukan di klinik dan diupayakan agar diberikan secara
perorangan di ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk
melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling lapangan. Konseling spesifik
berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntunganketerbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
3.
a.
Informed Choice
Informed
choice merupakan
bentuk
persetujuan
pilihan
tentang:
Metode kontrasepsi yang
dipilih
oleh kliensetelah
memahami
kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya atau keluarganya. Pilihan
tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif, akurat
dan mudah dimengerti oleh klien. Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari
berbagai alternatif yang tersedia.
b.
Informed Consent
Informed consent merupakan :
1)
Bukti
tertulis
tentang
persetujuan
terhadap
metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien.
prosedur
klinik
suatu
2)
Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi
tertentu klien tidak dapat melakukan hal tersebut.
3)
terhadap
Persetujuan
tindakan
medik
(Informed
Consent)
berisi
tentang
kebutuhan reproduksi klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan
dilakukan. Ada penjelasan tentang risiko dalam melakukan prosedur klinik tersebut.
Standar prosedur yang akan dilakukan dan upaya untuk menghindarkan
risiko,klien menyatakan mengerti tentang semua informasi tersebut diatas dan
secara sadar memberikan persetujuannya.
Informed consent juga dilakukan pada pasangannya dengan alasan sebagai
berikut :
1)
Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa pasangannya secara sadar
telah memberikan persetujuan terhadap tindakan medik.
2)
3)
E. Teknik Konseling
Percakapan konseling KB bersifat terbuka dan terjadi dua arah. Tujuannya untuk
membantu calon atau peserta KB dalam memenuhi kebutuhannya memilih cara KB
dan mengatasi kesulitan dalam pemakaian alat KB, misalnya karena mengalami
efek samping. Bentuk percakapan ada dalam konseling KB adalah percakapan dua
arah. Dalam percakapan dua arah diperlukan kemampuan mendengar yang baik
dan aktif. Selain itu juga diperlukan kemampuan untuk menyelami perasaan orang
lain agar dapat memperkirakan dengan tepat maksud pembicaraan dan
keinginannya.
1.
a.
b.
Cobalah menempatkan diri anda kedalam situasi yang dibicarakan untuk dapat
lebih memahami keadaan dan merasakan yang dikemukakan klien.
c.
d.
e.
Usahakan dapat mengukur tingkat pemahaman anda berdua tentang hal yang
dibicarakan. Untuk itu ulangi beberapa bagian percakapan yang anda anggap
penting. Tanyakan pada klien apakah benar hal yang dimaksudkannya, sampai anda
berdua meyakini bahwa pembicaraan anda berdua sama.
f.
Duduk dengan nyaman, hindari melakukan gerakan yang bisa merusak suasana,
seperti melihat jam atau sering berdiri untuk mengambil buku atau keperluan
lainnya. Usahakan untuk tetap bertatap muka dengannya selama melakukan
pembicaraan.
2.
a.
Bicaralah dengan suara yang menunjukkan perhatian dan minat untuk membantu dan
menunjukkan sikap bersahabat.
b.
Ajukan satu pertannyaan setiap saat dan tunggulah jawaban. Jangan memaksa dengan
beberapa pertannyaan sekaligus.
c.
d.
1)
2)
e.
Pakailah kata-kata seperti Lalu?, Dan?, Oooo. Komentar kecil ini biasanya
mampu mendorong untuk terus bercerita lebih lanjut.
f.
g.
Cari bentuk pertanyaan lain apabila ternyata klien tidak begitu mengerti maksud
pertanyaan anda.
3.
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.
Percakapan dua arah memberi kesempatan kepada calon peserta KB untuk dapat
memantapkan pemahamannya mengenai pemakaian alat KB sehingga klien dapat
memilih sendiri dengan tepat dan benar, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
dirinya.
c.
Percakapan dua arah membuat klien yakin pada pilihan dan sikapnya, karena tahu
persis alasan mengambil keputusan tersebut sehingga tidak mudah terpengaruh
omongan orang atau pengalaman orang lain yang kurang baik
d.
Percakapan dua arah yang memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya,
membuat klien tahu bahwa apabila mengalami gangguan dalam menggunakan alat KB,
klien tahu bahwa cara-cara KB lain yang dapat digunakan, yang dapat dipertimbangkan
dan dipilih.
e.
Percakapan dua arah menimbulkan keyakinan dan kemantapan yang akan membuat
klien menjadi peserta KB lestari.
F. Langkah Konseling
Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien baru, hendaknya dapat
dierapkan 6 langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan SATU
TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secar berurutan karena harus disesuaikan dengan
kebutuhan klien. Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah
yang satu dibanding dean langkah yang lain. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai
berikut:
SA = SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin
terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan
kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
T
= Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan
kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang
disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba tempatkan
diri kita didalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami
pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat membantunya.
= Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa piihan reproduksi yang
paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis
kontresepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang
ada. Juga jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang mungkin diinginkan oleh klien.
Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
TU =BanTulah klien menentukan pilihananya. Bantulah klien berpikir mengenai apa yang
paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan
keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas
membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis
kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya juga memberikan dukungan dengan
pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut kepada
pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan
yang tepat. Petugas dapat menanyakan: Apakah Anda sudah memutuskan pilihan jenis
kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan?
J
= Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien
akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu
masalah.
2.
4.
5.
6.
Petugas memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar
memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaannya. Petugas
juga memperlihatkan dan menjelaskan dengan fllip charts, poster, pamflet, atau
halaman bergambar. Petugas juga perlu melakukan penilaian bahwa klien telah
mengerti. Jika memungkinkan, klien dapat membawa bahan-bahan tersebut ke rumah.
Ini akan membantu klien mengingat apa yang harus dilakukan juga harus memberitahu
kepada orang lain.
2.
3.
Ingin menolong calon peserta KB agar mereka bisa mengikutinya dengan aman dan
nyaman
4.
Mau dan berusaha memahami perasaan calon peserta atau peserta KB dalam
melaksanakan KB
5.
Tahu dan mengerti informasi yang benar untuk disampaikan kepada calon peserta atau
peserta KB
6.
konsistensinya akan berubah seiring waktu. Jelaskan tentang jumlah dan konsistensisnya yang normal
dari lokia. Sangat penting menjaga kebersihan, mengganti pembalut secara teratur, dan menjaga vagina
tetap kering dan bersih.
b. Nyeri setelah kelahiran pada fundus. Mulas terjadi karena rahim berkontaraksi agar ia dapat kembali ke
keadaan sebelum hamil. Selain itu, dipengaruhi oleh pemberian obat-obatan dan proses menyusui. Ada
beberapa hal yang dapat ibu lakukan untuk mengatasi rasa nyeri, antara lain:
Cegah agar kandung kemih tidak penuh
Berbaring telungkup dengan sebuah bantal dibawah perut
Mandi, duduk, berjalan-jalan, atau mengubah posisi
Minum parasetamol kira-kira satu jam sebelum menyusui
Pastikan ibu mengerti bahwa kontraksi ini sangat penting untuk mengendalikan pendarahan
c. Perineum. Vagina dan vulva akan sedikit memerah, bengkak, lecet dan nyeri, mungkin juga terluka.
Selain itu, terasa alebih lembut. Biasanya akan hilang setelah 1-2 minggu. Tindakan untuk mengurangi
rasa nyeri :
Kompres es
Rendam duduk
Latihan Kegel
d. Hemoroid. Sangat wajar terjadi hemoroid karena tekanan kepala dan upaya meneran. Ada beberapa hal
untuk mengurangi rasa nyeri ini, yaitu :
Rendam duduk
Hindari duduk terlalu lama
Banyak minum dan makan makanan berserat
Bidan dapat menggunakan salep Nupercainal
e. Diuresis/diaforesi. Saat hamil, tubuh menyimpan cairan yang banyak. Setelah lahir, tubuh
membuangnya lewat urine dan keringat. Hal ini terjadi pada minggu pertama pascabersalin. Anjurkan ibu
untuk tidak menghambat proses ini. Tetaplah minum air putih yang banyak, hindari menahan berkemih,
kenakan pakaian yang menyerap keringat, dan lain-lain
f. Bengkak dan pembesaran payudara. Lakukan beberapa hal berikut.
Kompres hangat payudara dengan kain atau handuk yang dihangatkan, atau mandi air hangat.
Jika bengkak, perah ASI secara manual sebelum memberikanya pada bayi.
Jika bayi sudah kenyang dan payudara masih penuh, perah susu secara manual.
Gunakan BH/bra yang baik.
Jika perlu, minum parasetamol untuk mengurangi rasa sakit.
g. Hubungan seksual. Dapat dilakukan pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4 jika tidak ada pendarahan
dan luka episiotomi sudah sembuh. Untuk mengurangi rasa nyeri, gunakan lubrikasi. Penetrasi penis
Asuhan Kebidanan Ibu Postpartum Di Rumah
JADWAL KUNJUNGAN DI RUMAH
Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan
ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalahmasalah yang terjadi.
Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik,
melaksanakan skirining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat, serta memberikan pelayanan keluarga berencana.
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya ibu mengalami keletihan setelah
proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beristirahat, sehingga mereka enggan
untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan
pertolongan persalinan datang melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan
keluarga juga berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian
sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan
anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas.
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling. Dalam memberikan
asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang
respek dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan
perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada pelaksanaannya bisa cukup umur, sehingga bidan akan
memberi banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan
suatu pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.
1. Perencanaan Kunjungan Rumah
a. Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien ke
rumah
b. Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan ke
rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.
c. Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
2. Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan. Tindakan kewaspadaan ini dapat
meliputi:
a. Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien
b. Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat perhatikan keadaan disekitar lingkungan
rumah klien
c. Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan
d. Beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai (Ambar, 2009).
Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena seluruh
komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu sehat maka akan menghasilkan
bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat. Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan
bahagia.
Jadwal kunjungan rumah paling sedikit dilakukan 4x, yaitu diantaranya :
1. Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu melahirkan
dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin keadaan ibu masih rawan
dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat
masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri.
c. Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara menyusui yag
baik, mencegah nyeri puting dan perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
d. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
e. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
f. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2
jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .
g. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang semestinya, adakah tanda-tanda
perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
h. Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus.
i. Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
j. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan
arah Z menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan dengan
tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan
tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu
siap. Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap
pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang
keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan
mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak
menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu,
metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
Untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2% kehamilan. Meskipun beberapa
metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah
haid lagi.
Sebelum menggunakan metode KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
a. Bagaiman metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya
b. Kelebihan/ keuntungan
c. Kekurangannya
d. Efek samping
e. Bagaimana menggunakan metode ini.
f. Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
Jika seorang ibu telah memiliki metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi