Вы находитесь на странице: 1из 19

ASKEP CEMAS (ANSIETAS)

BAB I
PEMBAHASAN
A. DEFINISI.
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektiof dari seseorang. Pengertian lain
cemas adalah suatu keadaan yang membuat sesorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa
tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak berdaya.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan
dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap
penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi
tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 1990, hal 75).
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala
somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA).
Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi
emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas
pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat,
berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi,
insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala
utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya

energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
B.Etiologi ansietas:
1. Teori neurobiologi
1

Amygdala sebagai pusat komunikai antara bagian otak yang memproses input sensori
dan bagian otak yang menginterpretasikan input (amygdala mengidentifikasi
informasi sensori yang masuk sebagai ancaman da kemudian menimbilkan perasaan
cemas/takut).

Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordinasikan rasa takut, memory dan emosi
dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stressor.

b. Teori psikologi
1

Harga Diri Rendah

Pemalu pada masa kanak-kanak

Orang tua yang pemarah, terlalu banyak kritik

Ketidaknyamanan dengan agresi Sexual abuse

Mengalami peristiwa yang menakutkan.

c. Teori Kognitif
Cemas

sebagai

manifestasi

dari

penyimpangan

berpikir

dan

membuat

persepsi/kebiasaan/perilaku individu memandang secara berlebihan terhadap suatu


bahaya.

Faktor Resiko ansietas


a

Wanita 2x lebih besar dari laki-laki.

Etnik Perpisahan

Pernah mengalami kekerasan fiik saat anak-anak, seksual abuse

Status social ekonomi rendah

Riwayat keluarga (pernah ada penyimpangan yang hamper sama)

Substance or stimulus abus

C.Patofisilogi

D.Tanda dan gejala kecemasan


Gejala-gejala kecemasan ditandai pada tiga aspek :
1. Aspek biologis/fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tarikan nafas
menjadi pendek dan cepat, berkeringat dingin, termasuk di telapak tangan, nafsu makan hilang,
mual/muntah, sering buang air kecil, nyeri kepala, tak bisa tidur, mengeluh, pembesaran pupil
dan gangguan pencernaan.
2. Aspek intelektual/kognitif; seperti ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan perhatian dan
keinginan, tidak bereaksi terhadap rangsangan lingkungan, penurunan produktivitas, pelupa,
orientasi lebih ke masa lampau daripada masa kini/masa depan.
3. Aspek emosional dan perilaku; seperti penarikan diri, depresi, mudah tersinggung, mudah
menangis, mudah marah dan apatisme.

E.Tingkatan kecemasan
1. Kecemasan ringan.
a. Invidividu waspada
b. Lapang persepsi luas
c. Menajamkan indra
d. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memcahkan masalah secara
efektif
e. Menghasilkan pertumbuhan dsn kreatif
2. Kecemasan sedang
a. Invdividu hanya focus pada pikiran yang menjadi perhatiannya
b. Terjadi penyempitan lapang persepsi
c. Masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain
3. Kecemasan berat
a. Lapang persepsi individu sangat sempit
b. Perhatian hanya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang
hal hal yang lain
c. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak
perintah/arahan untuk focus pada area lain
4. Panic
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Individu kehilangan kendali diri dan detil


Detil perhatian hilang
Tidak bias melakukan apa pun meskipun dengan perintah
Terjadi peningkatan aktivitas motoric
Berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain
Penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi

secara efektif
g. Biasanya di sertai dengan disorganisasi kepribadian
Kriteria serangan panic adalah palpitasi, berkeringat, gemetar, atau goyah, sesak napas, merasa
tersedak, nyeri dada, mual, dan distress abdomen, pening, derealisasi atau depersonalisasi,
ketakutan kehilangan kendali diri, ketakutan mati, dan parestasia.

F. PENYEBAB

1. Faktor predisposisi (pendukung)


Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
a. Peristiwa traumatic
b. Konflik emosional
c. Gangguan konsep diri
d. Frustasi
e. Gangguan fisik
f. Pola mekanisme koping keluarga
g. Riwayat gangguan kecemasan
h. Medikasi
2. Factor presipitasi
a. Ancaman terhadap integritas fisik
Sumber internal
Sumber eksternal
b. Ancaman terhadap harga diri
Sumber internal
Sumber eksternal
G.Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan
Ada dua system koping yang digunakan pada sesorang yang mengalami kecemasan.
1. Task Oriented Reaction: individu menilai secara objektif.
2. Ego Oriented Reaaction: melindungi diri sendiri, tidak menggunakan secara realitas.
Sedangkan untuk mekanisme pertahanan ego bila digunakan terus-menerus akibatnya ego
bukannya mendapat perlindungan, melainkan lama kelamaan akan mendapatkan
ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme ini tidak realistic, mengandung banyak unsur
penipuan diri sendiri dan distorsi realistas (pemutar balikan realitas) meliputi hal-hal berikut:
1. Kompensasi.
Menonjolkan kelebihan untuk menutupi kekurangan.
2. Penyangkalan (denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas.
3. Pemindahan (displacement).
Pengalihan emosi yang ditujukan pada sesorang atau benda yang netral/tidak mengancam
dirinya.
4. Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitas.
5. Identifikasi.

Ingin menyamai seorang figure yang diidealkan, dimana salah satu ciri atau segi tertentu
dari figure itu ditransfer pada dirinya. Dengan demikian ia merasa harga dirinya
bertambah tinggi.
Contoh:
Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan artis idolanyayang ia kagumi.
6. Intelektualisasi.
Alasan atau logika yang berlebihan.
7. Introjeksi.
Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-norma dari luar
diikuti atau ditaati sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman luar.
Contoh:
Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai dialihkan dengan cara
menyalahkan diri sendiri.
8. Proyeksi.
Hal ini berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan orang lain atas kelalaian dan
kesalahan-kesalahan atau kekurangan diri sendiri, keinginan-keinginan, serta impulsimpuls sendiri.
Contoh:
Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap
rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya.
9. Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa/tingkah lakunya menurut alas an yang seolah-olah rasional
sehingga tidak menjatuhkan harga dirinya.
Contoh:
Munawir yang menyalahkan cara mengajar dosennya ketika ditanyakan oleh orang
tuanya mengapa nilai semeternya buruk.
10. Reaksi formasi.
Beritingkah laku yang berlangsung bertentang dengan keinginan-keinginan, perasaan
yang sebenarnya. Mudah dikenal karena sifatnya ekstrim dan sukar diterima.
Contoh:
Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya akanm memperlakukan orang tersebut
dengan kasar.
11. Regresi.
Kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat primitive).
Contoh:
Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika seorang adiknya dilahirkan.
12. Reperesi.
Penyingkiran unsur psikisik (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga menjadi
hal yang dilupakan/tidak dapat diingat lagi. Represi membantu individu mengntrol
impuls-impuls berbahaya.

13. Sublimasi.
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh
masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu
individu atau masyarakat. Oleh karena itu, impuks harus diubah bentuknya sehingga
tidak merugikan individu/masyrakat sekaligus mendapatkan pemuasan.
Contoh:
Impuls agresif disalurkan ke olahraga, usaha-usaha yang bermanfat.
14. Supresi.
Menekan hal atau pikiran yang tidak menyenangkan, dapat mengarah ke represi.
15. Undoing.
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu
kesalahan.
Contoh:
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera memperlakukan
penuh dengan kasih saying.
Untuk mekanisme koping terhadap kecemasan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Menyerang
Pola konstruktif: berupa memecahkan masalah secata efektif.
Pola destruktif: marah dan bermusuhan.
2. Menarik diri.
Menjauhi sumber stress.
3. Kompromi.
Mengubah cara kerja penyelesaian, menyesuaikan tujuan atau mengorbankan salah
satu kebutuhan pribadi.

H.Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

konsentrasi dan perhatian berkurang;


harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
tidur terganggu;
nafsu makan berkurang.

Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis
dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta
kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya
biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya
dibanding ansietas, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres
kehidupan.
I.Tingkat ansietas sebagai berikut:
1.

Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi

2.

bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.


Ansietas sedang.
Memungkinkan

seseorang

untuk

memusatkan

pada

hal

yang

penting

dan

mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap
lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain.
3.

Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan
pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk

4.

dapat memusatkan pada satu area lain.


Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran
yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus
dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi
walaupun sudah diberi pengarahan.

J.

RENTANG RESPON ANSIETAS.

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).


K.

TINGKAT ANSIETAS.
Tingkat ansietas sebagai berikut:

1.

Ansietas ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi

2.

bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.


Ansietas sedang.
Memungkinkan

seseorang

untuk

memusatkan

pada

hal

yang

penting

dan

mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap
lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan
mengesampingkan hal lain.
3.

Ansietas berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan
pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk

dapat memusatkan pada satu area lain.


4. Tingkat panik dari ansietas.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak
mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran
yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus
dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini

individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi
walaupun sudah diberi pengarahan.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
1.

PENGKAJIAN.
Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a.
Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID dan superego.
ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku,
berfungsi menengahi hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
b.

mengingatkan ego bahwa ada bahaya.


Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan
interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti perpisahan dan
kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah

mengalami perkembangan ansietas yang berat.


c.
Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih
d.

sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.


Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.

e.

Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini mungkin
membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA)
juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai

akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan
fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus
a.

dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :


Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang

atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.


b.
Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi
3.

sosial yang terintegrasi seseorang.


Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku dan
secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan
kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Sistem Tubuh
Kardiovaskuler

Pernafasan

Neuromuskular

Gastrointestinal

Perkemihan

Respons
Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Napas epat.
Pernapasan dangkal.
Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.
Rasa tercekik.
Terengah-engah.
Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gerakan yang janggal.
Kehilangan nafsu makan.
Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Rasa tidak nyaman pada abdominal.
Rasa terbakar pada jantung.
Nausea.
Diare.
Tidak dapat menahan kencing.
Sering kencing.

Kulit

Rasa terbakar pada mukosa.


Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.


Sistem
Perilaku

Kognitif

Afektif

4.

Respons
Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.
Mudah terganggu.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Ketakutan.
Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


Sumber Koping.

Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping
tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok, kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
5.

berhasil.
Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk
mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan
penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa

yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a.
Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan
b.

untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.


Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika
berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka
mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang dikategorikan
untuk mengatasi ansietas :

a.

Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).


Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor

yang ada secara realistis, yaitu :


1)
Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2)
Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis.
3)
Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan
personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang
digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan
ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1)

Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas

2)

menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.


Penyangkalan (Denial).

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme


pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3)
Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau
kurang mengancam terhadap dirinya.
4)

Disosiasi.

Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5)
Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan
pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
7)
Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar
(pembentukan superego)
8)
Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau
pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9)
Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan.
Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10)

Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah

rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.


11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung

bertentangan

dengan

keinginan-

keinginan,perasaan yang sebenarnya.


12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila keinginan
terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13)

Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau
bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme

ego yang lainnya.


14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.

15)

Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan
yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.

16)

Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan
analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran
seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.

17)

Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau
komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
Penyelesaian kerusakan.
Kecemasan.
Pola napas tidak efektif.
Koping individu tidak efektif.
Diam.
Gangguan pembagian bidang energi.
Ketakutan.
Inkontinensial.
Stres.
Cedera resiko terhadap......
Perubahan nutrisi.
Respon pasca trauma.
Ketidakberdayaan.
Gangguan harga diri.
Gangguan pola tidur.
Isolasi sosial.
Perubahan proses berfikir.
Gangguan eliminasi urine.

C. INTERVENSI.
Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;

Membina hubungan saling percaya.

Melakukan aktifitas sehari-hari.

Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.

Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.

Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.


1.

Klien terlindung dari bahaya.


Ansietas Ringan.
Deskripsi
Ansietas
ansietas
motivasi
keseharian

ringan

adalah
a)
b)
normal dimana
c)
individu
pada
d)
dalam

batas
e)
kemampuan
untuk
f)
melakukan dan memecahkan
g)
h)
masalah meningkat.
i)
j)

Batasan Karakter
Tidak nyaman.
a)
Gelisah.
b)
Insomnia ringan.
Perubahan nafsu makan
c)
ringan.
Peka.
d)
Pengulangan pertanyaan.
e)
Perilaku mencari perhatian.
Peningkatan kewaspadaan.
Peningkatan persepsi
f)

Intervensi
Gerakan tidak tenang.
Perhatikan
tanda

pemecahan masalah.
Mudah marah.

dan fuktual.
Sadari

g)

peningkatan ansietas.
Bantu klien menyalurkan
energi secara konstruktif.
Gunakan obat bila perlu.
Dorong
pemecahan
masalah.
Berikan informasi akurat
penggunaan

mekanisme pertahanan.
h)
Bantu
dalam
mengidentifikasi
keterampilan

koping

yang

berhasil.
i)
Pertahankan cara yang
j)

tenang dan tidak terburu.


Ajarkan latihan dan tehnik
relaksasi.

2.

Ansietas Sedang.
eskripsi
Ansietas

sedang

Batasan Karakter
Intervensi
adalah
a)
Perkembangan dari ansietas
a)
Pertahankan sikap tidak

cemas yang mempengaruhi ringan.


b)
Perhatian terpilih dari
pengetahuan baru dengan
lingkungan.
b)
penyempitan
lapangan
c)
Konsentrasi hanya pada
persepsi sehngga individu
tugas-tugas individu.
c)
kehilangan pegangan tetapi
d) Suara bergetar.
e)
Ketidaknyamanan jumlah
dapat mengikuti pengarahan
d)
waktu yang digunakan.
orang lain.
f)
Takipnea.
e)
g) Takikardia.
f)
h)
Perubahan dalam nada

tergesa-gesa,

tenang

bila

berurusan dengan pasien.


Bicara dengan sikap
tenang, tegas meyakinkan.
Gunakan kalimat yang
pendek dan sederhana.
Hindari menjadi cemas,
marah, dan melawan.
Dengarkan pasien.
Berikan kontak

fisik

suara.
dengan menyentuh lengan
i)
Gemetaran.
dan tangan pasien.
j)
Peningkatan ketegangan
g)
Anjurkan
pasien
otot.
menggunakan
tehnik
k)
Menggigit kuku, memukulrelaksasi.
mukulkan
jari,
h)
Ajak
pasien
untuk
menggoyangkan kaki dan
mengungkapkan
mengetukkan jari kaki.
perasaannya.
i)
Bantu pasien mengenali
dan

3.

menamai

ansietasnya

Ansietas Berat.
Deskripsi
Batasan Karakter
Pada ansietas berat lapangan
a)
Perasaan terancam.
a)
b)
Ketegangan otot yang
persepsi menjadi sangat
berlebihan.
menurun.
Individu
c)
Diaforesis.
b)
cenderung memikirkan hal
d) Perubahan pernapasan.
e)
Napas panjang.
yang sangat kecil saja dan
f)
Hiperventilasi.
mengabaikan hal yang lain.
g)
Dispnea.
c)
h)
Pusing.
Individu
tidak
mampu
i)
Perubahan
berfikir
realistis
dan
gastrointestinalis.
membutuhkan
banyak
j)
Mual muntah.
d)
k)
Rasa terbakar pada ulu hati.
pengarahan, untuk dapat
l)
Sendawa.
e)
memusatkan pada daerah
m) Anoreksia.
n)
Diare atau konstipasi.
lain.
o)
Perubahan kardivaskuler. f)
p) Takikardia.
q)
Palpitasi.
g)
r)
Rasa tidak nyaman pada
prekokardia.
s)
Berkurangnya
t)

persepsi secara berat.


Ketidakmampuan

Intervensi
Isolasi

untuk

dalam

lingkungan yang aman dan


tenang.
Biarkan perawatan dan
kontak

sering

sampai

konstan.
Berikan obat-obatan pasien
melakukan hal untuk dirinya
sendiri.
Observasi adanya tandatanda peningkatan agitasi.
Jangan mennyentuh pasien
tanpa permisi.
Yakinkan pasien bahwa
dia aman.
Kaji keamanan dalam
lingkungan

jarak

pasien

sekitarnya.

berkonsentrasi.
u)
Rasa terbakar.
v)
Kesulitan
w)

dan

ketidaktepatan pengungkapan.
Aktivitas yang tidak

berguna.
x)
Bermusuhan.
4.

Panik.
Deskripsi
Adalah
tingkat

dimana
a)

Batasan Karakter
Intervensi
Hiperaktif / imobilitasi
a)
Tetap bersama pasien ;

individu berada pada bahaya berat.


minta bantuan.
b)
Rasa terisolasi yang
b)
Jika mungkin hilangkan
terhadap diri sendiri dan
ekstrim.
beberapa stressor fisik dan
orang lain serta dapat
c)
Kehilangan desintegrasi
psikologisdari lingkungan.
menjadi
diam
atau
kepribadian.
c)
Bicara dengan tenang,
menyerang dengan cara
d)
Sangat goncang dan ototsikap
meyakinkan,
kacau.
otot tegang.
menggunakan nada suara
e)
Ketidakmampuan untuk
yang rendah.
berkomunikasi
dengan
d) Katakan pada pasien bahwa
kalimat yang lengkap.
anda (staf) tidak akan
f)
Distori persepsi dan
membahayakan
dirinya
penilaian yang tidak realistis
sendiri atau orang lain.
terhadap lingkungan dan
e)
Isolasikan pasien pada
ancaman.
daerah yang aman dan
g)
Perilaku kacau dalam usaha
nyaman.
melarikan diri.
f)
Lanjut dengan perawatan
h)
Menyerang.
ansietas berat.

DAFTAR PUSTAKA
Mallapiang.2003.keperawatan jiwa.Jakarta:EGC.

Lynda juall carpenito dan moyet.2007.Buku saku diagnosis keperawatan.jakarta:EGC.

Вам также может понравиться