Вы находитесь на странице: 1из 8

MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH

Banyak sekolah-sekolah yang tidak dapat melakukan kegiatan belajar


mengajar secara optimal hanya karena masalah keuangan, baik untuk menggaji
guru maupun untuk mengadakan sarana dan prasarana pembelajaran. Meskipun
tuntutan reformasi sekarang adalah pendidikan yang murah dan berkualitas,
namun pendidikan yang berkualitas senantiasa memerlukan dana yang cukup
banyak. Dalam hal ini, kepala sekolah memiliki tanggung jawab terhadap
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggung jawaban keuangan sekolah.
Masalah keuangan sekolah dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan politik yang
berkembang di masyarakat. Untuk menjadi kepala sekolah profesional dituntut
untuk memiliki kemampuan mengelola keuangan sekolah, baik melakukan
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggung jawabannya.
A. Konteks Politik dan Ekonomi Keuangan Sekolah
Politik memegang peranan penting dalam proses keuangan. Beberapa
tema yang berkaitan dengan konteks politik dan ekonomi keuangan sekolah,
antara lain bahwa sekolah dipandang memiliki pengaruh secara politik dan
ekonomis masyarakat. Dua pembahasan utama uang dan pendidikan, serta
keputusan politik dan keuangan sekolah akan dibahas dibawah ini :
1. Uang dan Pendidikan, berdasarkan sudut pandang ekonomi dan bisnis.
Uang memiliki peranan penting dalam pendidikan dalam tiga area, yaitu:
a. Ekonomi pendidikan yang berkaitan dengan pengeluaran masyarakat
keseluruhan.
b. Keuangan sekolah yang berkaitan dengan kebijakan sekolah
terhadap layanan kepada peserta didik.
c. Pajak administrasi bisnis sekolah yang harus diorganisir secara
langsung berkaitan dengan tujuan kebijakan.
Dalam kaitannya dengan uang dan pendidikan, pegawai administrasi
sekolah memiliki tugas dan harus bertanggung jawab dalam hal-hal
sebagai berikut :
a. Perencanaan anggaran dan finansial
b. Pengaturan pemasokan
c. Perencanaan dan peningkatan fasilitas sekolah.
d. Hubungan dengan masyarakat.
e. Pengaturan pegawai

f. Penataran
g. Pelaksanaan apa yang telah direncanakan
h. Transportasi
i. Layanan makanan
j. Keuangan dan laporan
k. Manajemen kantor
2. Keputusan politik dan keuangan sekolah, berkaitan dengan orang
yang akan membayar dana atau biaya pendidikan dan peserta didik yang
menjadi subjek pendidikan, dan harus dipertimbangkan dan dijadikan
keputusan sebagai sebuah aturan. Dalam keputusan politik dan keuangan
sekolah juga perlu dipertimbangkan masalah-masalah organisasi politik
yang berkaitan dengan keuangan sekolah.
Keputusan politik dan keuangan sekolah yang dilakukan oleh pemerintah
ditandai oleh sentralisasi (hanya ada satu perintah yang harus dipatuhi),
kompulsi (pajak harus dibayar), dan hanya ada satu keputusan dalam
memecahkan masalah. Sedangkan keputusan politik dan keuangan
sekolah yang dilakukan oleh pribadi atau dalam sektor pribadi sangat
jelas, bahwa pembeli harus menginginkan apa yang akan dibeli sesuai
dengan harga jual dari apa yang diinginkan.
B. Perencanaan Keuangan Sekolah
Perencanan keuangan sekolah mencakup 2 kegiatan, yaitu :
1. Penyusunan Anggaran Keuangan Sekolah/Anggaran Belanja Sekolah
(ABS)
Penyusunan anggaran keuangan sekolah dikembangkan dalam format
yang meliputi :
a. Sumber Pendapatan terdiri dari UYHD, DPP, dan lain-lain;
b. Pengeluaran untuk kegiatan belajar mengajar,
pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana, bahan-bahan dan alat pelajaran,
honorarium, dan kesejahteraan.
Lipham (1985)

mengungkapkan

empat

fase kegiatan

pokok

penyusunan anggaran sebagai berikut :


a. Perencanaan anggaran; merupakan kegiatan mengidentifikasi tujuan,
menentukan prioritas, menjabarkan tujuan ke dalam penampilan
operasional yang dapat diukur, membuat rekomendasi alternatif
pendekatan untuk mencapai sasaran.

b. Mempersiapkan anggaran; antara lain menyesuaikan kegiatan dengan


mekanisme anggaran yang berlaku bentuknya, distribusi, dan sasaran
program

pengajaran

dirumuskan

dengan

jelas.

Melakukan

inventarisasi kelengkapan peralatan, dan bahan-bahan yang telah


tersedia.
c. Mengelola pelaksanaan anggaran; antara lain mempersiapkan
pembukaan,

melakukan pembelanjaan dan membuat transaksi,

membuat perhitungan,
prosedur

kerja

yang

mengawasi pelaksanaan sesuai dengan


berlaku

serta

membuat

laporan

dan

pertanggungjawaban keuangan.
d. Menilai pelaksanaan anggaran; antara lain menilai pelaksanaan proses
belajar-mengajar, menilai bagaimana pencapaian sasaran program,
serta membuat rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan
datang.
Perencanaan keuangan sekolah memerlukan data yang akurat dan
lengkap sehingga semua perencanaan kebutuhan masa yang akan datang
dapat diantisipasi dalam rancangan. Beberapa faktor yang turut
mempengaruhi keuangan sekolah antara lain: laju pertumbuhan peserta
didik, inflasi, pengembangan program, dan perbaikan serta peningkatan
pendekatan belajar mengajar.
2. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS)
Proses pengembangan RAPBS pada umumnya menempuh langkahlangkah pendekatan dengan prosedur sebagai berikut :
a. Pada tingkat kelompok kerja
Kelompok kerja yang dibentuk sekolah dibagi menjadi beberapa tim,
kemudian tim tersebut melakukan identifikasi kebutuhan dan biaya
yang diperlukan. Setelah itu tim melakukan analisis kebutuhan mana
yang mendesak dan tidak. Dan kepala sekolah menjadi penanggung
jawab.
b. Pada tingkat kerjasama dengan Komite sekolah
Kerjasama antara komite sekolah dengan kelompok kerja yang telah
terbentuk di sekolah, melakukan rapat pengurus dan rapat anggota

bersama komite sekolah dalam rangka mengembangkan kegiatan yang


harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan RAPBS.
c. Sosialisasi dan Legalitas
Setelah RAPBS dibicarakan dengan komite sekolah selanjutnya
disosialisasikan kepada berbagai pihak. Pada tahap sosialisasi dan
legalitas ini kelompok kerja melakukan konsultasi dan laporan pada
pihak pengawas, serta mengajukan usulan RAPBS kepada Kantor
Inspeksi Pendidikan untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan.
C. Pelaksanaan Keuangan Sekolah
Pelaksanaan keuangan sekolah

dalam

garis

besarnya

dapat

dikelompokkan ke dalam dua kegiatan yaitu


1. Penerimaan
Berdasarkan buku pedoman rencana, program dan penganggaran,
sumber dana pendidikan yang dapat dikembangkan dalam anggaran
belanja sekolah antara lain meliputi anggaran rutin (DIK); anggaran
pembangunan (DIP); penunjang pendidikan (DPP); dana masyarakat;
donatur dan lain-lain yang dianggap sah oleh semua pihak. Pendanaan
dan pendayagunaan sumber pendidikan dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat dan/atau keluarga peserta didik (Pasal 33 No. 2 Tahun 1989).
Prosedur pembukuan penerimaan keuangan sekolah di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional, tampaknya menganut pola panduan
antara pengaturan pemerintah pusat dan sekolah. Artinya terdapat
beberapa anggaran yang telah ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang
intinya pihak sekolah tidak boleh menyimpang dari petunjuk penggunaan
atau pengeluarannya, dan sekolah hanya sebagai pelaksana pengguna
dalam tingkat mikro kelembagaan.
Untuk uang yang harus dipertanggungjawabkan (UYHD), ditunjuk
bendahara oleh pihak berwewenang dan sebagai atasan langsungnya
adalah kepala sekolah. Uang yang dibukukan merupakan aliran masuk
dan keluar setelah mendapat perintah dari aliran atasan langsung.
Sedang uang yang diterima dari masyarakat, ditunjuk bendahara lain
dengan sepengetahuan dan kesepakatan pihak komite sekolah ditunjuk
dari anggota sesuai dengan persetujuan musyawarah. Berkaitan dengan

aliran keuangan yang berasal dari masyarakat, sekolah dalam hal ini
pengguna harus mendapat persetujuan komite sekolah.
2. Pengeluaran
Pengeluaran sekolah berhubungan dengan pembayaran keuangan
sekolah untuk pembelian beberapa sumber atau input dari proses sekolah
seperti tenaga administrasi, guru, bahan-bahan, perlengkapan, dan
fasilitas. Dalam SKB Mendikbud dan Menkeu No. 0585 / K1997 dan No.
590 / kmk 03/03/1987, tanggal 24-9-1987 tentang peraturan SPP dan
DPP meliputi:

pelaksanaan pelajaran,

pengadaan prasarana/sarana,

pemeliharaan sarana dan prasarana, kesejahteraan pegawai,

kegiatan

belajar, penyelenggaraan ujian, dan pengiriman/penulisan STTB/NIM,


perjalanan dinas supervisi,

pengelolaan pelaksanaan pendidikan, dan

pendataan.
Dalam manajemen keuangan sekolah, pengeluaran keuangan
(UYHD) harus dibukukan sesuai dengan pola yang ditetapkan oleh
peraturan. Beberapa hal yang harus dijadikan patokan bendahara dalam
pertanggungjawaban pembukuan, meliputi format buku kas harian, buku
tabelaris, dan format laporan daya serap penggunaan anggaran serta
beban pajak. Dalam penyusunan anggaran belanja sekolah dilaksanakan
oleh kepala sekolah dibantu para wakilnya yang ditetapkan oleh
kebijakan sekolah, serta komite sekolah di bawah pengawasan
pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
D. Evaluasi dan Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah
Evaluasi dan pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dicapai harus
dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses ini juga disebut
evaluasi ataupun evaluation involves auditing. Auditing merupakan
pembuktian dan penentuan bahwa yang dimaksud dengan yang dilaksanakan,
sedang apa yang dilaksanakan sesuai dengan tugas. Proses ini menyangkut
penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan dana kepada
pihak-pihak yang berhak.
Evaluasi dan pertanggungjawaban

keuangan

diidentifikasikan ke dalam tiga hal yaitu :


1. Evaluasi pengendalian penggunaan alokasi dana

sekolah

dapat

Dalam evaluasi keuangan sekolah, kepala sekolah perlu melakukan


pengendalian pengeluaran keuangan selaras dengan anggaran belanja yang
telah ditetapkan. Artinya sebagai pimpinan harus bertanggung jawab
terhadap masalah internal manajemen keuangan.
Secara administrasi pembukuan setiap pengeluaran dan pemasukan
setiap bulan ditandatangani sebagai berita acara. Kepala sekolah sebagai
atasan langsung bertanggung jawab penuh atas pengendalian, sedangkan
pengawasan dari pihak berwenang melalui pemeriksaan yang dilaksanakan
oleh instansi vertikal, seperti dari Dinas Pendidikan, dan Bawasda.
2. Pertanggungjawaban keuangan sekolah
Pertanggungjawaban penerimaan dan penggunaan keuangan sekolah
dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan triwulan kepada :
a. Kepala Dinas Pendidikan
b. Kepala Badan Administrasi Keuangan Daerah (BAKD)
c. Kantor Dinas Pendidikan
Pertanggungjawaban yang dikenal dengan Uang Yang Harus
Dipertanggungjawabkan (UYHD), dilaporkan setiap bulan kepada pihak
yang ditetapkan sesuai dengan format dan ketepatan waktu. Khusus untuk
keuangan komite sekolah, bentuk pertanggungjawaban sangat terbatas
pada tingkat pengurus dan tidak secara langsung kepada orang tua peserta
didik.
3. Keterlibatan Pengawasan Pihak Eksternal Sekolah
Sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya, pengawasan
keuangan pihak eksternal sekolah dilaksanakan oleh petugas dari Bawasda
dan Dinas Pendidikan, baik dana yang bersumber dari pemerintah
(UYHD, OPF, dan DBO) maupun dana dari masyarakat (orang tua peserta
didik). Pengawasan manajemen keuangan yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan dan Bawasda tersebut dilakukan secara rutin satu tahun sekali
melalui pemeriksaan pembukuan keuangan sekolah.
E. Politik dan Evaluasi Manajemen Keuangan Sekolah
Analisis

politik

tradisional

menjelaskan

pembagian

kekuasaan

pemerintah dalam tiga kategori yaitu legislative, eksekutif dan yudikatif. Dua
area penting mencakup pajak pemerintah pusat dan pajak lokal. Kebijakan

konvensional yang telah ada mengemukakan bahwa pajak pemerintah pusat


sedikit progresif dari pada oajak property sekolah lokal.
Kebijakan pemerintah diaktualisasikan melalui serangkaian tuntutan
lingkungan yang menyediakan masukan pada struktur-struktur politik.
Struktur formal ini adalah cabang-cabang pemerintah yang beragam dan
sementara. Tuntutan lingkungan termasuk lingkungan sosial, ekonomi dan
kondisi

pedagogik

sebagaimana

halnya

tekanan

kelompok

yang

berkepentingan. Penyelidikan keuangan diambil alih terutama untuk


menginformasikan lingkungan politik yang tak tentu.
F. Pendanaan Berbasis Anak dan Masa Depan Keuangan Sekolah
Dalam pendanaan berbasis anak, pemerintah pusat mungkin diibaratkan
sebagai pemerintah nasional. Individu dianggap sebagai swasta, sehingga
terdapat beberapa hal yang berkaitan yang dapat dijabarkan ke dalam tiga
alterbatif berikut :
1. Pendanaan penuh Negara pada sekolah umum secara langsung
mengarah pada dimensi alokasi. Mereka akan menempatkan sebuah
perkiraan dalam pengeluaran pada distrik sekolah dengan pengeluaran
tinggi tetapi meningkatkan pendapatan Negara bagian pada distrik miskin
dan pengeluaran rendah.
2. Voucher atau kredit pajak : pendanaan pada anak. Alternative ini
dikembangkan untuk membentuk kembali keuangan pendidikan yang
terdiri dari voucher dan kredit pajak. Pendanaan berbasis anak diartikan
sebagai sebagai suatu upaya untuk memasukkan kedua mekanisme
sekolah swasta dan pemerintah. Perbedaan nya terletak pada kebanyakan
sekolah swasta dimana kredit pajak akan mendapatkan sedikit dana dari
pemerintah.
3. Pendanaan berbasis anak (CBF) ini berbeda dengan dua alternative
lainnya, karena program ini ditekankan pada masalah manajemen
sekolah. Pendaan berbasis anak membuka berbagai kemungkinan pada
lokasi dan distribusi uang akibatnya ide voucher.

DAFTAR PUSTAKA
E. Mulyasa. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Вам также может понравиться