Вы находитесь на странице: 1из 27

WRAP UP BLOK GINJAL DAN SALURAN KEMIH

SKENARIO 2
ANYANG-ANYANGAN

KELOMPOK B-16

Ketua
Pramudika

: Rizky Gumelar
1102012254

Sekertaris
Anggota

: Siti Amanda Seanuria

1102012277

: Yenny Agustina

1102011295

Rizqyta Austrianasari Armarildo

1102012255

Siti Andriati
Fitriana

1102012278
Syifa

Amalia

1102012289
Syifa Ananta Khairunnisa

1102012290

Sylvia Resna Sari

1102012291

Tamara Firdaus Anindhita


William Sitner

1102012292
1102012306

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp. 62.21.4244574 Fax. 62.21. 4244574
2013
SKENARIO 2
ANYANG-ANYANGAN
Seorang perempuan muda, usia 23 tahun, belum menikah datang ke dokter puskesmas
dengan keluhan nyeri saat buang air kecil dan anyang-anyangan berulang. Keluhan ini
dirasakan sejak dua hari yang lalu. Dalam pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan kecuali
nyeri tekan supra pubik. Pada pemeriksaan mikroskopis urin didapatkan peningkatan
leukosit. Kemudian pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan kultur urin.
KATA SULIT

1. Anyang-anyangan: buang air kecil secara terus menerus tetapi urin yang dikeluarkan
dalam jumlah kecil.

2. Nyeri tekan suprapubik: perasaan tidak enak ketika ditekan pada rongga abdomen,
diatas symphysis pubis.

3. Pemeriksaan kultur urin: pemeriksaan untuk melihat ada tidaknya pertumbuhan


bakteri atau mikroorganisme di media kultur.
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Mengapa terdapat nyeri tekan suprapubik?


= karena terdapat hipereaktivitas pada vesika urinaria yang terdapat di daerah
suprapubik.

2. Apa yang menyebabkan nyeri pada saat buang air kecil?


= karena terjadi inflamasi dan radang di vesika urinaria sehingga apabila vesika
urinaria terisi oleh urin akan menyebabkan sakit saat buang air kecil.

3. Apa hubungan jenis kelamin, usia, status nikah dengan keluhan yang dialami oleh
pasien?
= pada jenis kelamin, wanita lebih sering terkena penyakit ini karena ureter wanita
lebih pendek dibandingkan ureter laki-laki. Pada usia, pria dengan usia lebih dari 50
tahun lebih sering terkena dikarenakan ada resiko kanker prostat. Status nikah
berhubungan dengan keluhan ini karena untuk membedakan dengan penyakit menular
seksual.

4. Mengapa terjadi peningkatan leukosit?


= karena terjadi infeksi bakteri pada pasien ini.

5. Apa bakteri yang mungkin menyebabkan penyakit ini?


= E.coli, Klebsiella, dll.

6. Hasil pemeriksaan apa yang didapatkan selain leukositosis?


5

= ditemukannya bakteri 10 koloni/ml.

7. Apa yang menyebabkan pasien ini merasakan anyang-anyangan?


= karena adanya pembengkakan pada vesika urinaria yang menyebabkan rasa ingin
buang air kecil walaupun urin di dalam vesika urinaria masih sedikit.

8. Pemeriksaan apa yang bisa dilakukan selain kultur urin?


= pencitraan, foto polos abdomen, BNO

9. Apa diagnosis pasien ini?

= infeksi saluran kemih bawah

10. Bagaimana penatalaksanaan pasien ini?


= diberikan antibiotik

11. Bagaimana cara istinja menurut pandangan islam?


= menggunakan air yang bersih

12. Bagaimana hukumnya apabila tidak sengaja mengeluarkan urin (terus menerus)
ketika sedang sholat?
= boleh, karena urin bukan merupakan najis yang tergolong berat dan keadaan ini
(anyang-anyangan) merupakan sesuatu yang darurat.
HIPOTESIS
Infeksi saluran kemih bisa disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan
infeksi saluran kemih adalah E.coli. Hal ini dikarenakan E.coli merupakan flora normal di
usus yang mungkin bisa keluar bersama feses. Apabila kita tidak membersihkan daerah
kemaluan kita dengan bersih, E.coli bisa masuk ke dalam saluran kemih kita. Pada wanita,
infeksi saluran kemih sangat sering terjadi dibandingkan pada laki-laki (karena uretra wanita
lebih pendek dibandingkan uretra laki-laki). Bakteri yang masuk ke dalam saluran kemih kita
akan menyebabkan inflamasi pada vesicae urinaria. Inflamasi ini akan menyebabkan gejala
seperti nyeri saat buang air kecil, rasa ingin mengeluarkan urin secara terus-menerus
(anyang-anyangan). Pada pemeriksaan fisik, akan ditemukan nyeri tekan suprapubik. Selain
itu, pada pemeriksaan laboratorium akan ditemukan leukositosis, pertumbuhan bakteri lebih
5
dari 10 koloni/ml. Tatalaksana untuk penderita ISK adalah diberikan terapi antibiotik.
SASARAN BELAJAR

LI.1

Memahami dan Menjelaskan Saluran Kemih Bagian Bawah


LO.1.1

Memahami dan Menjelaskan Makroskopik

LO.1.2

Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik

LI.2

Memahami dan Menjelaskan Proses Berkemih

LI.3

Memahami dan Menjelaskan Mikroorganisme Penyebab Infeksi Saluran Kemih

LI.4

Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih


LO.4.1

Memahami dan Menjelaskan Definisi

LO.4.2

Memahami dan Menjelaskan Etiologi

LO.4.3

Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi

LO.4.4

Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi

LO.4.5

Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi

LO.4.6

Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis

LO.4.7

Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding

LO.4.8

Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana

LO.4.9
Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
LO.4.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis

LO.4.11 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan

LI.5

Memahami dan Menjelaskan Istinja dan Salisul-baul

27
LI.1

Memahami dan Menjelaskan Saluran Kemih Bagian Bawah

LO.1.1
Memahami dan Menjelaskan Makroskopik
Vesicae Urinaria
Vesicae urinaria adalah kantong urine (bulibuli) yang merupakan tempat muara saluran
urinarius ureter dextra dan sinistra dan terdapat dalam rongga pelvis.
Struktur anatomi vesicae urinaria:

a.

Berbentuk piramid 3 sisi apex menuju ventral atas, basis (fundus) menuju
dorso caudal, dan corpus terletak antara apex & fundus.

b.

Pada bagian kanan atau kiri fundus vesicae ada muara kedua ureter disebut
ostium uretericum vesicae dan daerah tersebut berbentuk segitiga disebut
trigonum vesicae. Pada basis caudal terdapat jalan keluar urine menuju urethra
disebut ostium urethra internum vesicae.

c.

Pada apex vesicae terdapat jaringan ikat yg merupakan sisa embryologis dari
Urachus yg menuju umbilicus disebut ligamentum vesico umbilicalis
medianum

d.

Mempunyai lapisan fibrosa, serosa dan tunica muscularis. Pada tunica


muscularis terdapat serabut otot stratum longitudinalis dari apex ke fundus dan
stratum circulare yang melingkari ostium interneum vesicae. m.destrusor
vesicae (merangsang urine) dan m.sphincter vesicae (mempertahankan urine
dalam vesicae)

e. Pada daerah trigonal vesicae terdapat otot lanjutan stratum longitudinalis yang
menghubungkan kedua ostium uretericum dan membentuk plica inter
uretericum untuk menutup vesicae jika sudah penuh

Vesicae Urinaria mendapatkan perdarahan dari pembuluh darah sebagai berikut:

1. A . Vesicalis Superior cabang dari A. Hypogastrica.

2. A . Vesicalis Inferior cabang dari A. Hypogarstica.


Vesicae Urinaria di urus oleh syaraf otonom parasympatis yang berassal dari N.Splanchnicus
pelvicis (sacral 2-3-4) dan syaraf sympatis ganglion symphaticus (lumbal 1-2-3)

Urethra
Adalah saluran terakhir dari sistem urinarius mulai dari ostium urethra internum sampai
ostium urethra externum, Urethra pada laki-laki lebih panjang dari wanita, sebab pada lakilaki ada penis dan kelenjar prostat, pada wanita tidak ada. Pada laki-laki lebih panjangnya 1820 cm, dan pada wanita hanya 3-4 cm.
Pada laki-laki, urethra terbagi atas 3 daerah:

a. Urethra pars prostatica mulai dari ostium urethra internum sampai urethra
yang ditutupi oleh glandula prostat & berada di rongga pelvis.

b. Uretra pars membranacea mulai dari urethra pars prostatica sampai bulbus
penis pars cavernosa (paling pendek: 1-2 cm)

c.

Uretra pars cavernosa (spongiosa) mulai dari daerah bulbus penis sampai
ostium urethra externum, berjalan dalam corpus cavernosa urethra
(penis),

12-15 cm.

Perdarahan urethra di urus oleh cabangcabang arteria pudenda interna:

1. Dorsalis penis
2. A. Bulbo Urethralis
Persarafan urethra di urus oleh cabangcabang N. Pudendus ke N. Dorsalis penis.

LO.1.2
Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik
Vesicae Urinaria

Adalah organ berongga yang fungsi utamanya adalah menampung urine. Lumen vesika
urinaria dilapisi epitel transisional yang dapat meregang atau membesar (berubah bentuk)
saat diisi urine. Vesika urinaria dilapisi oleh 3 lapisan yaitu mukosa, muskularis dan
adventitia/serosa. Lapisan yang menyusun epitel transisional pada mukosa lebih banyak, pada
permukaan epitel yang teregang dapat ditemukan sel payung dengan dinding apikalnya
berwarna asidofil. Dibawah epitel terdapat lamina propia. Tunika muskularis tersusun oleh
lapisan-lapisan otot polos yang berjalan ke berbagai arah. Tunika adventitia berupa jaringan
ikat, sebagian vesika urinaria ditutupi oleh peritoneum (serosa).
Urethra

Pada urethra pria epitel pembatas urethra pars prostatica ialah epitel transisional, tetapi pada
bagian lain berubah menjadi epitel berlapis/bertingkat silindris, dengan bercak epitel berlapis
gepeng, ujung urethra bagian penis yang melebar atau fosa naviculare dibatasi oleh epitel
berlapis gepeng terdapat sedikit sel goblet penghasil mukus. Sedangkan pada wanita
muskularisnya terdiri dari dua lapisan sel otot polos tetapi diperkuat sfingter otot pada
muaranya, dan epitel pembatasnya berupa epitel berlapis gepeng. Lamina propianya
merupakan jaringan ikat fibrosa longgar yang ditandai dengan banyaknya sinus venosus

mirip jaringan cavernosa.

LI.2
Memahami dan Menjelaskan Proses Berkemih
Setelah dibentuk ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Kontraksi otot
peristaltik otot polos dalam dinding uretra juga mendorong urin bergerak dari ginjal menuju
kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung kemih secara oblik sebelum bermuara di
rongga kandung kemih. Susunan anatomis ini mencegah aliran balik urin dari kandung kemih
ke ginjal ketika terjadi peningkatan tekanan di kandung kemih.
Ketika kandung kemih terisi, ujung ureter yang terdapat di dinding kandung kemih tertekan
dan menutup. Tapi urin masih tetap bisa masuk ke kandung kemih, karena kontraksi ureter
menghasilkan tekanan yang cukup besar untuk mendorong urin melewati saluran yang
tertutup. Lapisan epitel kandung kemih (epitel transisional) mampu meningkatkan atau
mengurangi luas permukaan melalui proses teratur daur membran saat kandung kemih terisi
atau kosong.

Kandung kemih terisi permukaan epitel meluas dengan cara vesikel-vesikel


sitoplasma disisipkan ke dalam membran permukaan melalui proses eksositosis.
Isi kandung kemih keluar vesikel-vesikel ditarik melalui proses eksositosis.

Pintu keluar kandung kemih dijaga 2 sfingter:

Sfingter uretra interna, terdiri dari otot polos dan berada di bawah kontrol involunter.
Sewaktu kandung kemih melemas/ rileks, susunan anatomis uretra interna menutupi
pintu keluar kandung kemih.

Sfingter uretra eksterna, diperkuat seluruh diafragma pelvis, dipersarafi neuron


motorik, di bawah kesadaran karena merupakan otot rangka. Dapat dengan sengaja
dikontraksikan untuk mencegah pengeluaran urin sewaktu kandung kemih kontraksi
& sfingter uretra interna terbuka.

Kontrol reflex

1.

Setelah urin terbentuk

keluar dr papila ureter rangsang parasimpatis

utk memperkuat kontraksi peristaltik 1-5 x/mnt dan dpt dihambat rangsang
simpatis mendorong urin ke vesika dan kumpul di vesika urinaria
meningkatkan regangan vesika urinaria sampai ambang batas (tresshold)
tertentu (250-400ml) mengaktifkan reseptor regang.

2.

impuls korda spinalis rangsang saraf


parasimpatis kontraksi vesika urinaria sfingter interna terbuka sfingter
eksterna terbuka (hambatan neuron motorik akibat rangsang parasimpatis)
Ambang reseptor regang tercapai

urin keluar.
Kontrol volunter (miksi di bawah kehendak)

1.

impuls eksikatorik volunter

eksternal masih berkontraksi

2.

korteks serebri
motorik otot sfingter

Bila tidak ingin miksi sementara refleks berkemih dimulai

hambat inhibitor

retensi urin.

Bila ingin miksi sementara refleks berkemih belum dimulai

penurunan

lantai panggul dan kontraksi dinding abdomen & diafragma pernafasan

rangsang reseptor regang VU kontraksi sfingter interna terbuka


sfingter eksterna terbuka (hambatan neuron motorik akibat rangsang
parasimpatis) urin keluar.

LI.3

Memahami dan Menjelaskan Mikroorganisme Penyebab Infeksi Saluran Kemih

1. Enterobacteriacea
Enterobacteriaceae adalah kuman yang hidup diusus besar manusia dan hewan, tanah,
dan air. Enterobacteriaceae adalah kuman berbentuk batang pendek dengan ukuran
0,5 um x 3,0 um negatif gram tidak berspora, gerak positif dengan flagel peritrik
(Salmonella, Proteus, Escherichia) atau gerak negatif (Shigella, Klebsiella),
mempunyai kapsul/selubung yang jelas seperti pada Klebsiella atau hanya berupa
selubung tipis pada Escherichia atau tidak berkapsul sama sekali. Sebagian besar
spesies mempunyai fili atau fimbriae yang berfungsi sebagai alat perlekatan dengan
bakteri lain.
Contoh Enterobacteria yang menyebabkan infeksi saluran kemih:
a. Escherichia coli
o Morfologi:

Kuman ini berbentuk batang pendek, gemuk,


berukuran 2,4 u x 0,4 sampai 0,7 u; gram-negatif, tak
bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora.

Patogenisitas: Eschericia coli adalah penyebab yang paling


lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab
infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita
muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing,
disuria, hematuria, dan puria. Nyeri pinggang berhubungan
dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Tak satupun dari
gejala atau tanda-tanda ini bersifat khusus untuk bakteri E. coli.
Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan bakterimia dengan
tanda-tanda khusus sepsis. E.coli yang nefropatogenik secara

khas menghasilkan hemolisin. Kebanyakan infeksi disebabkan


oleh E.coli dengan sejumlah kecil tipe antigen O. Antigen K
tampaknya penting dalam patogenesis infeksi saluran atas.
Pieloneftritis berhubungan dengan jenis philus khusus, philus P
yang mengikat zat golongan darah P. Infeksi saluran kemih
misalnya sistitis, pielitis dan pielonefritis. Infeksi dapat terjadi
akibat sumbatan saluran kemih karena adanya pembesaran
prostat dan kehamilan. E.coli yang biasa menyebabkan infeksi
saluran kemih ialah jenis 01, 2, 4, 6, dan 7. Jenis-jenis
pembawa antigen K dapat menyebabkan timbulnya
piolonefritis.

b. Klebsiella
Klebsiella pneumoniae kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih
dan bakteremia dengan lesi fokal pada pasien yang lemah. Ditemukan pada
selaput lendir saluran napas bagian atas, usus dan saluran kemih dan alat
kelamin. Tidak bergerak, bersimpai, tumbuh pada perbenihan biasa dengan
membuat koloni berlendir yang besar yang daya lekatnya berlainan.
c. Enterobacter aerogenes
Organisme ini mempunyai simpai yang kecil, dapat hidup bebas seperti dalam
saluran usus, serta menyebabkan saluran kemih dan sepsis. Infeksi saluran
kemih terjadi melalui infeksi nosokomial.

d. Proteus
Kuman ini adalah kuman patogen oportunis. Dapat menyebabkan infeksi
saluran kemih atau kelainan bemanah seperti abses, infeksi luka, infeksi
telinga atau saluran napas. Spesies proteus dapat menyebabkan infeksi pada
manusia hanya bila bakteri itu meninggalkan saluran usus. Spesies ini
ditemukan pada infeksi saluran kemih dan menyebabkan bakterimia,
pneumonia dan lesi fokal pada penderita yang lemah atau pada penderita yang
menerima infus intravena.
P.mirabilis menyebabkan infeksi saluran kemih dan kadang-kadang infeksi
lainnya. Karena itu, pada infeksi saluran kemih oleh Proteus urine bersifat
basa, sehingga memudahkan pembentukan batu dan praktis tidak mungkin
mengasamkannya. Pergerakan cepat oleh Proteus mungkin ikut berperan
dalam invasinya terhadap saluran kemih. Spesies Proteus menghasilkan urease
mengakibatkan hidrolisis urea yang cepat dengan pembebasan amonia.
2. Pseudomonas aeroginosa
P.aeruginosa bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya
abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit "robek" karena kerusakan kulit
langsung. Pada pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih atau bila terdapat
netropenia, misalnya pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan mengkoloni
selaput mukosa atau kulit dan menginvasi secara lokal dan menimbulkan penyakit
sistemik. Proses ini dibantu oleh phili, enzim dan toksin.
3. Enterococcus faecalis
Terdapat sedikitnya 12 spesies enterokokus. Enterococcus faecalis merupakan yang
paling sering dan menyebabkan 85-90% infeksi enterokokus. Enterokokus adalah
yang paling sering menyebabkan infeksi nosokomial.
LI.4

Memahami dan Menjelaskan Infeksi Saluran Kemih

LO.4.1
Memahami dan Menjelaskan Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih

(mencakup organ-organ saluran kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra). ISK
adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Untuk
menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin. Suatu
infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin, namun jika hanya
terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi
bakteri. Bakteriuria bermakna yang disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria
bergejala. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala.

LO.4.2
Memahami dan Menjelaskan Etiologi
Mikro-organisme terbanyak sebagai penyebab ISK adalah Escherichia coli sebanyak 50-90%,
lalu berturut-turut disusul Klebsiella atau Enterobacter, Proteus, Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus epidermidis, Enterococci, Candida albicans dan Staphylococcus aureus. (L.
Barth Ruller). Adapun jenis virus yang dapat menyebabkan ISK adalah Adenivirus (diduga
sebagai penyebab infeksi kandung kemih.

E. coli dapat menyebabkan infeksi asimtomatik ataupun simtomatik. E.coli


mempunyai pili tipe P yang akan melekat pada bagian antigen golongan darah
P, struktur pengenal minimalnya adalah disakarida -D-galaktopiranosil-(1-4)-D-galaktopiranosida (adhesi pengikatan GAL-GAL).
Proteus sp dan Staphylococcus dengan koagulase negatif sering ditemukan
pada anak laki-laki berusia 5 tahun. ISK yang disebabkan oleh proteus sp akan
menghasilkan urease sehingga mengakibatkan hidrolisis urea secara cepat dan
membebaskan amonia sehingga urin bersifat basa dan mudah sekali terjadi
pembentukan batu. Ditambah lagi motilitas proteus sp yang cepat.
Infeksi pseudomonas sp dan mikroorganisme lainnya

Mikroorganisme
Escherichia coli
Klebsiela atau enterobacter
Proteus sp
Pseudomonas aeroginosa
Staphylococcus epidermidis
Enterococci
Candida albican
Staphylococcus aureus

Persentase biakan %
50-90
10-40
5-10
2-10
2-10
2-10
1-2
1-2

Selain beberapa cara penyebaran di atas, ISK mudah terjadi karena kondisi-kondisi di bawah
ini:

1. Bendungan aliran urine


2. Kembalinya urine dari kandung kemih ke saluran kencing bagian atas (refluks
vesiko-ureter)

3. Adanya sisa urine dalam kandung kemih


4. Gangguan metabolisme
5. Peralatan medis, misalnya kateter
6. Wanita hamil, karena bendungan dan ph urine yang tinggi
LO.4.3
Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi
Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi ISK
pada periode sekolah 1% meningkat menjadi 5% selama periode aktif seksual. Prevalensi

infeksi asimtomatik adalah 30%, pada bayi laki-laki 3:1 dan 5:1 dibandingkan bayi
perempuan.
Namun pada masa neonatus, ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak
menjalani sirkumsisi daripadi bayi perempuan (0,7%) . Dengan bertambahnya usia insiden
ISK terbalik, yaitu pada masa usia sekolah, ISK pada anak perempuan 36% sedangkan pada
nak laki-laki 1,1%

LO.4.4
Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi
Berdasarkan lokasi:

1. ISK Bawah
Persentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender:

a. Perempuan
Sistitis adalah persentasi

klinis infeksi kandung kemih disertai

bakteriuria bermakna.
Sindrom Urethra Akut (SUA) persentasi sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril) sering dinamakan sistitis bakterialis.

b. Laki-laki
Presentasi klinis ISK bawah pada laki-laki mungkin sistitis, prostatitis,
epidimidis dan uretritis.

2. ISK Atas
a. Pielonefritis

Akut (PNA) yaitu proses inflamasi parenkim ginjal yang


disebabkan infeksi bakteri.

b.

Pielonefritis kronis (PNK) mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri


berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Kronik biasanya sering
diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai
pielonefritis kronik yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.

Berdasarkan komplikasi :

1.

Infeksi saluran kemih (ISK) tipe sederhana (uncomplicated type) jarang


dilaporkan menyebabkan insufisiensi ginjal kronik (IGK) walaupun sering
mengalami ISK berulang.

2. Infeksi saluran kemih (ISK) berkomplikasi (complicated type) terutama terkait


refluks vesikoureter sejak lahir sering menyebabkan insufisiensi ginjal kronik
(IGK) yang berakhir dengan gagal ginjal terminal (GGT) .
Berdasarkan Gejala :

1. Bakteriuria asimptomatis (tanpa disertai gejala)


2. Bakteriuria simptomatis (disertai gejala)
ISK pada Usia lanjut :

1. ISK uncomplicated (simple)


ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita
wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.

2. ISK complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika,
sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaankeadaan sebagi berikut:

Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral


obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing
menetap dan prostatitis.
Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
Gangguan daya tahan tubuh
Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp
yang memproduksi urease.

LO.4.5
Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesis
Saluran kemih merupakan area yang seharusnya bebas dari mikroorganisme atau steril.
Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan
berkembang biak di dalam media urin. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman
yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium
penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4
cara, yaitu:

1. Ascending
2. Hematogen
3. Limfogen
4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya

sudah terinfeksi atau eksogen


sebagai akibat dari pemakaian instrumen
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah ascending dan hematogen. Namun, secara umum,
infeksi paling sering terjadi dengan cara ascending, walapupun infeksi secara hematogen
dapat terjadi pada anak usia infant.

Gambar. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih. (1)kolonisasi kuman
di sekitar uretra, (2)masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3)penempelan kuman pada
dinding buli-buli, (4)masuknya kuman melaui ureter ke ginjal.

Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu:

a. Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina


b. Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c. Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
d. Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara
mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih
sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh pertahanan tubuh dari host yang
menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.

A. Faktor host
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Pertahanan lokal dari host


b. Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan
humoral.
No.Pertahanan lokal tubuh terhadap infeksi
1. Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan
peristaltik ureter (wash out mechanism)
2. Derajat keasaman (pH) urin
3. Osmolaritas urin yang cukup tinggi
4. Panjang uretra pada pria
Tabel. pertahanan lokal terhadap infeksi
Pertahanan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme wash out
urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang ada di dalam
urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah sekali untuk
bereplikasi dan menempel pada urotelium. Mekanisme wash out dapat berjalan
dengan baik dengan aliran urin yang adekuat adalah jika:

a. Jumlah urin cukup


b. Tidak ada hambatan didalam saluran kemih.
Oleh karena itu, kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang
tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih.
Keadaan lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme
wash out adalah adanya:

1.

Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan
kencing, obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran
kemih yang tidak dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula,
dan adanya dilatasi atau refluks sistem urinaria.

2.

Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai


tempat persembunyian kuman.

B. Faktor agent (mikroorganisme)

Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili
berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan
urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang mempunyai
virulensi berbeda, yaitu:

a. Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.


b. Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.
Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan
toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin
menjadi basa.
Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada anak usia infant, anak dengan daya tahan tubuh
yang rendah karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada anak yang mendapatkan
pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus
infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran
hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis,
Salmonella sp., pseudomonas sp., Candida albicans, dan Proteus sp termasuk jenis bakteri/
jamur yang dapat menyebar secara hematogen. Walaupun jarang terjadi, penyebaran
hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus
dapat menimbulkan abses pada ginjal.
Patofisiologi
Bermacam-macam mikroorganisme dapat menyebabkan ISK. Penyebab terbanyak adalah
Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus yang kemudian naik ke sistem
saluran kemih. Dari gram-negatif Escherichia coli menduduki tempat teratas. Sedangkan
jenis gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan enterococcus dan
staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih. (Tessy, A
et.al; 2001)

Gambar. Beberapa jenis mikroorganisme penyebab ISK


Kuman Escherichia coli yang menyebabkan ISK mudah berkembang biak di dalam urine,
disisi lain urine bersifat bakterisidal terhadap hampir sebagian besar kuman dan spesies
Escherichia coli. Sebenarnya pertahanan sistem saluran kemih yang paling baik adalah
mekanisme wash-out urine, yaitu aliran urine yang mampu membersihkan kuman-kuman
yang ada di dalam urine bila jumlah cukup. Oleh karena itu kebiasaan jarang minum
menghasilkan urine yang tidak adekuat sehingga memudahkan untuk terjadinya infeksi
saluran kemih. ISK juga banyak terjadi melalui kateterisasi yang terjadi di rumah sakit.
Berikut data dari infeksi nosokomial terbanyak yang terjadi di rumah sakit.

LO.4.6
Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis
Setiap jenis infeksi saluran kemih dapat menyebabkan lebih khusus tanda dan gejala,
tergantung pada bagian mana dari saluran kemih yang terinfeksi.
Bagian dari saluran kemih yang Tanda dan gejala
terkena
ISK bagian Atas
Ginjal (pielonefritis akut)

Punggung atas dan samping (sayap) nyeri


o
Demam Tinggi (39.5-40.5 C)
Gemetar dan menggigil
Mual & Muntah

Skoliosis
Penurunan BB

ISK bagian bawah


Kandung kemih (sistitis)

Rasa tidak nyaman bawah perut (suprapubik)


Sering buang air kecil tapi sedikit /anyang-anyangan
(polakisuria)
Nyeri ketika buang air akibat penyempitan VU atau uretra
(stranguria)
Nokturia,disuria
Darah dalam urin
Rasa panas saat kencing
Uretra (uretritis atau sindrom Ditemukan pada wanita usia 20-50 tahun
uretra akut/SUA)
ISK rekuren

Re-infeksi, interval >6 bulan dengan MO berlainan.


Relapsing Infection,disebabkan MO yang sama akibat
terapi yang tidak adekuat.

Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah sebagai berikut:
0 - 1 Bulan: Gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare, kejang, koma,
panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, ikterus (sepsis).
1 bulan -2 tahun: Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, gangguan pertumbuhan,
anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik (anak menjerit keras), air kemih
berbau/berubah warna, kadang-kadang disertai nyeri perut/pinggang.
2 - 6 tahun: Panas/hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat menahan kencing,
polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna, diare, muntah, gangguan
pertumbuhan serta anoreksia.
6 - 18 tahun: Nyeri perut/pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya, tak dapat menahan
kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan berubah warna.

LO.4.7
Diagnosis

Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding

1. Anamnesis
ISK bawah: frekuensi, disuria terminal, polakisuria, nyeri suprapubik.
ISK atas: nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah, hematuria.

2.

Pemeriksaan fisik: febris, nyeri tekan suprapubik, nyeri ketok sudut


kostovertebra.

3.

Laboratorium: lekositosis, lekosituria, kultur urin (+): bakteriuria > 10 /ml


urin.

4. Pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain:

a. Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui
urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum,
untuk anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri,
maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara
urin porsi tengah. Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah
(midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan
memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam
pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun
tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus
dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine dalam
vesica urinaria. Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:

Eritrosit

Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan


penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun nongromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.

Piuria

Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh


Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin
yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan
pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih
dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter
urin atau > 10.000 per ml urin. Piuria yang steril dapat ditemukan
pada keadaan:

- infeksi tuberkulosis
- urin terkontaminasi dengan antiseptik
- urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
- nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
- nefrolitiasis
- tumor uroepitelial
o

Silinder

Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit


ginjal, antara lain:

silinder eritrosit, sangat diagnostik


glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal

silinder leukosit bersama dengan hanya piuria,


diagnostik untuk pielonefritis

silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler


akut atau pada gromerulonefritis akut

silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma


nefrotik bila ditemukan bersamaan dengan
proteinuria nefrotik

untuk

Kristal

Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.

Bakteri

Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik


dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh
kontaminasi.
Cara Pengambilan Sampel
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan
urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari
kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah
diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan
steril.

1. Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin
langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan
jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis
yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka
bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat
dipastikan merupakan penyebab ISK.

2. Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada
cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk
dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya
sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih
(ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan
urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.

3. Urin Porsi Tengah


Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik
pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan
ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan
pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan
pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur falsenegative.

b. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria,
diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate.
Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci mereduksi
nitrat.

c. Tes Plat Celup (Dip-Slide)


Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan
plastik bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi
pembenihan padat khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin
pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan
kembali kedalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu
diletakkan pada suhu 37C selama satu malam. Penentuan jumlah
kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman
yang terjadi dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan pola
kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per mL urin yang
diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat.

Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat


diketahui
Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya:
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan
anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos
abdomen, pielografi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya
ultrasonografi dan CT Scan.
Diagnosis Banding

1.

Sistitis nonbakterial adalah istilah yang mencakup semuanya yang terdiri


berbagai gangguan kesehatan, termasuk nonbakterial infeksi (virus,
mikobakteri, klamidia, jamur, schistosomal) dan tidak menular (sistitis
radiasi, kimia, autoimun, hipersensitivitas) sistitis, serta menyakitkan
sindrom kandung kemih/sistitis interstisial (PBS/IC).

2.

Pielonefritis akut dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan:


gagal ginjal, pembentukan abses (misalnya, nephric, perinephric) sepsis,
atau sindrom sepsis, syok septik, dan kegagalan multiorgan sistem.

3.

Refluks vesicoureteral (VUR) adalah aliran abnormal urin dari kandung


kemih ke saluran kemih atas dan penyakit urologi paling umum di masa
kecil. Keberadaannya adalah patologis, dan merupakan faktor risiko yang
paling signifikan untuk anak usia jaringan parut ginjal dan gejala sisa.

4.

Obstruksi saluran kemih dapat terjadi pada setiap titik di saluran kencing,
dari ginjal ke meatus uretra. Uropati obstruktif dapat mengakibatkan rasa
sakit, infeksi saluran kemih, kehilangan fungsi ginjal, atau, mungkin,
sepsis atau kematian. Gejala hematuria mungkin ada dengan atau tanpa
infeksi.

LO.4.8
Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana
Pilihan antimikroba berdasarkan Educated Guess (Farmakologi, FKUI)
Jenis infeksi
Penyebab tersering
Pilihan antimikroba
Sistitis akut

E.coli, S.saprophyticus,
kuman gram negative
lainnya
Pielonefritis akut E.coli, kuman gram negative
lainnya, Streptococcus

Prostatitis akut

Nitrofurantion, ampisilin,
trimetroprim
Untuk pasien rawat:
Gentamisin(atau
aminoglikosida lainnya),
kotrikmoksazol parenteral,
sefalosporin generasi III,
aztreonam
Untuk pasien berobat
jalan:
Kotrimoksazol oral,
fluorokuinolon,
amoksisilin-asam
klavulanat

E.coli, kuman gram negative Kotrimoksazol atau


lainnya, E.faecalis
fluorokuinolon, atau
aminoglikosid+ampisilin
parenteral
Prostatitis kronis E.coli, kuman gram negative Kotrimoksazol atau
lainnya, E.faecalis
fluorokuinolon atau

trimetroprim

Yang

termasuk

aminoglikosida:gentamisin,

tobramisin,

netilmisin,

dan

amikasin (streptomisin dan kanamisin tidak termasuk)


Yang termasuk sefalosporin generasi III:sefotaksim, sefoperazon, setriakson,

seftazidin, sefsulodin, moksalaktam, dll.


Yang termasuk fluorokuinolon:siprofloksasin,

ofloksasin,

pefloksasin,

norfloksasin, dll.
SULFONAMID
Mekanisme kerja:
Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic-acid) untuk membentuk asam folat yang
digunakan untuk sintesis purin asam nukleat. Sulfonamide merupakan penghambat
kompetitif PABA.
PABA
Dihidropteroat sintetase

PABA

sulfonamide berkompetisi dgn

Asam dihidrofolat
Dihidrofolat reduktase

trimetroprim

Asam tetrahidrofolat

Purin

DNA

Efek sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah dan jaringan nekrotik,
karena kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang
mengandung basa purin dan timidin.
Farmakokinetik

Absorpsi: melalui saluran cerna mudah dan cepat, terutama pada usus halus,
beberapa jenis sulfa di absorpsi di lambung.
Distribusi: semua sulfonamis terikat dengan protein plasma terutama albumin
dalam derajat yang berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh,
karena itu berguna untuk infeksi sistemik.
Obat dapat menembus sawar uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek

toksik pada janin.


Sulfonamide di bagi ke dalam 3 golongan besar:

1. Sulfonamide dengan absorpsi dan eksresi cepat:


a. Sulfisoksazol
o dosis permulaan untuk dewasa 2-4mg, di lanjutkan dengan
1g setiap 4-6jam

o
o

untuk anak 150mg/kgBB sehari


obat ini bisa menimbulkan hipersensitivitas yang kadang
bersifat letal

sediaan dalam bentuk tablet 500mg untuk oral

b. Sulfametoksazol
o derivate

sulfisoksazol dgn absorpsi dan eksresi lebih

lambat

dapat diberikan pada pasien dengan infeksi saluran kemih


dan infeksi sistemik

umumnya di gunakan dengan kombinasi tetap dengan


trimetoprim

c. sulfadiazine
o dosis permulaan

oral pada orang dewasa 2-4g, dilanjutkan


dgn 2-4g dalam 3-6 kali pemberian, lama pemberian
tergantung keadaan penyakit.

Anak-anak >2 bln, diberikan setengah dosis awal per hari,


kemudian di lanjutkan dengan 60-150mg/kgBB(maksimum
6g/hari) dalam 4-6 kali pemberian

Sediaan dalam bentuk tablet 500mg

d. Sulfasitin
o Eksresinya

cepat untuk penggunaan per-oral pada infeksi


saluran kemih.

Pemberian dosis awal 500mg, dilanjutkan dengan dosis


250mg empat kali sehari.

Tersedia dalam bentuk tablet 250mg(tdk di Indonesia)

e. Sulfametizol
o Digunakan untuk infeksi saluran kemih dengan dosis 5001000mg dalam 3-4 kali pemberian sehari

o
2.

Tersedia dalam bentuk tablet 250mg dan 500mg

Sulfonamide yang hanya di absorpsi sedikit bila diberikan per-oral dan


kerjanya dalam lumen usus

a. Sulfasalazin
b. suksinilsulfatiazol dan ftalilsulfatiazol
3. Sulfonamide yang terutama di gunakan untuk pemberian topical
a. Sulfasetamid
b. Ag-sulfadiazin(sulfadiazine perak)
c. Mafenid
4. sulfonamide dengan masa kerja panjang
a. sulfadoksin
Efek samping

Reaksi ini dapat hebat dan kadang bersifat letal. Bila mulai terlihat adannya
gejala reaksi toksik dan sensitisasi, pemakain secepat mungkin dihentikan.
Dan tidak diberikan lagi.

Gangguan system hematopoetik:anemia hemolitik akut, Agranulositosis


(sulfadiazine), anemia aplastik, trombositopenia ringan, eosinofilia, gejala

HPS.

Gangguan saluran kemih: anuria dan kematian dapat terjadi kristaluria atau
hematuria (jarang terjadi)

- Reaksi alergi: gambaran HPS pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa kelainan
morbiliform, purpura, petekia, eritema nodosum, eritema multiformis tipe
stevens-johnson, dll. Demam obat dapat terjadi(timbul demam tiba2, pada hari
ke tujuh sampai ke 10 pengobatan, di sertai sakit kepala, menggigil, rasa
lemah, dan erupsi kulit, semuanya bersifat reversible).

- Lain2:mual dan muntah


- Tidak diberikan pada wanita hamil aterm

CORTIMOKSAZOL

Trimetropin + sulfametoksazol

Mikroba yang peka : enterobacter, klebsiella, diphteri, E.coli, S.aureus,


S.viridans, dll

o
o

Untuk mikroba yang resisten sulfonamid agak resisten trimetropin


Farmako dinamik : 2 tahap berurutan rekasi enzimatis 1. Sulfo = hambat
PABA, 2. Trime : hambat reaksi dari dehidrofolat tetrahidrofolat

Farmako kinetik : karena trimetropin lipofilik volume distribusi lebih


besar dari sulfa
Rasio sulfa : trime 5:1

o
o
o

Diekskresi di urin
Indikasi : ISK, IS nafas, IS cerna, Inf. Genital
Efek samping: megaloblastosis, leukopenia atau trombositopenia, pada kulit
karena sulfonamid.

GOL. CEPHALOSPORIN

Generasi 3 tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan


obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella, Enterobacter, Proteus,
Providencia, Srratia, dan Haemophillus Spesies.

Farmako dinamik:

Generasi I : proteus, E.coli, klebsiella


Generasi II : Haemophilus, enterobacter, Neisseria

gram (-)

Generasi III : contoh : cefritriaavus, cefotaxim, ceftazidim (pseudomonas aeruginosa)

Farmako kinetik : IV karena absorbsi oral jelek, distribusi ; luas, ekskresi


melaui empedu ke dalam feses.

Efek samping: alergi, perdarahan jika diberikan bersama sefamandol atau


sefoperason = anti vitamin K, reaksi alergi, anafilaksis, dengan spasme
bronkus dan urtikaria dapat terjadi.

Diberikan secara oral

GOL. FLUOROKUINOLON

Efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit disebabkan oleh kuman-kuman
yang multiresisten dan P.Aeruginosa.

Siprofloksasin, Norfloksasin, dan Ofloksasin untuk terapi Prostatitis bacterial


akut maupun kronis anak-anak dan ibu hamil tidak boleh

Farmako dinamik: hambat pemisahan double helix DNA saat replikasi dan
transkripsi dengan bantuan enzim DNA girase hambat DNA girase pada
kuman dan bersifat bakterisid.

Farmako kinetik: diserap baik di saluran cerna, dalam sediaan oral, hanya
sakit yang terikat protein, distribusi baik ke berbagai organ, capai kadar tinggi
di prostat, T1/2 panjang 2x sehari diperlukan. Di metabolisme di hati,
ekskresi ginjal sebagian empedu.

Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, penyakit menular hubungan sex, infeksi
tukak dan sendi, dll.

Efek samping: mual, muntah, tidak enak diperut, halunisasi, kejang,


hepatotoksik, fatotoksif dll.

AMINOGLIKOSIDA

Farmako dinamik: terhadap MO anaerobik rendah, transpor aminogliko butuh


O2, aktivitas terhadap gram (+) terbatas, aktifitas dipengaruhi pH (alkali lebih
tinggi), aerobik-anarobik, keadaan hiperkapnik. Berdifusi lewat kanal air
yang dibentuk porin protein pada membran luar bakteri gram (-) masuk ke
ruang periplasmik. Setelah masuk sel terikat pada ribosom 30 s dan hambat
sintesis protein kerusakan membran sitosol mati. Bersifat bakterisid.

Farmako kinetik: sangat polar, sukar di absorbsi di saluran cerna, per oral
hanya untuk efek lokal di saluran cerna. Untuk kadar sistemik parenteral,
ikatan protein rendah kecuali streptomisin 30-50%. Distribusi ke dalam
cairan otak sangat terbatas, ekskresi di ginjal, kadar dalam urin capai 50-200
mg/ml, gangguan ginjal hambat ekskresi.

Efek samping: alergi, reaksi iritasi (rasa nyeri di tempat suntik), toksik
(gangguan pendengaran dan keseimbangan), ototoksik pada N. VII,
nefrotoksik.

Kanamisin : untuk E.coli, enterobacter, klebsiella, proteus dll (untuk ISK)


Gentamisin, tobramisin, dan netilmisin Indikasi : infeksi karena proteus,
pseudomanas, klebsiella, E.colli, enterobacter
Amikasin : untuk E.coli, P.aeruginosa, proteus, enterobacter
(Sumber : faramakologi dan terapi FKUI ed 5, 2007)
ANTISEPTIK

1. Metenamin
- Indikasi:

Untuk Profilaksis terhadap ISK berulang khususnya bila ada


residu kemih.Tidak diindikasikan untuk infeksi akut saluran kemih.

- Untuk berbagai jenis mikroba, kecuali proteus


- Efek samping: iritasi lambung (>500 g), 4-8 gram/sehari >> 3 mg, iritasi
saluran kemih, proteinuria, hematuria, erupsi kulit.

Kontraindikasi: dengan gangguan hati, tidak untuk gagal ginjal, tidak


diberikan bersama sulfonamid.

- Interaksi obat : susu, antasid tidak diberikan meningkatkan pH


- Oral 4 x 1 gram/hari
2. Nitrofrantoin

Indikasi: Mengobati bakteriuria yang disebabkan oleh ISK bagian


bawah penggunanya terbatas untuk tujuan profilaksis atau pengobatan
supresif ISK menahun yaitu setelah kuman penyebabnya dibasmi atau
dikurangi dalam antimikroba lain dengan yang lebih sensitive.

- Untuk E.coli, proteus, klebsiella, enterobacter, enterococcus


- Farmakokinetik: lengkap dan cepat absorbsi di saluran cerna,

dengan
makanan dapat menurunkan inhalasi kambung dan menigkatkan
bioavailibitasnya, terikat protein plasma, ekskresi di ginjal, T1/2 20
menit, urin agak cokelat

Kontraindikasi: Untuk gagal ginjal dengan klirens kreatinin < 40


ml/menit, hamil, bayi < 3 bulan anemia hemolitik

- Efek samping: mual, muntah dan siare, sakit kepala vertigo, nyeri otot.
3. Asam nalidiksat
- Indikasi :

ISK bawah tanpa penyulit contohnya : Sistitis akut tidak


efektif untuk ISK bagian atas contohnya : Pielonefritis.

Farmakodinamik: hambat enzim DNA grase bakteri, bakterisid terhadap


kuman penyebab ISK, E.coli, proteus, klebsiella, pseudomonas
resisten.

Farmakokinetik: per oral, 95% terikat protein plasma, sehingga diubah


jadi asam hidroksinalidiksat, masa penuh 11/22 jam

Efek samping: mual, muntah, urtikaria ; diare demam fosfosensitivitas :


sakit kepala, ngantuk, vertigo, meningkat pada pasien epilepsi,
parkinson.

Kontraindikasi: bayi < 3 bulan, trisemester p1 hamil : hati-hati untuk


gangguan hati atau ginjal : pembesaran dengan nitrofurantonin

- Dosis : 4 x 500 mg/hr


4.

Fosfomisin trometamin

Indikasi: ISK tanpa komplikasi ( Sistitis akut ) pada wanita yang


disebabkan oleh E.Coli dan E.Faeccalis

- Efek samping: Diare , Mual , Sakit kepala , Vaginitis


- Farmakodinamik: hambat tahap awal sintesis dinding sel kuman
- Farmakokinetik: Biovailibilitas oral hanya 37%, dengan makanan
menurunkan penyerapan, tidak terikat protein plasma, ekskresi renal
38%, ekskresi di urin dan tinja

Efek samping: mual, muntah, diare, sakit kepala, bisa untuk wanita
hamil

Sediaan ; bubuk 3 gram dicampur air 100 ml tidak boleh dengan air
panas

LO.4.9
Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
Penatalaksanaan ISK yang baik dan benar sangat jarang menimbulkan komplikasi. Namun,
jika ISK dibiarkan begitu saja tanpa penanganan yang tepat, maka ISK dapat menjadi serius
dan menyebabkan beberapa gejala yang sangat tidak nyaman.
ISK yang tidak diobati dapat menyebabkan gagal ginjal akut/kronik (akibat pyelonefritis),
yang dapat merusak ginjal secara permanen. Anak-anak dan orang tua merupakan usia yang

resiko tinggi mengalami kerusakan ginjal akibat ISK karena gejala yang ditimbulkannya
sering diabaikan atau disalah-artikan akibat adanya kondisi lain. Wanita hamil dengan ISK
juga beresiko mengalami abortus atau kelahiran bayi prematur.
LO.4.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis
ISK tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis lebih baik bila dilakukan pengobatan
pada fase akut yang adequat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi
berulang. Prognosis jangka panjang pada sebagian besar penderita dengan kelainan anatomis
umumnya kurang memuaskan meskipun telah diberikan pengobatan yang adequat dan
dilakukan koreksi bedah. Hal ini terjadi terutama pada penderita dengan nefropati refluk.
Deteksi dini terhadap adanya kelainan anatomis, pengobatan yang segera pada fase akut.
kerjasama yang baik antara dokter, ahli bedah urologi dan orang tua penderita sangan
diperlukan untuk mencegah terjadinya perburukan yang mengarah pada terminal gagal ginjal
kronis.
LO.4.11 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan
Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ISK:

1.

Asupan cairan yang banyak, terutama air. Meminum air yang banyak dapat
membantu mencegah ISK dengan cara sering berkemih sehingga urine dapat
mendorong bakteri keluar dari traktus urinarius.

2. Basuh alat pengeluaran urin dari depan ke belakang. Melakukan hal ini setelah
berkemih dapat mencegah bakteri di daerah anal menyebar ke daerah vagiana
dan urethra.

3.

Kosongkan kandung kemih sesegera mungkin setelah intercourse (hubungan


seksual)

4.

Hindari menggunakan produk kewanitaan yang dapat menimbulkan iritasi.


Pengguanaan deodorant spray (deodorant semprot) atau produk kewanitaan
lainnya di daerah genital dapat menyebabkan iritasi pada urethra.

5. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.
6. Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus

yang
memiliki pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak
cukup bersih.

7.

Pilih toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak
menyentuh langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa
menggunakan toilet duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya bersihkan
dahulu pinggiran atau dudukan toilet. Toilet-toilet umum yang baik biasanya
sudah menyediakan tisu dan cairan pembersih dudukan toilet.

8.

Jangan membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang ditampung di
bak mandi atau ember. Pakailah shower atau keran.

9.

Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak
lembab.

LI.5
Memahami dan Menjelaskan Istinja dan Salisul-baul
Istinja
Menghilangkan semua najis yang keluar dari dua alat pembuangan manusia (qubul dan ubur)
menggunakan air dan atau batu, atau yang sejenisnya.
Sunnah dan adab BAK menurut islam:

1. Tidak menghadap atau membelakangi kiblat


2. Tidak menghadap ke arah angin, melawan arus angin

3. Tidak menghadap matahari atau bulan


4. Tidak berdiri
5. Tidak membawa barang yang bertulisan

Allah atau nama yg diagungkan,

Malaikat, Muhammad saw.

6.

Memakai sandal, menutup kepala, serta menyiapkan segala sesuatu yang


diperlukan untuk istinjak.

7. Menyepi
8. Mendahulukan kaki kiri ketika masuk, kaki kanan ketika keluar.
9. Membaca doa Bismillah, Allahumma Inni Audzubika minal

Khubutsi wal

Khabaits

10.

Tidak kencing pada tempat yg berangin kencang, sehingga percikan tidak


mengenai pakaian.

11.

Tenang, tidak mengarahkan pandangannya ke langit, kemaluan, serta tidak


memperhatikan kotoran.

12.

Menyuci (istinja) dengan tangan kiri. Tidak buang air di tempat mandi yg
airnya tergenang.

13. Tidak berdiri, kecuali untuk menghindari percikan najis.


Salisul-baul
Pengertian salisul-baul

1.

Menurut mazhab Hanafi, salisul-baul adalah penyakit yang menyebabkan


keluarnya air kencing secara kontinyu, atau keluar angin (kentut) secara
kontinyu, darah istihadhah, mencret yang kontinyu, dan penyakit lainnya yang
serupa.

2.

Menurut mazhab Hanbali, salisul-baul adalah hadas yang kontinyu, baik itu
berupa air kencing, air madzi, kentut, atau yang lainnya yang serupa.

3.

Menurut mazhab Maliki, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar dikarenakan


penyakit seperti keluar air kencing secara kontinyu.

4.

Menurut mazhab Syafi'i, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar secara


kontinyu yang diwajibkan kepada orang yang mengalaminya untuk menjaga
dan memakaikan kain atau sesuatu yang lain seperti pembalut pada tempat
keluarnya yang bisa menjaga agar air kencing tersebut tidak jatuh ke tempat
shalat.

Seseorang yang memiliki penyakit seperti salisul-baul tersebut hanya diperbolehkan


melakukan ibadah shalat fardhu sekali saja, adapun shalat sunnah bisa dikerjakan seberapa
kali pun.
Dalil tentang salisul-baul:

" Ubad

bin
Basyar menderita penyakit mencret dan dia tetap melanjutkan shalatnya (dalam keadaan
mencret tersebut)." Dari hadis tersebut bisa disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai
penyakit mencret, keluar kentut/air kencing secara kontinyu tidak memiliki kewajiban untuk
mengulang-ulang wudhunya, namun tetap meneruskan shalat dalam keadaan tersebut.

Syarat-syarat dibolehkan ibadah dalam keadaan salisul-baul

1. Sebelum melakukan wudhu harus didahului dengan istinja'


2. Ada kontinyuitas antara istinja' dengan memakaikan kain atau pembalut

dan
semacamnya, dan adanya kontinyuitas antara memakaikan kain pada tempat
keluar hadas tersebut dengan wudhu.

3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)


4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan shalat
seusai wudhu dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat. Adapun jika
seseorang berwudhu di rumah maka perginya ke mesjid tidak menjadi masalah
dan tidak menggugurkan syarat keempat.

5.

Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat. Maka, jika
melakukannya sebelum masuk waktu shalat maka batal, dan harus mengulang
lagi diwaktu shalat.

Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian keluar air
kencing atau kentut dan lainnya aka dia tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan istinja'
dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia lakukan di awal.

Niat yang dilafalkan oleh seseorang yang mempunyai penyakit salisul-baul:


Seperti disebutkan dalam "Hasyiyah Qalyubi wa 'Umairah" bahwa orang yang mempunyai
penyakit salisul-baul ini berniat 'li istibahah' (agar diperbolehkan shalat) dan tidak melafalkan
niat 'li raf'il hadas'. Hal tersebut dilandaskan bahwa wudhu dalam keadaan seperti ini adalah
bukan wudhu hakiki akan tetapi wudhu semacam ini adalah batal karena keluar air kencing
atau lainnya namun syariat telah memberikan toleransi dan keringanan kepada orang yang
mengalami penyakit seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA
Elsamra, S. E. & Ellsworth, P. 2012. Physiology of Micturition.Urol Nurs. 2012;32(2):60-67.
Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/763040_2 1 April 2014 16:57
Keluar Air Kencing secara Kontinyu, Bagaimana Pandangan Fiqih???
http://networkedblogs.com/6ZMM 1 April 2014 16:53
Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih.
http://www.psychologymania.com/2012/10/patofisiologi-infeksi-saluran-kemih.html 1 April
2014 17:11
Setyabudi, Rianto. 2008. Farmakologi dan Terapi Edisi Revisi edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Sofwan, A. 2014. Systema Urogenitale (Apparatus Urogenitalis).Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Yarsi.
Sukandar, Edar. 2009. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam oleh
Sudoyo AW dkk Jilid II Edisi V. Jakarta: InternaPublishing
Urinary Tract Infection. http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/urinary-tractinfection/basics/definition/con-20037892 1 April 2014 21:22
Urinary Tract Infection Adult

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000521.htm 1 April 2014 17:04


Urinary Tract Infection in Adults http://www.patient.co.uk/doctor/urinary-tract-infection-inadults 1 April 2014 21:06

27

Вам также может понравиться