Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TUBERCULOSIS
OLEH :
Kelompok 2
Ade Syafarullah
Agin Delthia Sautaki
Bella Ardhiyati
Dwi Muharrani
Frehmi Yulianti
Geby Orlance
Jayanti Pratiwi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusunnya makalah ini. Pengembangan
pembelajaran dari materi yang ada pada makalah ini, dapat senantiasa dilakukan oleh
mahasiswa/i dalam bimbingan dosen. Upaya ini diharapkan dapat lebih
mengoptimalkan penguasaan mahasiswa/i terhadap kompetensi yang dipersyaratkan.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari makalah ini mungkin
masih belum sempurna, masih terdapat kelemahan baik dari segi materi, teknik
penulisan, segi bahasa yang di sampaikan . Hal ini tentunya tidak lepas dari
keterbatasan penyusun, oleh sebab itu dengan senang hati penyusun bersedia
menerima kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya
penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna hendaknya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat.Penyakit ini setidaknya telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.Pada
tahun 1993, World Health Organization (WHO) mencanangkan kedaruratan global
penyakit tuberkulosis karena pada sebagian besar negara di dunia, penyakit
tuberculosis tidak terkendali.Ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak berhasil
disembuhkan, terutama penderita menular (Basil Tahan Asam positif). Laporan WHO
(2004 dalam PDPI, 2006) menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru TB Paru
dan 3,9 juta kasus BTA (Basil Tahan Asam) pada tahun 2002. Indonesia merupakan
peringkat ketiga di dunia setelah India dan Cina dengan pasien sekitar 10% dari total
jumlah pasien TB Paru sedunia( Ariani yesi dan Devi cut, 2011)
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan
sampai saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di dunia.1 Prevalensi TB di
Indonesia dan negaranegara sedang berkembang lainnya cukup tinggi.2 Pada tahun
2006, kasus baru di Indonesia berjumlah >600.000 dan sebagian besar diderita oleh
masyarakat yang berada dalam usia produktif (1555 tahun).(Saptawati leli dkk,
2004)
Angka kematian karena infeksi TB berjumlah sekitar 300 orang per hari dan
terjadi >100.000 kematian per tahun.3 Hal tersebut merupakan tantangan bagi semua
pihak untuk terus berupaya mengendalikan infeksi ini.Salah satu upaya penting untuk
menekan penularan TB di masyarakat adalah dengan melakukan diagnosis dini yang
definitif.Saat ini kriteria terpenting untuk menetapkan dugaan diagnosis TB adalah
berdasarkan pewarnaan tahan asam.Walau demikian, metode ini kurang sensitif,
karena baru memberikan hasil positif bila terdapat >103 organisme/ml sputum. Kultur
(LJ)
merupakan
baku
emas
metode
identifikasi
juga
mempengaruhi
perilaku,
dan
perilaku
sebaliknya
juga
Rumusan masalah
Apakah definisi dari tuberculosis (TBC) ?
Bagaimana etiologi dan gejala dari TBC?
Bagaiman patofisiologi dari penyakit TBC tersebut?
Apa sajakah klasifikasi TBC ?
Bagaimanakah diagnosis pada penyakit TBC ?
Bagaimanakah penatalaksanaan dan pengobatan TBC ?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apakah definisi dari TBC.
Agar memahami bagaimana etiologi dan patofisiologi TBC.
Agar mengetahui apa sajakah faktor-faktor pemicu gejala TBC.
Mengetahui gejala dan diagnosis pada penyakit TBC.
Memberikan informasi tentang terapi/pengobatan TBC.
Agar memahami bagaimana cara pencegahan dari penyakit TBC.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Tuberculosis (TBC)
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobakterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi, diantaranya adalah batuk lebih
dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajad rendah,
nyeri dada dan batuk. (Permatasari amira, 2005)
Tuberkulosis(TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.Penyebab penyakit ini adalah bakteri
kompleks Mycobacterium
Mycobacteriaceae
dan
dalam
ordo
Actinomycetales.Kompleks
(tidak
terlihat
kuman),
maka
penderita
tersebut
dianggap
tidak
b. Tempat
1. Lingkungan
TB paru merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang ditularkan
melalui udara. Keadaan berbagai lingkungan yang dapat mempengaruhi penyebaran
Tb paru salah satunya adalah lingkungan yang kumuh,kotor. Penderita Tb Paru lebih
banyak terdapat pada masyarakat yang menetap pada lingkungan yang kumuh dan
kotor .(Permatasari amira, 2005)
2. Kondisi sosial ekonomi
Sebagai penderita Tb paru adalah dari kalangan miskin.Data WHO pada tahun
2011 yang menyatakan bahwa angka kematian akibat Tb paru sebagaian besar berada
di negara yang relatif miskin.(Permatasari amira, 2005)
b. Waktu
Penyakit Tb paru dapat menyerang siapa saja, dimana saja, dan kapan saja
tanpa mengenal waktu. Apabila kuman telah masuk ke dalam tubuh pada saat itu
kuman akan berkembang biak dan berpotensi untuk terjadinya Tb paru. (Permatasari
amira, 2005)
2.4. Patofisiologi TBC
Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB.Karena
ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang
terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh
mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB
dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada
sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman
akan bereplikasi dalam makrofag.( Werdhani Asti Retno,2008)
Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan
membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan
paru disebut Fokus Primer GOHN. Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui
saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai
imunitas
seluler,
dapat
terjadi
penyebaran
limfogen
dan
seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai
vaskularisasi baik,misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks paru
atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan
membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi
pertumbuhannya. ( Werdhani Asti Retno,2008)
Di
dalam
koloni
yang
sempat
terbentuk
dan
kemudian
dibatasi
10
11
12
tuberkulosis tetapi dapat terjadi juga pada penyakit flu biasa. Menurut Depkes RI
2009 tanda dan gejalanya diantara lain: (Permatasari amira, 2005)
a. Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih.
b. Batuk bercampur darah.
c. Sesak nafas dan nyeri dada.
d. Badan lemah.
e. Nafsu makan berkurang.
f. Berat badan turun.
g. Rasa kurang enak badan (lemas).
h. Demam meriang berkepanjangan.
i. Berkeringat dimalam hari walaupun tidak melakukan kegiatan.
Gejala khusus:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang
disertai sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara
ini akan keluar cairan nanah.
13
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang. ( Werdhani Asti Retno,2008)
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.Kira-kira 30-50% anak yang
kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin
positif.Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC
paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah. ( Werdhani Asti Retno,2008)
2.6. Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis memerlukan
suatu definisi kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe
penderita. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi-kasus, yaitu:
Organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung: BTA positif atau BTA
negatif;
Riwayat pengobatan sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati;
Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat. (Departemen Kesehatan, 2005)
Berdasarkan tempat/organ yang diserang oleh kuman, maka tuberculosis
dibedakan menjadi Tuberkulosis Paru, Tuberkulosis Ekstra Paru.
a. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan
14
paru,
misalnya
pleura,
selaput
otak,
selaput
jantung
15
16
pengobatan)
Adalah penderita dengan hasil BTA negative gambaran radiologik
positif menjadi BTA positifpada akhir bulan ke-2 pengobatan dan
ataugambaran radiologik ulang hasilnya perburukan. (PDPI, 2006)
f. Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahakBTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik. .
(PDPI, 2006)
g. Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakanjika ada fasilitas) negatif dan
gambaran
radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik
serialmenunjukkan gambaran yang menetap. Riwayatpengobatan OAT yang
adekuat akan lebihmendukung. (PDPI, 2006)
Pada kasus dengan gambaran radiologic meragu
17
18
A. Gambaran Klinik
Diagnosis
tuberkulosis
dapat
ditegakkan
berdasarkan
gejala
klinik,
19
B.Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru.Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau
sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah
lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobus
inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma &
mediastinum.( PDPI, 2006)
C. Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kumantuberkulosis mempunyai
arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan
bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,liquor cerebrospinal, bilasan
bronkus, bilasan lambung,kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL),
urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturutturutatau dengan
cara:
Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Dahak Pagi ( keesokan harinya )
Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
D. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada
pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam
bentuk (multiform).Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior
20
21
yang
dibutuhkan
untuk
pembiakan
kuman
tuberkulosis
secara
22
tuberculosis
memetabolisme
asam
lemak
yang
kemudian
menghasilkan CO2 yang akandideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini
dapatmenjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu
menegakkan diagnosis.(PDPI, 2006)
4. Pemeriksaan Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairanpleura perlu dilakukan
pada penderita efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis.Interpretasi hasil
analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan
cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan
glukosa rendah.(PDPI, 2006)
5. Pemeriksaan histopatologi jaringan
Bahan histopatologi jaringan dapat diperoleh melalui biopsy paru dengan
trans bronchial lung biopsy (TBLB), transthoracal biopsy (TTB), biopsi paru
terbuka, biopsi pleura, biopsi kelenjar getah bening dan biopsi organ lain diluar paru.
Dapat pula dilakukan biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH =biopsi jarum halus).
Pemeriksaan biopsy dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis, terutama
pada tuberkulosis ekstra paru.Diagnosis pasti infeksi TB didapatkan bila pemeriksaan
histopatologi pada jaringan paru atau jaringan diluar paru memberikan hasil berupa
granuloma dengan perkejuan.(PDPI, 2006)
6. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkanindikator yang spesifik
untuk tuberkulosis. Laju endapdarah ( LED) jam pertama dan kedua sangat
dibutuhkan.Data ini sangat penting sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai
23
keseimbangan biologik penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon
terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat
penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit bisa menggambarkan biologik/
daya tahan tubuh penderida , yaitu dalam keadaan supresi / tidak. LED sering
meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang kurang spesifik.(PDPI,
2006)
7. Uji tuberkulin
Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TBdi daerah
dengan prevalensi tuberkulosis rendah. Di Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis
yang tinggi, pemeriksaan uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik kurang berarti,
apalagi pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi
dari uji yang dilakukan satu bulan sebelumnya atau apabila kepositifan dari uji yang
didapat besar sekali.( Departemen Kesehatan, 2005)
24
25
kepadatan
anggota
keluarga,
mengatur
kepadatan
penduduk,
26
Untuk
menjamin
pengobatandilakukan
kepatuhan
dengan
penderita
pengawasan
dalam
langsung
menelan
(DOT
obat,
Directly
Bila
pengobatan
tahap
intensif
tersebut
diberikan
secara
tepat,
27
Regimen Pengobatan
Penggunaan Obat Anti TB yang dipakai dalam pengobatan TB adalah
antibotikdan
anti
infeksi
sintetis
untuk
membunuh
kuman
adalah
Isoniazid,Etambutol,
Rifampisin,
Pirazinamid,
dan
OAT
dengan
dosis
tetap.
Contoh
2HRZE/4H3R3
angka
yang
ada
dalam
kode
menunjukkan
waktu
atau
28
29
Penderita baru TB Paru BTA negatif Rntgen Positif yang sakit berat
Penderita TB Ekstra Paru berat
b. Kategori -2 (2hrzes/Hrze/5h3r3e3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
HRZESsetiap hari.Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE setiap hari.Setelah itu
diteruskandengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga
kali dalam seminggu.Obat ini diberikan untuk penderita TB paru BTA(+) yang
sebelumnyapernah diobati, yaitu:
Penderita kambuh (relaps)
30
c. Kategori-3 (2hrz/4h3r3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZ),diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan
diberikan 3 kali seminggu.
Obat ini diberikan untuk:
Penderita baru BTA negatif dan rntgen positif sakit ringan,
31
32
1. Isoniazida (H)
Identitas.Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik Isoniazida100 mg
dan
300
mg
tablet
Nama
lain
Isoniazida
Asam
Nicotinathidrazida;Isonikotinilhidrazida; INH
Dosis.Untuk pencegahan, dewasa 300 mg satu kali sehari, anak anak 10 mgper
berat badan sampai 300 mg, satu kali sehari. Untuk pengobatan TB bagi orang
dewasa sesuai dengan petunjuk dokter / petugas kesehatan lainnya.Umumnya
dipakai bersama dengan obat anti tuberkulosis lainnya. Dalamkombinasi biasa
dipakai 300 mg satu kali sehari, atau 15 mg per kg berat badan sampai dengan
900 mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk anak dengan dosis 10
20 mg per kg berat badan.Atau 20 40 mg per kg berat badansampai 900 mg, 2
atau 3 kali seminggu.( Departemen Kesehatan, 2005)
Indikasi.Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk tuberkulosis
aktif,disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko
tinggimendapatkan infeksi. Dapat digunakan tunggal atau bersama-sama dengan
antituberkulosis lain.( Departemen Kesehatan, 2005)
Kontraindikasi.Kontra indikasinya adalah riwayat hipersensistifitas atau
reaksiadversus, termasuk demam, artritis, cedera hati, kerusakan hati akut,
( Departemen Kesehatan, 2005)
Kerja Obat. Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman
dalambeberapa hari pertama pengobatan.Efektif terhadap kuman dalam keadaan
metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.Mekanisme kerja
berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid, yang diperlukan untuk
membangun dinding bakteri.( Departemen Kesehatan, 2005)
Efek Samping. Efek samping dalam hal neurologi: parestesia, neuritis
perifer,gangguan penglihatan, neuritis optik, atropfi optik, tinitus, vertigo, ataksia,
somnolensi, mimpi berlebihan, insomnia, amnesia, euforia, psikosis toksis,
perubahan tingkah laku, depresi, ingatan tak sempurna, hiperrefleksia,
ototmelintir, konvulsi.Hipersensitifitas demam, menggigil, eropsi kulit (bentuk
33
34
Samping
Efek
samping
hepatotoksisitas,
termasuk
demam
35
4. Etambutol
Identitas.Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik EtambutolHCl250 mg, 500 mg/tablet.
Nama dagang : bacbutol, corsabutol, parabutol
Dosis.Untuk dewasa dan anak berumur diatas 13 tahun, 15 -25 mg mg per kgberat
badan, satu kali sehari.Untuk pengobatan awal diberikan 15 mg / kg beratbadan,
dan pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat badan. Kadang kadangdokter juga
memberikan 50 mg per kg berat badan sampai total 2,5 gram dua kali seminggu.
Obat ini harus diberikan bersama dengan obat anti tuberculosis lainnya.Tidak
diberikan untuk anak dibawah 13 tahun dan bayi.( Departemen Kesehatan, 2005)
Indikasi.Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis denganobat
lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Jika risikoresistensi
rendah, obat ni dapat ditinggalkan. Obat ini tidak dianjurkan untuk anak-anak usia
kurang 6 tahun, neuritis optik, gangguan visual.( Departemen Kesehatan, 2005)
Kontraindikasi.Hipersensitivitas terhadap etambutol seperti neuritis optik.
Kerja Obat. Bersifat bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan kuman
TByang telah resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin.Mekanisme kerja,
berdasarkan penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah,
juga menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.( Departemen
Kesehatan, 2005)
5. Streptomisin
Identitas Sediaan dasar serbuk Streptomisin sulfat untuk Injeksi 1,5 gram /
vialberupa serbuk untuk injeksi yang disediakan bersama dengan Aqua Pro
Injeksi dan Spuit.( Departemen Kesehatan, 2005)
Nama dagang : streptomisin sulfat meiji
Dosis Obat ini hanya digunakan melalui suntikan intra muskular, setelahdilakukan
uji sensitifitas.Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa adalah15 mg per kg
36
berat badan maksimum 1 gram setiap hari, atau 25 30 mg per kg berat badan,
maksimum 1,5 gram 2 3 kali seminggu. Untuk anak 20 40 mg per kg berat
badan maksimum 1 gram satu kali sehari, atau 25 30 mg per kg berat badan 2
3 kali seminggu. Jumlah total pengobatan tidak lebih dari 120 gram.( Departemen
Kesehatan, 2005)
Indikasi.Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama isoniazid,Rifampisin,
dan pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontra indikasi dengan2 atau lebih
obat kombinasi tersebut.
Kontraindikasi hipersensitifitas terhadap streptomisin sulfat atau aminoglikosida
lainnya.
Kerja
Obat
Bersifat
bakterisid,
dapat
membunuh
kuman
yang
37
38
39
40
41
Jangan lakukan desensitisasi OAT pada penderita HIV /AIDS (mis INH,
rifampisin) karena mengakibatkan toksikyang serius pada hati
INH diberikan terus menerus seumur hidup.
Bila terjadi MDR, pengobatan sesuai uji resistensi. (PDPI, 2006)
42
43
44
Yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi keteraturan berobat dan minum
obat tersebut. Dalam hal ini maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan
mengenai
penyakit dan keteraturan berobat. Penyuluhan atau pendidikan dapat
diberikan kepada pasien, keluarga dan lingkungannya. Ketidakteraturan
berobat akan menyebabkan timbulnya masalah resistensi.
45
46
Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal (pada bulan ke 5 dan
Akhir Pengobatan)
2) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif :
Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT kategori 1) :
Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur. Apabila tidak teratur
diskusikan dengan pasien tentang pentingnya berobat teratur.
Segera diberikan dosis tahap lanjutan (tanpa memberikan OAT sisipan).
Lakukan pemeriksaan ulang dahak kembali setelah pemberian OAT tahap lanjutan
satu bulan.Apabila hasil pemeriksaan dahak ulang tetap positif, lakukan
pemeriksaan uji kepekaan obat.
Apabila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat, lanjutkan
pengobatan dan diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5
(menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).
Pada pasien dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan dengan
paduanOAT kategori 2):
Lakukan
penilaian
apakah
pengobatan
tidak
teratur. Apabila
tidak
47
48
49
50
51
52
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
KASUS TB PARU
Nama
: Mr. A
Pekerjaan
: Buruh bangunan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Usia
: 40 Th
Berat badan
: 51 Kg
Tinggi badan
: 170 cm
Anamnesis
Riwayat Penyakit
Sekarang (Diagnosa)
Riwayat Penyakit
Dahulu
Riwayat Penyakit
Keluarga
Riwayat Sosial
Riwayat Operasi
Riwayat imunisasi
Riwayat pengobatan
Riwayat Alergi
Pemeriksaan Fisik
Review Of System
Uji Laboratorium
53
Nama
Pekerjaan
Jenis kelamin
Usia
Mr. A
Buruh bangunan
Laki-laki
40 tahun
Batuk sudah selama 3 minggu kadang-kadang berdarah,
dyspnea, nyeri pada dada, anoreksia, berat badan menurun,
malaise, berkeringat pada malam hari.
Anamnesis
Riwayat Penyakit
Sekarang (Diagnosa)
Riwayat Penyakit
Dahulu
Riwayat Penyakit
Keluarga
Riwayat Sosial
Riwayat Operasi
Riwayat imunisasi
Riwayat pengobatan
Riwayat Alergi
Review Of System
2. Objektif
Berat badan
Tinggi badan
Pemeriksaan Fisik
Uji Laboratorium
51 Kg
170 cm
T : 390C
P : 30x/menit
N : 90x/menit
TD: 140/80 mmHg
Mikrobakterium tuberculosis (+)
BTA (+)
3. Assesment
Berdasarkan kasus diatas, tuan A diduga mengidap penyakit TBC
paru. Dapat dilihat dari pemeriksaan laboratorium yang menyatakan bahwa
terdapat terdapat bakteri Mikrobakterium tuberculosispada sputum pasien dan
hasil tes BTA menyatakan (+) positif. Dari anamnesia juga dapat terlihat
bahwa tuan A merasakan batuk sudah selama 3 minggu kadang-kadang
54
berdarah, dyspnea, nyeri pada dada, anoreksia, berat badan menurun, malaise,
berkeringat pada malam hari. Dimana gejala ini menunjukkan batuk yang
disebabkan oleh bakteri. Kemungkinan hal ini dapat disebabkan karena
kurangnya pengetahuan keluarga tuan A tentang imunisasi, kebiasaan tuan A
merokok dan lingkungan tempat tuan A bekerja. Dan penyakit penyerta tuan A
yang sudah lama yaitu Diabetes. Diabetes dapat memeperburuk kondisi tuan
A, karena glukosa yang menumpuk di dalam darah menjadi media yang bagus
untuk pertumbuhan bakteri tersebut. Maka dari itu perlu adanya pengobatan
yang intensif dalam kasus ini.
4. Plan
Tujuan terapi : mengontrol kadar gula darah, menghilangkan gejala,
mengobati TBC dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
4.1 Terapi Nonfarmakologi
anggota
keluarga,
mengatur
kepadatan
penduduk,
55
karena
mengurangi
Perlu
diperhatikan
efektivitifobat
oral
penggunaan
anti
diabetes
rifampisin
akan
(sulfonil
urea),
56
4.3 Monitoring
57
5. Kerasionalan Terapi
Analisis kerasionalan terapi dilakukan dengan melakukan analisis
obat-obat yang digunakan dengan lima kategori yaitu tepat indikasi, tepat
obat, tepat pasien, tepat dosis, dan waspada terhadap efek samping obat (4T
1W). Berikut ini adalah uraian analisis rasionalitas obat yang digunakan :
a. Tepat Indikasi
Nama Obat
Isoniazid
Indikasi
Mekanisme Aksi
Pengobatan
dan
Isoniazid
secara
in
vitro
pencegahan tuberkulosis,
bersifat
tuberkulostatik
(menahan
perkembangan
tunggal
bakteri)
maupun
dan
(membunuh
tuberkulosis lainnya.
Mekanisme
Keterangan
Tepat
indikasi
tuberkulosid
bakteri).
kerja
isoniazid
58
Pengobatan
infeksi
non-
mikobakterium
tuberkulosis.
unsur
penting
dinding sel
mikobakterium.
metanol
dari
bekerja
menghambat
mikolinat
dengan
sintesa
yang
asam
merupakan
Ethambutol
mikobakterium
tuberkulosis.
menghambat sintesis metabolit
kombinasi
dengan
anti
tuberkulosis lain.
Digunakan untuk terapi
tuberkulosis
kombinasi
Pirazinamid
sel
dalam membunuh
dengan
anti
tuberkulosis lain.
berada
suasana
kuman
dalam
asam.
kerja,
sel
dapat
yang
dengan
Mekanisme
berdasarkan
Rifampisin
Untuk
pengobatan
tuberkulosis
atau
TBC
mikobakterium
kombinasi
obat
dalam
59
tuberkulosis lainnya.
Untuk pengobatan lepra,
Ibuprofen
digunakan
dalam
kombinasi
dengan
Menghambat
siklo-oksigenase
konversi
demam,
artritis,
reumatoid
kerja
enzim
sehingga
asam
arakidonat
osteoartritis,
spondilitis ankilosa.
Anti diabetic oral
Menstimulasi pancreas untuk
memproduksi
insulin
dan
terhadap
Sulfonilurea
glukosa.
dapat
menormalkan
produksi
Glibenklamid
hanya
bermanfaat
pada
diabetes
dewasa
uang
masih
mampu
pankreasnya
penderita
memproduksi insulin.
b. Tepat Obat
Nama Obat
Isoniazid
Ethambutol
Pirazinamid
Keterangan
Tepat obat
60
Rifampisin
Ibuprofen
Glibenklamid
c. Tepat Pasien
Nama Obat
Isoniazid
Ethambutol
Pirazinamid
Rifampisin
Ibuprofen
Glibenklamid
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Hipersensitivitas
Hipersensitivitas
Hipersensitivitas
Ulkus peptik
Ibu hamil, malabsorbsi
Keterangan
Tepat Pasien
d. Tepat Dosis
Nama Obat
Isoniazid
Ethambutol
Pirazinamid
Rifampisin
Ibuprofen
Glibenklamid
Dosis Standar
100-300 mg
250-500 mg
150-600 mg
300-600 mg
200-400 mg
2,5-5 mg
Keterangan
Tepat Dosis
Saran
Istirahat yang cukup,
samping yang
berlebihan hubungi
dokter segera
mungkin.
mirip
Systemic
Lupus
61
Erythematosus.
Neuritis
retrobulbar
Ethambutol
dengan
suatu
dan
buta
warna
Hiperurisemia.
artralgia, anoreksia,
merah-hijau.
nausea,
disuria,
Pirazinamid
lambung,
trombositopenia,
rash,
hati,
kepekaan
Rifampisin
ikterus,
kulit,
leukopenia,
purpura,
reaksi
Trombositopenia,
abdominal
distress
terjadinya
membran,
influenza
kolitis
(flu
pseudo
syndrome),
Ibuprofen
Glibenklamid
Rasa
panas
di
dada,
Gula
rendah
62
f. Biaya Ekonomis
Nama Obat
Isoniazid
Ethambutol
Pirazinamid
Rifampisin
Ibuprofen
Glibenklamid
Jumlah
60 tab 300 mg
180 tab 250 mg
180 tab 500 mg
60 tab 450 mg
10 tab 400 mg
30 tab 5 mg
Total
Harga
Rp. 12.000
Rp. 126.000
Rp. 162.000
Rp. 60.000
Rp. 2.500
Rp. 6.000
Rp. 368.500
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobakterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi, diantaranya adalah batuk lebih
dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajad rendah,
nyeri dada dan batuk. Tuberkulosis(TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa.Penyebab penyakit ini adalah
bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis.
Menurut HL. Blum, faktorfaktor yang mempengaruhi kesehatan baik
individu, kelompok, dan masyarakat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: lingkungan
(mencakup lingkungan fi sik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya),
perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat factor tersebut dalam
mempengaruhi kesehatan tidak berdiri sendiri, namun masingmasing saling
mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain langsung mempengaruhi
63
dan
mencegah
resistensi.Obat
yang
umum
dipakai
adalah
4.2 Saran
Diharapkan adanya banyak sumber tentang penyakit Tuberculosis agar
diketahuinya pemilihan obat yang tepat pada penderita Tuberculosis sehingga
dalam pengobatan didapatkan outcome terapi yang diharapkan dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta dapat digunakan sebagai
referensi dalam belajar.
64
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk PenyakitTuberkulosis.
Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberculosis.2006.Pedoman nasional
penanggulangan tuberculosis.Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis,
Indonesia Bebas Tuberculosis. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI Direktorat
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Pedoman Diagnosis &Penatalaksanaan
Tuberkulosis di Indonesia.Jakarta : PDPI
65
Program
Pengobatan
66
Lampiran
Lampiran 1. Kartu Identitas Pasien TB
67
68
69
70
71
72