Вы находитесь на странице: 1из 32

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Nama Pekerjaan
Lokasi
Tahun Anggaran

: PEMBANGUNAN RUANG RAWAT INAP KELAS 1, ISOLASI +


VIP
: KABUPATEN OKU TIMUR
: 2016

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :


I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.
I.

PEK.
PEK.
PEK.
PEK.
PEK.
PEK.
PEK.
PEK.
PEK.
PEK.
PEK.
PEK.

PERSIAPAN
TANAH, TIMBUNAN DAN PASIR
PONDASI DAN BETON
PASANGAN DAN PLESTERAN
PINTU DAN JENDELA
LANTAI DAN DINDING KERAMIK
INSTALASI LISTRIK
INSTALASI AIR DAN SANITASI
INSTALASI GAS MEDIS DAN OKSIGEN
INSTALASI GAS MEDIS SUCTION
PERLENGKAPAN INSTALASI GAS MEDIS
PENGECATAN

PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan terdiri dari beberapa kriteria, yaitu :
1. Penempatan direksi kit yang stategis.
2. Penempatan peralatan dan Material yang tepat sasaran.
3. Pembuatan drainase yang tepat guna, serta penanganan buangan air yang baik.
4. Membuat pengamanan-pengamanan/pelindung bagi operasional proyek.
5. Membuat acces jalan yang baik, sehingga tidak terganggu saat hujan.
6. Menempatkan rambu-rambu keselamatan pada lokasi-lokasi strategis.
1) Lokasi
Lokasi tempat bangunan harus dibersihkan dari sampahsampah atau benda lainnya,
termasuk pembongkaran-pembongkaran dari lokasi pekerjaan.
2) Papan pengenal proyek. (Bouwplank)
Bouwplank proyek dibuat dari rangka kayu yang baik dan papan/triplek dicat dengan
cat minyak warna dasar putih dan tulisan warna hitam. Papan pengenal proyek dipasang
pada tempat strategis dilokasi pekerjaaan agar masyarakat dapat melihatnya dan
dipasang sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
3) Pekerjaan pondok kerja / gudang alat-alat/barak
Pondok kerja dibuat berukuran minimum kapasitas tampung 30 (tiga puluh) orang dan
gudang alat-alat dibuat berukuran minimum 3 x 4 M2 dengan tiang kayu, atap seng,
dinding papan, dan tempat penyimpanan bahan dibuat lantai papan untuk mencegah
supaya bahan tidak rusak.
4) Pekerjaan bouwplank
Bouwplank harus dibuat dari papan yang baik, pada sisi atas harus diketam dan
dipasang pada patok yang kuat dan tidak goyang. Pemasangan bouwplank harus lurus
dan datar, jika perlu diwater pass dengan W. I. Ukuran harus dinyatakan dengan
satuan meter dan pada titik ukuran diberi tanda paku dan garis dengan cat warna
merah agar mudah terlihat sewaktu diperlukan.

II.

PEKERJAAN TANAH, TIMBUNAN DAN PASIR


1. Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah pada proyek ini meliputi galian pondasi dan sloop beton.
Galian dilakukan dengan step-step yang sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi
kerusakan ekologi tanah setempat, dan perlu diperhatikan dari segi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, serta dijaga terhadap dampak lingkungan (Environmental
Aspect) pada saat pelaksanaan galian dan transportasi pembuangan tanah ke
disposal area.
2. Metode kerja
Pekerjaan galian dilaksanakan secara open cut, dengan kemiringan berm 1 : 0,5.
Surveyor akan memberikan patok-patok panduan serta kedalaman galian yang harus
dicapai. Penggalian dilakukan sesuai dengan urutan dan panduan dari Surveyor dan
diawasi oleh Pelaksana dan Pengawas. Material hasil galian sebagian
ditempatkan/distok disamping galian untuk timbunan kembali, jarak penempatan
hasil galian untuk timbunan harus aman, tidak akan terjadi longsor dan masuk
kedalam lubang galian. Hasil galian yang berlebih, atau yang tidak dapat dipakai
untuk timbunan kembali dimuat langsung ke Dumptruk untuk dibuang ke Disposal
area. Bak dumptruck harus ditutupi dengan terpal/plastik agar tanah yang dibawa
tidak berceceran. Kesemuanya ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya dampak
lingkungan yang dapat ditimbulkan akibat aktivitas pekerjaan Galian. Lobang galian
yang telah selesai digali dengan dilakukan untuk persiapan pekerjaan selanjutnya.
3. Pekerjaan Timbunan Tanah
Pekerjaan timbunan tanah pada proyek ini meliputi timbunan tanah yang didatangkan
dari luar dan ada juga dari hasil galian, tanah yang didatangkan dari barrow area
dengan kualitas tanah yang baik untuk timbunan, bersih dari kotoran dan akar-akar
kayu dan harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan berdasarkan spesifikasi
teknis. Dalam pelaksanaannya pekerjaan timbunan ini perlu diperhatikan dari segi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja., dan dampak lingkungan (Environmental Aspect),
terutama pada saat transportasi material timbunan. Tanah timbun yang didatangkan
dari luar (barrow) diangkut dengan Dump truk. Bak dump truk harus ditutupi dengan
terpal plastik agar tidak berceceran diperjalanan. Adapun jalan dilokasi yang
dilewati oleh dump truck harus selalu dirawat dan dijaga dari dampak debu yang
ditimbulkan dari hasil transport tersebut, dengan menyediakan tenaga pembersih
dan penyiraman jika terjadi debu.

III.
PEKERJAAN PONDASI DAN BETON
1. PEKERJAAN GALIAN TANAH
1.1. Lingkup Pekerjaan
1) Tenaga kerja, bahan dan alat.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat
bantu yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini
dengan baik dan sesuai dengan spesifikasi ini. Pekerjaan ini meliputi galian
tanah untuk pile cap, balok pondasi dan struktur lainnya yang terletak di dalam
atau di atas tanah, seperti tercantum di dalam gambar rencana atau sesuai
kebutuhan kontraktor agar pekerjaannya dapat dilaksanakan dengan lancar,
benar dan aman.

2) Pembersihan akar tanaman dan bekas akar pohon.

Akar tanaman dan bekas akar pohon yang terdapat di dalam tanah dapat
membusuk dan menjadi material organik yang dapat mempengaruhi kekuatan
tanah. Pada seluruh lokasi proyek dimana tanah berfungsi sebagai pendukung
bangunan khususnya pendukung lantai terbawah, maka akar tanaman dan sisa
akar pohon harus digali dan dibuang hingga bersih. Lubang bekas galian
tersebut harus diisi dengan material urugan yang memenuhi syarat.

3) Pohon-pohon pada lahan proyek.


Sebagian pohon pada proyek ini harus dipertahankan. Kontraktor wajib
mempelajari hal ini dengan teliti sehingga tidak melakukan penebangan pohon
tanpa koordinasi dengan Konsultan Pengawas atau Pemberi Tugas. Pohon yang
terletak pada bangunan yangakan dibangun dapat ditebang.
1.2. Syarat-syarat Pelaksanaan
1) Level galian.
Galian tanah harus dilaksanakan sesuai dengan level yang tercantum di dalam
gambar rencana. Kontraktor harus mengetahui dengan pasti hubungan antara
level bangunan terhadap level muka tanah asli dan jika hal tersebut belum jelas
harus segera mendiskusikan hal ini dengan Konsultan Pengawas sebelum galian
dilaksanakan. Kesalahan yang dilakukan akibat hal ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

2) Jaringan utilitas.
Apabila ternyata terdapat pipa-pipa pembuangan, kabel listrik, telepon dan lainlain, maka Kontraktor harus secepatnya memberitahukan hal ini kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan penyelesaian. Kontraktor bertanggung
jawab atas segala kerusakan akibat kelalaiannya dalam mengamankan jaringan
utilitas ini. Jaringan utilitas aktif yang ditemukan di bawah tanah dan terletak di
dalam lokasi pekerjaan harus dipindahkan ke suatu tempat yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas atas tanggungan Kontraktor.
3) Galian yang tidak sesuai.
Jika galian dilakukan melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka Kontraktor
harus mengisi/mengurug kembali galian tersebut dengan bahan urugan yang
memenuhi syarat dan harus dipadatkan dengan cara yang memenuhi syarat. Atau
galian tersebut dapat diisi dengan material lain seperti adukan beton atau
material lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4) Urugan kembali.
Pengurugan kembali bekas galian harus dilakukan sesuai dengan yang disyaratkan
pada bab mengenai "Pekerjaan Urugan dan Pemadatan". Pekerjaan pengisian
kembali ini hanya boleh dilakukan setelah diadakan pemeriksaan dan mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
5) Pemadatan dasar galian.
Dasar galian harus rata/ waterpas dan bebas dari akar-akar tanaman atau
bahan-bahan organis lainnya. Selanjutnya dasar galian harus dipadatkan sesuai
dengan persyaratan yang berlaku.
6) Air pada galian.
Muka air tanah letaknya lebih kurang 1.00 meter di bawah muka tanah asli.
Kontraktor harus mengantisipasi hal ini di dalam penawarannya dan wajib

menyediakan pompa air atau pompa lumpur dengan kapasitas yang memadai untuk
menghindari genangan air dan lumpur pada dasar galian. Kontraktor harus
merencanakan secara benar, kemana air tanah tersebut harus dialirkan, sehingga
tidak terjadi genangan air/ banjir pada lokasi di sekitar proyek. Di dalam lokasi
galian harus dibuat drainasi yang baik agar aliran air dapat dikendalikan selama
pekerjaan berlangsung.

7) Struktur pengaman galian dan pelindung galian.


Jika galian yang harus dilakukan ternyata cukup dalam, maka Kontraktor harus
membuat pengaman galian sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kelongsoran
pada tepi galian. Galian terbuka hanya diizinkan jika diperoleh kemiringan lebih
besar dari 1 : 2 (vertikal : horisontal). Sisi galian harus dilindungi dengan adukan
beton yang diperkuat dengan jaring tulangan segera setelah galian dilakukan.
Sebelum adukan beton terpasang, maka galian tersebut harus dilindungi dengan
material kedap air seperti lembaran terpal/kanvas sehingga sisi galian tersebut
selalu terlindung dari hujan maupun sinar matahari. Kelongsoran yang terjadi
akibat galian tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
8) Perlindungan benda yang dijumpai.
Kontraktor harus melindungi atau menyelamatkan benda-benda yang dijumpai
selama pekerjaan galian berlangsung. Selanjutnya Kontraktor harus melaporkan
hal tersebut kepada Konsultan Pengawas. Kecuali disetujui untuk dipindahkan,
benda-benda tersebut harus tetap berada di tempatnya dan kerusakan yang
terjadi akibat kelalaian Kontraktor harus diperbaiki/diganti oleh Kontraktor.
9) Urutan galian pada level berbeda.
Jika kedalaman galian berbeda satu dengan lainnya, maka galian harus dimulai
pada bagian yang lebih dalam dahulu dan seterusnya.
2. PEKERJAAN URUGAN PASIR PADAT
2.1. Lingkup Pekerjaan
1) Tenaga kerja, bahan dan alat.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu
yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik
dan sesuai dengan spesifikasi.

2) Lokasi pekerjaan.
Pekerjaan urugan pasir padat dilakukan di atas dasar galian tanah, di bawah lapisan
lantai kerja dan digunakan untuk semua struktur beton yang berhubungan dengan
tanah seperti pilecap, balok pondasi dan pekerjaan beton lain yang berhubungan
langsung dengan tanah.
3) Pembersihan akar tanaman dan sisa galian.
Jika di bawah dasar galian dijumpai akar tanaman atau tanah organis, maka dasar
galian tersebut harus dibersihkan dari hal tersebut di atas, dan bekas galian
tersebut harus diisi dengan material urugan yang memenuhi syarat.

2.2. Persyaratan Bahan


1) Bahan urugan pasir padat.

Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras,
bebas dari lumpur, tanah lempung dan organis. Bahan ini harus mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.

2) Air kerja.
Air yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan
bahan bahan organis lainnya, serta dapat diminum. Sebelum digunakan air harus
diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang sah. Jika hasil uji ternyata
tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor wajib mencari air kerja yang memenuhi
syarat.
2.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
1) Tebal pasir urug.
Jika tidak tercantum dalam gambar kerja, maka di bawah lantai kerja harus diberi
lapisan pasir urug tebal 10 cm padat. Pemadatan harus dilaksanakan sehingga dapat
menerima beban yang bekerja.

2) Cara pemadatan.
Pemadatan dilakukan dengan disiram air dan selanjutnya dipadatkan dengan alat
pemadat yang disetujui Konsultan Pengawas. Pemadatan dilakukan hingga mencapai
tidak kurang dari 98% dari kepadatan optimum laboratorium. Pemadatan harus
dilakukan pada kondisi galian yang memadai agar dapat diperoleh hasil kepadatan
yang baik. Kondisi galian tersebut harus dipertahankan sampai pekerjaan pemadatan
selesai dilakukan. Pemadatan harus diulang kembali jika keadaan tersebut diatas
tidak terpenuhi dan biaya yang timbul menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3) Air pada lokasi pemadatan.
Jika air tanah ternyata menggenangi lokasi pemadatan, maka Kontraktor wajib
menyediakan pompa dan dasar galian harus kering sebelum pasir urug diletakkan.
Lokasi ini harus selalu dalam kondisi kering hingga pengecoran beton selesai
dilakukan. Kontraktor harus membuat rencana yang benar, agar air tanah dapat
dialirkan ke lokasi yang lebih rendah dari dasar galian, misalnya dengan membuat
sump pit pada tempat tertentu.
4) Tanah di sekitar pasir urug.
Kontraktor harus menjaga agar tanah di sekitar lokasi tidak tercampur dengan
pasir urug. Jika pasir urug tercampur dengan tanah lainnya, maka Kontraktor wajib
mengganti pasir urug tersebut dengan bahan lainnya yang bersih.
5) Persetujuan.
Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan, bilamana pekerjaan urugan tersebut sudah
mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
3.

PEKERJAAN URUGAN DAN PEMADATAN


3.1. Lingkup Pekerjaan
1) Tenaga kerja, bahan dan alat.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu
yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik
dan sesuai dengan spesifikasi.

2) Lokasi pekerjaan.

Pekerjaan ini pada lokasi seperti yang tercantum di dalam gambar rencana, dengan
elevasi seperti tertera di dalam peta kontur yang disampaikan pada Berita Acara
Rapat Penjelasan.

3) Pembersihan akar tanaman dan sisa galian.


Jika dijumpai akar tanaman atau tanah organis, maka lokasi tersebut harus
dibersihkan dari hal tersebut di atas, dan bekas galian tersebut harus diisi dengan
material urugan yang memenuhi syarat.
3.2. Persyaratan Bahan
1) Bahan bekas galian di dalam lokasi proyek.
Tanah bekas galian dapat dipertimbangkan untuk digunakan jika memenuhi syarat
untuk digunakan. Tanah tersebut harus bebas dari lumpur dan bahan organis lainnya.
2) Bahan urugan dari luar lokasi proyek.
Jika tanah urug harus didatangkan dari luar, maka tanah urug tersebut harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. memiliki koefisien permeabilitas kurang dari 10-7 cm/detik.
b. mengandung minimal 20% partikel lanau dan lempung dan bebas dari tanah
organis, kotoran dan batuan berukuran lebih dari 50 mm dan mengandung
kurang dari 10 % partikel gravel.
c. mempunyai Indeks Plastis (PI) lebih dari 10 persen. Bahan yang mempunyai PI
lebih dari 30 persen akan sulit dipadatkan.
d. Gumpalan-gumpalan tanah harus digemburkan dan bahan tersebut harus dalam
kondisi lepas agar mudah dipadatkan.

3) Bahan urugan yang tidak memenuhi syarat.


Semua bahan urugan yang tidak memadai harus dikeluarkan dari lokasi proyek dan
diganti dengan bahan yang memenuhi syarat.
3.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
1) Cara pengurugan dan pemadatan..
Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapisan maksimum
20cm lepas dan pemadatan dilakukan sampai mencapai Kepadatan Maksimum pada
Kadar Air Optimum yang ditentukan di dalam gambar rencana. Pemadatan urugan
dilakukan dengan memakai alat pemadat yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Jika tidak tercantum dalam gambar rencana, maka pemadatan harus dilakukan
sampai mencapai derajat kepadatan 98%.

2) Pemasangan patok.
Pada lokasi urugan harus diberi patok-patok, ketinggian sesuai dengan ketinggian
rencana. Untuk daerah-daerah dengan ketinggian tertentu, dibuat patok dengan
warna tertentu pula.
3) Sistem drainase.
Kontraktor harus membuat saluran sementara sedemikian rupa sehingga seluruh
lokasi dapat terus dalam kondisi kering/ bebas dari air. Pengeringan dilakukan
dengan bantuan pompa air. Sistem drainase yang direncanakan harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Dan sistem drainase tersebut harus selalu dijaga selama
pekerjaan berlangsung agar dapat berfungsi secara effektif untuk menanggulangi
air yang ada.

4) Kotoran dan lumpur dan bahan organis.


Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah dan
material sejenis. Pengurugan tidak dapat dilakukan jika kotoran tersebut belum
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
5) Uji Kepadatan Optimum di laboratorium.
Uji Kepadatan Optimum harus mengikuti ketentuan ASTM.D-1557 atau AASHTO.
Hasil uji ini digunakan untuk menentukan cara pemadatan di lapangan. Uji yang
dilakukan antara lain :
a. "Density of soil inplace by sand-cone method" AASHTO.T.191.
b. "Density of soil inplace by driven cylinder method " AASHTO.T.204.
c. "Density of soil inplace by the rubber ballon method" AASHTO.T.205.
6) Kepadatan lapisan dan uji lapangan..
Untuk bahan yang sama, setiap lapis tanah yang sudah dipadatkan harus diuji di
lapangan, yaitu 1 (satu) buah test untuk tiap 500 m2, yaitu dengan sistem "Field
Density
Test". Jika urugan cukup tebal maka dengan hasil kepadatannya harus memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk lapisan yang letaknya lebih dalam dari 50 cm dari permukaan rencana,
maka berat jenis kering tanah padat lapangan harus mencapai minimal 95%
dari berat jenis kering laboratorium yang dihitung dengan Standard Proctor
Test.
b. Untuk lapisan 50 cm dari permukaan rencana, kepadatannya harus minimal
98% dari Standard Proctor Test.
7) Toleransi kerataan.
Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan
adalah 50mm terhadap kerataan yang ditentukan.
8) Level akhir.
Hasil test dilapangan harus tertulis dan diketahui oleh Konsultan Pengawas. Semua
hasilhasil pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi
untuk mengetahui sampai dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
9) Perlindungan hasil pemadatan.
Bagian permukaan yang telah dinyatakan padat harus dipertahankan, dijaga dan
dilindungi agar jangan sampai rusak akibat pengaruh luar misalnya basah oleh air
hujan, panas matahari dan sebagainya. Perlindungan dapat dilakukan dengan dengan
menutupi permukaan dengan plastik.

10) Pemadatan kembali.


Setiap lapisan harus dikerjakan sesuai dengan kepadatan yang dibutuhkan dan
diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai dengan lapisan
berikutnya. Bilamana bahan tersebut tidak mencapai kepadatan yang dikehendaki,
lapisan tersebut harus diulangi kembali pekerjaannya atau diganti, dengan caracara pelaksanaan yang telah ditentukan, guna mendapatkan kepadatan yang
dibutuhkan. Jadwal pengujian harus diajukan oleh Kontraktor kepada Konsultan
Pengawas.

4. PEKERJAAN PONDASI BATU KALI/BATU GUNUNG


4.1. Lingkup Pekerjaan
1) Tenaga kerja, bahan dan alat.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan dan alat-alat bantu
yang diperlukan untuk melaksanakan dan mengamankan pekerjaan ini dengan baik
dan sesuai dengan spesifikasi.

2) Lokasi pekerjaan.
Pekerjaan ini pada lokasi seperti yang tercantum di dalam gambar rencana, dengan
elevasi seperti tertera di dalam gambar yang disampaikan pada Berita Acara
Rapat Penjelasan Pekerjaan, pasangan Pondasi Batu Kali meliputi semua pekerjaan
pondasi dinding bata bangunan, bak-bak bunga, dan lain-lain sesuai dengan gambar.
4.2. Persyaratan Bahan
1) Bahan Batu Kali .
Bahan batu kali yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Bahan batu adalah sejenis batu yang keras, berat, tidak porous dan berwarna
kehitam-hitaman.
b. Batu harus bersih dari tanah/lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.
c. Bahan asal adalah batu besar kemudian dibelah menjadi batu belah
(berukuran lebih kecil) dengan sudut-sudut tajam dan bersegi banyak (setelah
dibelah ukuran batu menjadi o < 20 cm).

2) Bahan Material.
Bahan/material yang digunakan, yaitu pasir/agregat halus, semen dan air. Air yang
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak berwarna
b. Tidak berbau
c. Bisa digunakan untuk konsumsi (diminum)
d. Mempunyai kadar keasaman dan basa netral (Ph + 7)
e. Dapat diperoleh dengan mudah disekitar lokasi Proyek.
3) Pemasangan Pondasi Batu Kali
Pemasangan Pondasi Batu Kali harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai
berikut: Adukan/spesi yang digunakan minimal 1 Pc : 4 Ps
a. Sebelum pemasangan, dibuat profil yang ukurannya sesuai dengan gambar
gambar yang dimaksud.
b. sebelum pemasangan batu, dasar galian pondasi diberi lapisan pasir pasang dan
batu kosong yang ketebalannya masing-masing sesuai dengan gambar.
c. Pemasangan dilakukan lapis demi lapis. Antara batu dengan batu harus diberi
spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung tanpa
spesi), dan rongga-rongga diisi dengan batu yang sesuai dengan besarnya
serta diberi spesi secukupnya.
d. Permukaan bagian atas Pondasi Batu Kali harus rata (Water pass), diberi spesi
dan dikasarkan (digaris-garis silang). Pada tempat-tempat yang akan dipasang
kolom praktis harus diberi stick besi beton.
e. Pelaksanaan Pemasangan Pondasi Batu Kali tersebut harus dilakukan sesuai
dengan ukuran-ukuran dalam gambar serta petunjuk-petunjuk dari
direksi/Pengawas lapangan.
5. PEKERJAAN BETON

1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, serta
pengangkutan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan yang
tercantum dalam gambar, serta pekerjaan yang berhubungan dengan beton, seperti
acuan, besi beton dan admixtures. Juga termasuk di dalam lingkup pekerjaan ini
adalah pengamanan baik pekerja maupun fasilitas lain di sekitar sehingga pekerjaan
dapat berjalan dengan lancar dan aman.
2. Peraturan Peraturan.
Kecuali ditentukan lain di dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :
Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SK.SNI 032847-2002.
Pedoman Beton 1989 (SKBI 1.4.53.1988).
Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung SNI 03-17272002
Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)/NI-3.
Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8.
Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
ASTM C-33 Standard Specification for Concrete Agregates.
Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83).
American Society for Testing and Material (ASTM).
Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
pada Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC : 699.81 : 624.04).
3. Keahlian dan Pertukangan.
Kontraktor harus membuat beton dengan kualitas pekerjaan sesuai dengan
ketentuanketentuan yang disyaratkan, antara lain ukuran, mutu dan pengamanannya
selama pelaksanaan. Semua pekerjaan beton harus dilakukan oleh tenaga ahli yang
berpengalaman selama pekerjaan tersebut berlangsung, termasuk tenaga ahli untuk
acuan/ bekisting, sehingga dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi.
Selain itu, Kontraktor wajib menggunakan tukang yang berpengalaman, sehingga
sudah paham dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, terutama pada saat dan
setelah pengecoran berlangsung. Semua tenaga ahli dan tukang tersebut harus
mengawasi pekerjaan sampai pekerjaan perawatan beton selesai dilakukan. Untuk
itu paling lambat 10 hari sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus mengusulkan
metode kerja dan harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS. Jika dipandang
perlu, maka Konsultan PENGAWAS berhak untuk menunjuk tenaga ahli di luar yang
ditunjuk Kontraktor untuk membantu mengevaluasi semua usulan Kontraktor, dan
semua biaya yang timbul menjadi beban Kontraktor.
4. Persyaratan Bahan.
4.1 Semen.
Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis semen
yang ditentukan dalam SII 0013-81 atau Standar Umum Bahan Bangunan
Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam

standar tersebut, untuk pelaksanan struktur pada konstruksi bangunan ini


dipakai semen Type I. Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merek
yang sama dan dalam keadaan baru. Jika semen yang dikirim adalah dalam
kantong semen, maka selama pengangkutan, semen harus terlindung dari hujan.
Semen harus terbungkus dalam sak (kantong) asli dari pabriknya dan dalam
keadaan tertutup rapat. Semen harus disimpan di gudang dengan ventilasi yang
baik, tidak lembab dan diletakkan pada tempat yang tinggi, sehingga tidak
menyentuh lantai dan aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan. Semen
tersebut tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 sak. Sistem penyimpanan semen
harus diatur sedemikian rupa, sehingga semen tersebut tidak tersimpan terlalu
lama. Semen yang diragukan mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan,
seperti membatu, tidak diizinkan untuk dipakai. Bahan yang telah ditolak harus
segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas
biaya Kontraktor.

4.2 Agregat.
Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang digunakan, yaitu
1. agregat kasar/batu pecah dan agregat halus/ pasir beton. Kedua jenis
agregat ini disyaratkan berikut ini. 1. Agregat kasar. Ukuran besar butir
nominal maksimum agregat kasar harus tidak melebihi 1/5 jarak terkecil
antara bidang samping dari cetakan, atau 1/3 dari tebal pelat, atau jarak
bersih minimum antar batang tulangan, berkas batang tulangan atau
tendon pratekan atau 30 mm. Gradasi dari agregat tersebut secara
keseluruhan harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh ASTM agar tidak
terjadinya sarang kerikil atau rongga dengan ketentuan sebagai berikut :
sisa di atas ( % berat )
Ayakan 4.00 mm 90 - 98
sisa di atas ( % berat )
Ayakan 4.00 mm 90 - 98

Ayakan 31.50 mm 0
Selisih antar 2 ayakan berikutnya 02 10
Ayakan 31.50 mm 0
Selisih antar 2 ayakan berikutnya 02 10

2. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas
dari bahan-bahan organis, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur harus
lebih kecil dari 4 % berat. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir
yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat
sbb. :
sisa di atas ( % berat )
Ayakan 1.00 mm 10
sisa di atas ( % berat )
Ayakan 1.00 mm 10

Ayakan 4.00 mm 02
Ayakan 0.25 mm 80 95
Ayakan 4.00 mm 02
Ayakan 0.25 mm 80 95

Kontraktor harus mengadakan pengujian sesuai dengan persyaratan dalam


spesifikasi ini. Jika sumber agregat berubah karena sesuatu hal, maka Kontraktor
wajib untuk memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan PENGAWAS.
Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan harus
dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan tanah.

4.3 Air untuk campuran beton.


Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, garam, zat organis atau bahan lain yang dapat
merusak beton atau besi beton. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat

digunakan. Air tersebut harus diperiksa pada laboratorium yang disetujui oleh
Konsultan PENGAWAS. Jika air pada lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat
untuk digunakan, maka Kontraktor harus mencari air yang memadai untuk itu.

4.4 Besi beton.


Besi beton harus selalu menggunakan besi beton ulir ( deformed bars) untuk
tulangan utama dan sengkang kecuali ditentukan lain di dalam gambar. Agar
diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi beton harus memenuhi syaratsyarat :
Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat.
Mutu sesuai dengan yang ditentukan.
Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.
Diameter besi beton ulir ditentukan sesuai dengan Pedoman Beton 1989
yaitu :
a) Mutu fy = 3200 Kg/cm2 untuk besi ulir untuk diameter > 12 mm
b) Mutu fy = 2400 Kg/cm2 untuk besi polos untuk diamterer < 12 mm
Pemakaian besi beton dari jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas,
harus mendapat persetujuan dari Konsultan PENGAWAS. Besi beton harus
berasal dari satu pabrik (manufacture). Tidak dibenarkan untuk menggunakan
merek besi beton yang berlainan untuk pekerjaan ini. Besi beton harus
dilengkapi dengan mill certificate/ sertifikat pabrik yang memuat label dan
nomor pengecoran serta tanggal pembuatan besi beton tersebut.
4.5 Admixtures/ material tambahan.
Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk
memperbaiki sifat suatu campuran beton. Jenis, jumlah bahan yang
ditambahkan dan cara penggunaan bahan tambahan tersebut harus disetujui
oleh Konsultan PENGAWAS. Manfaat dari bahan tambahan harus dapat
dibuktikan melalui hasil uji dengan menggunakan jenis semen dan agregat yang
akan dipakai pada proyek ini. Bahan campuran tambahan yang berfungsi untuk
mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau mempercepat
pengikatan dan/atau pengerasan beton harus memenuhi Specification for
Chemical Admixtures for Concrete (ASTM C494) atau memenuhi Standar
Umum Bahan Bangunan Indonesia.
4.6 Kualitas Beton.
1. Kualitas beton yang dipakai untuk pada bangunan ini adalah beton dengan
mutu K250, untuk pekerjaan stuktur Pondasi Tapak, Sloof Beton, Tiang
Kolom, Balok Lantai, Plat Lantai Atap Daag, Talang Beton, Tangga, Dan Ring
Balok.
2. Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai,
Kontraktor harus melakukan percobaan sesuai dengan yang disyaratkan
oleh peraturan yang berlaku. Untuk itu harus diadakan trial-mix di
laboratorium.
3. Jika tidak ditentukan secara khusus, maka untuk lantai kerja, kolom
praktis, Balok Praktis, lantai kerja dan beton non struktur lainnya harus
menggunakan beton mutu K-175
4.7 Disain Adukan Beton.
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar beton yang
dihasilkan memberikan kelecakan (workability) dan konsistensi yang baik,
sehingga beton mudah dituangkan ke dalam acuan dan ke sekitar besi beton,

tanpa menimbulkan segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding) secara


berlebihan. Campuran beton harus dirancang sesuai dengan mutu beton yang
ingin dicapai, dengan batasan di bawah ini :
K22
5
158
300

K25
0
175
300

K300

K350

K400

210
325

245
350

Jumlah semen maksimum(kg/m3)

550

550

550

550

280
350
375
550

W/C faktor, maksimum

0.55

0.55

0.55

0.50

0.50

MUTU BETON
Kuat tekan minimum, 7 hari(kg/cm2)
Jumlah semen minimum(kg/m3)

Untuk beton kedap air atau beton pada kondisi lingkungan khusus, maka harus
dipenuhi syarat pada Table 4.5.1 Pedoman Beton Indonesia.

Tabel 4.5.1. Ketentuan minimum untuk beton kedap air.


Kondisi lingkungan
Faktor air
Jenis Struktur
berhubungan
semen
dengan
maksimum
Beton Bertulang
Air tawar/ payau
0.50
Air laut
0.45
Beton Pratekan
Air tawar/ payau
0.50
Air laut
0.45

Jumlah semen
minimum
(kg/m3)
290
360
300
360

Kontraktor harus menyerahkan mix-design yang diusulkan kepada Konsultan


PENGAWAS untuk mendapatkan persetujuannya. Khusus untuk beton kedap air,
maka jumlah semen minimum harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh pemasok
waterproofing.
5. Pengujian Bahan.
5.1 Umum.
1. Ketentuan dan syarat yang tertulis di bawah ini merupakan ringkasan dari
Pedoman Beton 1989, sehingga jika terjadi perbedaan interpretasi atau hal
lain yang bertentangan harus dikembalikan kepada ketentuan dari Pedoman
Beton.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan segala pengujian
termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah sesuai yang
disyaratkan. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujiannya setelah
hasil uji diperoleh untuk persetujuan oleh Konsultan Pengawas.
3. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor
harus melaksanakan pengujian ulang dengan campuran yang lain dan
selanjutnya mengevaluasi kembali hasil uji tersebut hingga diperoleh hasil
yang diinginkan.
4. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai
dengan pengarahan Konsultan Pengawas.
5. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke lapangan,
Kontraktor harus mendapatkan hasil pengujian laboratorium yang dapat
dipertanggung jawabkan, dimana pengujian dilakukan secara berkala,
dengan cara pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.

5.2 Laboratorium Penguji.


1. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib mengusulkan suatu
laboratorium penguji untuk melaksanakan pengujian material yang akan
digunakan pada proyek ini. Laboratorium ini bertanggung jawab untuk
melakukan semua pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.
2. Jika menggunakan beton readymix, maka peralatan yang dipakai harus
disiapkan di pabrik beton readymix.
5.3 Pengujian Agregat.
5.3.1 Pengujian Pendahuluan Agregat.
1. Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat sebagai
berikut :
a) Sieve analysis
b) Pengujian kadar lumpur dan kotoran lain.
c) Pengujian unsur organis.
d) Pengujian kadar chlorida dan sulfat.
2. Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.
3. Pengujian a) dan b) dengan pengujian kadar air dari setiap jenis
agregat harus dilakukan terhadap setiap contoh untuk setiap trial
mix.
5.3.2 Benda Uji Agregat.
1. Kontraktor harus menyediakan Mix Design untuk campuran beton
sebelum pengecoran sehingga dapat menghasilkan beton seperti yang
disyaratkan.
2. Jika hasil pembuatan beton yang dilakukan oleh Kontraktor tidak
memuaskan, maka Konsultan Pengawas berhak untuk meminta
pengujian tambahan dengan beban biaya Kontraktor. Dan sebaliknya
mungkin jumlah pengujian dapat dikurangi jika hasil yang diperoleh
ternyata memuaskan.
5.4 Pengujian Beton
5.4.1 Benda uji beton.
1. Benda uji harus diberi kode/tanda yang menunjukkan tanggal
pengecoran, lokasi pengecoran dari bagian struktur yang
bersangkutan.
2. Benda uji harus diambil dari mixer, atau dalam hal menggunakan beton
readymix, maka benda uji harus diambil sebelum beton dituang ke
lokasi pengecoran, sesuai dengan yang disyaratkan oleh Konsultan
Pengawas.
5.4.2 Jumlah benda uji beton.
1. Pada awal pelaksanaan, harus dibuat minimum 1 benda uji per 1.50 m3
beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 3 benda uji yang pertama.
Benda uji harus berbentuk kubus berukuran 15cm X 15cm X 15cm.
Benda uji bentuk lainnya dapat digunakan jika disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Selanjutnya pengambilan benda uji sebanyak 2 (dua) buah
dilakukan setiap 5 m3 beton. Benda uji tersebut ditentukan secara
acak oleh Konsultan Pengawas dan harus dirawat sesuai dengan
persyaratan.
2. Jumlah benda uji beton untuk uji kuat tekan dari setiap mutu beton
yang dituang pada satu hari harus diambil minimal satu kali. Pada

Jenis Struktur

setiap kali pengambilan contoh beton harus dibuat dua buah spesimen
kubus. Satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji
tekan dua spesimen ini yang diuji pada umur beton yang ditentukan,
yaitu umur 7 hari dan 28 hari.
3. Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka Konsultan Pengawas
dapat meminta jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di
atas, dengan beban biaya ditanggung oleh Kontraktor.
4. Jumlah minimum benda uji yang harus dipersiapkan untuk setiap mutu
beton adalah :
Jumlah minimum
Waktu perawatan (hari)
benda uji
3
7
28
-

Beton Bertulang

Beton Pratekan

5.4.3 Laporan hasil uji beton.


Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas hasil uji beton dari
laboratorium penguji untuk disahkan oleh Konsultan Pengawas. Laporan
tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton
karakteristiknya.
5.4.4 Evaluasi Kualitas Beton berdasarkan Hasil Uji Beton.
1. Deviasi Standar - S Deviasi standar produksi beton ditetapkan
berdasarkan jumlah 30 buah hasil test kubus. Deviasi yang dihitung dari
jumlah contoh kubus yang kurang dari 30 buah harus dikoreksi dengan
faktor pengali seperti tercantum dalam tabel berikut :
S=

(fcfcr)
N 1

Jumlah Benda Uji (N)buah


15
20
25
30

Faktor Pengali S
1.16
1.08
1.03
1.00

2. Kuat tekan rata-rata - fcr Target fcr yang digunakan sebagai dasar dalam
menentukan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai yang
terbesar dari formula berikut ini :
fcr = fc + 1.64 S atau fcr = fc + 2.64 S - 40 kg/cm2.
3. Kuat tekan sesungguhnya. Tingkat kekuatan suatu beton dikatakan tercapai
dengan memuaskan, jika kedua syarat berikut dipenuhi :
a) Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri
dari 4 hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc + 0.82 S).
b) Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji) mempunyai
nilai dibawah 0.85 fc.
Bila salah satu dari kedua syarat di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata hasil uji kuat tekan
berikutnya atas rekomendasi KP.

5.4.5 Pengujian Tidak Merusak (Non Destructive Tests)


Jika hasil evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan ternyata tidak
dapat dipenuhi, maka jika diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus
melaksanakan pengujian yang tidak merusak yang dapat terdiri dari hammer
test, pengujian beban dan lain lain. Semua biaya pengujian ini menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Lokasi dan banyaknya pengujian akan ditentukan
secara khusus dengan melihat kasus per kasus.
5.5 Pengujian Besi Beton.
5.5.1 Benda uji besi beton.
1. Sebelum besi beton dipesan, Kontraktor wajib mengambil benda uji besi
beton masingmasing
2. buah dengan ukuran panjang 100 cm sesuai dengan diameter dan mutu
yang akan digunakan. Selanjutnya benda uji besi beton harus diambil
dengan disaksikan oleh Konsultan PENGAWAS sebanyak 2 buah untuk
setiap 20 ton untuk masing-masing diameter besi beton. Uji besi beton
terdiri dari uji tarik dan uji lentur.
3. Pengujian mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana
dipandang perlu oleh Konsultan PENGAWAS. Contoh besi beton yang
diambil untuk pengujian tanpa disaksikan Konsultan PENGAWAS tidak
diperkenankan dan hasil uji dianggap tidak sah. Semua biaya uji
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Benda uji harus diberi tanda dengan kode yang menunjukkan tanggal
pengiriman, lokasi terpasang, bagian struktur yang bersangkutan dan
lain-lain data yang perlu dicatat.
5. Jika akibat suatu alasan, seperti hasil uji yang kurang memuaskan, maka
Konsultan PENGAWAS berhak untuk meminta pengambilan contoh
benda uji lebih besar dari yang ditentukan di atas, dengan beban biaya
ditanggung oleh Kontraktor.
5.5.2 Laporan hasil uji besi beton.
Kontraktor harus membuat dan menyusun hasil uji besi beton dari
laboratorium penguji untuk diserahkan kepada Konsultan PENGAWAS dan
laporan tersebut harus dilengkapi dengan kesimpulan apakah kualitas besi
beton tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan.
6. Syarat syarat Pelaksanaan
6.1 Slump
Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, Cara uji slump sebagai berikut.
Beton diambil sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (bekisting). Cetakan
slump dibasahkan dan ditempatkan di atas permukaan yang rata. Cetakan diisi
sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25
kali dengan besi beton diameter 16 mm, panjang 30 cm dengan ujung yang
bulat. Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya.
Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk sampai
dengan satu lapisan di bawahnya. Setelah bagian atas diratakan, segera
cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya.

6.2 Persetujuan Konsultan Pengawas.


Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan, Kontraktor harus
mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Laporan harus

diberikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan


dilaksanakan. Hal hal khusus akan didiskusikan secara lebih mendalam antara
semua pihak yang berkepentingan. Semua tahapan pelaksanaan tersebut harus
dicatat secara baik dan jelas, sehingga mudah untuk ditelusuri jika suatu saat
data tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan.

6.3 Persiapan dan Pemeriksaan.


Kontraktor tidak diizinkan untuk melakukan pengecoran beton tanpa izin
tertulis dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melaporkan kepada
Konsultan Pengawas tentang kesiapannya untuk melakukan pengecoran dan
laporan tersebut harus disampaikan paling lambat 3 hari sebelum waktu
pengecoran, sesuai dengan kesepakatan di lapangan, untuk memungkinkan
Konsultan Pengawas melakukan pemeriksaan sebelum pengecoran dilaksanakan.
Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang memadai seperti tangga ataupun
fasilitas lain yang dibutuhkan agar Konsultan Pengawas dapat memeriksa
pekerjaan secara aman dan mudah. Tanpa fasilitas tersebut, Kontraktor tidak
akan diizinkan untuk melakukan pengecoran. Semua koreksi yang terjadi akibat
pemeriksaan tersebut harus segera diperbaiki dalam waktu 1X24 jam dan
selanjutnya Kontraktor harus mengajukan izin lagi untuk dapat melaksanakan
pengecoran. Tidak dibenarkan adanya penambahan waktu akibat koreksi yang
timbul, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.
Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran tidak berarti membebaskan
Kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas ke tidaksempurnaan ataupun
kesalahan yang timbul. Sebelum pengecoran dilakukan harus dipastikan dan
dikoordinasikan dengan Konsultan PPengawas bahwa semua peralatan yang akan
tertanam di dalam beton sudah terletak pada tempatnya, dan semua kotoran
sudah dibersihkan dari lokasi pengecoran. Demikian pula untuk siar pelaksanaan
sudah harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan.
IV.

PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN


1. Pasangan Bata Trasram 1 : 2
Sebelum menyusun bata trasram, dibersihkan dan diratakan
dahulu permukaan lantai kerja sehingga permukaannya bersih dan
rata. Dalam pemasangan bata disini menggunakan adukan semen
(perbandingan 1 semen : 2 pasir) untuk melekatkan susunan bata. Bata
direndam dahulu sebelum dipasang sampai titik jenuh air. Hal ini
untuk mencegah bata menyerap air terlalu banyak dari adukan semen
pelekatnya. Susunlah bata mulai dari tengah dinding diantara kolom,
sehingga jika terdapat retakan kecil antara kolom dengan susunan
bata tidak
tampak. Susunlah bata dengan menggunakan bantuan
benang yang ditarik antar kolom (dengan bantuan water pass) agar
mendapat susunan bata yang sejajar. Ketebalan adukan semen
pelekat (spesi) antara bata maksimum 10 mm. Menggunakan susunan
setengah bata dengan ketebalan spesi vertikal sama yaitu maksimal
10 mm. Permukaan susunan bata harus diratakan untuk memudahkan
pengerjaan plesteran.
2. Plesteran Bata 1 : 2
Semua bagian pada bangunan yang baru dibangun akan
mengalami pergerakan pada saat
adukan semen/beton mulai
mengering dan pondasi mulai stabil. Ini merupakan hal yang normal.

Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada dinding setelah
semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi
bagian-bagian bangunan tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi
lagi pergerakan- pergerakan).
Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya retakan-retakan
pada plesteran jika
terjadi pergerakan pada bagian bangunan.
Sebelum memulai pekerjaan, pekerja membersihkan dulu
dinding
yang akan diplester dari kotoran dan debu, dan bila terdapat
lubang-lubang yang cukup besar pada susunan bata, tutup dengan
adukan semen. Dinding tersebut harus dibasahi terlebih dahulu
sebelum diplester, yang bertujuan untuk mencegah susunan bata
menyerap terlalu banyak air dari plesteran saat dikerjakan. Jika
tidak dilakukan maka plesteran akan cepat kering hingga mengurangi
kekuatannya dan dapat menimbulkan retakan-retakan.Adukan untuk
plesteran adalah 1 semen : 2 pasir, dan pasir yang digunakana dalah
pasir yang bersih dan halus. Pekerja membuat adukan pada suatu
wadah dangunakan volume air yang tepat. Adukan dibuat sebanyak
yang habis dipakai dalam satu jam.
Hasil akhir (finishing) plesteran dapat menggunakan bilah
perata dari kayu (dengan hasil yang permukaan dinding yang agak
kasar) maupun bilah perata dari besi (dengan hasil
permukaan
dinding yang halus). Pekerja yang sudah ahli
yang dapat
menggunakan bilah perata besi hingga menghasilkan permukaan yang
halus, karena pada permukaan tersebut bila terdapat perbedaan
sedikit saja akan tampak. Oleh sebab itu penggunaan bilah perata
kayu lebih dianjurkan walaupun akan memerlukan cat yang lebih
banyak dalam pengerjaan berikanlah lapisan plesteran yang merata
pada semua bagian dengan ketebalan yang tepat. Salah satu cara
untuk mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis
garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke
bawah dengan jarak 1 - 1.5m sepanjang dinding, dengan bantuan
papan/bilah perata yang dipindahkan dari satu area dinding ke area,
patok ini kemudian menjadi panduan bagi area plesteran seluruh
dinding.
Bila terdapat dinding yang tidak
berakhir pada kolom,
untuk
meratakan plesteran pada sisi ujungnya letakkan papan
padakedua sisinya yang dijepit dengan menggunakan besi sisa
tulangan ukuran 6 mm.
Memulai pengerjaan plesteran dari atas dinding dan terus ke
bawah. Untuk menampung runtuhan sisa campuran plaster, pekerja
menaruh papan kayu dibawah dinding yang sedang diplester untuk
menampung adukan-adukan plesteran yang jatuh, adukan ini dapat
digunakan kembali asalkan masih baru (belum mengering). Pada
bagian sudut pengerjaan plesteran tidak
dihentikan, diteruskan
hingga 15cm ke dinding sebelahnya.
Bila
kondisi memungkinkan, pengerjaan
plesteran
akan
dilakukan secara keseluruhan (sekaligus). Pada area dinding yang
luas,
dinding akan terbagi dengan adanya kolom maupun balok
sehingga akan memudahkan pengerjaan plesteran pada daerahdaerah tersebut karena area yang diplester menjadi kecil.
3. Pasangan Bata 1 : 4

Sebelum menyusun bata, dibersihkan dan diratakan dahulu


permukaan sloof sehingga permukaannya bersih dan
rata. Dalam
pemasangan bata disini menggunakan adukan semen (perbandingan 1
semen : 4 pasir) untuk melekatkan susunan bata. Bata direndam dahulu
sebelum dipasang sampai titik jenuh air. Hal ini untuk mencegah bata
menyerap air terlalu banyak dari adukan semen pelekatnya. Susunlah
bata mulai
dari tengah
dinding diantara kolom, sehingga
jika
terdapat retakan kecil antara kolom dengan susunan bata tidak
tampak. Susunlah bata dengan menggunakan bantuan benang yang
ditarik antar kolom (dengan bantuan water pass) agar mendapat susunan
bata yang sejajar. Ketebalan adukan semen pelekat (spesi) antara
bata maksimum 10 mm. Menggunakan susunan setengah bata dengan
ketebalan spesi vertikal sama yaitu maksimal 10 mm. Permukaan
susunan bata harus diratakan untuk
memudahkan pengerjaan
plesteran.
4. Plesteran 1 : 4
Semua bagian
pada
bangunan
yang
baru
dibangun
akan
mengalami pergerakan pada saat adukan semen/beton mulai
mengering dan pondasi mulai stabil. Ini merupakan hal yang normal.
Maka akan lebih baik bila memberi plesteran pada dinding setelah
semua bagian bangunan selesai, sehingga memberi waktu bagi
bagian-bagian bangunan tersebut untuk kuat dan stabil (tidak terjadi
lagi pergerakan- pergerakan).Hal
ini
dilakukan
untuk
mencegah
timbulnya retakan-retakan pada plesteran jika terjadi pergerakan
pada bagian bangunan. Sebelum memulai pekerjaan, pekerja
membersihkan dulu dinding yang akan diplester dari kotoran dan
debu, dan bila
terdapat lubang-lubang yang cukup besar pada
susunan bata, tutup dengan adukan semen. Dinding tersebut harus
dibasahi terlebih dahulu sebelum diplester, yang bertujuan untuk
mencegah susunan bata
menyerap
terlalu banyak air
dari
plesteran saat dikerjakan. Jika tidak
dilakukan maka plesteran
akan cepat kering hingga mengurangi kekuatannya dan
dapat
menimbulkan retakan-retakan.Adukan untuk plesteran adalah 1 semen
: 2 pasir, dan pasir yang digunakan adalah pasir yang bersih dan
halus. Pekerja membuat adukan pada suatu wadah dan gunakan volume
air yang tepat. Adukan dibuat sebanyak yang habis dipakai dalam satu
jam.
Hasil akhir (finishing) plesteran dapat menggunakan bilah
perata dari kayu

(dengan hasil yang permukaan dinding yang agak kasar) maupun bilah perata
dari besi(dengan hasil permukaan dinding yang halus). pekerja yang sudah
ahli yang dapat menggunakan bilah perata besi hingga menghasilkan
permukaan yang halus, karena pada permukaan tersebut bila
terdapat perbedaan sedikit saja
akan tampak. Oleh sebab itu
penggunaan bilah perata kayu
lebih dianjurkan walaupun akan
memerlukan cat yang lebih banyak dalam pengerjaan. Berikan lapisan
plesteran yang merata pada semua bagian dengan ketebalan yang
tepat. Salah satu cara untuk mendapat ketebalan yang tepat adalah
dengan membuat garis garis plesteran/patok pada dinding dengan
arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 - 1.5m sepanjang

dinding, dengan bantuan papan/bilah perata yang dipindahkan dari


satu area dinding ke area, patok ini kemudian menjadi panduan bagi
area plesteran seluruh dinding.
Bila terdapat dinding yang tidak
berakhir pada kolom,
untuk
meratakan plesteran pada sisi ujungnya letakkan papan pada
kedua sisinya yang dijepit dengan menggunakan besi sisa tulangan
ukuran 6mm. Memulai pengerjaan plesteran dari atas dinding dan
terus ke
bawah. Untuk
menampung runtuhan sisa
campuran
plaster, pekerja
menaruh papan
kayu
dibawah dinding yang
sedang
diplester
untuk menampung adukan-adukan plesteran yang
jatuh, adukan ini dapat digunakan kembali asalkan masih baru (belum
mengering). Pada bagian sudut pengerjaan plesteran tidak dihentikan,
diteruskan hingga 15 cm ke
dinding sebelahnya. Bila kondisi
memungkinkan,
pengerjaan
plesteran
akan
dilakukan
secara
keseluruhan sekaligus). Pada
area dinding yang luas, dinding akan
terbagi
dengan
adanya kolom maupun balok sehingga akan
memudahkan pengerjaan plesteran pada daerah-daerah tersebut
karena area yang diplester menjadi kecil.
V.

PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA


Pekerjaan Kusen yang dilakukan adalah :
1. Pintu Type PJ. 1
- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi
- Daun Pintu Panel
- Jendela Kaca Mati
- Papan Jalusi
2. Pintu Type P.1
- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi
- Daun Pintu Panel
- Jendela Kaca Mati
- Papan Jalusi
3. Pintu Type P.2
- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi
- Daun Pintu Panel
- Papan Jalusi
4. Pintu Type P.3
- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi
- Daun Pintu Panel
- Papan Jalusi
5. Jendela Type J.1
- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi
- Daun Jendela Kaca
- Jendela Kaca Mati
- Papan Jalusi
6. Jendela Type J.2
- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi
- Daun Jendela Kaca
- Jendela Kaca Mati
- Papan Jalusi
7. Ventilasi Type V.1
- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi
- Papan Jalusi

8. Ventilasi Tembok Layar


- Kusen Pintu Kayu dan Ventilasi
- Papan Jalusi
Pemasangan rangka (kusen) pintu dan jendela dapat dilakukan
pada saat penyusunan dinding bata. Pemasangan rangka (kusen)
pintu/jendela tersebut bersamaan dengan penyusunan dinding bata maka
harus dilakukan pemasangan besi angkur 100 mm
yang dimasukkan ke dalam rangka kayu dari sisi luar rangka (jangan
sampai menembus kayu agar tidak terlihat dari luar) yang diletakkan
diantara susunan batayang berfungsi memperkuat pemasangan rangka
pintu/jendela tersebut pada dinding. Hal ini harus dipastikan bahwa
rangka tersebut telah lurus dan sejajar (dengan bantuan waterpass). Jika
rangka (kusen) pintu
dipasang setelah dinding selesai, dapat
menggunakan potongan kayu yang telah dipasang pada kolom/ring balok.
Maka rangka (kusen) pintu/jendela tersebut disekrup pada potongan kayu
ini setelah itu bagian depan sekrup tersebut diberi dempul sehingga
tidak tampak dari luar, pastikan dahulu bahwa rangka tersebut telah
lurus dan sejajar (dengan bantuan waterpass). Jika potongan kayu
tersebut belum dipasang pada kolom/ring balk, maka kolom/ring balk
tersebut dapat dibor dan dipasang rumah sekrup dari plastik atau dapat
pula
rangka (kusen) jendela/pintu tersebut dipasang dengan
menggunakan paku beton yang langsung menembus rangka (kusen) kayu
dan dinding bata setelah itu diberi dempul pada bagian permukaannya
untuk menutupi paku beton tersebut.
Baik pintu
maupun jendela dirancang memiliki bukaan ventilasi
berupa jalusi yang terbuat dari
kayu pada bagian atasnya. Jendela
ruang kelas yang menghadap bagian muka bangunan (pada area teras)
memiliki ukuran yang berbeda
dari
jendela pada bagian belakang
bangunan. Jendela pada bagia nmuka bangunan memiliki ketinggian
dinding dibawah jendela yang lebih
Baik rangka (kusen) pintu maupun jendela harus dibuat di lokasi
pembangunan (bengkel Kerja)
mengikuti gambar kerja yang telah
dibuat. Sesuaikan ukuran rangka tersebut dengan keadaan di lapangan.
Buatlah rangka (kusen) pintu/jendela ini pada daerah yang terlindung
(memiliki atap). Kerangka (kusen) pintu/jendela
ini
pada Saat
pemasangan harus menggunakan penguat (penahan) sementara pada
bagian bawahnya untuk memastikan bahwa letaknya sudah benar dan
tidak bergeser lagi pada saat dipasang.
Untuk menghindari kerusakan pada pintu, hindari memasang daun
pintu sebelum bangunan selesai, hanya rangka (kusen) pintu/jendela
saja
yang dipasang.
Pintu dirancang dengan daun pintu kayu yang
mengayun ke arah luar ruangan (bukan pintu geser karena cepat rusak)
dan jenis jendela ayun keluar dengan panel kaca dan rangka kayu. Semua
pintu dan jendela dibuat dari bahan yang berkualitas baik, haluskan
dahulu permukaan kayu
untuk
rangka pintu/jendela dan
daun pintu
dengan amplas sebelum dipasang.
Kaca yang digunakan untuk jendela adalah kaca dengan ketebalan
5 mm. Pada saat
memesan kaca tersebut diukur dahulu ukuran
kusen (rangka) jendela dan ditambahkan 5 mm pada sekeliling ukuran
dimensinya agar panel kaca tersebut dapat dipasang dengan mudah dan
kokoh pada rangka (kusen).

PEKERJAAN PENGUNCI DAN PENGGANTUNG


Pekerjaan ini terdiri dari :
1. Sloot Pintu Double
2. Pengangan Pintu Double
3. Kunci Tanam 2 Slaag
4. Engsel Pintu 4 Inch
5. Engsel jendela 3 Inch
6. Grendel Jendela
7. Hak Angin Jendela
8. Tarikan Jendela
Setelah daun pintu
dan
jendela siap
maka dilaksanakan
pemasangan asesories anatara lain: Sloot Pintu Double, Penganggan Pintu
Double, Kunci Tanam 2 Slaag, Engsel Pintu, Engsel Jendela, Grendel
Jendela, Hak Angin Jendela dan Tarikan Jendela. Pada tahap pekerjaan
ini dilakukan paling terakhir agar tidak menggangu proses pekerjaan
lain,
dan
pekerjaan ini dilakukan oleh
tenaga kerja yang ahli
dibidangnya, pemasangan ini juga memerlukan baut dan paku sekrup.
VI.

PEKERJAAN LANTAI DAN KERAMIK


PEKERJAAN LANTAI
1) Pekerjaan Lantai Beton Cor 1 : 3 : 5
a. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, penyiapan lantai yang akan
diselesaikan dengan bahan ini, serta pemasangannya pada lantai-lantai dalam
ruang-ruang yang tertera dalam gambar dan daftar bahan penyelesaian
(finish material schedule).
b. Bahan untuk penyelesaian ini berupa adukan beton yang terdiri dari campuran
semen pasir dan kerikil beton dengan perbandingan 1 : 3 : 5 diaduk dengan air
secukupnya (plastis).
c. Semen Portland yang dipakai seperti spesifikasi yang sesuai dengan apa yang
telah ditentukan dalam penjelasan. Pada umumnya semen termaksud adalah
semen biasa yang memenuhi syarat yang tercantum dalam NI-8.
d. Pasir yang dimaksud harus bersih, asli dan bebas dari segala macam kotoran
dan bahan-bahan kimia, satu dan lain hal sesuai dengan NI-3 pasal 14 ayat 2.
e. Kerikil beton yang dimaksud harus bersih dan bebas dari segala macam
kotoran tanah, satu dan lain hal sesuai dengan NI-2.
f. Lantai yang akan diselesaikan dengan beton tumbuk ini harus dipersiapkan
dulu dengan baik, ditumbuk (di stam) hingga cukup padat kemudian diurug
dengan pasir urug setebal minimal 10 cm atau sesuai dengan gambar kerja dan
dipadatkan lagi dengan menyiram dengan air.
g. Pengecoran lantai dengan adukan tersebut di atas dilakukan dengan hati-hati
dan empat yang akan dicor sudah bersih dari kotoran-kotoran yang mungkin
ada.
h. Pengecoran harus rata dan harus diusahakan tidak terjadi gelembunggelembung udara terperangkap yang kelak dapat menjadikan lantai menjadi
keropok. Ketebalan sesuai dengan gambar atau yang sudah diinstruksikan
dalam penjelasan pekerjaan.
i. Pengecoran dilakukan pias per pias(Blok demi blok)
PEKERJAAN GRANIT/KERAMIK
Pemasangan Lantai Granit 40 x 40 cm bagian dalam, Lantai Granit

40 x 40 cm bagian teras dan tangga, Lantai keramik 40 x 40 cm


bagian selasar dan tangga (unpolished), keramik 20 x 25 cm bagian
dinding kamar mandi, keramik 20 x 20 cm bagian lantai kamar mandi dan
keramik dan bon-bon keramik. Ada berberapa hal yang harus dilakukan
untuk melaksanakan pekerjaan pasangan keramik antara lain :
Bahan-bahan yang dipergunkan
sebelum
dipasang
terlebih
dahulu diserahkan contoh-contoh kepada direksi
Sebelum pekerjaan dimulai, Kami membuat shop drawing dari pola
keramik yang disetujui oleh Direksi
Keramik yang dipasng dalam keadaan baik, tidak retak, tidak
cacat dan tidak bernoda.
Adukan pengiat dengan campuran 1 PC : 3 Ps dan ditambah bahan
perekat seperti yang disyaratkan, bidang pemasangan harus
merupakan bidang yang benar-benar rata.
Jarak
antara unit-unit pemasangan keramik yang terpasang
(lembar siar-siar), harus sama lebar maksimum 3mm dan kedalaman
maksimum 2 mm, atau
sesuai detail gambar susui direksi, yang membentuk garis-garis
sejajar yang lurus yang sama lebar dan dalamnya, untuk siar-siar
yang berpotongan harus membentuk sudut siku dan
saling
berpotongan tegak lurus sesamanya.
Siar-siar
diisi
dengan
bahan
pengisi
sesuai
ketentuan/persyaratan, warna bahan pengisi sesuai dengan
warna keramik yang dipasangnya
Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong
keramik
khusus sesuai dengan persyaratan dari pabrik yang
bersangkutan.
Keramik yang sudah dipasang harus di bersiihkan dari segala
macam noda pada permukaan keramik, hingga betul-betul bersih
Sebelum keramik dipasang , terlebih dahulu unit-unit keramik
direndam dalam air sampai jenuh.
Tempat diatas detalasi sub lantai, pasangan ubin harus diberi
nad
selebar 1 cm, kemudian kedalaman mad
selebar 1 cm
tersebut dimasukkan grouting dari silikon rubber sealant.
VII.

PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK


1.
2. Penjelasan Umum
Meliputi bahan/ material yang bermutu baik, untuk mendapatkan hasil yang baik.
3. Ruang Lingkup
Lingkup Pekerjaan listrik ini meliputi penyediaan seluruh material,
perlengkapan/peralatan dan melaksanakan seluruh pekerjaan system listrik
sehingga dapat beropersai secara sempurna. Seluruh pekerjaan instalasi
listrik yang akan dilaksanakan harus dikerjakan oleh instalatur yang sudah
berpengalaman serta terdaftar sebagai instalatur resmi PLN dengan
memegang SPT dan Surat Izin Kerja- SIKA C yang masih berlaku. Seluruh
Pekerjaan listrik harus dikerjakan sesuai peraturan pekerjaan listrik yang
berlaku di Indonesia terutama SPLN dan PUIL.
Lingkup Pekerjaan listrik meliputi pengadaan dan pemasangan semua
komponen listrik termasuk lampu, saklar, stop kontak, instalasi pengkabelan
lengkap conduit, panel listrik dan pengetesannya.
Hasil pekerjaan listrik sampai menyala.

4. Ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan seperti yang dijelaskan


sebagai berikut :
1) Material
1) Kontraktor Pelaksana harus memasang lampu jenis merk Philips atau
setara. Tipe armature aotbow lengkap dengan aksesorisnya, serta lampu
lainnya seperti yang ditujukkan dalam gambar.
2) Semua stop kontak, saklar dari kualitas terbaik atau dari sekualitas
merk MK atau.
3) Isolasi untuk sambungan kabel digunakan pipa isolasi sekualias 3 M,
legrand atau yang sekualitas.
4) Pipa kabel (conduit) dari jenis high-impact dari merk EGA, clipsall atau
yang sekualitas. Sambungan (copling), T-Dos harus dengan merk yang
sama dengan jenis konduitnya.
5) Seluruh material yang dipergunakan harus baru dan dipasang dengan
cara penempatan yang benar atau dari material bangunan lama yang
masih layak/baik dapat dipasang dengan persetujuan pihak
Direksi/Pengawas.
6) Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh dari seluruh material
Pekerjaan listrik untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi sebelum
dipasang. Seluruh biaya ditanggung atas biaya Kontraktor pelaksana.
Material yang harus diajukan contohnya antara lain :
1) Kabel,
2) Stop kontak,
3) Saklar,
4) Lampu (setiap jenisnya),
5) Konduit, Ballast, dll
Ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan seperti yang dijelaskan
sebagai berikut :
1. Material
Pipa kabel (konduit) dari jenis high-impact dari merk EGA, clipsall atau
sekualitas. Sambungan (copling), T-Dos harus dengan merk yang sama
dengan jenis konduitnya.
Kontraktor Pelaksana harus memasang lampu jenis merk Philips atau
setara. Tipe armature aotbow lengkap dengan aksesorisnya, serta lampu
lainnya seperti yang ditujukkan dalam gambar..
Semua stop kontak, saklar dari kualitas terbaik atau dari sekualitas merk
MK atau.
Isolasi untuk sambungan kabel digunakan pipa isolasi sekualias 3 M,
legrand atau yang sekualitas.
Seluruh material yang dipergunakan harus baru dan dipasang dengan cara
penempatan yang benar atau dari material bangunan lama yang masih
layak/baik dapat dipasang dengan persetujuan pihak Direksi/pengawas.
Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh dari seluruh material
Pekerjaan listrik untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi sebelum
dipasang. Seluruh biaya ditanggung atas biaya kontraktor pelaksana.
Material yang harus diajukan contohnya antara lain : Pipa, Konduit,
Ballast, dll.
VIII.

PEKERJAAN INSTALASI AIR DAN SANITASI


Pekerjaan ini meliputi :
1) Instalasi Pipa Air Bersih PVC AW dan Asesories
2) Instalasi Pipa Air Bersih PVC 1 AW dan Asesories

3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
1.

Pengadaan dan Pasang Kran Air Stainless Stell


Instalasi Pipa Air Kotor 3 AW Wavin dan Asesories
Instalasi Pipa Air Kotor 4 AW Wavin dan Asesories
Klosed Jongkok
Kran Air
Tempat Sabun
Pipa Penguras Bak dari Kuningan
Floor Drain Stainless Stell
Box Kontrol
Septictank dan Resapan

Instalasi pipa air bersih harus ditanam didalam dindingdimana pipa tersebut ter
lindungi, adapun proses instalasi sanitair adalah seperti berikut ini :
Pada tahap pekerjaan Septic tank dan rembesannya harus memiliki jarak
minimal 3 meter dari bangunan sehingga jika terjadi kebocoran septic tank,
keadaan tanah pada bagian pondasi bangunan tidak mengalami kelembapan yang
dapat menyebabkan penurunan pondasi. Akan sangat berguna bila septictank
memiliki akses bukaan pada tanah diatas pipa saluran air kotor dari toilet
sebelum masuk ke septic tank, untuk memudahkan pekerjaan perbaikan bila
ter jadi penyumbatan. Akses bukaan ini juga harus ada setiap jarak 6m (jika
septictank jauh letaknya) atau pada pipa yang membelok (jika ada). Semua
bukaan ini harus memiliki tutup yang dapat dibuka terbuat dari semen

2. Instalasi Pipa Air Bersih PVC dan PVC 1 Persyaratan bahan :


a. Pipa air bersih adalah PVC dengan testing Pressure 15 kg/cm2, produk
danmerk akan di tentukan kemudian, dimensi pipa sesuai dengan gambar
kerja.
b. Fitting harus dari pabrik yang sama (direkomendasikan untuk itu)
c. Perlengkapan lainnya (stop kran, valve, clean out dan sebagainya)
disesuaikan dengan kebutuhan, produk/merk akan ditentukan kemudian.
Pelaksanaan :
a. Pemasangan instalasi-instalasi air bersih akan dilakukan oleh tenaga yang
ahli dibidangnya
b. Kami akan menyiapkan shop drawing sebelum pekerjaan dimulai dan
membuat asbuilt sesuai dengan apa yang dipasang
c. Pengyambungan pipa dengan menggunkan lem sehingga kuat dan tahan
terhadap tekanan air
d. Pemasangan dan penyambungan pompa dan segala perlengkapannya
sesuai dengan rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
e. Pipa-pipa air yang sudah terpasang baru akan ditimbun/ditutup, setelah
disetujui oleh site engineer dan pemasangn pupa didalam ruangan bersifat
inbaw.
f. Semua instalasi air bersih akan kami test dengan perconbaan tekanan
6 Atm selama minimal 24 jam terus menerus atas persetujuan lain dari site
aengineer.
3. Kran Air Stainless Stell
Ruang Lingkup
Meliputi seluruh pekerjaan, perlengkapan, bahan-bahan dan peralatan
bantu yang dibutuhkan untuk keperluan sanitasi atau plambing.
Pekerjaan instalasi air bersih, lengkap peralatan bantu sesuai gambar
rencana dan kebutuhan.

Syarat-syarat
Bahan yang digunakan kwalitas yang terbaik
Sebelum mendatangkan barang kelokasi, kami akan memperlihatkan
contoh terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan direksi
Untuk pekerjaan instalasi memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
peraturan plumbing Indonesia.
Pelaksanaan pekerjaan Instasi silaksanakan oleh instruktur yang dapat
persetujuan dari direksi/Pengawas.
4. Instalasi Pipa Air Kotor 3 dan 4 AW Wavin
Persyaratan Bahan.
Pipa air kotor adalah PVC, Kelas AW, tekanan kerja 8 kg/cm2, sdimensi
pipa sesuai dengan gambar, produk dan merk ditentukan kemudian.
Septitank dan
resapan terbuat dari
buis
beton, dimensi dan
spesifikasi sesuai dengan gambar rencana.
Pelaksanaan :
a. Pemasangan pipa instalasi air kotor horizontal dan mempunyai kemiringan
kearah pembuangan minimum 2 %
b. Pipa saluran air kotor dipasang sedemikian rupa, sehingga tidak ada hawa
busuk yang keluar dari pipa tersebut. Dan tidak ada rngga udara.
c. Pipa saluran air kotor dan asmbunagn-sambungan akan dibuat dengan rapi,
kuat dan cermat, sehingga menjamin bahwa air kotor/buangan dapat
mengalir dengan lancar.
d. Sebelum semua pekerjaan
instalasi air
kotor diserahkan
akan
dilakukakn pengetesan terhadap kelancaran dan ada tidaknya kebocoran
pada saluran.
5. Pembuatan Septictank dan Resapan
Pada tahap pekerjaan Septic tank
dan
rembesannya
harus
memiliki jarak minimal 3 meter dari bangunan sehinggajika terjadi kebocoran
septic tank, keadaan tanah pada bagian pondasi bangunan tidak mengalami
kelembapan yang dapat menyebabkan penurunan pondasi.
Akan sangat berguna bila septic tankmemiliki aksesbukaan pada tanah
diatas pipa saluran air kotordari toilet sebelum masuk ke septic tank,
untukmemudahkan pekerjaan perbaikan bila
ter
jadipenyumbatan. Akses
bukaan ini juga harus ada setiap jarak 6m (jika septic tank jauh letaknya)
ataupada pipa yang membelok (jika ada). Semua bukaanini harus memiliki tutup
yang dapat dibuka terbuatdari semen.
Bahan yang digunakan adalah :
- Batu bata merah
- Pasir pasang
- Semen portlan
- Kerikil
- Besi beton
- Batu gunung
- Campuran Kerikil
- Ijuk
- Pipa dan
- Tanah urug

Pelaksanan pembuatannya sama dengan pelaksanaan membuat dinding bata kedap


air serta lantai batu kedap air. Jadi pasangan bata adukan 1 semen 2 pasir.
Adapun tutup septicktank dari plat beton bertulang yang pembuatannya
dilakukan dapat diluar ( pra cetak ) atau langsung diatas septictank dengan
papan acuan yang tidak diperlukan dibongkar, satu dan lain hal agar ditentukan
oleh pengawas. Batu bata harus diplester dengan adukan 1 : 2 baik dari
sisi dalam maupun luar. Untuk membuat resapan air kotor dari septictank
dan kamar mandi, bahan pokoknya adalah batu belah, pasir dan ijuk.
IX.

PEKERJAAN INSTALASI GAS MEDIS OKSIGEN


1. Survey Lokasi
a) Melihat secara langsung kondisi lokasi pekerjaan pada bangunan rumah sakit
yang akan di rencanakan sebagai pekerjaan instalasi gas medis.
b) Mengumpulkan datadata yang otentik, meliputi pekerjaan instalasi gas
medis di lapangan/rumah sakit.
c) Menyerahkan shop drowing instalasi gas medis dan persetujuan pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan ketentuan proyek.
2. Persiapan Pekerjaan
Penyiapan material sistem instalasi gas medis yang di gunakan sebagai pelaksanaa
pekerjaan gas medis pada rumah sakit :
Pipa tembaga ASTM B 88 / 280 Type L
Material bantu utama
Material bantu tambahan
Penyiapan alat kerja dan alat bantu yang di gunakan untuk pelaksanaan pekerjaan
instalasi pipa gas medis pada rumah sakit :
Alat las ( Blander las )
Gas untuk pengelasan dan pembersihan pipa
Mesin bor dan mesin grinda lengkap dengan kabel power
Tool kits Tangga
Ruang lingkup pekerjaan gas medis pada pekerjaan pemasangan ;
Area Alarm,
Zone Box Valvel
Outlet medical gas,
Manifold
Mesin Vacuum
Mesin kompres air
Monitor / control tekanan gas
Instalasi pipa tembaga sebagai pendistribusian gas medis menuju ruangruang pelayanan/perawatan
Penyiapan Alat Pelindung Diri ( APD )
Helm
Sepatu
Kaca mata
Sarung tangan
APAR
Marking / pemberian tanda disetiap ruangan yang akan dipasang instalasi gas
medis sebelum di lakukan pembobokan.
3. Pengelasan Pipa Tembaga
a) Sebelum dilakukan pengelasan pipa terlebih dahulu melakukan pamasangan
gantungan pipa dengan jarak 1.5 s/d 2,5 meter.

b) Pengaturan jalur pipa diatas gantungan sesuai dengan ukuran pipa dan
kebutuhan gas medis.
c) Jika seluruh/sebagian jalur pipa sudah terpasang diatas gantungan langkah
selanjutnya penyambungan / pengelelasan pipa.
d) Penyambungan/pengelasan
pipa
tembaga
dengan
menggunakan
Acytelin/Elpiji dan Oksigen dengan menggunakan blander las dengan kawat
las perak.
e) Untuk mengurangi dan menjamin kebersihan dalam pipa pada saat pengelasan
berjalan harus dialiri gas Nitrogen dengan ketentuan Flow 2 LPM dia 10 s/d
22 Flow 2.5 LPM dia 25 s/d 40 dan 3 LPM 42 s/d 80
f) Sebelum mengakhiri pengelasan harus dipastikan bahwa seluruh permukaan
pipa sudah tertutup dengan perak las dan dalam keadaan
melebur/menyatuserta dalam kondisi rapih.
g) Pastikan juga tidak ada kotoran yang menempel pada perak, hal tersebut
dapat mengakibatkan kebocoran pada pengelasan.
h) Setiap ujung pipa yang tidak disambung harus tertutup rapat dengan cara
dilas
agar
memudahkan
pada
saat
pengetesan
kebocoran
serta menjaga tidak masuknya kotoran kedalam pipa.
i) Jika disetiap zone atau lantai telah dilakukan pengelasan langkah
selanjutnya adalah pengetesan kebocoran instalasi pipa disetiap masingmasing zone.
4. Pengetesan Kebocoran.
Sebelum pengetesan kebocoran pada instalasi pipa gas medik terlebih dahulu
harus di siapkan alat sbb :
a) Pressure gauge
b) Ball valve
c) Gas oksigen / udara tekan
d) Tool kits dan
e) Surat Berita Acara/dokumen
A. Pengetesan tahap awal / Kesatu :
Pengetesan dilakukan disetiap zone / lantai yang telah selesai
pengelasan.
a. Pastikan disetiap ujung pipa sudah tertutup / dilas dengan
sempurna.
b. Pasang ball valve berikut dengan pressure gauge di ujung / tempat
pengetesan.
c. Sambungkan selang ke tabung oksigen / udara tekan.
d. Jika sudah tersambung buka katub tabung dengan perlahan dan
perhatikan pressure gauge.
e. Tutup katub tambung jika sudah mencapai 2 3 bar, pastikan
jarum pressure gauge tidak bergerak turun dengan cepat.
f. Jika pressuare gauge bergerak turun cepat lakukan pemeriksaan
setiap sambungan pipa dengan menggunakan air sabun agar dapat
mengetahui kebocoran.
g. Jika sudah diketemukan kebocoran lakukan perbaikan / pengelasan
hingga tidak bocor.
Lakukan pengetesan dengan tekanan kembali, jika jarum pressuare gauge
tidak berubah tambah tekanan higga mencapai 2 x tekanan kerja atau 10
bar dan lakukan selama 2 x 24 jam.

Jika selama 2 x 24 jam tidak ada penurunan buat berita acara secara
tertulis dan harus ditandatangani bagian terkait serta didokumentasikan.

B. Pengetesan tahap kedua:


Pengetesan dilakukan jika seluruh wall outlet dan zone box valve sudah
terpasang.
a. Jika seluruh wall outlet dan zone box valve sudah terpasang dengan
baik lakukan pengetesan dari ruang sentral gas.
b. Metode pengetesan sama dengan pada tahap awal yang berbeda
adalah ;
c. Untuk memastikan jalur mine line terlebih dahulu setiap zone box
valve disetiap lantai harus ditutup terlebih dahulu.
d. Jika tidak ada kebocoran baru dapat dibuka dengan satu persatu zone
box valve dengan tetap memperhatikan pressuare gauge, jika pada
saat membuka zone box valve tidak ada penurunan tekanan yang
drastis / cepat maka dapt dilanjutkan disetiap lantai.
e. Jika seluruh zone box valve setiap zone / lantai sudah terbuka
tambah tekanan gas hingga pada tekanan yang ditentukan 8 s/d 10 bar
dengan waktu pengetesan 2 x 24 jam.
f. Jika selama 2 x 24 jam tidak ada penurunan buat berita acara secara
tertulis dan harus ditandatangani bagian terkait.
5. Pengetesan outlet.
Pengetesan tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa setiap wall outlet yang
terpasang telah sesuai dengan jalur dan gas masing-masing.
Langkah selanjutnya :
1) Masukan tekanan salah satu jalur pipa/ instalasi gas dari R. sentral gas.
2) Lakukan pemeriksaan disetiap outlet dengan cara menekan check valve di
outlet.
3) Pastikan seluruh outlet sudah terpasang dengan jalur gas yang memilki
tekanan dan susuai dengan jenis gas.
4) Jika terdapat ketidak sesuaian segara lakukan perbaikan. Dengan
menyesuaikan jenis gasnya yang akan terpasang.
5) Lakukan pengetesan seluruh gedung disetiap jalus pipa atau instalasi pipa
gas.
XIII. PEKERJAAN INSTALASI GAS MEDIS SUCTION
Gas Medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan
medis pada sarana kesehatan.
Macam-macam Outlet Gas Medis:
i. Sistem Oksigen (O2)
ii. Sistem Nitrous Oxide (N20)
iii. Sistem Karbon Dioksida (C02)
iv. Siatem Nitrogen (N2)
v. Sistem Medical Compressed Air ( Air )
vi. Sistem Medical Vacuum (VAC)
vii. Sistem Pembuangan Gas Anesthesi (WAGD)
PIPA
a.
b.
c.

GAS MEDIS MENURUT STANDAR INTERNASIONAL


Menurut Australia standar AS2896 : pipa tembaga tipe AS/NZ1571,
Menurut standar HTM2022 : pipa tembaga tipe BSEN13348,
Menurut standar NFPA99C : pipa tembaga tipe ASTM B819,

d. Menurut Jerman standar : pipa tembaga tipe DIN13260.


Instalasi Gas Medis terdiri dari beberapa bagian penting antara lain:
1) Sentral Gas Medis
2) Box Valve & Alarm
3) Jaringan pipa Instalasi gas Medis
4) Outlet Gas medical
5) Perlengkapan Outlet
I.

SENTRAL GAS MEDIS


Sentral Gas Medis, terdiri dari :
1. Regulator
2.Botol Gas Medis, Terdiri 2 Group (Group kanan & Group kiri)
3.Manifold + valve
4.Selang Pengisian (Lead Copper Tube)
5.Safety valve
Sentral Gas Oxygen terdiri dari dua bagian (Grup botol bagian kanan
dan Grup botol bagian kiri) kedua bagian dipisahkan oleh middle valve induk
(lihat di gambar sentral). Sentral gas oksigen misal berkapasitas 5 x 2 botol
artinya 5 botol grup kanan dan 5 botol grup kiri yang dirangkai dengan
memakai pipa tembaga tekanan tinggi, valvetekanan tinggi serta lead cooper
tube tekanan tinggi pada masing- masing botol (lebih kurang tekanan gas
dalam botol 150 Bar = 150 Kg/cm2 dan volume tabung masing-masing 6 M3).
Kedua grup dihubungkan pada manifold dan regulator O2 dilengkapi dengan
2 buah valve yaitu valve induk sebelah kanan dan valve induk sebelah kiri
yang berfungsi sebagai pengatur kerja sentral secara bergantian. Pada
sentral Instalasi juga terdapat safety valve sebagai pengaman menghindari
tekanan tinggi diatas 6 bar. Valve harus didesain dalam sistem 4 baut,
berbadan perunggu, berpenutup ganda, berujung penuh, bertype bola
menyatu dengan pengaman teflon (TFE) dan segel Viton, cincin kemas O,
bola perunggu yang disegel langsung, bukti pemadaman batang, bertekanan
sampai 4137 kPa (600 psig). Valve harus dioperasikan hanya oleh sebuah
pengungkit dengan arah seperempat dari posisi buka penuh ke posisi tutup
penuh. Semua valve harus dilengkapi dengan tipe Kyang telah dicuci dan
dilumasi untuk perluasan pipa tembaga pada tepi kedua inlet dan outlet dari
ujung valve sebagai fasilitas instalasi. Valves harus didesain seperti itu
agar dapat berputar keluar selama insatalasi untuk mencegah terjadinya
kerusakan selama operasi tembaga. Sebuah label menunjukkan kesesuaian
gas dan nilai tekan yang harus terpasang pada masing-masing valve. Valves
harus didesain seperti itu agar dapat berputar keluar selama insatalasi
untuk mencegah terjadinya kerusakan selama operasi tembaga. Sebuah label
menunjukkan kesesuaian gas dan nilai tekan yang harus terpasang pada
masing-masing valve. Setiap valve harus telah dicuci dan dilumasi untuk
oksigen dan perluasan pipa yang terpasang pada kedua ujungnya. Dan
dinyatakan lulus test tekanan oleh UL dan CSA. Rangkaian sentral ini terdiri
dari kerangka besi, manifold dari stainless steel, valve dan pipa tembaga
masing-masing botol diikat pada dudukan besi dengan rantai.
Kerja sentral ini bergantian kedua bagian sentral bekerja bergantian
dilakukan secara manual, apabila bagian kanan dipakai atau sedang bekerja
maka bagian kiri disiapkan botol baru sebagai cadangan. Apabila tekanan di
manometer sentral pada kondisi kurang lebih 2 Bar maka perlu dilakukan
pengggantian bagian, misalnya dari bagian kiri habis dipindah ke bagian

kanan yang sudah siap caranya dengan membuka valve induk sebelah kanan
dan menutup valve induk sebelah kiri untuk selanjutnya mengganti botol
sebelah kiri dengan botol isi yang baru. Demikian seterusnya sentral oksigen
bekerja secara bergantian.
II.

BOX VALVE DAN ALARM


Box Valve berfungsi sebagai pemisah aliran instalasi tiap lantai hal
ini untuk mengantisipasi apabila ada kerusakan maka tidak mengganggu
aktifitas di tiap lantai lain. Masing-masing box zone valve harus terdiri
dari komponen yang menyertainya.Box valve baja dapat dipasang tunggal
atau ganda dengan perpanjangan tabung, lensa alumunium dan jendela
cabut yang dapat dipindahkan. Box valve harus dirancang dengan panjang
dan lebar sesuai jumlah Valve lengkap dengan enamel yang dibakar pada
ujungnya. Pada sisi yang berlawanan dari box, akhirnya dapat disetel
menjadi 2 bagian yang bertujuan sebagai alat pendukung pemasangan. Box
Valve Baja harus dapat menampung berbagi sudut dinding yang
ketebalannya antara 1mm atau 1,5 mm serta harus sesuai. . Akses zone
shut off valve harus dengan tarikan dari cincin rakitan untuk memindahkan
jendela dari bingkai pintu. Jendela dapat diinstal ulang tanpa menggunakan
alat akan tetapi hanya setelah pegangan valve telah dikembalikan pada
posisi buka. Valve harus didesain dalam sistem 4 baut, berbadan perunggu,
berpenutup ganda, berujung penuh, bertype bola menyatu dengan
pengaman teflon (TFE) dan segel Viton, cincin kemas O, bola perunggu
yang disegel langsung, bukti pemadaman batang, bertekanan sampai 2760
kPa (400 psig). Valve harus dioperasikan hanya oleh sebuah pengungkit
dengan arah seperempat dari posisi buka penuh ke posisi tutup penuh.
Semua valve harus dilengkapi dengan tipe Kyang telah dicuci dan
dilumasi untuk perluasan pipa tembaga untuk kesesuaian panjang di bawah
tepi Box. Masing-masing valve harus disupplai dengan mengidentifikasi
gantungan pada baut
ke atas badan valve dengan tujuan agar
diperbolehkan memasang label pada gas. Kemasan label harus tersedia
dalam masing-masing kotak valve dan diaplikasikan oleh pemasang.
Pressure gauge akan terbaca pada 0-700 kPa (0-100 psig) untuk semua gas
kecuali nitrogen yang akan terbaca pada 0-2000 kPa (0-300 psig) dan
vacum yang akan terbaca pada -100-0 kPa (0-30 Hg). Bingkai pintu harus
dirancang dari alumunium sehingga dapat dipasang di belakang box dengan
skrup yang tersedia. Bagian depan yang mudah dipindahkan harus tersusun
atas jendela transfaran dengan sebuah cincin tarik yang menjadi pusat
jendela.

III.

JARINGAN PIPA GAS MEDIS


Jaringan Pipa Gas Medis ini adalah suatu jaringan perpipaan yang
dipasang pada rumah sakit, untuk memenuhi kebutuhan supply gas medis ke
ruangan-ruangan yang dibutuhkan. Jaringan perpipaan gas medis ini
menggunakan pipa tembaga atau pipa stainless steel dengan ketebalan
sesuai standart.
Pipa yang dipakai untuk jaringan gas ini menggunakan bahan pipa dari
pipa tembaga. Ukuran pipa yang dipasang disesuaikan menurut kebutuhan
namun harus sesuai dengan standart keamanan yang diijinkan. seluruh
distribusi sistem pemipaan gas medis menggunakan pipa tembaga yang
memiliki standart khusus gas medis dianataranya ASTM B 280, 819 Type
L . Fitting: seluruh fitting terbuat dari tembaga dengan standart type

L . Sistem pengelasan : semua sambungan pipa gas medis di sambung


mengunakan pengelasan perak dengan Acytelin/Elpiji dan Oksigen.dan
dikerjakan oleh tenaga yang sudah berpengalaman dibidang pengelasan
tembaga. Jika tahap pengelasan sudah selesai harus dilakukan
pembersihan instalasi pipa dengan udara tekan dan nitrogen yang dialirkan
keseluruh instalasi pipa hingga kotoran dan sisa pengelasn tidak ada yang
tertinggal di dalam instalasi.. Diameter pipa berukuran 11/2 , 11/4, 1,
, , 3/8. Jaringan pipa instalasi gas medis yang terpasang harus
mampu menerima tekanan kerja yang dibutuh kan yaitu 1 (satu setengah
x tekanan kerja), dimana jaringan pipa ini bekerja pada tekanan lebih
kurang 4 - 5 bar. Ketebalan dan kemampuan jaringan pipa juga harus sesuai
standart pipa tembaga medical (standart Amerika, Jepang dll).
Sistem pemasangan Jaringan Instalasi Gas Medis adalah sebagai berikut :
i. Pipa Instalasi Gas Medis dipasang diatas plafon
ii. Pipa Instalasi Gas Medis dipasang dibawah plafon
iii. Pipa Instalasi Gas Medis dipasang di dalam dinding (ditanam di
diniding dengan paralon pelindung)
iv. Pipa Instalasi Gas Medis dipasang di dalam wallduck (aluminium,
kayu, dll)
v. Pipa Instalasi Gas Medis dipasang dalam keadaan digantung di langit
- langit.
Pengetesan : setelah dilakukan pengelasan harus dilakukan pemeriksaan
kebocoran setiap sambungan atau instalasi masing-masing gas dengan
ketentuan test tekan 2 kali tekanan kerja selama 2 x 24 jam tanpa ada
perubahan tekanan.
Dalam pemasangan jaringan pemipaan harus diperhatikan faktor
kemudahan perawatan (maintenance) apabila terjadi kebocoran dalam
system instalasi. Tekanan yang dipakai dalam Instalasi Gas medis :
1) Tekanan dalam sistem perpipaan = 4 5 Bar
2) Tekanan setting safety valve = 6 Bar (pada kondisi ini safety valve
bekerja)
3) Tekanan setting alarm = 1,5 2 Bar
(alarm berbunyi rentang
waktu 30 menit penggantian botol)
4) Tekanan maksimal outlet = 6 Bar
5) Tekanan maksimal Flowmeter = 6 Bar
IV.

XIV.

OUTLET GAS MEDICAL


Outlet gas medical dapat dipasang di dinding, di bedhed (wallduck
terbuat dari kayu, alumunium, dan lain-lain) yang berfungsi sebagai titik
penyambungan dengan perlengkapan outlet yang lain. Jenis Outlet
diantanya Wall Outlet, Ceilling Outlet dll bekerja mengeluarkan gas medis
apabila ada tekanan pada drat(bibir outlet bagian dalam) untuk kemudian
outlet menyalurkan gas medis ke perlengkapan outlet yang digunakan
pasien.
Outlet bekerja pada tekanan gas yang sesuai dengan kebutuhan
perlengkapan outlet gas medis dengan tekanan maksimal 6 Bar.

PEKERJAAN PERLENGKAPAN INSTALASI GAS MEDIS


Perlengkapan outlet adalah suatu alat atau peralatan yang dipasang pada outlet
untuk menyalurkan Gas Medis untuk keperluan pasien maupun untuk keperluan alatalat medis lain. Perlengkapan outlet antara lain :

1) Flowmeter, berfungsi untuk mengatur kebutuhan gas pasien dan penunjuk


tekanan.
2) Humidifier, berfungsi untuk memberikan kelembaban gas yang akan dipakai
pasien.
3) Conector, berfungsi untuk penyambungan antara satu alat dengan alat lain
4) Nasal Canula
5) Mesin Anesthesi, mesin respirasi dan masih terdapat beberapa alat-alat
medis lain yang merupakan kelengkapan Outlet gas medis.
XV.

PEKERJAAN PENGECATAN
Sebelum dilakukan pengecatan, dinding akan diplamir terlebih dahulu sampai
seluruh permukaan dinding benar-benar rata. Pengecatan dinding diawali dengan
cat dasar dan dilanjutkan dengan lapisan cat penutup sebanyak 2 kali sampai
hasilnya benar-benar rapi dan rata. Warna dan jenis cat yang akan digunakan harus
mendapat persetujuan dari owner dan Pengawas terlebih dahulu.
a. Lingkup pekerjaan
1) Meliputi semua pekerja, peralatan dan bahan-bahan yang ada hubungannya
dengan pengecatan sesuai spesifikasi yang ditentukan.
2) Semua permukaan kayu dinding, plafond dan lain-lain dicat kecuali kalau
ditentukan lain dalam gambar.
Pengecatan terdiri dari :
a) Dinding ; plamur, cat dasar 1 kali dan warna tembok 2 kali minimum.
b) Kayu ; meni kayu, plamuur, cat dasar 1 kali dan warna kayu 2 minimal.
c) Plafond ; cat dasar 1 kali dan warna tembok 2 kali minimum.
b. Syarat-syarat
Pemborong harus memberikan jaminan kepada pemilik bahwa semua pekerjaan
cat sesuai dengan spesifikasi tidak menggelembung, mengelupas dan cacatcacat lain selama 2 tahun sesudah penyerahan terakhir dari pekerjaan.
c. Bahan-bahan
1. Vinil acrylic emulsion untuk dinding dan langit-langit. Kualitas cat tembok
dipakai merk dulux.
2. Cat harus dalam bungkus asli dan utuh. Pada label tersebut ada keterangan
tentang nama pabrik, warna, susunan kimia dan aturan pakai.

Вам также может понравиться