Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
Ranti Melyani Simorangkir
31160053
FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tebu banyak ditemukankan di pulau Jawa dan Sumatra. Tanaman pemanis ini sudah dikenal
jauh sebelum masehi dan menghasilkan 27 juta ton setiap tahunnya. Batang tebu terdiri dari
beberapa komponen seperti monosakarida 0,5 1,5%, sukrosa 11 19%, zat organik 0,5
1,5%, zat anorganik 0,15%, air 65 75%, dan bahan lainya 12% (Primahandana dan
Hendroko, 2008).
Menurut Ratna (2009) Indonesia selalu menarik untuk dibahas, mulai masa kejayaan
Indonesia sebagai negara pengekspor gula terbesar hingga keterpurukan produksi gula yang
mengharuskan Indonesia menjadi negara pengimpor gula sejak awal tahun 1990 hingga saat
ini, dengan jumlah permintaan yang semakin tinggi. Secara historis, industri gula merupakan
salah satu industri perkebunan tertua dan terpenting yang ada di Indonesia. Sejarah
menunjukkan bahwa Indonesia pernah mengalami era kejayaan industri gula pada tahun
1930, dimana jumlah pabrik gula yang beroperasi adalah 179 pabrik gula. Hal ini merupakan
sebuah prestasi karena menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil gula terbesar didunia
bersaing dengan Cuba. Setelah mengalami berbagai pasang-surut, industri gula Indonesia
sekarang setidaknya hanya didukung oleh 58 pabrik gula (PG) yang aktif, impor gula
meningkat hingga 50 % untuk pemenuhan kebutuhan gula domestik yang menjadikan
Indonesia sebagai Negara pengimpor gula terbesar kelima di dunia. Keadaan ini
mengindikasikan adanya ii
permasalahan pada industri gula Indonesia. Permasalahan yang terjadi pada pergulaan
nasional nyatanya tidak hanya tentang produksi gula yang terus menurun dari waktu ke
waktu, namun juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan regulasi tentang sistem
pergulaan yang dinilai belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani tebu. Maka dalam
penyelesaian masalah ini dilakukan dengan permodelan menggunakan pendekatan sistem
dinamik. Fungsi dari pendekatan sistem dinamik ini adalah menggambarkan model secara
keseluruhan dan melakukan simulasi skenario kebijakan pemerintah dalam upaya
peningkatan kesejahteraan petani tebu Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tebu
Klasifikasi
Kingdom : Plantea
Subkingdom: Tracheobionta
SuperDivisi : Spermatophyta
Divis : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum.
Tebu (Saccharum spp. Hibrida) adalah penting agro-industri tanaman komersial yang memainkan
peran penting dalam perekonomian nasional dengan kontribusi 0,67 persen terhadap PDB karena
adaptasi yang lebih luas atas berbagai agroklimat kondisi dan juga unik di antara tanaman
pertanian di arti bahwa sejumlah tanaman tebu berhasil dibangkitkan dari penanaman tunggal
yang merupakan komponen integral dari sistem produksi tebu.
tebu termasuk suatu gramine (rumput-rumputan).
Tanaman tebu tumbuh bergerombol dan membentuk rumpun, batangnya bulat panjang dan
beruas-ruas. Warna batangnya berbeda-beda, ada yang warna hijau,
ungu, kuning, merah tua dan lain-lain. Kulit luar tebu merupakan bagian yang
keras dan diselimuti lapisan lilin yang tipis dan berwarna putih kelabu, sedang
bagian dalamnya lunak, karena bagian inilah yang mengandung gula. Akar tanaman tebu
berserabut dan tidak tahan air yang berlebih karena akan membusuk
dan mati. Helaian daun tanaman tebu berbentuk garis, pada tepi daun permukaannya kasar.
Tanaman tebu baru dipanen pada saat kandungan gula mencapai jumlah yang maksimum.
Tanaman yang ter!alu muda dan terlalu tua mempunyai kandungan gula yang rendah.
2.2 Proses pengolahan tebu menjadi gula
A. Proses DEFEKASI
Pemurnian cara defekasi adalah cara pemurnian yang paling sederhana, bahan
pembantu hanya berupa kapur tohor. Kapur tohor hanya digunakan untuk
menetralkan asam-asam yang terdapat dalam nira. Nira yang telah diperoleh dari
mesin penggiling diberi kapur sampai diperoleh harga pH sedikit alkalis (pH 7,2).
Nira yang telah diberi kapur kemudian dipanaskan sampai mendidih. Endapan
yang terjadi dipisahkan.
B. Proses Sulfitasi
Pada pemurnian cara sulfitasi pemberian kapur berlebihan. Kelebihan kapur ini
dinetralkan kembali dengan gas sulfite. Penambahan gas SO2 menyebabkan :
SO2 bergabung dengan CaO membentuk CaSO3 yang mengendap. SO2
memperlambat reaksi antara asam amino dan gula reduksi yang dapat
mengakibatkan terbentuknya zat warna gelap. SO2 dalam larutan asam dapat
mereduksi ion ferri sehingga menurunkan efek oksidasi.Pelaksanaan proses
sulfitasi
adalah
sebagai
berikut.
C. Proses Karbonat
Cara ini merupakan cara yang paling baik dibandingkan dengan kedua cara diatas.
Sebagai bahan pembantu untuk pemurnian nira adalah susu kapur dan gas CO2.
Pemberian susu kapur berlebihan kemudian ditambah gas CO2 yang berguna
untuk menetralkan kelebihan susu sehingga kotoran-kotoran yang terdapat dalam
nira akan diikat.Reaksi :Ca (OH)2 CaCO3 + H2O Karena terbentuknya
endapan CaCO3 banyak maka endapan dapat dengan mudah dipisahkan. (E.
Hugot, 1960)
1) Penguapan
Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air, air ini harus
dipisahkan dengan menggunakan alat penguap. Penguapan adalah proses
menghilangkan zat pelarut dari dalam larutan dengan menggunakan panas. Zat
pelarut dalam proses penguapan nira adalah air.
2) .Pengkristalan
Proses pengkristalan adalah salah satu langkah dalam rangkaian proses di pabrik
gula dimana akan dikerjakan pengkristalan gula dari larutan yang mengandung
gula. Dalam larutan encer jarak antara molekul satu dengan yang lain masih
cukup besar. Pada proses penguapan jarak antara masing-masing molekul dalam
larutan tersebut saling mendekat.
3) Pengeringan
Gula yang keluar dari alat pemutar ditampung dalam alat getar (talang goyang).
Talang goyang ini selain berfungsi sebagai alat pengengkut, juga sebagai alat
pengering gula. Pengeringan ini menggunakan udara yang dihembuskan dari
bawah, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kadar air dalam gula. Setelah
pengeringan gula dimasukkan dalam karung dan disimpan digudang.