Вы находитесь на странице: 1из 8

Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Peningkatan Kadar Asam Urat

pada Masyarakat Pesisir Kecamatan Watubangga


1

Xena Poetri Xaverya Rengga 2Indria Hafizah 3I Putu Sudayasa


1

Program Pendidikan DokterFK UHO


2
BagianImunologi FK UHO
3
BagianIlmu Kesehatan Masyarakat FK UHO

ABSTRACT
The increased levels of uric acid is hyperuricemia caused a variety of risk factors that is family history,
obesity, consumption of high foods in purines, high fructose and high alcohol. The highest prevalence data in the
region of Sulawesi according to Riskesdas by 2013 is South East Sulawesi of 12%. The objective of this study is to
know the risk factors offamily history, obesity, consumption of high foods in purines, high fructose and high alcohol
to increase uric acid levels in coastal society district of Watubangga.The design of observational analytic study
was by using a case control. Sample of the study is 136 people in coastal society district of Watubangga recorded in
the medical recordof clinics watubangga by 68 cases and 68 controls are taken using purposive sampling technique.
Research instrument is questionnaire to determine family history, consumption of high foods in purines, high
fructose, high alcohol and coutn BMI to determined obesity. Data declared significant if OR >1 .The findings of
study there is risk factors offamily history (OR = 2,901), obesity (OR = 3,125), the consumption of high foods in
purines (OR = 6,273), the high consumption of fructose (OR = 3,596), and high consumption of alcohol (OR =
2,971) affect increasing uric acid levels.The conclusion of study indicate that risk factors that affect increase uric
acid levels is family history, obesity, consumption of high foods in purines, high consumption of fructose and high
consumption of alcohol.Need handling a pattern of healthy living by exercise and eating patterns set by consumption
of high foods in purines, high fructose and alcohol.
Keywords : Uric acid, family history, obesity, purines, fructose, alcohol.

PENDAHULUAN
Asam urat adalah hasil produksi
metabolisme purin(Misnadiarly, 2007).
Asam urat disintesis terutama dalam hati,
dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh
enzim xantin oksidase. Asam urat kemudian
mengalir melalui darah ke ginjal, tempat zat
ini difiltrasi, direabsorpsi sebagian, dan
diekskresi sebagian sebelum akhirnya
diekskresikan melalui urin (Sacher, 2004).
Peningkatan kadar asam urat darah
diatas normal disebut hiperurisemia.
Diagnosis hiperurisemia jika kadar asam
urat dalam serum pada laki-laki >7,0 mg/dl
dan pada perempuan >6,0 mg/dl (Monangin
dkk, 2013).Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan kadar asam urat
atau hiperurisemia yaitu faktor genetik,
obesitas, usia, jenis kelamin (Misnadiarly,
2008), konsumsi purin seperti ikan teri, otak,

jerohan, daging angsa, burung dara, telur


ikan, kaldu, sarden, alkohol, ragi, makanan
yang diawetkan, ikan tongkol, tenggiri,
bawal, bandeng, daging sapi, daging ayam,
kerang, asparagus, kacang-kacangan. Jika,
peningkatan kadar asam urat tidak segera
diatasi dapat menimbulkan penyakit seperti
gout akut, tofi, batu ginjal, dan nefropati
(Lina dan Andik, 2014).
Berdasarkan data diagnosis Riskesdas
tahun 2013, prevalensi penyakit sendi
tertinggi di Sulawesi yaitu Sulawesi
Tenggara
dengan
prevalensi
12%
(Riskesdas,
2013).Secara
geografis,
Indonesia membentang dari 60 LU sampai
110 LS dan 920 sampai 1420 BT, terdiri dari
pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya
kurang lebih 17.504 pulau dan tiga perempat
wilayahnya adalah laut (5,9 juta km2),

dengan panjang garis pantai 95.161 km,


terpanjang kedua setelah Kanada. Tempat
bertemunya daratan dan lautan disebut
wilayah pesisir (Lasabuda, 2013).
Kecamatan Watubangga adalah suatu
daerah yang memiliki wilayah pesisir yang
terdiri dari 2 kelurahan dan 1 desa yang
berada di pesisir pantai Kabupaten Kolaka,
Sulawesi
Tenggara.
Sebagian
besar
masyarakat pesisir Kecamatan Watubangga
memiliki kebiasaan mengkonsumsi tinggi
purin seperti makanan laut, tinggi fruktosa,
tinggi alkohol, memiliki riwayat keluarga
peningkatan asam urat. Hal ini merupakan
faktor risiko pencetus peningktanan kadar
asam urat.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah analitik
observasional dengan menggunakan kasus
kontrol. Jumlah sampel pada penelitian ini
adalah 136 orang yang terdiri dari 68 kasus
dan 68 kontrol. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Maret tahun 2016 di wilayah pesisir
Kecamatan
Watubangga.
Pengambilan
sampel kasus dan kontrol dilakukan secara
purposive sampling dengan matching, jenis
kelamin laki-laki dan usia30 tahun yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan di Kelurahan Wolulu,
Kelurahan Watubangga, dan Desa Lamunde

Kecamatan Watubangga didapatkan analisis


data yang mencakup kasus dan kontrol.
Tabel 1menunjukkan bahwa hasil
analisis data dari 136 responden terdapat 49
orang (36%) responden yang memiliki
riwayat keluarga peningkatan kadar asam
urat juga mengalami peningkatan kadar
asam urat dan 19 orang (14%) responden
yang tidak memiliki riwayat keluarga
peningkatan kadar asam urat tetapi
mengalami peningkatan kadar asam urat.
Sedangkan responden yang tidak mengalami
peningkatan kadar asam urat tetapi memiliki
riwayat keluarga peningkatan kadar asam
urat berjumlah 32 orang (23,5%) responden
dan yang tidak memiliki riwayat keluarga
peningkatan kadar asam urat berjumlah 36
orang (26,5%) responden.Hasil uji statistik
didapatkan nilai odds ratio sebesar 2,901
dengan tingkat kepercayaan 95% nilai OR
berada
pada
interval
1,423-5,915
menunjukkan nilai antara lower limit dan
upper limit diatas nilai 1 maka Ha diterima
dan risiko yang ditimbulkan dikatakan
bermakna. Hal tersebut menunjukkan bahwa
responden yang memiliki risiko tinggi atau
memiliki riwayat keluarga peningkatan
kadar asam urat lebih berisiko 2,901 kali
lebih besar juga dapat
menderita
peningkatan kadar asam urat dibandingkan
dengan responden yang memiliki risiko
rendah atau tidak memiliki riwayat keluarga
peningkatan kadar asam urat.

Tabel 1. Analisis faktor risiko riwayat keluarga terhadap peningkatan kadar asam urat
Peningkatan Kadar Asam
Urat
95 % CI
Jumlah
OR
Riwayat
keluarga
Kasus
Kontrol
Lower Upper
n

Risiko Tinggi

49

36

32

23,5

81

59,6

Risiko Rendah

19

14

36

26,5

55

40,4

1,423

5,915

2,901

Jumlah

68

50

68

50

136

100

Tabel 2. Analisis faktor risiko obesitas terhadap peningkatan kadar asam urat
Peningkatan Kadar Asam Urat
Obesitas

Risiko Tinggi

Kasus

Jumlah

Kontrol

36

26,5

18

13,2

54

39,7

Risiko
Rendah

32

23,5

50

36,8

82

60,3

Jumlah

68

50

68

50

136

100

Tabel 2menunjukkan bahwa hasil


analisis data dari 136 responden terdapat 36
orang (26,5%) responden yang mengalami
obesitas atau IMT 25 kg/m2 mengalami
peningkatan kadar asam urat dan 32 orang
(23,5%) responden yang tidak mengalami
obesitas atau IMT < 25 kg/m2 tetapi
mengalami peningkatan kadar asam urat.
Sedangkan responden yang tidak mengalami
peningkatan kadar asam urat tetapi
mengalami obesitas atau IMT 25 kg/m2
berjumlah 18 orang (13,2%) responden dan
yang tidak mengalami obesitas IMT < 25
kg/m2 berjumlah 50 orang (36,8%)
responden.
Hasil uji statistik didapatkan nilai
odds ratio sebesar 3,125 dengan tingkat
kepercayaan 95% nilai OR berada pada
interval 1,523-6,414 menunjukkan nilai
antara lower limit dan upper limit diatas
nilai 1 maka Ha diterima dan risiko yang
ditimbulkan dikatakan bermakna. Hal
tersebut menunjukkan bahwa responden
yang memiliki risiko tinggi atau mengalami
obesitas dengan IMT 25 kg/m2lebih
berisiko 3,125 kali lebih besar dapat
mengalami peningkatan kadar asam urat
dibandingkan dengan responden yang
memiliki risiko rendah atau tidak mengalami
obesitas dengan IMT < 25 kg/m2.

95 % CI
Lower

Upper

1,523

6,414

OR

3,125

Tabel 3menunjukkan bahwa hasil


analisis data dari 136 responden terdapat 51
orang
(37,5%)
responden
yang
mengkonsumsi makanan tinggi purin
mengalami peningkatan kadar asam urat
dan 17 orang (12,5%) responden yang tidak
mengkonsumsi makanan tinggi purin tetapi
mengalami peningkatan kadar asam urat.
Sedangkan
responden
yang
tidak
mengalami peningkatan kadar asam urat
tetapi mengkonsumsi makanan tinggi purin
berjumlah 22 orang (16,2%) responden dan
yang tidak mengkonsumsi makanan tinggi
purin berjumlah 46 orang (33,8%)
responden.
Hasil uji statistik didapatkan nilai
odds ratio sebesar 6,273 dengan tingkat
kepercayaan 95% nilai OR berada pada
interval 2,969-13,252 menunjukkan nilai
antara lower limit dan upper limit diatas
nilai 1 maka Ha diterima dan risiko yang
ditimbulkan dikatakan bermakna. Hal
tersebut menunjukkan bahwa responden
yang memiliki risiko tinggi atau yang
mengkonsumsi makanan tinggi purin lebih
berisiko 6,273 kali lebih besar mengalami
peningkatan kadar asam urat dibandingkan
dengan responden yang memiliki risiko
rendah atau yang tidak mengkonsumsi
makanan tinggi purin.

Tabel 3.Analisis faktor risiko konsumsi makanan tinggi purin terhadap peningkatan kadar asam
urat
Konsumsi
makanan tinggi
purin

Peningkatan Kadar Asam Urat


Kasus

95 % CI

Jumlah

Kontrol

Risiko Tinggi

51

37,5

22

16,2

73

53,7

Risiko Rendah

17

12,5

46

33,8

63

46,3

Jumlah

68

50

68

50

136

100

Lower

Upper

2,969

13,252

OR

6,273

Tabel 4.Analisis faktor risiko konsumsi tinggi fruktosa terhadap peningkatan kadar asam urat
Peningkatan Kadar Asam Urat
Konsumsi
tinggi fruktosa

Risiko Tinggi

Kasus

Kontrol

Jumlah

43

31,6

22

16,2

65

47,
8

Risiko
Rendah

25

18,4

46

33,8

71

52,
2

Jumlah

68

50

68

50

136

100

Tabel 4menunjukkan bahwa hasil


analisis data dari 136 responden terdapat 43
orang
(31,6%)
responden
yang
mengkonsumsi tinggi fruktosa mengalami
peningkatan kadar asam urat dan 25 orang
(18,4%)
responden
yang
tidak
mengkonsumsi tinggi fruktosa tetapi
mengalami peningkatan kadar asam urat.
Sedangkan responden yang tidak mengalami
peningkatan kadar asam urat tetapi
mengkonsumsi tinggi fruktosa berjumlah 22
orang (16,2%) responden dan yang tidak
mengkonsumsi tinggi fruktosa berjumlah 46
orang (33,8%) responden.

95 % CI
Lower

Upper

1,772

7,300

OR

3,569

Hasil uji statistik didapatkan nilai


odds ratio sebesar 3,596 dengan tingkat
kepercayaan 95% nilai OR berada pada
interval 1,772-7,300 menunjukkan nilai
antara lower limit dan upper limit diatas
nilai 1 maka Ha diterima dan risiko yang
ditimbulkan dikatakan bermakna. Hal
tersebut menunjukkan bahwa responden
yang memiliki risiko tinggi atau yang
mengkonsumsi tinggi fruktosa lebih berisiko
3,596 kali lebih besar mengalami
peningkatan kadar asam urat dibandingkan
dengan responden yang memiliki risiko
rendah atau yang tidak mengkonsumsi tinggi
fruktosa.

Tabel 5. Analisis faktor risiko konsumsi tinggi alkohol terhadap peningkatan kadar asam urat
Peningkatan Kadar Asam Urat
Konsumsi tinggi
alkohol

Kasus
n

Risiko Tinggi

41

Kontrol
%
30,1

n
23

%
16,9

Jumlah
n

64

47,
1

Risiko Rendah

27

19,9

45

33,1

72

52,
9

Jumlah

68

50

68

50

13
6

100

Tabel 5menunjukkan bahwa hasil


analisis data dari 136 responden terdapat 41
orang
(30,1%)
responden
yang
mengkonsumsi tinggi alkohol mengalami
peningkatan kadar asam urat dan 23 orang
(16,9%)
responden
yang
tidak
mengkonsumsi tinggi alkohol tetapi
mengalami peningkatan kadar asam urat.
Sedangkan responden yang tidak mengalami
peningkatan kadar asam urat tetapi
mengkonsumsi tinggi alkohol berjumlah 27
orang (19,9%) responden dan yang tidak
mengkonsumsi tinggi alkohol berjumlah 45
orang (33,1%) responden.Hasil uji statistik
didapatkan nilai odds ratio sebesar 2,971
dengan tingkat kepercayaan 95% nilai OR
berada
pada
interval
1,477-5,976
menunjukkan nilai antara lower limit dan
upper limit diatas nilai 1 maka Ha diterima
dan risiko yang ditimbulkan dikatakan
bermakna. Hal tersebut menunjukkan bahwa
responden yang memiliki risiko tinggi atau
yang mengkonsumsi tinggi alkohol lebih
berisiko 2,971 kali lebih besar mengalami
peningkatan kadar asam urat dibandingkan
dengan responden yang memiliki risiko
rendah atau yang tidak mengkonsumsi tinggi
alkohol.

95 % CI
Lower

Upper

1,477

5,976

OR

2,971

PEMBAHASAN
Faktor risiko riwayat keluarga terhadap
peningkatan kadar asam urat
Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa responden yang mengalami
peningkatan asam urat serta memiliki
riwayat keluarga peningkatan kadar
asam urat lebih berisiko 2,901 kali
lebih besar dibandingkan dengan
responden yang tidak memiliki
riwayat keluarga peningkatan kadar
asam urat.
Keluarga yang memiliki pola
hidup yang sama ataupun terdapat
mutasi gen penyandi atau defisiensi
enzim
hypoxantinguanyl
phosphorilbosyl
transferase
(HGPRT).
Kekuarangan
enzim
HGPRT bersifat genetik. Enzim
HGPRT berperan dalam proses
pemakaian ulang dari metabolisme
purin. Jika mengkonsumsi purin dan
tubuh mengalami defisiensi enzim
HGPRT maka jumlah purin dalam
tubuh akan menumpuk (Soeroso,
2011).
Faktor
risiko
obesitas
peningkatan kadar asam urat

terhadap

Hasil uji statistik menunjukkan


bahwa responden yang mengalami
obesitas atau IMT 25 kg/m2lebih
berisiko 3,125 kali lebih besar dapat
mengalami peningkatan kadar asam
urat dibandingkan dengan responden
yang tidak mengalami obesitas atau
IMT < 25 kg/m2. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian bahwa
didapatkan penelitian pada wanita di
Hongkong
didapatkan
adanya
hubungan
yang
kuat
antara
peningkatan IMT dan kadarAU
(Manampiring,
2011
dalam
Tomastola, 2015).
Obesitas
terjadi
karena
ketidakseimbangan antara asupan
energi dengan luaran energi, yaitu
asupan energi yang tinggi atau luaran
energi yang rendah. Asupan energi
tinggi
disebabkan
konsumsi
makanan yang berlebihan, sedangkan
luaran energi rendah disebabkan
metabolisme tubuh yang rendah,
aktivitas fisik dan efek termogenesis
makanan. Kelebihan energi disimpan
dalam bentuk jaringan lemak (Haris,
2009).
Tingginya kadar leptin pada
orang yang mengalami obesitas
dapat
menyebabkan
resistensi
leptin.Leptin adalah asam amino
yang disekresi oleh jaringan adiposa
yang berfungsi mengatur nafsu
makan dan berperan pada diuresis.
Jika resistensi leptin terjadi di ginjal,
maka akan terjadi gangguan diuresis
berupa retensi urin. Retensi urin
inilah yang dapat menyebabkan
gangguan pengeluaran asam urat
melalui urin, sehingga kadar asam
urat dalam darah orang yang obesitas
tinggi (Tchernof, 2007 dalam
Tomastola, 2015).

Faktor risiko konsumsi makanan tinggi


purin terhadap peningkatan kadar asam
urat
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
responden yang mengkonsumsi makanan
tinggi purin lebih berisiko 6,273 kali lebih
besar mengalami peningkatan kadar asam
urat dibandingkan dengan responden yang
tidak mengkonsumsi makanan tinggi purin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Hensen
(2007) bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara diet tinggi purin dengan
hiperurisemia
serta
penelitian
yang
dilakukan Lina (2014) yang menyatakan
bahwa ada hubungan konsumsi makan
tinggi purin dengan kejadian hiperurisemia.
Tubuh makhluk hidup terdapat zat
purin ini, karena kita mengkonsumsi
makhluk hidup tersebut, maka zat purin
tersebut berpindah kedalam tubuh kita
sehingga purin dalam tubuh kita menumpuk
dan pada akhirnya di metabolisme menjadi
asam urat sehingga kadar asam urat dalam
tubuh kita meningkat (Aninomous, 2009
dalam Tomastola dkk, 2015).
Faktor risiko konsumsi tinggi fruktosa
terhadap peningkatan kadar asam urat
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
responden yang mengkonsumsi tinggi
fruktosa lebih berisiko 3,596 kali lebih besar
mengalami peningkatan kadar asam urat
dibandingkan dengan responden yang tidak
mengkonsumsi tinggi fruktosa.
Fruktosa seperti gula menyebabkan
peningkatan kadar asam urat dengan cepat.
Fruktosa sering ditambahkan pada minuman
ringan, kue, permen, dan yogurt (Haris &
Taralan, 2009). Fruktosa menstimulasi
pembentukan asam urat melalui senyawa
antara purin catabolic pathway. Fosforilasi
fruktosa oleh enzim ketoheksokinase dengan
cepat menghabiskan ATP. Penggunaan ATP
yang berlebihan menyebabkan pembentukan
asam urat melalui senyawa antara adenosin

monofosfat
dan
inosin
monofosfat
(Prahastuti, 2011).
Asupan fruktosa memiliki efek
langsung terhadap peningkatan kadar asam
urat. Mekanisme terbentuknya asam urat
dengan adanya fosforilasi fruktosa menjadi
fruktosa-1
fosfat
oleh
enzim
ketoheksokinase yang dengan cepat
menghabiskan ATP dan mengubah ADP dan
Pi, selanjutnya ADP diubah menjadi AMP.
Sebagai akibat peningkatan penggunaan
ATP tersebut, terjadi penurunan Pi yang
memicu aktivasi enzim AMP deaminase,
yang mengubah AMP menjadi inosin. Inosin
selanjutnya diubah menjadi hipoxantin
selanjutnya diubah menjadi asam urat oleh
enzim xantin oksidase sehingga terjadi
peningkatan kadar asam urat (Hermawati,
2015).
Faktor risiko konsumsi tinggi alkohol
terhadap peningkatan kadar asam urat
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
responden yang mengkonsumsi tinggi
alkohol lebih berisiko 2,971 kali lebih besar
menderita peningkatan kadar asam urat
dibandingkan dengan responden yang tidak
mengkonsumsi
tinggi
alkohol.Hasil
penelitian ini sejalan dengan Montol dan
agnes (2014) bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara jumlah alkohol yang
dikonsumsi dengan kadar asam urat.
Konsumsi alkohol menyebabkan produksi
NADH yang berlebihan mengakibatkan
peningkatan
laktat
sehingga
terjadi
penurunan ekskresi asam urat (Karimba dkk,
2013).
Alkohol mendorong terjadinya
hiperurisemia karena meningkatnya
produksi urat serta berkurangnya
ekskresi asam urat. Kandungan purin
yang
tinggi
dalam
beberapa
minuman beralkohol seperti bir juga
dapat menjadi salah satu faktornya
(Jameson, 2013).

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa riwayat keluarga, obesitas, konsumsi
makanan tinggi purin, konsumsi tinggi
fruktosa,
konsumsi
tinggi
alkohol
merupakan faktor risiko peningkatan kadar
asam urat pada masyarakat pesisir
Kecamatan Watubangga.
SARAN
Bagi
tenaga
kesehatan
hendaknya memberikan edukasi
kepada
masyarakat
untuk
meningkatkan
pengetahuan
masyarakat tentang faktor-faktor
risiko peningkatan kadar asam urat
dan tentang menerapkan pola hidup
sehat.Bagi
peneliti
selanjutnya,
disarankan untuk mengembangkan
penelitian mengenai faktor-faktor
risiko peningkatan kadar asam urat
dengan variabel yang belum diteliti
sehingga bisa membandingkan faktor
risiko yang paling berperan terhadap
kejadian peningkatan kadar asam
urat dan agar lebih mengembangkan
ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh dari perkuliahan terutama
yang
berhubungan
dengan
metodologi penelitian, kesehatan
masyarakat dan ilmu klinis tentang
peningkatan kadar asam urat. Bagi
masyarakat, menerapkan pola hidup
sehat dengan berolahraga dan
mengatur pola makan yang sehat
seperti mengurangi konsumsi yang
mengandung tinggi purin, tinggi
fruktosa, dan agar sedapat mungkin
menghindari minuman beralkohol
agar tidak merusak kemampuan
ginjal dan menghindari peningkatan
asam laktat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.,
2013.
Riset

Kesehatan Dasar. Jakarta :


Kementrian Kesehatan RI
Haris, S., Taralan, T., 2009. Hipertensi pada
Sindrom
Metabolik.
Sari
Pediatri, Vol.11
Hensen., Tjokorda R.P., 2007. Hubungan
Konsumsi
Purin
dengan
Hiperurisemia pada Suku Bali di
Daerah Pariwisata Pedesaan. J
peny. Dalam, Vol.8
Hermawati, E., Enny, P., 2015. Hubungan
Asupan Kafein Dengan Kadar
Asam Urat Di Puskesmas
Banjarnegara.
Journal
of
Nutrition College, Vol. 4
Jameson, J.L., Joseph, C., 2013. Harissons
Nephrology and Acid Base
Disorders.Jakarta : EGC
Karimba, A., dkk., 2013. Gambaran Kadar
Asam Urat Pada Mahasiswa
Angkatan
2011
Fakultas
Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi dengan Indeks Massa
Tubuh 23 kg/m2. Jurnal eBiomedik (eBM), Vol.1
Lasabuda, R., 2013. Pembangunan Wilayah
Pesisir dan Lautan dalam
Perspektif Negara Kepulauan
Republik Indonesia.
Jurnal
Ilmiah Platax, Vol. 1-2
Lina, N., Andik, S., 2014. Analisis
Kebiasaan
Makan
yang

Menyebabkan Peningkatan Asam


Urat.
Jurnal
Kesehatan
Komunitas Indonesia, Vol.10
Misnadiarly., 2008. Mengenal Penyakit
Artitis. Mediakom, Edisi XII
Monangin, P., dkk., 2013. Prevalensi
Hiperurisemia pada Remaja Obes
di SMK Negeri 1 Bitung. Jurnal
e-Biomedik, Vol.1
Montol, A.B., Agnes, R., 2014. Konsumsi
Minuman Beralkohol dan Kadar
Asam Urat pada Pria Dewasa di
Kelurahan Koya Kecamatan
Tondano
SelatanKabupaten
Minahasa. GIZIDO, Vol.6
Prahastuti,
S.,
Konsumsi
Fruktosa
Berlebihan dapat Berdampak
Buruk bagi Kesehatan Manusia.
JKM, Vol.10
Sacher, R.A., Richard A.M., 2004.
Tinjauan
Klinis
Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Edisi
11. Jakarta : EGC
Soeroso, J., Hafid A., 2011. Asam Urat.
Jakarta: Penebar Plus
Tomastola, Y.A., dkk., 2015. Asupan Gizi
Makro Dan Obesitas Sentral
Dengan Kadar Asam Urat Darah
Pada Pasien Rawat Jalan Di Poli
Endokrin RSUP Prof. dr. R.D
Kandou. GIZIDO, Vol. 7

Вам также может понравиться