Вы находитесь на странице: 1из 14

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hipertensi di definisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evolution
and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang
dari tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi hipertensi maligna. Keadaan ini
dikategorikan sebagai primer/esensial (hamper 90% dari semua kasus atau
sekunder, terjadi sebagai akibat kondisi patologiyang dapat dikenali, seringkali dapat
diperbaiki.
Dari banyaknya kasus gangguan kardiovaskuler ini, maka seorang perawat
dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan
keperawatan yang tepat untuk penderita hipertensi.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah, kemudian selain dari itu tujuan lainnya
untuk mengembangkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan dari Pneumonia.
1.3 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang
memberikan penjelasan tentang materi ini dengan cara mengumpulkan data,
menganalisa dan menarik kesimpulan. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan
cara membaca dan memahami materi dari buku dan sumber lain yang berhubungan
dengan materi tersebut .
1.4 Sistematika penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari Bab I pendahuluan yang terdiri
dari latar belakang, ujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II tinjauan teoritis yang terdiri dari Definisi, Etiologi, Patofisiologi,


Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang, dan Penatalaksanaan
Bab III tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, dan
rencana keperawatan.
Bab IV penutup yang terjad dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau
lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan
tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg
atau lebih. (Barbara Hearrison 1997)
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau di atas 160/95 dinyatakan hipertensi.
Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension.
2.2 Etiologi
Pada umunya

hipertensi

tidak

mempunyai

penyebab

yang

spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan


tekanan perifer. Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya
1.

hipertensi:
Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.

2.

Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.

3.
4.

Stress Lingkungan
Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a.

Hipertensi Esensial (Primer)


Penyebab
tidak
diketahui
namun

banyak

factor

yang

mempengaruhi

seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin


angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b.

Hipertensi Sekunder
Dapat
diakibatkan
karena

penyakit

parenkim

Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.


2.3 Patofisiologi

renal/vakuler

renal.

Menurunnya tonus vaskuler

meransang saraf simpatis yang


diterukan ke sel jugularis

apabila diteruskan pada ginjal, maka akan


mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen

tekanan darah meningkat

meningkatnya hormone aldosteron

Efek system rennin-angiotensin terhadap tekanan darah:

angiotensinogen

Renin

Angiotensinogen I

Increase Blood Pressure

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan
darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu
tubuh rendah.

2.5 Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mataberupa
perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung,
gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1.

Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

2.
3.

BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.


Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh

pengeluaran kadar ketokolamin.


4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
5.
6.

CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati


EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

7.
8.

IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.


Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.

2.7 Penatalaksanaan
4.
a.

Penatalaksanaan Non Farmakologis.


Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar

adosteron dalam plasma.


b. Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan
medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau
berenang.
5. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulakn intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angiotensin.

BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Aktivitas/ Istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2.

Sirkulasi
Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis, tikikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisiankapiler mungkin lambat/ bertunda.

3.

Integritas Ego.

Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple (hubungan,


keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda :Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
4.

Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal

pada masa yang lalu.)


5. Makanan/cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun)
Riowayat penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6.

Neurosensori
Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,subojksipital (terjadi
saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam) Gangguan
penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses
piker, penurunan keuatan genggaman tangan.

7.

Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.

8.

Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ortopnea,dispnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas

tambahan (krakties/mengi), sianosis.


9. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakitjantung,
DM. Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil
KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam terapi
obat.
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Resiko
tinggi
penurunan

curah

jantung

berhubungan

dengan

vasokontriksi pembuluh darah


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2.
3. Gangguan
rasa
nyaman
nyeri

sakit

kepela

berhubungan

dengan

peningkatan tekanan vaskuler cerebral.


4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.

5.

Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,


harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.

6.

Kurang pengetahuan mengenai


kurangnya pengetahuan/daya ingat

kondisi

penyakitnya

berhubungan

dengan

3.3Perencanaan keperawatan
1.

Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi


pembuluh darah
Kriteria Hasil :
Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja
jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima,
memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.

Intervensi
a. Observasi tekanan darah
Rasional :perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional :Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati /
palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,
vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena.
c.

mencerminkan

efek

dari

Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.


Rasional :S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan
fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder

terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.


d. Amati
warna
kulit,
kelembaban,
suhu,

dan

masa

pengisian

kapiler. Rasional
:adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler
lambat mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung.
e.

Catat adanya demam umum / tertentu.


Rasional :dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.

f.

Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan lingkungan,


batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional :membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.

g. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.


Rasional :dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek
tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi anti hipertensi,deuritik.
Rasional
2.

:menurunkan tekanan darah.

Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
kelemahan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Kriteria Hasil :

umum,

Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan


peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.
Intervensi
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter: frekwensi
nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau
nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
Rasional :Parameter menunjukan respon fisiologis pasienterhadap stress, aktivitas
dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja / jantung.
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan /
kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan
perawatan diri.
Rasional :Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
c. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri.
Rasional :Konsumsi oksigen
miokardia
selama
berbagai
aktivitas
dapat
meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat
gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional :teknik penghematan energi menurunkan

penggunaan

energi

sehingga membantu keseimbangansuplai dan kebutuhan oksigen.


e. Dorong
pasien
untuk
partisifasi
dalam
memilih

dan

periode

aktivitas. Rasional
:Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan
aktivitas dan mencegah kelemahan.
3.

Gangguan

rasa

nyaman

nyeri

sakit

kepela

berhubungan

dengan

peningkatan tekanan vaskuler cerebral.


Kriteria Hasil :
Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan metode
yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.
Intervensi
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional :Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.
b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya :
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi.
Rasional :Tindakan
yang
menurunkan
tekanan
vaskuler

serebral

dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan


sakit kepala dan komplikasinya.
c.

Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit


kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk.
Rasional :Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.

d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.

Rasional :Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang


memperberat kondisi klien.
e.

Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan.
Rasional :menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.

f.

Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam
dll.
Rasional

4.

:Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.
Kriteria Hasil :
klien
dapat

mengidentifikasi

hubungan

antara

hipertensi

dengan

kegemukan, menunjukan perubahan pola makan, melakukan / memprogram olah


raga yang tepat secara individu.
Intervensi
a. Kaji
emahaman

klien

dengan kegemukan.
Rasional :Kegemukan

tentang
adalah

hubungan
resiko

kerena disproporsi antara kapasitas


berkaitan dengan masa tumbuh.

aorta

langsung

tambahan
dan

antara

pada

peningkatan

b. Bicarakan
pentingnya
menurunkan
masukan
masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi.

kalori

hipertensi

darah

tinggi,

curah

jantung

dan

batasi

Rasional :Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan


kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya,
misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam
memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih
memperburuk hipertensi.
c. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan.
Rasional :motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus
berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali
tidak berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
Rasional :mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir.
Membantu dalam menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan.
e.

Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya: penurunan


berat badan 0,5 kg per minggu.
Rasional :Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari
secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan
yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya
dengan cara mengubah kebiasaan makan.

f.

Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan dan


dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan.

Rasional :memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan
kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor
mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan.
g. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol
(daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
Rasional :Menghindari makanan tinggi lemak
dalam mencegah perkembangan aterogenesis.

jenuh

dan

kolesterol penting

h. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.


Rasional :Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.
5.

Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak


efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.
Kriteria Hasil
Mengidentifikasi

perilaku

koping

efektif

dan

konsekkuensinya,

menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi


potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan
mengubahnya.
Intervensi
a.

Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya :


kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan.
Rasional :Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi
hipertensi kronik dan mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan
sehari-hari.

b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka


rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk mengatasi /
menyelesaikan masalah.
Rasional :Manifestasi mekanisme

koping

maladaptive

mungkin

merupakan

indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD
diastolic.
c.

Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya.
Rasional :pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah
respon seseorang terhadap stressor.

d. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan


maksimum dalam rencana pengobatan.

dan

beri

dorongan

partisifasi

Rasional :keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.


Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam
regiment teraupetik.

e.

Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan


seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?.
Rasional :Fokus perhtian klien pada realitas situasi yang relative terhadap
pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk
kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhankebutuhan personal.

f.

Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang
perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri / keluarga.
Rasional :Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.

6.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan


kurangnya pengetahuan/daya ingat
Kriteria hasil

a. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.


b. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.
Intervensi
a.

Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat


diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup
monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur) pola
hidup penuh stress.
Rasional :Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.

b. Kaji
kesiapan
dan
hambatan
dalam
belajar
termasuk
orang
terdekat. Rasional :kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan
sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat
untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima
realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak
akan dipertahankan). Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi
tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudah dalam
menentukan intervensi.
c. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda
dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.
Rasional :Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses
penyakit hipertensi.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Hipertensi merupakan penyakit yang sering ditemukan dimasyarakat terutama


pada orang tua. Di mana tekanan darah pada hipertensi yaitu lebih dari 140/90
mmHg. 90% dari semua kasus yaitu hipertensi primer atau esensial.
Tepatnya penanganan dan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan
hipertensi sangat menentukan untuk kelangsungan hidup klien mengingat masalah
yang komplit yang dapat menimbulkan kematian.
4.2 Saran
Saran dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
khususnya ahli kesehatan sehingga pada akhirnya pengobatan pada klien dengan
penyakit pneumonia ini bisa lebih baik lagi dan perawat juga harus memiliki
keterampilan dan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit pneumonia yang
baik agar dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi klien yang mengalami
pneumonia.
Selain itu, kepada pembaca juga mudah-mudahan dengan makalah ini bisa
menambah pengetahuan tentang penyakit pneumonia ini sehingga kita dapat
terhindar dari penyakit ini.

Вам также может понравиться