Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
EKSHUMASI
Disusun oleh:
Predy Samosir (112015232)
Jonathan Rambang (112015269)
Nurlitha Sepadanianti (112015275)
Ricky Sunandar (112015339)
Novi Hermawan (112015458)
Dosen Penguji:
Dr. Intarniati N. R, Sp.KF, MSiMed
Pembimbing:
Dr. Marlis Tarmizi
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. KARIADI SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
PERIODE 11 06 AGUSTUS 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
Ekshumasi. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
program Profesi Kedokteran di bagian Forensik RSUP Dokter Kariadi Semarang. Pada
penulisan dan penyusunan referat ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak secara
langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Intarniati N. R, Sp.KF, MSiMed
2. Dr. Marlis Tarmizi
Penulis sadar bahwa dalam tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu
penulis menghimbau agar para pembaca memberikan saran dan kritik yang membangun
dalam perbaikan referat ini. Penulis berharap agar referat ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi
penulis sendiri.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
2
13
17
19
27
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
29
4.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di daratan Eropa ekshumasi sudah bukan merupakan hal yang baru, di Inggris dan
Wales misalnya, dikedua negara maju tersebut ekshumasi telah lama difungsikan dan
dilaksanakan untuk kepentingan investigasi. Di Jerman dan Perancis, jika kematiannya
dianggap tidak mencurigakan maka jenazah akan segera dikuburkan. Tetapi jika dugaan
berikutnya timbul adanya suatu sebab kematian yang tidak wajar maka akan dilakukan
penggalian mayat untuk segera dilakukan otopsi.1
Ekshumasi merupakan penggalian tubuh manusia yang sudah dikuburkan, istilah ini
digunakan ketika jasad tubuh manusia yang telah dikubur dibongkar untuk kepentingan
tertentu. Pada sebagian suku atau agama tertentu ekshumasi merupakan hal yang dianggap
kurang baik, misalnya di Indonesia, yang memiliki beragam suku bangsa memegang
keyakinan, prinsip, kepercayaan bahwa jenazah itu merupakan bagian dari seseorang yang
harus diperlakukan dengan baik dan harus dihormati.1
Sebagai contoh suku Toraja baru menguburkan anggota keluarganya bahkan hingga
dua tahun setelah mereka meninggal, menempatkan jenazah disalah satu bagian rumah dan
baru menguburkannya setelah mtyhemiliki biaya. Ada kebudayaan lain yang menguburkan
jenazah bersama perhiasan, alat-alat rumah tangga dengan pemikiran bahwa kali saja si
orang mati akan memerlukannya di alam sana. Ada lagi yang mengawetkan jenazah
dengan ramuan tertentu seperti mumi.
Indikasi autopsi adalah kematian yang tidak wajar, tetapi permasalahannya banyak
pihak keluarga yang tidak mengijinkan penyidik melaksanakan autopsi meskipun pihak
keluarga sebenarnya mengetahui anggota keluarganya meninggal secara tidak wajar dan
menurut Undang-Undang pun pihak keluarga tidak bisa menolak dilaksanakannya otopsi.
Tetap saja pihak keluarga memaksa melakukan penguburan jenazah tanpa melalui otopsi,
sampai akhirnya pihak keluarga sadar bahwa tanpa autopsi sulit untuk menentukan
penyebab kematian yang pada akhirnya sulit untuk menentukan siapa yang bersalah. Pada
saat itulah ekshumasi dilakukan.2
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ekshumasi?
2. Apa tujuan ekshumasi?
3. Bagaimana prosedur pelaksanaan dari ekshumasi?
4. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan pada ekshumasi?
5. Bagaimana aspek hukum dan medikolegal dari ekshumasi?
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Umum
Tujuan penyusunan referat ini agar tenaga medis memahami tentang
ekshumasi.
1.3.2
Khusus
1. Mengetahui definisi ekshumasi
2. Mengetahui tujuan dilakukannya ekshumasi
3. Mengetahui prosedur pelaksanaan ekshumasi
4. Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada ekshumasi
5. Mengetahui aspek hukum dan medikolegal pada ekshumasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ekshumasi
Kata ekshumasi berasal dari bahasa latin yaitu ex yang artinya diluar dan
humus yang artinya tanah. Jadi gabungan dari kedua kata itu adalah diluar tanah, yang
artinya menggali kembali kuburan orang yang sudah meninggal untuk mencari penyebab
kematiannya dan mencari identitas seseorang.1 Ekshumasi adalah penggalian kubur untuk
mendapatkan tubuh manusia yang terkubur pada lokasi penguburan, pemakaman, atau
tempat yang tidak dikenali.1,2 Pelaksanaan penggalian kubur, telah banyak dilakukan di
banyak negara dalam rangka untuk mencari sisa sisa, menentukan apa yang terjadi dan
untuk melayani sebagai dasar untuk keadilan dan reparasi.1,2
5
Kendaraan
3. Kehadiran petugas
Di pemakaman, pada saat pelaksanaan penggalian harus dihadiri
oleh:
Penggali kuburan
10
12
Semua
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
kepentingan
pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam bagian kedua bab XIV ditanggung oleh Negara.
e. KUHAP pasal 180
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul
di sidang pengadilan, hakim ketua siding dapat minta keterangan ahli dan
dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat
hukum terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud adalah ayat
(1) hakim memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian
ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2).
f. KUHAP pasal 222
Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalangi, atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan dihukum dengan penjara selama-lamanya
9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya tiga ratus ribu rupiah.
2.6.2 In New South Wales8
Public Health Regulation 2012 Bagian 8 Divisi 4
Pasal 69 Ekshumasi tanpa persetujuan sangat dilarang
(1) Seseorang tidak diperkenankan melakukan eksumasi kecuali jika eksumasi
telah:
(a) Diperintahkan oleh Coroner
(b) Disetujui oleh Direktur Jenderal.
(2) Pengelola pemakaman (funeral director) boleh tanpa persetujuan seorang
petugas forensik atau persetujuan Direktur Jenderal, jika ingin memindahkan peti
mati dari dalam kubur ke sebuah kamar mayat untuk tujuan perbaikan peti mati dan
harus dikembalikan secepatnya ke dalam kubur.
(3) Seorang pengelola makam harus mengembalikan peti mati ke kuburan dalam
waktu 24 jam.
Pasal 70 Penggalian sisa-sisa tubuh manusia
14
(1) Permohonan persetujuan untuk menggali sisa-sisa tubuh orang mati dapat
ditujukkan kepada Direktur Jenderal oleh:
(a) Ahli waris dari yang meninggal
(b) Orang hidup terdekat dari orang yang meninggal
(c) Jika tidak ada, yang bisa membuat surat permohonan adalah proper
person (orang yang diberi kekuasaan Direktur Jendral untuk membuat surat
permintaan eksumasi) dengan tidak adanya ahli waris atau teman hidup terdekat.
(2) Surat permintaan yang dibuat dalam bentuk persetujuan harus disertai dengan:
(a) Salinan resmi dari surat kematian yang berkaitan dengan orang yang
sudah mati
(b) Pernyataan legal dari wali orang yang meninggal disertai keinginan dari
orang tersebut
(c) Melakukan pendaftaran yang sesuai dengan biaya yang tertera pada
Public Health Unit.
(3) Pada ayat ini, surat kematian adalah surat yang diberikan oleh praktisi medis
berisi penyebab kematian, dikeluarkan berdasarkan Births, Deaths and Marriages
Registration Act 1995.
Semua permintaan untuk melakukan ekshumasi harus dibuat secara tertulis dengan
menggunakan formulir yang akan diserahkan kepada Direktur Unit Kesehatan
Umum setempat yang bertindak atas nama Direktur Jenderal Departemen
Kesehatan NSW. Biaya pendaftaran dapat meningkat secara berkala sesuai dengan
Indeks Harga Konsumen.
Pasal 71 Persetujuan ekshumasi
(1) Direktur Jenderal dapat:
(a) Memberikan persetujuan untuk menggali sisa-sisa tubuh, dan tunduk
pada kondisi yang ditentukan dalam persetujuan
(b) Menolak permohonan
(2) Persetujuan yang diberikan dalam ayat ini berlaku selama tiga bulan sejak
tanggal persetujuan dikeluarkan atau untuk periode yang sudah disepakati oleh
Direktur Jenderal
Pasal 72 Penggalian tidak dapat berlangsung tanpa kehadiran resmi petugas
15
(1) Seseorang tidak wajib melakukan penggalian kecuali jika pejabat yang
berwenang atau anggota staf dari Departemen Kesehatan hadir saat penggalian.
(2) Seseorang tidak diperbolehkan melanjutkan penggalian jika pejabat yang
berwenang
atau
anggota
staf
Departemen
yang
hadir
saat
penggalian
dalam tidak dijumpai lagi maka diambil rambut, gigi, kuku, tulang dan kulit korban
yang kemudian dikumpulkan untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pada kasus keracunan
arsen, selain tanah harus juga diambil rambut, kuku dan tulang-tulang panjang
untuk pemeriksaan laboratorium. Perlu diingat, dalam pemeriksaan tubuh mayat
tidak boleh disirami desinfektan meskipun risiko penularan dari bakteri-bakteri
patogen besar sekali. Tindakan ini dapat merusak bahan-bahan pemeriksaan,
terutama pada kasus-kasus keracunan, sehingga racun menjadi sukar dideteksi.
Mayat yang baru dikubur lebih berbahaya daripada mayat yang sudah mengalami
pembusukan lanjut. Begitupun, desinfektan dapat dipercikan di sekitar kuburan
untuk menghindari terhirupnya gas-gas yang berbau merangsang. Sebelum
meninggalkan tempat penggalian, setelah semuanya diperiksa, terlebih dahulu
pastikan bahan-bahan yang diperlukan sudah cukup, untuk menghindari proses
penggalian ulangan. Hasil pemeriksaan haruslah disiapkan hari itu juga dan visum
et repertumnya hendaknya disiapkan secepatnya. Setelah dilakukan pemeriksaan
terhadap jenazah dan didapatkan kesimpulan, maka jenazah dapat dikuburkan
kembali. 4,6,9
2.7.1
perut,
panggul
dan
bagian-bagian
lain
yang
adalah
teknik
ini
sulit
dilakukan
dan
cara
yang
dapat
dilakukan
untuk
pertama
diisi
contoh
bahan
pengawet
sebagai
22
2. Penyebab kematian; ketika ada kematian tidak wajar, ekshumasi dapat dilakukan
bergantung dari keinginan masyarakat atau dari keluarga yang terkait untuk
mencari sebab kematian
3. Autopsy kedua: dilakukan ketika autopsy pertama ditemukan keraguan. Biasanya
berkaitan dengan kasus criminal atau kasus public lainnya.
Karena ekshumasi dapat bersifat sensitive dan dapat mengguncangkan emosi dari
pihak keluarga yang terkait atau teman terdekat dari korban yang bersangkutan, maka
ekshumasi harus dilakukan sesuai indikasi hukum yang sesuai. Di Pakistan, ekshumasi
dilakukan ketika ada kematian yang tidak wajar guna untuk mencari sebab kematian
dan keluarga yang terkait meminta. Mereka akan meminta proses ekshumasi kepada
polisi lokal. Proses ekshumasi tanpa perlindungan hukum adalah perbuatan yang tidak
bermoral dan illegal.
Ekshumasi terdiri dari langkah-langkah berikut:
Persiapan umum
Identifikasi dari makam, pembukaan makam, mengambil sampel dari bagian sekitar
makam
Autopsy
Sebab kematian dapat dicari dari pemeriksaan terhadap organ vital dan jaringan
lunak dan angka keberhasilan tergantung dari kondisi jenazah. Hasil dari ekshumasi
yang baik bergantung dari berapa lamanya jenazah sudah dikubur ke dalam tanah dan
dari cepatnya proses pembusukan yang terjadi.
Pada Eropa proses ekshumasi tidak hanya dilakukan untuk kepentingan forensic,
namun dapat juga digunakan untuk pembaharuan makam, pemindahan jenazah dari
satu tempat ke tempat lainnya dan dari penguburan diubah menjadi kremasi. Tes DNA
dapat dilakukan meskipun ekshumasi sudah melebihi 100 tahun untuk mencari
paternitas.
Di Hong Kong, kuburan umum dilakukan ekshumasi setelah 6 tahun, untuk
selanjutnya dilakukan kremasi atau sisa jenazah yang masih ada di simpan pribadi oleh
23
keluarga dalam tabung atau kotak kecil. Kuburan yang tidak ada keluarganya akan di
lakukan kremasi oleh pemerintah. Penguburan permanen diperbolehkan pada kuburan
yang bersifat privat. Dalam hukum Yahudi, ekshumasi sangat tidak diperbolehkan.
Kesuksesan dari ekshumasi dapat ditentukan dari berapa lamanya mayat dikubur dan
dari kondisi tanah. Pada Eropa dibandingkan dengan Pakistan, kondisi tanah pada
Eropa dapat lebih menguntungkan pada kesuksesan ekshumasi karena mayat akan lebih
awet disana.
Pada beberapa instansi, ekshumasi dilakukan untuk tujuan research, kanibalisme,
pembelajaran antropologi dan ritual. Pada zaman modern seperti sekarang, ekshumasi
lebih ditujukkan untuk tujuan hukum, seperti pada kasus kematian tidak wajar untuk
mencari sebab kematian. Di India, ekshumasi harus mendapat izin dari executive
magistrate. Tidak ada batasan waktu untuk melakukan ekshumasi. Ekshumasi
sebaiknya dilakukan di pagi hari atau saat ada pencahayaan yang baik dari matahari
dan dilakukan oleh instansi yang kompeten.
24
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Kasus di India9
Seorang gadis dilaporkan hilang selama dua tahun, setelah diselidiki ditemukan
titik terang bahwa korban menghilang karena dibunuh. Pelaku berjumlah 3 orang dan
mengaku melakukan kekerasan seksual pada korban, korban dicekik kemudian dikubur
untuk menghilangkan barang bukti. Penggalian mayat (ekshumasi) dilakukan, ditemukan
tubuh yang terkubur dalam karung goni besar. Di dalam karung tersebut ditemukan
barang-barang pribadi milik korban, seperti kalung perak, tali hitam dengan liontin batu
marmer serta potongan kain bersih berwarna putih. (Gambar.2) Jasad korban ketika
ditemukan sudah dalam bentuk kerangka tulang, terdiri dari tulang tengkorak yang
sebagian sudah rusak, dua scapula, dua tulang selangka, manubrium sterni dan dua puluh
tulang rusuk. Sedangkan tulang panjang yang ditemukan masing masing berjumlah dua
terdiri dari humerus, ulna, radius, femur kemudian tibia dan fibula yang dipisahkan oleh
satu patella. Terdapat juga tulang panggul lengkap dengan tiga bagian tulang yang
menyusun sacrum. Selain itu dua calcaneus, satu talus dan beberapa serpihan dari
metatarsal juga ditemukan. Pada korban didapatkan dua belas gigi geligi, 6 pada rahang
atas dan 6 pada rahang bawah. Pada tulang tulang panjang seperti humerus, radius, ulna,
tibia dan fibula proses osifikasi pada ujung atas dan bawah telah terjadi namun lempeng
epifisis belum menyatu sempurna. Setelah pemeriksaan menyeluruh dilakukan terugkap
bahwa kerangka tulang yang diperiksa merupakan milik seorang perempuan usia 10-12
tahun dengan tinggi badan sekitar 138-140cm. Uji DNA dari tengkorak, gigi serta tulang
25
femur yang dibandingkan dengan milik ibu korban mengkonfirmasi bahwa kerangka
tersebut benar milik si gadis.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Ekshumasi adalah pemeriksaan terhadap jenazah yang sudah dikuburkan
dengan cara menggali kembali jenazah dari dalam kuburannya yang telah disahkan
oleh hukum untuk membantu peradilan. Hal ini dilakukan atas dasar undang-undang
dalam rangka pembuktian suatu tindakan pidana, disertai persetujuan dari keluarga
korban. Undang-undang yang digunakan untuk melakukan ekshumasi ini, yaitu
KUHAP pasal 134 ayat (1),(2),(3), KUHAP pasal 135, KUHAP pasal 136, dan
KUHAP pasal 222.
Saran
Tindakan ekshumasi yang dilakukan oleh penyidik haruslah disesuaikan dengan
norma adat maupun agama yang berlaku, mengingat tindakan penggalian kubur
sangat tabu di beberapa tempat di Indonesia.
Pihak penyidik haruslah mempertimbangkan secara baik-baik agar penggalian
kubur dapat menghasilkan informasi yang optimal untuk membuat terang suatu kasus
mengingat besarnya sumber daya yang dikeluarkan baik dana, waktu maupun tenaga.
Siapapun tidak berhak melakukan ekshumasi yang berkaitan dengan peradilan selain
penyidik, walaupun memiliki pangkat yang lebih tinggi dari penyidik tersebut.
Pihak keluarga diharapkan mendukung tindakan ekshumasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Humayun M, Khichi ZH, Chand H, et all. Exhumation-a key to provide justice to
victims of homicide: situation in larkana and sukkur divisions. Department of Forensic
Medicine, Bannu Medical College Bannu. Pakistan: 2010.
27
Oktavinda.
Kompilasi
peraturan
perundang-undangan
terkait
praktik
Exhumation
of
Human
Remains.
Diunduh
dari
http://www.health.nsw.gov.au/policies/
9. Rani M, Kumar P, Kumar M, et all. Exhumation and identification: a case report. J
Indian Acad Forensic Med. Vol. 34, No. 4. India: 2012.
28