Pandangan islam terhadap pembangunan merupakan konsep pemikiran yang bersumber dari Al-Quran, Sunnah Nabi, Keluarga Nabi, Sahabat, serta para Ulama. Dalam hal ini sebuah pembangunan dalam islam memiliki keunikan, ciri khas dan budaya islam dapat dilihat secara jelas melalui bentuk kota-kota islam jaman dahulu Al-Quran sebagai kitab pedoman utama kehidupan, sesungguhnya merupakan lautan , hikmah dan pelajaran yang tak terkira tepi dan dasarnya. Al-Quran karenanya, setiap usaha untuk mengambil pelajaran dan memperoleh hikmah dari sebagian kecil isi dan kandungan al-Quran pun akan sangat berarti bagi perkembangan pengetahuan dan peningkatan kesadaran kita sebagai makhluk Allah swt. Salah satu ayat Al-Quran yang terdapat pada surat At-Taubah ayat 109, yang artinya: Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. atTaubah [9]:109) Dalam ayat di atas, Allah swt. membuat perumpamaan tentang keadaan orang-orang yang zalim dengan orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh. Perumpamaan ini membawa orang yang membacanya untuk membayangkan secara langsung, betapa sia-sia perbuatan mendirikan bangunan di tepi jurang dan betapa perbuatan itu sebenarnya membahayakan dirinya sendiri. Contoh lain pemaparan al-Quran di dalam surat An-Naml ayat 44 tentang kekaguman Ratu Saba ketika memasuki istana Nabi Sulaiman. Dikatakan kepadanya: Masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca. Berkatalah Balqis: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam. (QS. an-Naml [27]:44) Ayat ini juga memberikan pelajaran kepada manusia tentang betapa setiap kekaguman terhadap keindahan, nilai-nilai estetika dan kemajuan pembangunan seharusnya bermuara pada kesadaran dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah swt. sebagai pemilik segala keindahan dan keagungan. Setiap muslim harusnya menyadari bahwa segala kemampuannya mengelola keindahan itu tidak lain dikarenakan karunia Allah kepadanya. Karenanya, semangat yang
terbangun harusnya terjaga dari keinginan untuk membangun perdaban yang sesuai dengan AlQuran dan diridhoi-Nya.