Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
High
B. IN BODIES OF ROCKS
High
Tabel 2. Klasifikasi genetik endapan mineral didasarkan pada erupsi batuan beku
(Lindgren, 1922).
HYDROTHERMAL EMANATION DEPOSITS
MAGMATIC
DEPOSITS
DEPOSITS
Epithermal
Sublimates
1. Orthotectic
Mesothermal
Exudation veins surface type
a. Defferentiation on
Hypotermal
Pyrometasomatic deposits
in situ
Exudation veins deep-seated
b. Injected
type
2. Pneumatolitic
a. Defferentiation on
in situ
b. Injected
Schneiderhorn ( 1932 ), membuat klasifikasi genetik endapan mineral berdasarkan
hasil revisi dari beberapaklasifikasi yang telah ada, sehingga lebih sempurna dan
mengandung arti lebih luas dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ada
sebelumnya ( tabel 3 )
Tabel 3. Klasifikasi genetik ( Schneiderhorn, 1932 )
II.EXTRUSIVE MAGMATIC
a. Extrusive hydrothermal
b. Exhaltion
segregation
d. Immiscible liquid
injection
2. SUBLIMATION
Sublimates
Sulphur
3.
CONTACT Contact Metasomatic
Cornwall
magnetite,
METASOMATIC
Morenci.
Iron, coper, gold
4. HYDROTHERMAL 1. Cavity Filling ( Open
Space Deposites )
a. Fissure veins
Pachuea Mexico
b. Shear zone deposit Otago, New Zealand
c. Stockworks
Quartz hill, Colo
d. Lader veins
Morning Star, Australia
e. Saddle reefs
Bendigo Australia
f. Tension crack Wisconsin Pb + Zn
filling (Pitches and
flats)
2. Breccia Fillings
a. Volcanic
b. Tectonic
c. Collapse
5. RELACEMENT
6. SEDIMENTATION
7. EVAPORATION
3. Solution Cavity
Filling
a. Caves and
channels
b. Cash veins
4. Pore Space Fillings
5. Vesicular Fillings
Replacement
a. Massive
b. Lode fissure
c. Disseminated
Sedimentary
Evaporated
a. Marine
b. Lake
c. Ground Water
8. RESIDUAL AND
MECHANICAL
CONCENTRATION
9.
MECHANICAL Placers
CONCENTRATION
a. Stream
Bisbee copper
Kirkland lake gold
Prophry copper
Iron,
magnesium,
phosphates
Gypsum, salt, potash
Sodium carbonate, borate
Chile nitrates
California placers
b. Beach
c. Eluvial
d. Eolian
10. SURFICAL OXI Oxidized Supergene
DATION AND Sulphide
SUPERGENE
ENRICMENT
11.METAMORPHISM a. Metamorphosed
Deposits
b. Metamorphic
Deposits
membesar dan juga diakibatkan oleh banyaknya rekahan pada batuan sehingga
larutan dengan mudah mengisinya dan mengkristal pada rekahan tersebut,
mineralisasi yang intensif dijumpai pada vein kuarsa adalah logam sulfida berupa
pirit, kalkopirit dan galena.
3. Zona Alterasi Propilitik (Prophylitic Zone)
Zona ini berkembang pada bagian luar dari zona alterasi yang dicirikan
oleh kumpulan meneral epidot maupun karbonat dan juga mineral klorit. Alterasi
ini dipengaruhi oleh penambahan unsur H + dan CO2. Mineral logam sulfida berupa
pyrite mendominasi zona ini dimana keterdapatannya dijumpai mengganti
fenokris piroksin maupun hornblende, sedangkan kalkopirit jarang dijumpai.
Karakteristik dari zona ubahan ini yaitu dijumpai kumpulan mineral ubahan yang
umumnya berupa klorit dan epidot serta dijumpainya mineral ubahan serisit dan
kuarsa, lempung dan karbonat dalam jumlah yang sedikit. Mineral karbonat
dijumpai sebagai mineral ubahan yang berasal dari ubahan mineral mafik maupun
ubahan mineral plagoklas yang kaya akan unsur Ca, bentuk endapan umumnya
dijumpai dalam bentuk veinlet disebabkan pengisian rekahan oleh larutan sisa
magma yang melewati batuan tersebut, dimana rekahannya merupakan zona yang
lemah yang merupakan media tempat larutan tersebut mengalir yang kemudian
mengalami pembekuan dan pengkristalan.
4. Zona Argilik (Argillic Zone)
Zona ini terbentuk karena rusaknya unsur potasium, kalsium dan
magnesium menjadi mineral lempung. Zona ini dicirikan oleh kumpulan mineral
lempung, kuarsa, dan karbonat. Unsur potasium, kalsium dan magnesium dalam
batuan terubah menjadi monmorilonit, illit, hidromika dan klorit. Diatas zona
argillic kadang terbentuk advanced argillit yang tersusun atas mineral diaspore,
kuarsa atau silika amorf korondum dan alunit yang terbentuk pada kondisi asam
yang tinggi. Logam sulfida yang biasanya terbentuk pada zona ini berupa pirit
namun kehadirannya tidak seintensif pada zona serisit dimana bentuk veinlet ini
hadir pada bagian luar dalam suatu sistem alterasi hidrotermal.
5. Zona Alterasi Skarn
Alterasi ini terbentukl akibat kontak antara batuan sumber dengan batuan
karbonat, zona ini sangat dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan
kandungan mineral karbonat. Pada kondisi yang kurang akan air, zona ini
dicirikan oleh pembentukan mineral garnet, klinopiroksin dan wollastonit serta
mineral magnetit dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan pada kondisi yang
kaya akan air, zona ini dicirikan oleh mineral klorit.,tremolit aktinolit dan kalsit
dan larutan hidrotermal.
Proses pembentukkan skarn akibat urutan kejadian Isokimia
metasomatisme retrogradasi. Dijelaskan sebagai berikut :
Isokimia merupakan transfer panas antara larutan magama dengan batuan
samping, prosesnya H2O dilepas dari intrusi dan CO2 dari batuan samping yang
karbonat. Proses ini sangat dipengaruhi oleh temperatur,komposisi dan tekstur
host rocknya (sifat konduktif).
Metasomatisme, pada tahap ini terjadi eksolusi larutan magma kebatuan samping
yang karbonat sehingga terbentuk kristalisasi pada bukaan bukaan yang dilewati
larutan magma.
Retrogradasi merupakan tahap dimana larutan magma sisa telah menyebar pada
batuan samping dan mencapai zona kontak dengan water falk sehingga air tanah
turun dan bercampur dengan larutan.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
II.1. Geomorfologi Regional
Secara morfologi, Lembar Poso dapat dibagi menjadi 5 satuan : dataran rendah,
dataran tinggi, perbukitan, pegunungan dan daerah kras. Dataran rendah terdapat
di dekat muara S. Puna, S. Poso, S. Sumara, S. Morowali, S. La, di utara Teluk
Tomori, daerah disekitar Taripa, dan sekitar Tomata. Satuan ini berdongak antara
nol dan puluhan meter di atas muka laut. Satuan ini umumnya merupakan daerah
pemukiman dan pertanian, kecuali sekitar Morowali yang merupakan cagar alam.
Dataran tinggi terdapat terpisah-pisah di bagian barat, tengah dan timur Lembar.
Di bagian barat satuan ini terdapat di Gintu, Doda, Wuasa, Sadoa, Palolo, Kuloni,
Toro, Labua, hulu S. Sopa, dan sekitar D. Lindu. Di bagian tengah, merupakan
dataran pada jalur tepi barat dan utara D. Poso, sedangkan dibagian timur terdapat
di daerah Bau. Berdongak lebih dari 600 m di atas muka laut, umumnya
merupakan daerah pertanian yang subur dengan banyak pemukiman.
Perbukitan terdapat di bagian utara dan tengah selatan Lembar. Di utara
terbentang di dua daerah : memanjang utara selatan dari Pabengko sampai D.
Poso, dan memanjang barat timur dari Tagolu sampai Betaua, menerus sampai
Bongkakoi. Di bagian tengah selatan, dekat Taripa ke timur sampai Era. Daerah
perbukitan berdongak antara 200 600 m di atas muka laut. Daerah pegunungan
menempati bagian terbesar. Di barat meliputi deret pegunungan Tokolekaju,
Tineba, dan Tokodoro. Pegunungan Tokolekaju memanjang utara selatan dari
Pontana sampai Gintu, berdongak antara 1000 2356 m di atas muka laut.
Pegunungan Tineba berarah baratlaut tenggara, dari Bora sampai Sedoa,
berdongak antara 1000 2610 m di atas muka laut. Pegunungan Tokodoro
memanjang utara selatan, dari Tokodoro sampai Kamba, berdongak antara 1000
2500 m di atas muka laut. Di bagian tengah terdapat pegunungan Pompangeo
dengan dongak antara 700 2500 m. di bagian timur terdapat pegunungan
memanjang utara selatan, dari Marowo sampai Tambayoli, berdongak antara
700 2000 m di atas muka laut, puncaknya ada yang mencapai lebih dari 2000 m
seperti G. Tambosisi (2438 m) dan G. Katopasa (2835 m).
Daerah kras menempati bagian tengah dan timur Lembar. Di bagian tengah,
memanjang utara selatan dari dekat Poso sampai Ratadana dan dari dekat
Malino ke seletan sampai Beteleme. Di bagian timur morfologi kras berkembang
secara setempat seperti di G. Tamisari, Betauwa, Tongku, serta di hulu S. Tongku,
hulu S. Bongkakoi, dan S. Borneang. Berdongak antara beberapa meter sampai
2300 m di atas muka laut. Daerah ini tercirikan oleh permukaan yang kasar,
berbusut dan berlereng tajam, dengan dolina dan lubang langgah.
Sungai di Lembar Poso sebagian besar mengalir ke utara menuju ke Teluk
Tomini, selebihnya mengalir ke Teluk Tomori di timur, dan Selat Makassar di
barat. Sungai yang besar adalah S. Poso, S. Koro, dan S. La. Pada umumnya
lurus ; karena pengikisan ke bawah kuat, lembah umumnya berbentuk V. Hanya
beberapa sungai yang alirannya berliki-liku, terutama di dekat muara. Secara
umum aliran di daerah ini berpola denritik, sebagian berpola siku-siku dan kisi.
Pola denritik di temukan pada system S. Wuna, S. Sausu, S. Owaingkaia, S. Puna,
S. Poso, S. Tongko, S. La, S. Sumara, S. Tojo, S. Masologi, S. Pancuma, dan S.
Bongka. Pola siku-siku pada system S. Koro dan S. Malei, dan pola kisi
ditemukan pada system S. Tongko, S. Malei, S. Bombalo, dan S. Taliba. Beberapa
sungai terkendalikan oleh struktur seperti S. Koro, S. Puna, S. Kamba, dan S. La.
II.2. Stratigrafi Regional
Berdasarkan kumpulan batuan, struktur dan biostratigrafi, secara regional geologi
Lembar Poso termasuk Mandala Geologi Sulawesi Barat, Mandala Geologi
Sulawesi Timur dan Mandala Batur Banggai-Sula. Ketiga Mendala Geologi
tersebut bersentuhan secara tektonik satu dengan yang lain. Mendala Geologi
Sulawesi Barat dicirikan oleh batuan gunungapi dan granit Tersier yang
menerobos sedimen flysch Mesozoikum, dari runtuhan sedimen pinggiran benua
Sundaland. Mendala Geologi Sulawesi Timur dicirikan oleh himpunan batuan
malihan, ultramafik, mafik, dan batuan sedimen pelagos Mesozoikum.
Sedangkan, mendala Batur Banggai-Sula dicirikan oleh batuan sedimen pinggiran
benua klastika, sedimen karbonat Mesozoikum dan Tersier Awal.
Di Mendala Geologi Sulawesi Barat batua tertua adalah Formasi Latimojong
(Kls), yang tersusun oleh endapan Flysch terdiri dari perselingan serpih, filit,
batusabak, batupasir wake dengan sisipan rijang radiolaria, breksi dan lava
terbreksikan, serta kuarsit. Rijang dan serpih mengandung fosil radiolaria ynag
menunjukkan umur Kapur Akhir. Satuan ini tertindih secara tak selaras oleh
batuan sedimen tipe molasa Pliosen, dibagian selatan (Lembar Malili) satuan ini
tertindih tak selaras oleh Formasi Toraja yang berumur Eosen Pliosen. Pada kala
Oligosen, terjadi kegiatan gunungapi bawah laut yang menghasilkan lava bantal,
breksi lava, dan tufa yang bersusun basa sampai menengah. Kegiatan ini
berlangsung terus sampai Miosen Tengah (Tmtv, Tmrt), yang sebagian muncul ke
atas permukaan laut (kegiatan gunungapi darat). Kegiatan gungapi ini diikuti oleh
kegiatan magma yang menghasilkan batuan terobosan granit (Tpkg) yang
umurnya berkisar dari Miosen Akhir hingga Plistosen (Simandjuntak,1982 dalam
Simandjuntak dkk,1991).
Di Mendala Geologi Sulawesi Timur, Batuan tertua adalah ofiolit, yang terdiri
dari dari harzburgit, dunit, piroksenit, ilherzolit, wehrlit, serpentinit, gabro, diabas,
dan diorit. Umurnya diperkirakan tidak lebih tua dari Kapur, sedangkan
pengalihtempatannya terjadi pada Miosen Tengah. Di bagian barat terdapat Lajur
Metamorf Sulawesi Tengah (Kompleks Pompangeo) yang terdiri dari berbagai
jenis sekis hijau, diantaranya sekis hornblende, sekis mika dan sekis glaukofan;
serta genes kuarsit, fillit, serpentinit, pualam, dan batugamping terdaunkan. Umur
batuan ini diduga lebih tua dari Jura Akhir. Di atas ofiolit diendapkan Kelompok
batuan sedimen pelagos (Formasi Matano), yang terdiri dari rijang radiolarian,
kalsilutit, argilit, batulempung napalan dan serpih. Batuan ini diperkirakan
berumur Kapur. Di atas Formasi Matano diendapkan Formasi Lerea. Sedimen
klastika pasca orogenesa Neogen (Kelompok Molasa Sulawesi) diendapkan tak
selaras di atas ofiolit dan batuan malihan. Dalam kelompok sedimen klastika kasar
ragam molasa ini termasuk Formasi Bongka (Tmpb), Formasi Tomata (Tmpt),
Formasi Puna (Tpps), dan Formasi Poso (Tppl) yang berumur Miosen Akhir
sampai Pliosen.
Di Mendala Batur Banggai-Sula, batuan tertua adalah Formasi Tolaka (TRtl)
berumur Trias, yang terdiri dari batugamping, napal, bersisipan serpih, batupasir
dan breksi konglomeratan. Formasi Nanaka (Jns) yang berumur Jura terdiri dari
batupasir kuarsa, konglomerat, serpih dengan sisipan batubara. Hubungan satuan
ini dengan Formasi Tokala tidak jelas. Satuan ini secara tak selaras tertindih oleh
Formasi Tetambahu (Jtl) yang berumur Jura Atas dan terdiri dari perselingan
batugamping, napal dan batupasir dengan sisipan kalsilutit rijangan. Batuan
Mesozoikum tersebut tertindih tak selaras oleh endapan batur karbonat (Formasi
Larea dan Formasi Salodik) yang berumur Eosen Oligosen.
Di beberapa tempat endapan permukaan yang terdiri dari endapan danau (Ql) serta
endapan sungai, rawa dan pantai (Qal) menindih tak selaras batuan di bawahnya.
Batuan ini tersebar luas di daerah utaraTeluk Bone dan selatan Danau Poso.
II.2. Struktur Geologi Regional
Geologi Lembar Poso memperlihatkan bahwa daerah ini merupakan tempat
persentuhan 3 mendala Geologi. Batuan ultramafik dan mafik dianggap berasal
dari lempeng kerak samudera. Batuan ini bersama sedimen pelagos Mesozoikum
dikelompokkan menjadi Lajur Ofiolit Sulawesi Timur. Lajur ini bersama Lajur