Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
JAMUR SHIITAKE
Disusun Oleh :
Kelompok 3B
NURUL FADILAH ATIK
M11115304
ARMILA AHMAD
M11115079
ROSDIANA PATRA
M11115093
NUR PAESHA
M11115068
JUNARDI
M11115075
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
Jamur Shiitake
A. Latar Belakang
Jamur Shiitake (Lentinula edodes) atau jamur Hioko dan sering ditulis
sebagai jamur shitake adalah jamur pangan asal Asia Timur yang terkenal di
seluruh dunia dengan nama aslinya dalam bahasa Jepang. Shiitake secara harafiah
berarti jamur dari pohon Shii (Castanopsis cuspidata) karena batang pohonnya
yang sudah lapuk merupakan tempat tumbuh jamur shiitake.
Shiitake juga dikenal dengan nama Jamur hitam China, karena aslinya
memang berasal dari daratan Tiongkok dan sudah dibudidayakan sejak 1.000
tahun yang lalu. Sejarah tertulis pertama tentang budidaya shiitake ditulis Wu
Sang Kuang di zaman Dinasti Song (960-1127), walaupun jamur ini sudah
dimakan orang di daratan Tiongkok sejak tahun 199 Masehi. Di zaman Dinasti
Ming (1368-1644), dokter bernama Wu Juei menulis bahwa jamur shiitake bukan
hanya bisa digunakan sebagai makanan tapi juga sebagai obat untuk penyakit
saluran nafas, melancarkan sirkulasi darah, meredakan gangguan hati,
memulihkan kelelahan dan meningkatkan energi chi. Shiitake juga dipercaya
dapat mencegah penuaan dini.
Di Hongkong dan Singapura, jamur jenis ini dikenal sebagai chinese black
mushroom. Di Indonesia dikenal dengan nama jamur kayu cokelat atau secara
umum disebut jamur shiitake saja.
Bangsa Cina percaya bahwa jamur hioko (nama jamur shiitake dalam
bahasa Cina) dapat menghilangkan rasa lapar, menghangatkan tubuh saat cuaca
dingin serta dapat memperlancar sirkulasi darah di dalam tubuh.
Untuk mengetahui khasiatnya, di Jepang telah banyak dilakukan penelitian
yang intensif mengenai jamur shiitake. Diantaranya, penelitian yang diadakan
pada tahun 1970 menemukan bahwa asam amino yang terkandung di dalam jamur
shiitake dapat membantu memproses kolesterol di dalam hati. Jamur ini
mengandung asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, yaitu; thiamin,
riboflavin, niacin, serta beberapa jenis serat dan enzim. Jamur Shiitake juga
mengandung ergosterol, yang akan diolah tubuh menjadi vitamin D setelah kulit
terkena sinar matahari. Kandungan asam amino jamur shiitake membuatnya
berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan mengatasi gangguan
pencernaan, hati, meredakan serangan pilek, dan melancarkan peredaran darah.
B. Klasifikasi Jamur Shiitake
Regnum = Fungi
Divisi = Basidiomycota
Kelas = Homobasidiomycota
Ordo = Agaricales
Famili = Marasmiaceae
Genus = Lentinula
Species = Lentinula edodes ( Berk ) pegler.
C. Morfologi Jamur Shiitake
Tudung berdiameter 4 20 cm atau rata-rata 5 12 cm, bentuk cembung
sampai agak datar dan atau berputing kecil pada bagian tengahnya, permukaan
kering, berserat dengan kutikula yang bersisik dan berwarna pucat sampai cokelat
kemerahan. Korteks putih atau kecoklatan dekat kutikula, padat berdaging, lebih
lunak pada yang belum dewasa, rasa agak asam, tetapi enak, bau ringan dan agak
keras dalam keadaan kering. Bilah berwarna keputihan, warna berubah menjadi
cokelat kemerahan jika mengalami luka memar, dan berubah secara bertahap
menjadi kecoklatan dengan bertambah umur, sering kali memisah, rapat, sedikit
menggergaji sampai bergerigi. Tangkai panjang 3 5 cm, diameter 8 13 mm,
hampir, hampir sama atau agak membesar sebagaian dasarnya, padat dan kuat,
permukaan diseliputi cadar tipis yang berakhir dibagian atas sebagai kortina.
Spora berukuran 5.5 6.5 x 3.0 3.5 mikron, subsilindrik, nonamiloid, polos
Dedak : 25 gr
Kapur : 15 gr
Tepung maizena : 10 gr
Kadar air : 65 %
Formula 2
Dedak : 200 gr
Gula putih : 30 gr
Kapur : 10 gr
Air : 2 liter
Penyiapan media harus dijaga kebersihannya terutama karena bibit jamur stadium
miselium rentan terhadap perubahan lingkungan antara lain kelembapan dan
temperatur.
kapas penutup dapat berkecambah kemudian miselium jamur liar ini dapat
merambah masuk ke dalam kantong. Oleh karena itu disarankan untuk tidak
membiarkan ruang inkubasi terlalu lembab.
Selanjutnya setelah log ditumbuhi penuh dengan miselium maka log dapat
dipindahkan ke dalam ruang pemeliharaan tubuh buah. Perkembangan log akan
melewati tahap-tahap sebagai berikut :
. Pembentukan lapisan miselium permukaan yang tebal
. Pembentukan benjolan
. Pembentukan warna coklat (pigmentasi)
. Pengerasan lapisan luar
. Pembentukan primordial
Log dipelihara sampai terbentuk lapisan miselium yang mengeras pada
permukaan log. Setelah itu akan muncul benjolan-benjolan dengan ukuran yang
bervariasi yang tampak menyembul ke permukaan log. Pada saat ini tutup kapas
mulai diperlonggar untuk membantu sirkulasi udara yang membantu pigmentasi.
Kemudian akan diikuti dengan pembentukan warna kecoklatan yakni suatu tanda
pigmentasi. Setelah terbentuk pigmen tutup kapas dibuka sepenuhnya. Lapisan
miselium yang kecoklatan ini kemudian mengeras seperti kulit batang dalam
waktu sekitar 30 hari. Respon ini biasanya berkaitan dengan upaya dari jamur
untuk mengurangi penguapan air dari log.
Kadar air di dalam log akan tetap tinggi tetapi di luar relatif kering. Kulit
inilah yang berperan sebagai pelindung miselium di dalam log dari proses
penguapan dan serangan jamur liar. Pada saat ini, proses pembuahan sudah mulai
dipersiapkan dengan memberikan rangsangan fisik berupa suhu dingin dan kadar
air yang berlimpah. Dapat dilakukan dengan cara merendam log jamur dalam air
selama beberapa jam sampai semalaman dengan suhu sekitar 15C. Setelah proses
perangsangan selesai, log disimpan kembali pada rak pemeliharaan. Pemeliharaan
selanjutnya sangat ditentukan dari pengaturan kadar oksigen dan kelembaban
udara. Pengaturan kadar oksigen dapat dilakukan dengan membuka jendela
ventilasi pada saat kelembaban udara di luar tinggi. Pengaturan kelembaban dapat
dilakukan dengan cara penyiraman dengan air secara berkala terutama kalau
kelembaban udara di luar rendah (biasanya siang hari).
Kadar air log selama proses pembentukan tubuh buah harus dipertahankan
antara 55-65%. Di atas dan di bawah rentang ini akan mengganggu proses
pembentukan primordial (Donoghue & Przybylowicz, 1989). Untuk menjaga
kadar air ini dapat dilakukan dengan menjaga kelembaban udara di ruang
pemeliharaan antara 80-90%. Setelah tubuh buah mencapai ukuran dewasa,
kelembaban udara diatur berkisar antara 65-85%. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh tubuh buah dengan aroma dan tekstur yang lebih baik. Kalau dalam
periode ini kelembaban udara terlalu tinggi akan menghasilkan tubuh buah dengan
tekstur yang lembek relatif tidak dapat disimpan lama juga aroma yang kurang
baik. Dengan penurunan kelembaban akan menghasilkan tubuh buah yang pecahpecah dengan tekstur yang lebih keras dan dapat disimpan dalam waktu relatif
lebih lama dan aroma yang lebih baik.
Pemanenan
jamur biasanya sudah terlalu tua dan sudah dihasilkan spora dan kualitas jamur
biasanya tidak baik (tekstur, waktu simpan dan aroma). Sedangkan kalau dipanen
sebelum itu tidak akan menghasilkan hasil panen yang maksimum (produktivitas
rendah) disamping kualitasnya juga tidak baik.
Disamping cara budidaya dengan sistim log serbuk gergajian, juga dikenal
cara budidaya dengan sistim log kayu utuh. Cara ini merupakan cara tradisional
yang banyak dilakukan di Jepang. Cara ini memiliki kelebihan karena dihasilkan
tubuh buah dengan aroma dan tekstur yang lebih khas. Namun kelemahannya
adalah dari segi waktu yang lebih lama (sampai 1,5 tahun) dan produktivitas yang
relatif lebih rendah. Disamping itu luas area Yang dibutuhkan juga lebih luas
untuk menghamparkan log- log kayu yang sudah diinokulasi di lantai hutan
sebagai area penginkubasian.
Pasca Panen
Hasil panen jamur Shiitake dapat dikeringkan dengan sinar matahari atau
alat pengering buatan sebelum dipasarkan dalam bentuk kering. Jamur Shiitake
yang kering dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan yang basah. Oleh
karena itulah cara pengeringan paling banyak dilakukan. Untuk menghindari
supaya jamur yang sudah kering tidak kembali menyerap uap air dari udara, maka
pengemasan lebih baik dilakukan dengan sistim fakum. Jamur yang sudah
dikeringkan teksturnya dapat kembali seperti tekstur awal setelah direndam dalam
air hangat. Untuk tujuan pasar lokal, jamur dalam bentuk segar juga sering
dipasarkan di pasar-pasar swalayan yang dikemas langsung dalam kemasan
plastik.
DAFTAR PUSTAKA
Adi wijaya. 2012. Dalam http://permathic.blogspot.co.id/2012/02/cara-budidayajamur-shitake.html diakses pada 24 Oktober 2016 pukul 08.00
Anonim. 2013. Dalam http://www.e-jurnal.com/2013/04/jamur-shiitake.html
diakses pada 24 Oktober 2016 pukul 08.25
Anonim. 2016. Dalam http://www.pustakadunia.com/tahapan-pemanenan-danpascapanen-budidaya-jamur-shiitake.html diakses pada 24 Oktober 2016
pukul 08.20
Elitra kusumawati. 2011. Dalam http://tipspetani.blogspot.co.id/2011/01/manfaatjamur-shiitake.html diakses pada 24 Oktober 2016 pukul 08.05
Khair. 2016. Dalam http://berkahkhair.com/jenis-jamur/jamur-shiitake/ diakses
pada 24 Oktober 2016 pukul 08.15
Yomusa. 2015. Dalam http://www.yomusa.com/2015/03/cara-menanam-jamurshiitake/ diakses pada 24 Oktober 2016 pukul 08.10