Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENGUKURAN PERFORMANSI
KERJA SECARA PSIKOLOGIS
GIFFARY
D221 12 107
KELOMPOK 2
LABORATORIUM ERGONOMI
DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia merupakan salah satu elemen dalam suatu sistem kerja.
Performansi kerja manusia dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan karena manusia memiliki kepekaan indera untuk menerima
rangsang dari lingkungan.
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 1
B. Tujuan praktikum
a.
b.
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 2
BAB II
TEORI DASAR
A. Ergonomi kognitif
Secara spesifik mebahas tentang hubungan display dan kontrol.
Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain ; beban kerja,
pengambilan keputusan, dan stres kerja.
1. Beban Kerja
Analisis beban kerja merupakan salah satu subbagian dalam melakukan
perancangan kerja. Beban kerja harus dianalisa agar sesuai dengan
kemampuan dari pekerja itu sendiri. Workload atau beban kerja merupakan
usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi
permintaan dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas adalah
kemampuan/kapasitas manusia.
Kapasitas
kriteria-kriteria
fisik manusia.
kerja
dengan
Aspek
mental
mempertimbangkan
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 3
Merupakan suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif
yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan
selalu menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu
tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan. Dihubungkan dengan
ergonomi kognitif, pekerja
akan
berpikir terlebih
dahulu
untuk
B. Sistem mengingat
Menurut Myers (2006) Ingatan terhadap hal-hal yang spesifik atau
khusus dapat berbeda-beda tergantung kepada individu dan cara atau proses
berpikir individu tersebut. Selain itu, ingatan juga dapat berbeda-beda
tergantung kepada isi dari informasi tersebut. Isi informasi yang menarik
cenderung lebih mudah diingat daripada informasi yang biasa dan tidak
menarik. Kegagalan untuk mengingat umumnya terjadi karena gagal
menyimpan informasi, mempertahankan informasi dan memanggil kembali
informasi yang telah disimpan sebelumnya.
Menyimpan, mempertahankan dan memanggil kembali informasi terjadi
di dalam sistem mengingat. Menurut Hebb (2000), terdapat 3 jenis sistem
mengingat, yaitu :
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 4
1. Sensory memory
Sensory memory memuat catatan sebenarnya mengenai apa yang yang
dilihat dan didengar (visual dan auditori). Hal ini hanya berlangsung
selama beberapa detik, sensory memory memiliki kapasitas yang tak
terbatas.
2. Short-term memory (STM)
Perhatian yang lebih khusus atau lebih fokus kemudian dipindahkan atau
ditransfer dari sensory memory menuju short-term memory. STM
umumnya menyimpan data dalam bentuk suara, khususnya me-recall
suara, tetapi bisa juga dalam hal visual atau gambar. STM memiliki
kapasitas kerja yang terbatas, yaitu hanya 7 2 chunks atau sekitar 5
sampai 9 chunks dalam sekali ingat. Chunks adalah satu unit memori yang
terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan erat satu sama lain
(Cowan dalam Maltin, 2005). STM sangat rentan terhadap interupsi dan
gangguan-gangguan. Terdapat 3 jenis proses dasar dalam STM, yaitu :
a.
Iconic memory
Iconic memory adalah kemampuan untuk menyimpan informasi yang
berupa gambar (dari hasil vis
ual).
b.
Kelompok II
Acoustic memory
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 5
Working memory
Working memory adalah suatu proses aktif menyimpan informasi
hingga informasi itu dikeluarkan, misalnya terus memikirkan dan
mengulangulang suatu nomor telepon kepada diri sendiri hingga
memencet nomor telepon yang dituju. Perlu diingat bahwa inti dari
working memory adalah bukan pada memindahkan informasi dari
STM ke LTM, melainkan terus mengingat informasi untuk
kepentingan yang sementara atau mendadak. Bagian-bagian otak yang
mempengaruhi kinerja working memory adalah frontal cortex, parietal
cortex, anterior angulate, dan bagian dari basal ganglia.
C. Recall memory
Recall
memory
merupakan
proses
membangkitkan
atau
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 6
ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall) dan (2) mengenal kembali
(to recognize). Penelitian terkait memory recall menggunakan waktu yang
terbatas untuk menimbulkan kembali (recall) cerita yang disimpan dalam
short term memory. Menurut Morgan (Walgito, 2004) short term memory
memerlukan waktu antara 20-30 detik dalam pemasukan stimulus dan
penimbulan kembali sebagai memori output. Berdasarkan wacana di atas
maka yang dimaksud recall memory adalah kemampuan seseorang untuk
menimbulkan kembali atau mengingat kembali pengalaman atau informasi
yang disimpan dalam short term memory tanpa adanya objek sebagai stimulus
untuk dapat diingat kembali.
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 7
1. Efek posisi serial, yaitu bahwa sejumlah informasi atau item yang
disajikan secara beurutan akan mempengaruhi ingatan seseorang.
Informasi yang terletak di bagian akhir cenderung diingat lebih baik, sebab
informasinya masih berada pada ingatan jangka pendek pada waktu
direcall (Suharman, 2005).
2. Media, memiliki peran yang besar pada proses recall yang dilalui agar
mencapai hasil yang maksimal. Pada penelitian Ningsih (2009) mengenai
kemampuan recall memory ditinjau dari metode belajar visual dan metode
belajar audio, nilai rata-rata kemampuan recall memory pada cerita 1, 2, 3
dengan metode belajar visual adalah 20,14 lalu 21,43 dan 20,14. Nilai ratarata kemampuan recall memory pada cerita 1, 2, 3 dengan metode belajar
audio adalah 23,85 lalu 25,15 dan 24,00. Artinya ada perbedaan
kemampuan recall memory ditinjau dari metode balajar audio dan metode
belajar visual, dimana metode belajar audio lebih efektif untuk
meningkatkan kemampuan recall memory anak.
3. Pemrosesan informasi pada tingkat yang lebih dalam akan memudahkan
kinerja penggalian kembali informasi di dalam ingatan (recall). Hal ini
disebabkan oleh dua faktor: adanya karakteristik yang menonjol
(distinctiveness), dan pemerincian (elaboration) (Suharman, 2005).
4. Pengulangan, yaitu penghafalan repetitif suatu item (Sternberg, 2006).
Pada eksperimen Lloyd dan Margaret Peterson (dalam Solso, dkk, 2008)
menunjukkan bahwa kemampuan mengingat (recall) menurun drastis
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 8
F. Reaction time
Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian
rangsangan sampai dengan timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut.
Parameter waktu reaksi ini dipakai untuk pengukuran performansi. Yang
mempengaruhi performansi kerja diantaranya tingkat kelelahan, kondisi
motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan kondisi psikologis manusia lainnya.
Hal tersebut akan mengakibatkan waktu reaksi yang berbeda-beda antara satu
kondisi dengan kondisi lainnya. Kondisi-kondisi tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan baik secara fisik (penerangan, temperatur, getaran, dll) maupun
secara psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu sendiri.
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 9
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 10
Arousal
Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya termasuk
tekanan darah. Waktu reaksi akan menjadi cepat bila tekanan darah
ada di level tengah (dalam keadaan normal), dan akan melambat bila
praktikan terlalu santai atau terlalu tegang
2.
Usia
Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir 20-an,
bertambah pada usia 50-60 tahun, lalu melambat pada usia 70 tahun
keatas. Penurunan waktu reaksi pada orang dewasa mungkin
disebabkan karena orang dewasa lebih hati-hati merespon sebuah
stimulus. Orang dewasa juga cenderung mencurahkan pikirannya
pada satu stimulus dan mengabaikan stimulus yang lainnya.
3.
Jenis kelamin
Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat daripada
wanita.
4.
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 11
5.
6.
7.
Kelelahan
Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami
kelelahan.
8.
Gangguan
Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan
waktu reaksi.
9.
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 12
Waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada peringatan yang
diberikan kepada subyek sebelum stimulus tersebut diberikan
.
10. Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi.
11. Faktor lingkungan
Adanya pengaruh kondisi lingkungan terhadap waktu reaksi seperti
pencahayaan, temperatur, dan kebisingan.
12. Faktor psikologi
Kondisi psikologi seseorang dapat memberi pengaruh terhadap
waktu reaksi seperti suasana hati dan tekanan.
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Laptop
2.
3.
Lux meter
4.
Thermal recorder
5.
Air conditioner
6.
Lampu sorot
7.
B. Prosedur praktikum
1.
2.
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 14
3.
Responden melakukan reaction time test dan memory recall test. Setelah
pengukuran dilakukan, praktikan mencatat hasil pengukuran tersebut
pada lembar Tabel yang disediakan.
4.
5.
6.
Praktikan
selanjutnya
memberikan
gangguan
pencahayaan
dan
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 15
BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
A. Kondisi Praktikum
1. Teknik Pengambilan Data
Dalam praktikum pengukuran performansi kerja secara psikologis
dengan metode memory recall test dan reaicton time test yang bertujuan
untuk menghitung dan menilai beban kerja psikologis agar dapat
menentukan kondisi tempat kerja yang tepat bagi subjek yang di ambil
datanya.
Dalam praktikum ini di berikan 7 kondisi kerja yang berbeda, yaitu :
a. Gangguan Suhu
b. Gangguan Suhu dan Suara
c. Gangguan Suhu dan Cahaya
d. Suhu Nyaman
e. Gangguan Cahaya
f. Gangguan Suara
g. Gangguan Suara dan Cahaya
Pada pengambilan data recall test, responden diminta untuk
menghafal deret angka dari 1 deret sampai 10 deret dengan masing masing
deretan tersebut di beri waktu tertentu untuk melihat, mengingat lalu
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 16
menulis di table data sheet. Selanjutnya pada reaction time test, responden
diminta untuk merespon beberapa informasi yamg diberikan oleh penguji.
Pada pengujian ini akan dihitung waktu reaksi terhadap informasi yang di
berikan oleh penguji dengan menggukanakan reaction meter, lalu menulis
waktu ke dalam table sheet. Recall test dan reaction time test dilakukan
secara berulang sebanyak 7 kali dengan kondisi ruangan yang berbeda
yang telah disebutkan di atas.
2. Instrumen Penelitian
Dalam percoabaan ini, alat dan bahan yang digunakan untuk recall
test dan reaction time test adalah alatalat dan bahan yang telah disebutkan
di BAB II dan BAB III juga reaction meter.
B. Kondisi Lingkungan
Percobaan ini dilakukan dengan memberikan tiga faktor utama
gangguan yang biasa terjadi pada lingkungan kerja, yaitu suhu, kelembaban,
dan kebisingan.
Kondisi suhu dalam percobaan ini ada dua, yaitu suhu nyaman sebesar
25C dan suhu tidak nyaman sebesar 28,8C. Begitu pula dengan kelembaban,
yaitu kelembaban nyaman sebesar 71% dan kelembaban tidak nyaman
sebesar 80%. Terakhir adalah gangguan suara atau kebisingan dengan nilai
sebesar 85 dB.
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 17
Deret
Suhu
Suhu nyaman
Cahaya
Suara
b. Grafik
Gambar 4.1 memperlihatkan perbandingan deret angka
yang di hafal dari kondisi ruangan yang berbeda.
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 18
2. Reaction Time
a. Tabel
Tabel 4.2 memperlihatkan kumpulan data rata rata dan
standar deviasi reaction time dengan tes teratur dan tidak teratur
pada tujuh kondisi yang berbeda.
Tabel 4.2. Reaction time test
Keadaan
Teratur
Standar
Rata-rata
deviasi
Tidak teratur
Standar
Rata-rata
deviasi
Suhu
1.88
0.73
0.95
0.31
0.53
0.17
0.77
0.31
0.58
0.08
0.85
0.30
suhu nyaman
0.82
0.19
0.85
0.17
Cahaya
0.54
0.07
0.69
0.19
Suara
0.74
0.24
0.93
0.06
0.80
0.31
1.03
0.24
b. Grafik
Gambar 4.2 memperlihatkan perbandingan ratarata reaction time
test dengan kondisi ruangan yang berbeda dengan tes yang teratur.
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 19
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 20
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 21
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 22
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 23
3. T Test
Tabel 4.3 berikut adalah tabel t-test yang menunjukkan hubungan
antara data teratur dengan tidak teratur. Ini di buktikan dengan nilai uji-t
dari ke tujuh kondisi ratarata lebih dari 0.05 yaitu batas level
signifikansi.
Tabel 4.3. T-Test reaction time test
Keadaan
Suhu
suhu dan suara
suhu dan cahaya
suhu nyaman
Cahaya
Suara
suara dan cahaya
T-Test
0.05
0.21
0.13
0.44
0.10
0.11
0.18
Level of Significant
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
D. Analisa
Berdasarkan data yang diperoleh dari memory recall test dan
reaction time test, untuk memory recall test tidak ada perbedaan yang
signifikan antara 7 kondisi, kecuali pada gangguan suhu karena proses
adaptasi terhadap tes yang diberikan. Pada 3 gangguan selanjutnya suhu
dan suara, suhu dan cahaya , dan suhu nyaman deret yang didapatkan itu 9
ini karena responden sudah lebih mengenal tes yang di berikan. Pada 3
gangguan selanjutnya gangguan cahaya, gangguan suara, dan gangguan
suara dan cahaya ada penurunan dimana gangguan suara mendapatkan 6
sedangkankan gangguan cahaya dan suara mendapatkan 5, serta pada
gangguan cahaya ada peningkatan dimana mendapatkan 9 karena sudah
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 24
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 25
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Dengan menggunakan reaction time test dan memory recall test,kami
sebagai praktikan dapat memahami dan menghitung pengaruh kondisi
lingkungan terhadap beban kerja psikologi suatu pekerjaan.
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 26
B.
SARAN
1. Asisten
a. Terimakasih sudah membimbing kami dan tetap semangat serta
sabar menghadapi kami prakrikan
b. Sebaiknya alat praktikum di perbaiki sebelum mengambil data agar
praktikan dapat mengambil data dengan baik dengan kondisi
peralatan yang baik pula
2. Laboratorium
a. Menjaga kebersihan laboratorium .
b. Sebaiknya ada ruagan khusus untuk melakukan percobaan ini
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 27
DAFTAR PUSTAKA
1. Napitupulu Natassia. 2009. Gambaran penerapan ergonomi: Universitas
Indonesia.
2. Chussurur, Mifta. Hidayat, Thulus. Agustin, Rin Widya. 2014. Pengaruh
pemberian cerita melalui media audiovisual terhadap recall memory pada
anak-anak kelas v sekolah dasar takmirul islam Surakarta : Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. http://ergonomi-fit.blogspot.com/2012/01/simple-reaction-time.html
(diakses pada tanggal 4 Maret 2015)
Kelompok II
Giffary
D221 12 107
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 28