Вы находитесь на странице: 1из 29

MODUL 5

PENGUKURAN PERFORMANSI
KERJA SECARA PSIKOLOGIS

GIFFARY
D221 12 107
KELOMPOK 2

LABORATORIUM ERGONOMI
DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia merupakan salah satu elemen dalam suatu sistem kerja.
Performansi kerja manusia dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan karena manusia memiliki kepekaan indera untuk menerima
rangsang dari lingkungan.

Faktor ketajaman dan kepekaan indera pada

manusia sangat berperan penting dalam melakukan setiap kegiatannya.


Setiap aktivitas manusia (berbicara, membaca, menulis, dan lainlain) selalu didukung oleh daya ingat. Jika proses penyimpanan informasi ke
daya ingat tidak berjalan lancar dan terganggu, maka akan berdampak pada
kesalahan pengambilan keputusan atau reaksi yang harus dilakukan karena
daya ingat tidak tersimpan sempurna. Gangguan dalam penyimpanan
informasi ke daya ingat dapat berasal dari dalam (kecacatan pada indera
maupun otak) maupun dari luar (faktor lingkungan fisik).
Kurang sempurnanya pengolahan informasi dalam daya ingat dapat
mempengaruhi performansi dan produktivitas seseorang dalam bekerja
maupun aktivitasnya. Berdasarkan jangka waktu lama penyimpanan dan
tingkat penggunaannya, memory dibagi menjadi dua yaitu short term memory
dan long term memory. Pada daya ingat manusia, semua informasi yang
diterima akan disimpan dan diakses melalui working memory atau short term
Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 1

memory. Dalam menjalankan suatu proses aliran informasi ke memory dalam


human-computer interaction diperlukan lingkungan fisik yang mendukung
(Alan Dix, 1998).

B. Tujuan praktikum
a.

Mampu memahami dan menghitung pengaruh kondisi lingkungan


terhadap beban kerja psikologi pekerjaan tertentu dengan menggunakan
reaction time test dan memory recall test.

b.

Mampu menilai tingkat beban psikologi suatu pekerjaan tertentu dan


menentukan kondisi lingkungan kerja yang tepat.

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 2

BAB II
TEORI DASAR

A. Ergonomi kognitif
Secara spesifik mebahas tentang hubungan display dan kontrol.
Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain ; beban kerja,
pengambilan keputusan, dan stres kerja.
1. Beban Kerja
Analisis beban kerja merupakan salah satu subbagian dalam melakukan
perancangan kerja. Beban kerja harus dianalisa agar sesuai dengan
kemampuan dari pekerja itu sendiri. Workload atau beban kerja merupakan
usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi
permintaan dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas adalah
kemampuan/kapasitas manusia.

Kapasitas

ini dapat diukur dari

kondisi fisik maupun mental seseorang.


Perhitungan beban kerja setidaknya dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik,
mental, dan penggunaan waktu. Aspek fisik meliputi perhitungan beban
kerja berdasarkan

kriteria-kriteria

merupakan perhitungan beban


aspek

fisik manusia.

kerja

dengan

Aspek

mental

mempertimbangkan

mental (psikologis). Sedangkan pemanfaatan waktu lebih

mempertimbangkan pada aspek penggunaan waktu untuk bekerja.


2. Pengambilan Keputusan

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 3

Merupakan suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif
yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan
selalu menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu
tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan. Dihubungkan dengan
ergonomi kognitif, pekerja

akan

berpikir terlebih

dahulu

untuk

melakukan suatu pekerjaan.

B. Sistem mengingat
Menurut Myers (2006) Ingatan terhadap hal-hal yang spesifik atau
khusus dapat berbeda-beda tergantung kepada individu dan cara atau proses
berpikir individu tersebut. Selain itu, ingatan juga dapat berbeda-beda
tergantung kepada isi dari informasi tersebut. Isi informasi yang menarik
cenderung lebih mudah diingat daripada informasi yang biasa dan tidak
menarik. Kegagalan untuk mengingat umumnya terjadi karena gagal
menyimpan informasi, mempertahankan informasi dan memanggil kembali
informasi yang telah disimpan sebelumnya.
Menyimpan, mempertahankan dan memanggil kembali informasi terjadi
di dalam sistem mengingat. Menurut Hebb (2000), terdapat 3 jenis sistem
mengingat, yaitu :

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 4

1. Sensory memory
Sensory memory memuat catatan sebenarnya mengenai apa yang yang
dilihat dan didengar (visual dan auditori). Hal ini hanya berlangsung
selama beberapa detik, sensory memory memiliki kapasitas yang tak
terbatas.
2. Short-term memory (STM)
Perhatian yang lebih khusus atau lebih fokus kemudian dipindahkan atau
ditransfer dari sensory memory menuju short-term memory. STM
umumnya menyimpan data dalam bentuk suara, khususnya me-recall
suara, tetapi bisa juga dalam hal visual atau gambar. STM memiliki
kapasitas kerja yang terbatas, yaitu hanya 7 2 chunks atau sekitar 5
sampai 9 chunks dalam sekali ingat. Chunks adalah satu unit memori yang
terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan erat satu sama lain
(Cowan dalam Maltin, 2005). STM sangat rentan terhadap interupsi dan
gangguan-gangguan. Terdapat 3 jenis proses dasar dalam STM, yaitu :
a.

Iconic memory
Iconic memory adalah kemampuan untuk menyimpan informasi yang
berupa gambar (dari hasil vis
ual).

b.

Kelompok II

Acoustic memory

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 5

Acoustic memory adalah kemampuan untuk menyimpan informasi


dalam bentuk suara. Acoustic memory dapat bertahan lebih lama
daripada iconic memory.
c.

Working memory
Working memory adalah suatu proses aktif menyimpan informasi
hingga informasi itu dikeluarkan, misalnya terus memikirkan dan
mengulangulang suatu nomor telepon kepada diri sendiri hingga
memencet nomor telepon yang dituju. Perlu diingat bahwa inti dari
working memory adalah bukan pada memindahkan informasi dari
STM ke LTM, melainkan terus mengingat informasi untuk
kepentingan yang sementara atau mendadak. Bagian-bagian otak yang
mempengaruhi kinerja working memory adalah frontal cortex, parietal
cortex, anterior angulate, dan bagian dari basal ganglia.

3. Long-term memory (LTM)


LTM biasanya merupakan tempat penyimpanan informasi yang bersifat
menetap atau permanen. Informasi yang disimpan biasanya merupakan
informasi yang penting dan sangat berarti.

C. Recall memory
Recall

memory

merupakan

proses

membangkitkan

atau

mengembalikan lagi ingatan, secara verbal atau perbandingan nyata, suatu


pengalaman di masa lalu (Drever, 1986). Walgito (2004) menjelaskan bahwa
ada dua cara menimbulkan kembali informasi dan ingatan, yakni dapat
Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 6

ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall) dan (2) mengenal kembali
(to recognize). Penelitian terkait memory recall menggunakan waktu yang
terbatas untuk menimbulkan kembali (recall) cerita yang disimpan dalam
short term memory. Menurut Morgan (Walgito, 2004) short term memory
memerlukan waktu antara 20-30 detik dalam pemasukan stimulus dan
penimbulan kembali sebagai memori output. Berdasarkan wacana di atas
maka yang dimaksud recall memory adalah kemampuan seseorang untuk
menimbulkan kembali atau mengingat kembali pengalaman atau informasi
yang disimpan dalam short term memory tanpa adanya objek sebagai stimulus
untuk dapat diingat kembali.

D. Pengukuran recall memory


Menurut Lockhart (dalam Sternberg, 2009) tes recall dapat dibagi
menjadi tiga macam yaitu:
1. Serial recall, yaitu mengingat kembali materi (item) dalam sebuah daftar
secara tepat.
2. Free-recall, yaitu mengingat kembali materi (item) secara bebas
3. Clued-recall, yaitu mengingat kembali materi (item) dengan petunjuk.

E. Faktor yang mempengaruhi recall memory


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keoptimalan hasil dari
recall memory antara lain:

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 7

1. Efek posisi serial, yaitu bahwa sejumlah informasi atau item yang
disajikan secara beurutan akan mempengaruhi ingatan seseorang.
Informasi yang terletak di bagian akhir cenderung diingat lebih baik, sebab
informasinya masih berada pada ingatan jangka pendek pada waktu
direcall (Suharman, 2005).
2. Media, memiliki peran yang besar pada proses recall yang dilalui agar
mencapai hasil yang maksimal. Pada penelitian Ningsih (2009) mengenai
kemampuan recall memory ditinjau dari metode belajar visual dan metode
belajar audio, nilai rata-rata kemampuan recall memory pada cerita 1, 2, 3
dengan metode belajar visual adalah 20,14 lalu 21,43 dan 20,14. Nilai ratarata kemampuan recall memory pada cerita 1, 2, 3 dengan metode belajar
audio adalah 23,85 lalu 25,15 dan 24,00. Artinya ada perbedaan
kemampuan recall memory ditinjau dari metode balajar audio dan metode
belajar visual, dimana metode belajar audio lebih efektif untuk
meningkatkan kemampuan recall memory anak.
3. Pemrosesan informasi pada tingkat yang lebih dalam akan memudahkan
kinerja penggalian kembali informasi di dalam ingatan (recall). Hal ini
disebabkan oleh dua faktor: adanya karakteristik yang menonjol
(distinctiveness), dan pemerincian (elaboration) (Suharman, 2005).
4. Pengulangan, yaitu penghafalan repetitif suatu item (Sternberg, 2006).
Pada eksperimen Lloyd dan Margaret Peterson (dalam Solso, dkk, 2008)
menunjukkan bahwa kemampuan mengingat (recall) menurun drastis

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 8

ketika partisipan tidak dijinkan mengulang informasi (kluster tiga huruf)


yang disimpan di dalam short term memory.
5. Intelegensi, yaitu Sternberg (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi
intelegensi individu akan semakin cepat individu tersebut melakukan
pengkodean dari sensor indrawi ke dalam memori jangka pendek.
Kecepatan individu dalam melakukan pengkodean akan memudahkan
individu mengingat apa yang diterima sehingga recall memory yang
dihasilkan lebih maksimal.
6. Efek referensi diri (self reference effects) adalah proses memaksimalkan
daya mengingat kembali (recall) ketika seseorang berusaha mengkaitkan
informasi baru dengan kehidupan diri pribadi orang tersebut (Matlin dalam
Suharman, 2005).

F. Reaction time
Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian
rangsangan sampai dengan timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut.
Parameter waktu reaksi ini dipakai untuk pengukuran performansi. Yang
mempengaruhi performansi kerja diantaranya tingkat kelelahan, kondisi
motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan kondisi psikologis manusia lainnya.
Hal tersebut akan mengakibatkan waktu reaksi yang berbeda-beda antara satu
kondisi dengan kondisi lainnya. Kondisi-kondisi tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan baik secara fisik (penerangan, temperatur, getaran, dll) maupun
secara psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu sendiri.
Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 9

Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang


untuk memberikan reaksi terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul
ketika seseorang memberikan respon tentang sesuatu yang didengar, dilihat,
atau dirasakan. Ada berbagai macam eksperimen waktu reaksi:
1. Simple Reaction Time Experiment
Pada eksperimen ini hanya ada satu jenis stimulus dan satu reaksi.
Contohnya percobaan waktu reaksi terhadap cahaya, reaksi terhadap
bunyi pada lokasi yang telah ditentukan dan tetap.
2. Recognition Reaction Time Experiment
Terdapat banyak stimulus. Pada stimulus tertentu, subjek harus
memberi respon sedangkan ada beberapa yang subjek tidak boleh
merespon. Ada 2 jenis, yaitu symbol recognition (subjek menghafal
lima buah huruf, kemudian subjek hanya bereaksi pada huruf yang
dihafal tersebut) dan tone/sound recognition (subjek menghafal
frekuensi dari bunyi, kemudian subjek hanya bereaksi pada frekuensi
yang dihafalkan).
3. Choice Reaction Time Experiment
Subjek harus merespon stimulus yang diberikan berupa huruf yang
ditampilkan di layar, kemudian menekan tombol huruf/keyboard yang
sesuai dengan stimulus yang diberikan.

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 10

Dalam penelitian terkait waktu reaksi dipengaruhi beberapa yaitu:


1.

Arousal
Arousal atau state of attention, dalam hal ini didalamnya termasuk
tekanan darah. Waktu reaksi akan menjadi cepat bila tekanan darah
ada di level tengah (dalam keadaan normal), dan akan melambat bila
praktikan terlalu santai atau terlalu tegang

2.

Usia
Waktu reaksi menjadi berkurang mulai usia bayi hingga akhir 20-an,
bertambah pada usia 50-60 tahun, lalu melambat pada usia 70 tahun
keatas. Penurunan waktu reaksi pada orang dewasa mungkin
disebabkan karena orang dewasa lebih hati-hati merespon sebuah
stimulus. Orang dewasa juga cenderung mencurahkan pikirannya
pada satu stimulus dan mengabaikan stimulus yang lainnya.

3.

Jenis kelamin
Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat daripada
wanita.

4.

Right handed vs left handed


Orang kidal, banyak menggunakan otak kanan, dimana otak kanan
banyak digunakan untuk berpikir mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan kreativitas, dan hal-hal yang berkaitan dengan ruang (misal:
membidik sasaran). Maka banyak peneliti bernaggapan bahwa orang

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 11

kidal memiliki waktu reaksi yang lebih cepat dibanding dengan


orang yang tidak kidal.

5.

Direct vs peripheral vision


Waktu reaksi akan lebih cepat bila stimulus diberikan ketika subyek
melihat tepat pada titik stimulus (direct vision), dan dapat melambat
bila stimulus diberikan disekitar pandangan mata (peripheral vision).

6.

Practice and errors


Ketika seorang subyek melakukan hal yang baru atau belum pernah
dilakukan sebelumnya, maka waktu reaksinya akan lebih lambat bila
dibandingkan dengan subyek yang sudah terlatih atau efek
pembelajaran.

7.

Kelelahan
Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami
kelelahan.

8.

Gangguan
Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat meningkatkan
waktu reaksi.

9.

Kelompok II

Peringatan akan stimulus

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 12

Waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada peringatan yang
diberikan kepada subyek sebelum stimulus tersebut diberikan
.
10. Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu reaksi.
11. Faktor lingkungan
Adanya pengaruh kondisi lingkungan terhadap waktu reaksi seperti
pencahayaan, temperatur, dan kebisingan.
12. Faktor psikologi
Kondisi psikologi seseorang dapat memberi pengaruh terhadap
waktu reaksi seperti suasana hati dan tekanan.

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 13

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan bahan


1.

Laptop

2.

Sound level meter

3.

Lux meter

4.

Thermal recorder

5.

Air conditioner

6.

Lampu sorot

7.

Lembar Tabel hasil pengukuran

B. Prosedur praktikum
1.

Sebelum melakukan penelitian, praktikan mengukur tingkat kelembaban,


cahaya dan kebisingan dengan alat yang disediakan dengan kondisi
ruangan tanpa gangguan suara, dan cahaya serta tanpa perubahan
kelembaban udara.

2.

Praktikan menyiapkan laptop atau perangkat yang telah terpasang


software pengukuran reaction time test dan memory recall test dan
meminta 3 praktikan sebagai responden dalam pengambilan data.

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 14

3.

Responden melakukan reaction time test dan memory recall test. Setelah
pengukuran dilakukan, praktikan mencatat hasil pengukuran tersebut
pada lembar Tabel yang disediakan.

4.

Setelah dilakukan pengukuran dalam kondisi lingkungan normal,


praktikan diminta memberikan gangguan kebisingan dan mengukur
tingkat kebisingan dengan menggunakan sound level meter kemudian
mencatat nilai tingkat kebisingan.

5.

Selanjutnya dilakukan kembali pengukuran memory recall dan reaction


time.

6.

Praktikan

selanjutnya

memberikan

gangguan

pencahayaan

dan

perubahan kondisi iklim dengan menggunakan lampu sorot dan air


conditioner dilakukan pengukuran tingkat pencahayaan dan kelembaban
dengan menggunakan lux meter dan thermo recorder lalu mencatat nilai
tingkat pencahayaan.
7.

Kelompok II

Lakukan kembali pengukuran memory recall dan reaction time.

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 15

BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

A. Kondisi Praktikum
1. Teknik Pengambilan Data
Dalam praktikum pengukuran performansi kerja secara psikologis
dengan metode memory recall test dan reaicton time test yang bertujuan
untuk menghitung dan menilai beban kerja psikologis agar dapat
menentukan kondisi tempat kerja yang tepat bagi subjek yang di ambil
datanya.
Dalam praktikum ini di berikan 7 kondisi kerja yang berbeda, yaitu :
a. Gangguan Suhu
b. Gangguan Suhu dan Suara
c. Gangguan Suhu dan Cahaya
d. Suhu Nyaman
e. Gangguan Cahaya
f. Gangguan Suara
g. Gangguan Suara dan Cahaya
Pada pengambilan data recall test, responden diminta untuk
menghafal deret angka dari 1 deret sampai 10 deret dengan masing masing
deretan tersebut di beri waktu tertentu untuk melihat, mengingat lalu
Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 16

menulis di table data sheet. Selanjutnya pada reaction time test, responden
diminta untuk merespon beberapa informasi yamg diberikan oleh penguji.
Pada pengujian ini akan dihitung waktu reaksi terhadap informasi yang di
berikan oleh penguji dengan menggukanakan reaction meter, lalu menulis
waktu ke dalam table sheet. Recall test dan reaction time test dilakukan
secara berulang sebanyak 7 kali dengan kondisi ruangan yang berbeda
yang telah disebutkan di atas.
2. Instrumen Penelitian
Dalam percoabaan ini, alat dan bahan yang digunakan untuk recall
test dan reaction time test adalah alatalat dan bahan yang telah disebutkan
di BAB II dan BAB III juga reaction meter.
B. Kondisi Lingkungan
Percobaan ini dilakukan dengan memberikan tiga faktor utama
gangguan yang biasa terjadi pada lingkungan kerja, yaitu suhu, kelembaban,
dan kebisingan.
Kondisi suhu dalam percobaan ini ada dua, yaitu suhu nyaman sebesar
25C dan suhu tidak nyaman sebesar 28,8C. Begitu pula dengan kelembaban,
yaitu kelembaban nyaman sebesar 71% dan kelembaban tidak nyaman
sebesar 80%. Terakhir adalah gangguan suara atau kebisingan dengan nilai
sebesar 85 dB.

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 17

C. Tabel dan Grafik


1. Recall Memory
a. Tabel
Tabel 4.1 di bawah ini adalah hasil pengukuran deret angka
dari memory recall text dengan tujuh kondisi yang berbeda.
Tabel 4.1.Memory recall
Keadaan

Deret

Suhu

Suhu dan suara

Suhu dan cahaya

Suhu nyaman

Cahaya

Suara

Suara dan cahaya

b. Grafik
Gambar 4.1 memperlihatkan perbandingan deret angka
yang di hafal dari kondisi ruangan yang berbeda.

Gambar 4.1. Grafik deret


Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 18

2. Reaction Time
a. Tabel
Tabel 4.2 memperlihatkan kumpulan data rata rata dan
standar deviasi reaction time dengan tes teratur dan tidak teratur
pada tujuh kondisi yang berbeda.
Tabel 4.2. Reaction time test
Keadaan

Teratur
Standar
Rata-rata
deviasi

Tidak teratur
Standar
Rata-rata
deviasi

Suhu

1.88

0.73

0.95

0.31

suhu dan suara

0.53

0.17

0.77

0.31

suhu dan cahaya

0.58

0.08

0.85

0.30

suhu nyaman

0.82

0.19

0.85

0.17

Cahaya

0.54

0.07

0.69

0.19

Suara

0.74

0.24

0.93

0.06

Suara dan cahaya

0.80

0.31

1.03

0.24

b. Grafik
Gambar 4.2 memperlihatkan perbandingan ratarata reaction time
test dengan kondisi ruangan yang berbeda dengan tes yang teratur.

Gambar 4.2. Grafik reaction test teratur


Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 19

Gambar 4.3 memperlihatkan perbandingan ratarata reaction time test


dengan kondisi ruangan yang berbeda dengan tes yang tidak teratur.

Gambar 4.3. Grafik reaction time test tidak teratur

Gambar 4.4 memperlihatkan perbandingan reaction time antara tes yang


teratur dan tidak teratur dalam kondisi gangguan suhu.

Gambar 4.4. Grafik suhu


Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 20

Gambar 4.5 memperlihatkan perbandingan reaction time antara tes yang


teratur dan tidak teratur dalam kondisi gangguan suhu dan suara.

Gambar 4.5. Grafik suhu dan suara

Gambar 4.6 memperlihatkan perbandingan reaction time antara tes yang


teratur dan tidak teratur dalam kondisi gangguan suhu dan cahaya.

Gambar 4.6. Grafik suhu dan cahaya


Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 21

Gambar 4.7 memperlihatkan perbandingan reaction time antara tes yang


teratur dan tidak teratur dalam kondisi suhu nyaman.

Gambar 4.7. Grafik suhu nyaman

Gambar 4.8 memperlihatkan perbandingan reaction time antara tes yang


teratur dan tidak teratur dalam kondisi gangguan cahaya.

Gambar 4.8. Grafik cahaya


Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 22

Gambar 4.9 memperlihatkan perbandingan reaction time antara tes yang


teratur dan tidak teratur dalam kondisi suara.

Gambar 4.9. Grafik suara

Gambar 4.10 memperlihatkan perbandingan reaction time antara tes yang


teratur dan tidak teratur dalam kondisi gangguan suara dan cahaya.

Gambar 4.10. Grafik suhu dan cahaya


Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 23

3. T Test
Tabel 4.3 berikut adalah tabel t-test yang menunjukkan hubungan
antara data teratur dengan tidak teratur. Ini di buktikan dengan nilai uji-t
dari ke tujuh kondisi ratarata lebih dari 0.05 yaitu batas level
signifikansi.
Tabel 4.3. T-Test reaction time test

Keadaan
Suhu
suhu dan suara
suhu dan cahaya
suhu nyaman
Cahaya
Suara
suara dan cahaya

T-Test
0.05
0.21
0.13
0.44
0.10
0.11
0.18

Level of Significant
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan

D. Analisa
Berdasarkan data yang diperoleh dari memory recall test dan
reaction time test, untuk memory recall test tidak ada perbedaan yang
signifikan antara 7 kondisi, kecuali pada gangguan suhu karena proses
adaptasi terhadap tes yang diberikan. Pada 3 gangguan selanjutnya suhu
dan suara, suhu dan cahaya , dan suhu nyaman deret yang didapatkan itu 9
ini karena responden sudah lebih mengenal tes yang di berikan. Pada 3
gangguan selanjutnya gangguan cahaya, gangguan suara, dan gangguan
suara dan cahaya ada penurunan dimana gangguan suara mendapatkan 6
sedangkankan gangguan cahaya dan suara mendapatkan 5, serta pada
gangguan cahaya ada peningkatan dimana mendapatkan 9 karena sudah
Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 24

beradaptasi dan sudah bisa mengembangkan metode chunk misalnya


mengganti angka menjadi huruf agar lebih mudah di ingat.
Berdasarkan data yang di peroleh dari reaction time test tidak ada
pebedaan signifikan antara 7 kondisi, kecuali pada gangguan suhu pada
kedua tes teratur dan tidak teratur cenderung tinggi dikarenakan proses
adaptasi mengenai tes tersebut, dibandingkan dengan 6 kondisi yang lain
cenderung sama karena sudah terbiasa terhadap tes tersebut.

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 25

BAB V
PENUTUP

A.

KESIMPULAN
1. Dengan menggunakan reaction time test dan memory recall test,kami
sebagai praktikan dapat memahami dan menghitung pengaruh kondisi
lingkungan terhadap beban kerja psikologi suatu pekerjaan.

2. Dengan memahami konsep reaction time dan memory recall, praktikan


dapat menilai tingkat beban psikologi suatu pekerjaan tertentu dan
menentukan kondisi lingkungan kerja yang tepat. Dari hasil data diatas
bisa ditentukan lingkungan kerja yang tepat bagi responden, dari hasil data
memory recall responden lebih efektif bekerja pada ruangan suhu nyaman
dan gangguan suara, sedangkan pada reaction time responden lebih efektif
bekerja pada suhu nyaman dan gangguan suara.

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 26

B.

SARAN
1. Asisten
a. Terimakasih sudah membimbing kami dan tetap semangat serta
sabar menghadapi kami prakrikan
b. Sebaiknya alat praktikum di perbaiki sebelum mengambil data agar
praktikan dapat mengambil data dengan baik dengan kondisi
peralatan yang baik pula
2. Laboratorium
a. Menjaga kebersihan laboratorium .
b. Sebaiknya ada ruagan khusus untuk melakukan percobaan ini

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 27

DAFTAR PUSTAKA
1. Napitupulu Natassia. 2009. Gambaran penerapan ergonomi: Universitas
Indonesia.
2. Chussurur, Mifta. Hidayat, Thulus. Agustin, Rin Widya. 2014. Pengaruh
pemberian cerita melalui media audiovisual terhadap recall memory pada
anak-anak kelas v sekolah dasar takmirul islam Surakarta : Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. http://ergonomi-fit.blogspot.com/2012/01/simple-reaction-time.html
(diakses pada tanggal 4 Maret 2015)

Kelompok II

Giffary
D221 12 107

MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis

Hal 28

Вам также может понравиться