Вы находитесь на странице: 1из 7

MANAJEMEN PERPAJAKAN

TAX AMNESTY atau PEMBETULAN SPT

Oleh:
Listya Nindita

2015271115

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

TAX AMNESTY
1. Apa itu tax amnesty?
Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai
sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara
mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
ini.
Apa tujuan dari tax amnesty?
a. mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan Harta, yang
antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar
Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi;
b. mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta
perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi; dan
c. meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan
pembangunan.
Pasal 5 UU No. 11 tahun 2016
1. Besarnya Uang Tebusan dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 dengan dasar pengenaan Uang Tebusan.
2. Dasar pengenaan Uang Tebusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan
nilai Harta bersih yang belum atau belum seluruhnya dilaporkan dalam SPT PPh Terakhir.
3. Nilai Harta bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan selisih antara nilai
Harta dikurangi nilai Utang. Membayar uang tebusan.
2. Siapa saja yang berkaitan dengan tax amnesty?
SUBJEK DAN OBJEK PENGAMPUNAN PAJAK
1. Setiap Wajib Pajak berhak mendapatkan Pengampunan Pajak. Wajib pajak tersebut berupa
wajib pajak pribadi dan wajib pajak badan.
2. Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Wajib Pajak
melalui pengungkapan Harta yang dimilikinya dalam Surat Pernyataan.
3. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu Wajib Pajak yang
sedang:
a. dilakukan penyidikan dan berkas penyidikannya telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan;
b. dalam proses peradilan; atau
c. menjalani hukuman pidana, atas Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.
4. Pengampunan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengampunan atas
kewajiban perpajakan sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir, yang belum atau belum
sepenuhnya diselesaikan oleh Wajib Pajak.
5. Kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas kewajiban:
a. Pajak Penghasilan; dan
b. Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
Wajib pajak untuk peredaran usaha tertentu (UMKM)
1. Wajib Pajak yang peredaran usahanya sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) merupakan Wajib
Pajak yang:
a. memiliki peredaran usaha hanya bersumber dari penghasilan atas kegiatan usaha; dan
b. tidak menerima penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan/atau pekerjaan
bebas.

2. Pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan pekerjaan yang
dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk
memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja, antara lain dokter,
notaris, akuntan, arsitek, atau pengacara.
Bagi WP yang menyatakan mengalihkan dan menginvestasikan harta sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 ayat 6 harus mengalihkan harta yang dimaksud melalui bank
persepsi yang ditunjuk secara khusus untuk itu paling lambat:
Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk:
a. surat berharga Negara Republik Indonesia;
b. obligasi Badan Usaha Milik Negara;
c. obligasi lembaga pembiayaan yang dimiliki oleh Pemerintah;
d. investasi keuangan pada Bank Persepsi;
e. obligasi perusahaan swasta yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan;
f. investasi infrastruktur melalui kerja sama Pemerintah dengan badan usaha;
g. investasi sektor riil berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh Pemerintah; dan/atau
h. bentuk investasi lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagi WP harus Memiliki NPWP
Informasi mengenai identitas Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
a. untuk Wajib Pajak orang pribadi, memuat:
1. nama;
2. alamat;
3. Nomor Pokok Wajib Pajak;
4. Nomor Induk Kependudukan;
5. nomor paspor, bagi yang memiliki; dan
6. nomor surat izin usaha, bagi yang diwajibkan memiliki sesuai peraturan perundangundangan;
b. untuk Wajib Pajak badan, memuat:
1. nama;
2. alamat;.
3. Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
4. nomor surat izin usaha.
4. Jangka Waktu pelaksanaan Tax Amnesty
Tax Amnesty berlaku sejak disahkannya Undang undang Nomor 11 Tahun 2016 oleh
Presiden RI tanggal 1 Juli 2016 hingga 31 Maret 2017. Terbagi dalam 3 Periode yaitu:
a. Periode I dari tanggal diundangkannya sampai tanggal 30 September 2016
b. Periode II dari tanggal 1 Oktober 2016 sampai tanggal 31 Desember 2016
c. Periode III dari tanggal 1 Januari 2017 sampai tanggal 31 Maret 2017
5. Dasar dan Tujuan Pemberlakuan Amnesti Pajak di Indonesia.
Seiring dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang
Pengampunan Pajak (Amnesti Pajak) oleh Presiden RI tanggal 1 Juli 2016, Tahun ini
diharapkan akan menjadi momentum penting bagi perbaikan ekonomi nasional. Melalui
kebijakan ini Pemerintah bertekad untuk memperbaiki kondisi perekonomian,
mempercepat pembangunan, dan mengurangi pengangguran, kemiskinan, serta
kesenjangan.
Amnesti Pajak harus dilihat sebagai kebijakan ekonomi yang bersifat mendasar,
tidak semata-mata kebijakan terkait fiskal, apalagi khusus pajak. Kebijakan ini
mempunyai dimensi lebih luas. Dari sisi pajak, ada potensi penerimaan yang akan

menambah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik saat ini maupun
tahun-tahun mendatang sehingga membuat APBN lebih berkelanjutan.
Dari sisi moneter, Amnesti Pajak dapat menyediakan tambahan likuiditas bagi
sistem keuangan dalam negeri, menambah cadangan devisa dan membantu memperkuat
nilai tukar rupiah. Tidak kalah penting adalah peranan amnesti pajak sebagai instrumen
untuk meningkatkan investasi dalam negeri, menciptakan lapangan pekerjaan hingga
mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, kebijakan ini sangat strategis
karena dampaknya yang makro, menyeluruh, dan fundamental bagi perekonomian
Indonesia.
Keberhasilan pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan yang
berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Agar peran serta ini dapat
terdistribusikan dengan merata tanpa ada pembeda, perlu diciptakan sistem perpajakan
yang lebih berkeadilan dan berkepastian hukum. Hal ini didasarkan pada masih maraknya
aktivitas ekonomi di dalam negeri yang belum atau tidak dilaporkan kepada otoritas
pajak. Aktivitas yang tidak dilaporkan tersebut mengusik rasa keadilan bagi para wajib
pajak yang telah berkontribusi aktif dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Untuk
itu, perlu diterapkan langkah khusus dan terobosan kebijakan guna mendorong
pengalihan harta (repatriasi) ke dalam wilayah Republik Indonesia sekaligus memberikan
jaminan keamanan bagi warga negara Indonesia yang ingin mengalihkan dan
mengungkapkan harta yang dimilikinya dalam bentuk amnesti pajak.
6. Tata Cara Pelaksanaan Tax Amnesty
Tata cara pengajuan Amnesti Pajak adalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak datang ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau
tempat lain yang ditentukan oleh Menteri untuk meminta penjelasan mengenai
pengisian dan pemenuhan kelengkapan dokumen yang harus dilampirkan dalam Surat
Pernyataan, yaitu:
o
bukti pembayaran Uang Tebusan;
o
bukti pelunasan Tunggakan Pajak bagi Wajib Pajak yang memiliki
Tunggakan Pajak;
o
daftar rincian Harta beserta informasi kepemilikan Harta yang dilaporkan;
o
daftar Utang serta dokumen pendukung;
o
bukti pelunasan pajak yang tidak atau kurang dibayar atau pajak yang
seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan;
o
fotokopi SPT PPh Terakhir; dan
o
surat pernyataan mencabut segala permohonan yang telah diajukan ke
Direktorat Jenderal Pajak
o
surat pernyataan mengalihkan dan menginvestasikan Harta ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka
waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan dalam hal Wajib Pajak akan
melaksanakan repatriasi;
o
melampirkan surat pernyataan tidak mengalihkan Harta ke luar wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia paling singkat selama jangka waktu 3 (tiga)
tahun terhitung sejak diterbitkannya Surat Keterangan dalam hal Wajib Pajak
akan melaksanakan deklarasi;
o
surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha bagi Wajib Pajak yang
bergerak di bidang UMKM
2. Wajib Pajak melengkapi dokumen-dokumen yang akan digunakan untuk
mengajukan Amnesti Pajak melalui Surat Pernyataan, termasuk membayar uang

3.
4.
5.

6.
7.

tebusan, melunasi tunggakan pajak, dan melunasi pajak yang tidak atau kurang
dibayar atau pajak yang seharusnya tidak dikembalikan bagi Wajib Pajak yang
sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan atau penyidikan
Wajib Pajak menyampaikan Surat Pernyataan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat
Wajib Pajak terdaftar atau Tempat Lain yang ditentukan Menteri Keuangan.
Wajib Pajak akan mendapatkan tanda terima Surat Pernyataan.
Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri menerbitkan Surat
Keterangan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung
sejak tanggal diterima Surat Pernyataan beserta lampirannya dan mengirimkan
Surat Keterangan Pengampunan Pajak kepada Wajib Pajak
Dalam hal jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) Menteri atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri belum menerbitkan
Surat Keterangan, Surat Pernyataan dianggap diterima
Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pernyataan paling banyak 3 (tiga) kali
dalam jangka waktu terhitung sejak Undang-Undang ini mulai berlaku sampai
dengan tanggal 31 Maret 2017 di mana Surat Pernyataan Kedua dan Ketiga dapat
disampaikan sebelum atau setelah Surat Keterangan atas Surat Pernyataan
sebelumnya dikeluarkan
Perubahan PMK 118 (23 sept 2016)

PEMBETULAN SPT
Pengertian Pembetulan Pajak
Sesuai dengan sistem self assesment, Wajib Pajak melakukan perhitungan sendiri atas
pajak yang terutang dalam satu masa pajak atau satu tahun pajak. Perhitungan pajak terutang
tersebut dituangkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT). Kemudian SPT tersebut disampaikan
ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
Nah, seiring dengan berjalannya waktu bisa jadi Wajib Pajak merasa bahwa SPT yang telah
disampaikannya ternyata tidak benar atau terdapat kekeliruan. Untuk mengkoreksi SPT
terdahulu yang telah disampaikannya tersebut Wajib Pajak harus menyampaikan lagi SPT
atas masa pajak atau tahun pajak yang sama. Tindakan ini biasa disebut membetulkan SPT
dan SPT yang disampaikannya disebut SPT Pembetulan.
Undang Undang SPT Pembetulan
DASAR HUKUM :
UU KUP Pasal 8 (1-6) 1983 = UU 28 2007
UU KUP Pasal 13 (1) dan (2)
PP 74 TAhun 2011 Pasal 5 (1) Pasal 6 (1-7)
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 13/PJ/2009
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN
UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
Persyaratan Pembetulan SPT
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan
dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan. Yang dimaksud dengan mulai melakukan tindakan
pemeriksaan adalah pada saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada
Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib
Pajak.

Dalam hal pembetulan SPT menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan SPT harus
disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan. Yang dimaksud dengan
daluwarsa penetapan adalah jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1) UU KUP.
Persyaratan ini pada dasarnya adalah untuk memberikan waktu yang cukup kepada
Dirjen Pajak untuk melakukan pemeriksaan sebelum daluarsa penetapan berakhir. Dengan
demikian, Wajib Pajak tidak bisa memanfaatkan ketentuan pembetulan SPT ini untuk
mengambil keuntungan dari pendeknya waktu pemeriksaan.
Dengan demikian, tidak ada batas waktu untuk menyampaikan SPT Pembetulan yang
menyatakan kurang bayar, sepanjang belum dilakukan tindakan pemeriksaan. Sebelum
berlakunya UU Nomor 28 Tahun 2007, jangka waktu pembetulan SPT dibatasi untuk 2 tahun
setelah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.
Pembetulan SPT Terkait Kompensai Kerugian Fiskal
Sebagaimana diketahui bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (2) UU PPh, Wajib Pajak
dapat melakukan pengkompensasian kerugian fiskal dalam satu tahun pajak ke tahun-tahun
berikutnya paling lama 5 tahun. Nah, jika terdapat SKP, keputusan keberatan, putusan
banding atau putusan peninjauan kembali untuk tahun terjadinya rugi fiskal yang rugi
fiskalnya berbeda, maka tentu saja hal ini akan mengakibatkan perlunya pembetulan SPT
tahun tahun berikutnya di mana kompensasi rugi fiskal dilakukan.
Pembetulan SPT Terkait Kealpaan Pasal 38 KUP
Pasal 38 KUP mengatur tentang ketentuan pidana alpa di mana Wajib Pajak
melakukan pelanggaran kewajiban perpajakan. Jenis pelanggarannya adalah Wajib Pajak alpa
untuk :
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah
perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A.
Jenis pelanggaran ini diancam dengan hukuman pidana berupa denda paling sedikit 1 kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau
paling lama 1 tahun.
Nah, bagi Wajib Pajak yang melakukan pelanggaran jenis ini, walaupun telah dilakukan
tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan mengenai adanya
ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, terhadap
ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut
dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang
beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150% dari jumlah pajak yang kurang
dibayar
WP ORANG PRIBADI PILIH TAX AMNESTY ATAU PEMBETULAN SPT
A. TAX AMNESTY
Tarif uang tebusan sudah jelas dihitung sesuai tarip dikalikan aset bersih, dan mendapat
fasilitas :
1. Tidak diusut asal usul tambahan aset bersih;
2. Jaminan tidak diperiksa tahun pajak 2015 dan tahun-tahun sebelumnya;

3. Semua sanksi dan denda (jika ada) otomatis dihapuskan;


4. Jika sedang dilakukan pemeriksaan maka pemeriksaan otomatis berhenti sepanjang
menyatakan ikut TA;
5. Tidak ada sanksi pidana;
6. Data pengampunan pajak tidak dapat dijadikan alat bukti untuk pidana lain.
B. PEMBETULAN SPT
Jika ingin membetulkan SPT, maka yang dibetulkan adalah SPT mulai tahun 2011 sd
2015 (SPT 2010 sudah kedaluwarsa per 31 Des 2015).
Perhatikan hal- hal berikut :
1. Penghasilan neto setahun yang dilaporkan, dikurangi taksiran biaya hidup setahun, sisanya
apakah cukup untuk mengcover kenaikan aset dalam tahun tersebut ?
2. Jika kenaikan aset tidak cukup dicover dengan sisa penghasilan sebagaimana butir 1, maka
Anda harus menambahkan penghasilan pada SPT Pembetulan pada tahun tersebut;
3. Penambahan penghasilan pada butir 2 berakibat PPh yang harus dibayar bertambah sebesar
tambahan penghasilan dikalikan tarif PPh. Jika tarif progresif Anda telah mencapai tarif 25%
maka silahkan tambahan penghasilan dikalikan tarif 25% (atau mungkin Anda hanya kena
lapisan 15% ?)
4. Kekurangan bayar PPh pada butir 3 akan dikenai sanksi bunga sebesar 2% sebulan,
5. Hitung PPh kurang bayar setiap tahunnya dari tahun 2011 sd 2015 (dengan cara sesuai
butir 1 sd 4).
6. Karena tidak ikut TA maka Anda masih membuka pintu rumah Anda lebar-lebar
mempersilahkan DJP melakukan pemeriksaan pajak untuk tahun 2015 dan tahun- tahun
sebelumnya.
Antara Tax Amnesty dan Pembetulan SPT
Bila anda memilih pembetulan SPT, maka aset baru yang dilaporkan dalam SPT akan
diperiksa dan ditelusuri asal usulnya oleh aparat pajak. Bila anda yakin aset itu diperoleh dari
penghasilan yang telah dipotong pajaknya maka tidak masalah. Namun bila aset tersebut
didapat dari penghasilan yang tidak dipotong pajak, maka akan jadi masalah.
Apabila anda memilih ikut tax amnesty, maka asal usul aset yang baru saja anda
laporkan tidak akan diusut dan ditelusuri oleh aparat pajak. Tapi, dalam tax amnesty, anda
harus membayar tebusan.

Вам также может понравиться