Вы находитесь на странице: 1из 25

Bab 1: Kimia Polimer

Bab 1

Polimer: Ilmu Material

KIMIA POLIMER

olimer merupakan ilmu pengetahuan yang berkembang secara


aplikatif. Kertas, plastik, ban, serat-serat alamiah, merupakan produkproduk polimer. Polimer, merupakan ilmu yang sangat menarik untuk
dipelajari. Polimer merupakan ilmu yang sangat dinamis. Oleh karena itu,
sangat dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang konsep-konsep dasar
polimer, guna dapat memahami dan mengembangkan ilmu polimer.
Selanjutnya, konsep dasar tersebut dapat dikembangkan untuk mengukur
dan menganalisis bobot molekul polimer. Teknik pemisahan dan
pengukuran sampel polimer merupakan pengetahuan yang tidak kalah
pentingnya untuk dikuasai. Dalam bab ini, sasaran tersebut dapat dicapai
oleh pembaca, dengan memahami dan mencermati secara teliti materi dan
soal-soal yang ditawarkan.
1.1 Sejarah Polimer
Polimer, sebenarnya sudah ada dan digunakan manusia sejak berabadabad yang lalu. Polimer - polimer yang sudah digunakan itu adalah jenis
polimer alam seperti selulosa, pati, protein, wol, dan karet. Istilah polimer
pertama kali digunakan oleh kimiawan dari Swedia, Berzelius (1833).
Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit - unit
berulang sederhana. Nama ini diturunkan dari bahasa Yunani Poly, yang
berarti banyak dan mer, yang berarti bagian. Sedangkan industri
polimer (polimer sintesis) baru dikembangkan beberapa puluh tahun
terakhir ini.
Berkembangnya industri polimer ini diawali ketika Charles Goodyear
dari Amerika Serikat berhasil menemukan vulkanisasi pada tahun 1839.
Setelah itu berbagai modifikasi polimer pun mulai berkembang seperti:
Pada tahun 1870
Modifikasi selulosa dengan asam nitrat
Pada tahun 1907
Ditemukan damar fenolik
Pada tahun 1930
Ditemukan Poli fenol etena atau
Polistirena
Pada tahun 1933
Ditemukan Polietena atau Polietilena di
laboratorium ICI di Winnington, Chesire

Sejak saat itu sejumlah terobosan baru banyak dilakukan untuk


menciptakan berbagai sistim polimer baru maupun pengembangan sistim
polimer yang telah ada. Hasilnya tampak sebagai produk industri polimer
yang begitu beragam sebagaimana yang terlihat sekarang ini.
Hingga pada tahun 1970 sudah terdapat lebih dari 25 produk polimer, dan
3
pada tahun 1980 polimer mencapai 2 juta m tiap tahunnya, melebihi
produksi kayu dan baja.
Dengan berkembangnya industri polimer, ternyata membawa dampak
positif terhadap jumlah pengangguran. Hal ini disebabkan karena industri
polimer menyerap benyak tenaga kerja. Karena sifatnya yang
karakteristik maka bahan polimer sangat disukai. Sifat - sifat polimer
yang karakteristik ini antara lain:
- Mudah diolah untuk berbagai macam produk pada suhu rendah dengan
biaya murah.
- Ringan; maksudnya rasio bobot/volumnya kecil.
- Tahan korosi dan kerusakan terhadap lingkungan yang agresif.
- Bersifat isolator yang baik terhadap panas dan listrik.
- Berguna untuk bahan komponen khusus karena sifatnya yang elastis
dan plastis.
- Berat molekulnya besar sehingga kestabilan dimensinya tinggi.
Berkembangnya industri polimer turut menentukan perkembangan
ekonomi suatu negara. Semakin besar penggunaan polimer, menunjukkan
semakin pesat perkembangan ekonomi suatu negara.
Berikut ini Tabel 1.1 produksi bahan polimer yang digunakan di berbagai
negara.

Kanada

Tabel 1.1. Produksi polimer (dalam ribuan ton)

Polimer
Poli(etena)
Poli(feniletena)
Poli(kloroetena)

1976
300.9
75.9

1977
345.0
90.5
99.7

1978
477.5
98.7

1979
591.0
119.7
152.4

1976
1392
876
1044

1977
1467
900
1030

1978
1767
1032
1204

1979
2165
1227
1583

Jepang
Polimer
Poli(etena)
Poli(feniletena)
Poli(kloroetena)

Inggris
Polimer
Poli(etena)
Poli(feniletena)
Poli(kloroetena)

1976
473.1
238.6
415.9

1977
487.2
228.6
385.1

1978
427.3
184.2
409.1

1979
459.9
220.4
425.0

1976
1466.9
962.9

1977
1431.1
894.9

1978
1518.6
1003.8

1979
1587.6
1085.9

1976
4054.2
2139.1

1977
4591.7
2382.7

1978
5130
2595.9

1979
5807.4
2775.5

Jerman
Polimer
Poli(etena)
Poli(feniletena)

Amerika Serikat
Polimer
Poli(etena)
Poli(feniletena)
Sumber: Cowd, 1991

1.2 Klasifikasi Polimer


Polimer dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Sumber
Berdasarkan sumbernya polimer dapat dikelompokkan dalam 3
kelompok, yaitu:
Polimer Alam, yaitu polimer yang terjadi secara alami.
Contoh: karet alam, karbohidrat, protein, selulosa dan wol.
Polimer
Semi Sintetik, yaitu polimer yang diperoleh dari hasil

modifikasi polimer alam dan bahan kimia.


Contoh: selulosa nitrat (yang dikenal lewat misnomer nitro
selulosa) yang dipasarkan dibawah nama - nama Celluloid dan
guncotton.
Polimer sintesis, yakni polimer yang dibuat melalui polimerisasi
dari monomer - monomer polimer. Polimer sintesis
sesungguhnya yang pertama kali digunakan dalam skala
komersial adalah dammar Fenol formaldehida. Dikembangkan
pada permulaan tahun 1900-an oleh kimiawan kelahiran Belgia
Leo Baekeland (yang telah memperoleh banyak sukses dengan
penemuanya mengenai kertas foto sensitif cahaya), dan dikenal
secara komersial sebagai bakelit. Sampai dekade 1920-an bakelit
merupakan salah satu jenis dari produk - produk konsumsi yang

dipakai luas, dan penemuannya meraih visibilitas yang paling


mewah, yakni dimunculkan di kulit muka majalah Time.
2. Berdasarkan Bentuk Susunan Rantainya
Dibagi atas 3 kelompok yaitu:
Polimer Linier, yaitu polimer yang tersusun dengan unit ulang
berikatan satu sama lainnya membentuk rantai polimer yang
panjang.
Gambar 1. Struktur polimer linier

Polimer Bercabang, yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa


unit ulang membentuk cabang pada rantai utama.

Gambar 2. Struktur polimer bercabang

Polimer Berikatan Silang (Cross linking), yaitu polimer yang


terbentuk karena beberapa rantai polimer saling berikatan satu
sama lain pada rantai utamanya.
Jika sambungan silang terjadi ke berbagai arah maka akan
terbentuk sambung silang tiga dimensi yang sering disebut
polimer jaringan.

Gambar 3. Struktur polimer berikatan silang

Adakalanya pembentukan sambungan silang dilakukan dengan


sengaja melaluli proses industri untuk mengubah sifat polimer,
sebagaimana terjadi pada proses vulkanisasi karet. Banyak sistim
polimer sifatnya sangat ditentukan oleh pembentukan jaringan
tiga dimensi, seperti misalnya bakelit yang merupakan damar
mengeras bahang fenol metanal. Dalam sistim polimer seperti
itu pembentukan sambungan silang tiga dimensi terjadi pada
tahap akhir produksi. Proses ini memberikan sifat kaku dan keras
kepada polimer. Jika tahap akhir produksi melibatkan
penggunaan panas, polimer tergolong mengeras bahang dan

polimer disebut dimatangkan. Akan tetapi, beberapa sistim


polimer dapat dimatangkan pada keadaan dingin dan karena itu
tergolong polimer mengeras dingin. Polimer lurus (hanya
mengandung sedikit sekali sambungan silang, atau bahkan tidak
ada sama sekali) dapat dilunakkan dan dibentuk melalui
pemanasan. Polimer seperti itu disebut polimer lentur bahang.
3. Berdasarkan Reaksi Polimerisasi
Dibagi 2 yaitu:
Poliadisi, yaitu polimer yang terjadi karena reaksi adisi. Reaksi
adisi atau reaksi rantai adalah reaksi penambahan (satu sama lain)
molekul-molekul monomer berikatan rangkap atau siklis
biasanya dengan adanya suatu pemicu berupa radikal bebas atau
ion.
Contohnya dapat dilihat pada reaksi berikut:
Etilena
CH2 = CH2
[CH2CH2]
Tertrafluoro- CF2 = CF2
[CF2CF2]
Metilena
CH2 = CH2
CH2CH2
Stirena
Metilmetakrilat
CH3
CH2 = C CO2CH3
Butadiena CH2 = CH CH = CH2

CH3
CH2C-CO2CH2
[CH2CH = CHCH2]

Polikondensasi, yaitu polimer yang terjadi karena reaksi


kondensasi/reaksi bertahap.
Mekanisme reaksi polimer kondensasi identik dengan reaksi
kondensasi senyawa bobot molekul rendah yaitu: reaksi dua
gugus aktif dari 2 molekul monomer yang berbeda berinteraksi
dengan melepaskan molekul kecil. Contohnya H2O. Bila hasil
polimer dan pereaksi (monomer) berbeda fase, reaksi akan terus
berlangsung sampai salah satu pereaksi habis.
Contoh terkenal dari polimerisasi kondensasi ini adalah
pembentukan protein dari asam amino.

Contoh lainnya dapat dilihat pada reaksi berikut:


(-H O)
Etilena glikol HOCH2CH2OH
[OCH2CH2]
2
Asam 4-hidroksi- HOCH2
Metilbenzoat

CO2H

(-H O)
2

O
OCH2

CO

4. Berdasarkan Jenis Monomer


Dibagi atas dua kelompok:
Homopolimer, yakni polimer yang terbentuk dari penggabungan
monomer sejenis dengan unit berulang yang sama.
Kopolimer, yakni polimer yang terbentuk dari beberapa jenis
monomer yang berbeda.
Kopolimer ini dibagi lagi atas empat kelompok yaitu:
Kopolimer acak.
Dalam kopolimer acak, sejumlah kesatuan berulang yang
berbeda tersusun secara acak dalam rantai polimer.
-A-B-B-A-B-A-A-A-B-A Kopolimer silang teratur.
Dalam kopolimer silang teratur kesatuan berulang yang
berbeda berselang - seling secara teratur dalam rantai
polimer.
-A-B-A-B-A-B-A-B-ABA Kopolimer blok.
Dalam kopolimer blok kelompok suatu kesatuan berulang
berselang - seling dengan kelompok kesatuan berulang
lainnya dalam rantai polimer.
-A-A-A-B-B-B-A-A-AB
Kopolimer cabang/Graft Copolimer.
Yaitu kopolimer dengan rantai utama terdiri dari satuan
berulang yang sejenis dan rantai cabang monomer yang
sejenis.

- A A A A A A A A A AB
B
5. Berdasarkan Sifat Termal
Dibagi 2 yaitu:
Termoplastik, yaitu polimer yang bisa mencair dan melunak.
Hal ini disebabkan karena polimer - polimer tersebut tidak
berikatan silang (linier atau bercabang) biasanya bisa larut dalam
beberapa pelarut.
Termoset, yaitu polimer yang tidak mau mencair atau meleleh
jika dipanaskan. Polimer - polimer termoset tidak bisa dibentuk
dan tidak dapat larut karena pengikatan silang, menyebabkan
kenaikan berat molekul yang besar. Contohnya dapat dilihat pada
Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2. Contoh polimer termoset
Singkatan
Kegunaan Khas
PF
Alat listrik dan elektronik, bagian
mobil, perekat plywood, utensil handle
Urea-formaldehida
UF
Sama seperti polimer PF, juga bahan
pelapis
Poliester tak jenuh
-Konstruksi,
bagian-bagian
mobil,
lambung kapal, asesoris kapal, saluran
anti korosi, pipa, tangki dan lain-lain,
peralatan bisnis.
Epoksi
-Bahan pelapis protektif, perekat,
aplikasi - aplikasi listrik dan elektronik,
bahan lantai industri, bahan pengaspal
jalan raya, bahan paduan (komposit)
Melamin-formaldehida MF
Sama seperti polimer UF, bingkai
dekoratif, tutup meja, perkakas makan.
Tipe
Fenol-formaldehida

Sumber: Stevens, 2001

Diantara plastik - plastik ini, hanya beberapa jenis epoksi yang


dikualifikasi sebagai plastik - plastik teknik. Polimer - polimer
fenol formaldehida dan urea formaldehida dan poliester
poliester tak jenuh menduduki sekitar 90% dari seluruh produksi.
Perbandingan produksi antar termoplastik dan plastik termoset
kira - kira 6 : 1.

6. Berdasarkan Aplikasinya
Dibagi 3 kelompok yaitu:
Polimer komersial, yaitu polimer yang disintesis dengan biaya
murah dan diproduksi secara besar - besaran.
Polimer komersial pada prinsipnya terdiri dari 4 jenis polimer
utama yaitu: Polietilena, Polipropilena, Poli(vinil klorida), dan
Polisterena. Polietilena dibagi menjadi produk massa jenis rendah
3
3
(< 0,94 g/cm ), dan produk massa jenis tinggi (> 0,94 g/cm ).
Perbedaan dalam massa jenis ini timbul dari strukturnya yakni:
polietilena massa jenis tinggi secara esensial merupakan polimer
linier dan polietilena massa jenis rendah bercabang. Plastik plastik komoditi mewakili sekitar 90% dari seluruh produksi
termoplastik dan sisanya terbagi diantara kopolimer stirena
butadiena, kopolimer akrilonitril butadiena stirena (ABS),
poliamida dan poliester.
Contoh plastik - plastik komoditi dan penggunaannya dapat
dilihat pada tabel 1-3.
Tabel 1.3. Contoh plastik-plastik komoditi dan penggunaannya
Tipe
Singkatan
Kegunaan Utama
Polietilena massa jenis LDPE
Lapisan pengemas, isolasi kawat dan
rendah
kabel, barang mainan, botol fleksibel,
perabotan, bahan pelapis.
Polietilena massa jenis HDPE
Botol, drum, pipa, saluran, lembaran,
tinggi
film, isolasi, kawat dan kabel.
Polipropilena
PP
Bagian-bagian mobil dan perkakas, tali,
anyaman, karpet, film.
Poli (vinil klorida)
PVC
Bahan bangunan, pipa, tegar, bahan
untuk lantai, isolasi kawat dan kabel,
film dan lembaran.
Polistirena
PS
Bahan pengemas (busa dan film),
isolasi busa, perkakas, perabotan
rumah, barang mainan
Sumber: Stevens, 2001

Polimer teknik, yaitu polimer yang memiliki sifat unggul tetapi


harganya mahal. Konsumsi plastik teknik kimia hingga akhir
9
tahun 1980-an mencapai kira - kira 1,5 x 10 kg/tahun
diantaranya poliamida, polikarbonat, asetal, poli(fenilena oksida)
dan poliester mewakili sekitar 99% dari pemasaran. Yang tidak
diperhatikan adalah bahan - bahan berkualitas teknik dari
kopolimer akrilonitril butadiena stirena, berbagai polimer
terfluorinasi dan sejumlah kopolimer serta bahan paduan polimer
yang meningkat jumlahnya. Ada banyak kesamaan dalam

pasaran plastik - plastik teknik tetapi plastik - plastik ini dipakai


terutama dalam bidang transportasi seperti (mobil, truk, pesawat
udara), konstruksi (perumahan, instalasi pipa ledeng, perangkat
keras), barang - barang listrik dan elektronik (mesin bisnis,
komputer), mesin - mesin industri dan barang - barang konsumsi.
Selain polimer - polimer yang telah diperlihatkan, kopolimer dan
paduan polimer teristimewa yang disesuaikan untuk memperbaiki
sifat (mutu) semakin bertambah jumlahnya. Pemasaran plastik plastik teknik tumbuh dengan cepat dengan proyeksi pemakaian
yang meningkat hingga 10% per tahun.
Contoh Polimer teknik yang utama dapat dilihat pada Tabel 1.4
berikut.
Tipe
Asetal
Poliamida
Poli (amidaimida)
Poliarilat
Polikarbonat
Poliester
Polietereterketon
Polietermida
Poliimida
Poli (fenilena oksida)
Poli (fenilena sulfide)
Polisulfon

Tabel 1.4. Contoh polimer teknik


Singkatan
POM
-PAI
-PC
-PEEK
PEI
PI
PPO
PPS
--

Sumber: Stevens, 2001

Polimer dengan tujuan khusus, yaitu polimer yang memiliki sifat


spesifik yang unggul dan dibuat untuk keperluan khusus.
Contoh: alat-alat kesehatan seperti termometer/timbangan.
1.3 Konsep Dasar Kimia Polimer
Secara kimia, polimer didefinisikan sebagai senyawa berbobot molekul
besar yang terbentuk dari penggabungan berulang secara kovalen
(polimerisasi) molekul sederhana (monomer).
nM

~ [- M - ] n ~

Satuan struktur berulang di dalam rantai polimer (-M-) biasanya setara


atau hampir setara dengan struktur monomer (M). Jumlah satuan struktur
berulang dalam rantai polimer (n) dikenal dengan derajat polimerisasi
(DP). Berdasarkan jumlah satuan berulangnya, hasil polimerisasi
monomer dapat disebut dimmer, trimer, tetramer, , dst, bila
masing-masing n = 2,3,4, , dst. DP ialah jumlah total unit - unit
struktur, termasuk gugus ujung. Sehingga, Bobot molekul = DP x berat
molekul.
Contoh CH2 = CH2
= 2800.

- CH3CH3-. Jika DP = 100, maka BM = 100 x 28


4

Polimer dengan derajat polimerisasi besar (bobot molekul > 10 ) disebut


4
polimer tinggi, sedang polimer dengan bobot molekul rendah (< 10 )
disebut oligomer.
Sebagian besar polimer tinggi yang termasuk dalam jenis plastik, karet
4
6
dan serat mempunyai bobot molekul antara 10 10 .
1.4 Ruang Lingkup Kimia Polimer
Ruang lingkup kimia polimer ada 2 yaitu:
1. Resin, yaitu bahan baku yang diperoleh dari industri petrokimia.
Beberapa hal yang perlu diketahui mengenai resin antara lain:
Analisis
Berat Molekul
Sifat
Polimerisasi.
Kelarutan
2. Aditif, yaitu bahan tambahan dalam teknologi polimer.
Yang termasuk aditif antara lain:
- Pewarna; - Pelumas; - Fragnances; - Stabilizer; - Antioksidan; Plastisier; - Emulsifer; - Anti UV
3. Sains dan teknologi polimer. Dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sangat menentukan dalam menghasilkan produk - produk
polimer yang baik. Menghasilkan inovasi - inovasi untuk
memodifikasi berbagai bahan menjadi material - material baru, yang
memiliki keunggulan - keunggulan kualitas. Hal ini dilakukan dengan
mengandalkan kemajuan teknologi, guna menghasilkan mesin mesin yang dapat membuat produk polimer yang dibutuhkan oleh
masyarakat.
4. Komoditi/Produk. Industri polimer, menghasilkan produk atau
komoditi dari hasil sekian banyak proses produksi polimer. Komoditi
yang dihasilkan, merupakan tuangan dari semua inovasi dan

keunggulan teknologi. Komoditi yang unggul, menarik, murah dan


memiliki berbagai keunggulan, adalah komoditi yang sangat
diharapkan oleh segenap konsumen polimer.
Jika digambarkan seperti Gambar 4 di bawah ini.
Aditif

Bahan baku

Analisis
Sifat
Kelarutan
Berat
Molekul
Polimerisasi

Teknologi Polimer

Pewarna

Pelumas

Fragnances

Stabilizer

Antioksidan

Plastisier

Emulsifier
Anti-UV

PRODUK / KOMODITI

Gambar 4. Skema ruang lingkup kimia polimer

1.5 Manfaat Polimer


Kita hidup dalam era polimer, plastik, serat, elastomer, karet, protein,
selulosa semuanya ini merupakan istilah umum yang merupakan bagian
dari polimer.
Dari contoh-contoh di atas dapat kita bayangkan bahwa polimer
mempunyai manfaat yang besar dalam semua bidang kehidupan. Adapun
manfaat dari polimer ini antara lain sebagai berikut:
1. Dalam bidang kedokteran: banyak diciptakan alat-alat kesehatan
seperti: termometer, botol infus, selang infus, jantung buatan dan
alat transfusi darah.
2. Dalam bidang pertanian: dengan adanya mekanisasi pertanian.
3. Dalam bidang teknik: diciptakan alat-alat ringan seperti peralatan
pesawat.
4. Dalam bidang otomotif: dibuat alat-alat pelengkap mobil.

1.6 Struktur Rantai Polimer


Pengulangan bahan polimer dipengaruhi oleh sifat polimer.
Sifat-sifat polimer tersebut antara lain:
1. Pertumbuhan rantai polimer bersifat acak.
Penyusunan molekul polimer mempunyai sifat struktur yang
berbeda pengaruhnya, dikarenakan massa atom relatif polimer
merupakan nilai rata-rata dari monomer-monomer penyusunnya,
sehingga mengakibatkan pertumbuhan rantai menjadi acak.
2. Dalam satu bahan polimer dimungkinkan terdapat 2 daerah yaitu:
- Daerah teratur
- Daerah tidak teratur
Kalau rantai teratur disebut: kristal. Kalau rantai tidak teratur
disebut: amorf. Salah satu cara untuk mengetahui kristal dan amorf
yaitu (secara visual): kristal: keras dan amorf: tak keras
3. Rantai polimer yang keras dapat saling mendekati dengan jarak
yang lebih pendek dibandingkan dengan rantai polimer yang
bercabang.
4. Polimer dengan kesatuan yang teratur dengan gaya antaraksi yang
tinggi akan memiliki kekristalan dan gaya tegang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekristalan:
Larutan polimer
Jika larutan polimer encer maka jarak antara satu molekul dengan
molekul yang lain dalam rantai polimer saling berjauhan.
Akibatnya ruang rantai tidak bersifat kristal.
Jika polimer pekat, maka jarak antara molekulnya saling
berdekatan sehingga mengakibatkan keteraturan ruang yang lebih
bersifat kristal.
Gaya antar rantai
Efek induksi
Antara dua atom yang saling berikatan satu sama lain akan
tertarik ke atom yag memiliki keelektronegativan yang lebih
tinggi.
+
Contoh:

H Cl
akan tertarik kearah Cl
Gaya London
Gaya yang terjadi akibat tidak tersebar meratanya elektron di
seputar intinya karena lebih banyak elektron pada satu sisi
daripada sisi lainnya sehingga terjadi tarikan antar rantai.
Ikatan Hidrogen
Ikatan yang terjadi antara atom O dan atom H.

Ikatan intra molekul dan antar molekul adalah ikatan hidrogen


yang terjadi antara gugus - gugus pada rantai yang sama.
Derajat kekristalan
Derajat kekristalan dapat ditentukan dengan cara hamburan sinarX.
Keteraturan struktur molekul
Taksisitas.
Ada dua golongan susunan geometris rantai yang perlu
diperhatikan dalam mempelajari sifat dan struktur molekul polimer:
Geometri yang timbul dari rotasi gugus terhadap ikatan tunggal
atau disebut juga perubahan konformasi.
Konformasi ini tidak menimbulkan perubahan struktur kimia rantai
polimer karena perubahan konformasi adalah reversibel (bolak balik). Konformasi hanya menyebabkan perubahan sifat fisik dari
bahan polimer seperti perbedaan derajat kristalinitas dan
sebagainya. Bila bahan polimer dipanaskan melampaui suhu
transisi kaca, gugus - gugus dalam rantai polimer akan membentuk
konformasi tertentu (bertindihan atau bergiliran). Bila kemudian
didinginkan, rantai polimer dengan konformasi tersebut dapat
tersusun lebih rapi untuk membentuk struktur kristalin. Bahan
polimer berstruktur kristal bersifat lebih keras, liat dan tahan
terhadap bahan kimia dibandingkan dengan struktur bukan kristal
(amorf).
R

R
H

Konformasi bertindihan

H
R

Konformasi bergiliran

Geometri kedua dari rantai polimer adalah susunanan yang dapat


berubah hanya dengan jalan pemutusan ikatan kimia, ini disebut
dengan konfigurasi. Perubahan konfigurasi rantai polimer akan
menyebabkan perubahan struktur kimia, dan karena itu
menyebabkan perubahan sifat kimia dan sifat fisika dari bahan
polimer yang bersangkutan. Misalnya perubahan konfigurasi cis
dan trans pada poliisoprena, menimbulkan dua macam struktur
polimer karet alam (isomer cis) dan getah perca (isomer trans).

H 3C

H3C
C = CH

CH2
CH2

CH2

CH2
C=CH

C = CH
CH2

CH2

H3 C

Gambar 5.Karet alam, isomer cis


H 3C
H 3C

CH C = C H
C

CH2

CH 2
C= CH

CH 2

CH2
C=

CH2

CH2

Gambar 6.Karet alam, getah perca, isomer trans

Konfigurasi lain adalah yang disebabkan oleh atom C* (C asimetri,


A
>C<B , A#B), yang terdapat pada rantai polimer. Ini
mengakibatkan terjadinya bentuk isomer D dan L dan perubahan
taksisitas rantai polimer yakni perubahan struktur yang
A
berhubungan dengan perubahan susunan gugus >C<B . Bila
diujung rantai polimer setiap atom karbon asimetri berkonfigurasi
ruang sama (D dan L) struktur rantai disebut isotaktik. Rantai
sindiotaktik terbentuk bila ada dua atom karbon asimetri
berdekatan berkonfigurasi ruang atau bangunan (D dan L),
sedangkan polimer ataktik tidak mempunyai konfigurasi ruang
yang beraturan.

R
R
R

R
H
H

C
C

C
C

H
H

H
G am bar 7.Isotaktik
H
R

H
R
H

C
C

C
C

H
H

H
G am bar 8.Sindiotaktik

R
R

H
R
H
H

H
C

C
C

R
C

R
H

H
H

H
Gambar 9.Ataktik

Di samping hal di atas, perbedaan struktur rantai polimer mungkin


dapat terjadi selama polimerisasi (terutama dari hasil polimerisasi
adisi). Bila kedua atom atau gugus pada ujung ikatan rangkap suatu
monomer tidak setara (kepala dan ekor), maka kemungkinan adisi
molekul monomer ke monomer lainnya dapat berlangsung secara
kepala ke kepala, kepala ke ekor atau ekor ke ekor.
1.7 Bobot Molekul
Polimer biasa disebut juga polidispersi. Polidispersi adalah banyaknya
hamburan yang artinya satu molekul yang dibentuk dari molekul yang
sama tetapi berat molekul tidak sama. Nilai bobot molekul bergantung
pada besarnya ukuran yang digunakan dalam metode pengukurannya.
Metode pengukuran yang digunakan untuk menentukan bobot molekul,
yakni metode gugus ujung dan metode sifat koligatif. Kedua metode ini
sangat banyak digunakan. Metode ini dipakai untuk menentukan bobot
molekul rata - rata jumlah. Bobot molekul rata - rata jumlah adalah
bilangan atau ukuran jumlah molekul dari setiap berat dalam sampel uji.
Sehingga, berat total dari suatu sampel uji polimer, W = jumlah berat dari
setiap bagian molekul polimer, dirumuskan:

W = Wi = NiMi ............................................(1.1)
i =1

i =1

dimana: N = jumlah mol


M = berat molekul
Dengan demikian, bobot molekul rata - rata jumlah Mn , dapat dihitung
dengan menggunakan defenisi Mn = berat sampel per mol, sehingga
dirumuskan:

MiNi

W
Mn =

Ni
i=1

i=1

.............................(1.2)

Ni
i=1

Hamburan cahaya dan ultrasentifugasi merupakan metode lain dalam


menentukan bobot molekul polimer. Bobot molekul rata - rata bobot
merupakan suatu parameter penentuan bobot molekul polimer dengan
menggunakan metode cahaya dan ultrasentrifugasi. Bobot molekul rata rata bobot ( Mw ), adalah hasil penjumlahan fraksi bobot masing - masing

spesies polimer dikalikan berat molekulnya. Mw , dirumuskan sebagai


berikut:

WiMi

NiMi

i =1

Mw =

Wi
i=1

i =1

.......................(1.3)

NiMi
i =1

Contoh Soal:
1. Suatu sampel polimer yang terdiri dari 3 mol dengan berat molekul
20.000 dan 2 mol dengan berat molekul 70.000, hitunglah nilai dari:
a. Bobot molekul rata - rata jumlah
dan b. Bobot molekul rata - rata bobot

Mn =

(3x 20.000) + (2 x70.000)


= 40.000
(3 + 2)
2

3(20.000) + 2(70.000)
Mw = 3(20.000) + 2(70.000)

= 55.000

2. Suatu sampel polimer yang terdiri dari 3 gram dengan berat molekul
20.000 dan 2 gram dengan berat molekul 70.000, hitunglah nilai dari:
a. Bobot molekul rata - rata jumlah dan
b. Bobot molekul rata - rata bobot

Mn =

(3 2)
= 28.000
(3 / 20.000 + 2 / 70.000)

Mw =

3(20.000) + 2(70.000)
= 40.000
3 +2

Dari kedua contoh diatas, menunjukkan bahwa nilai Mw lebih besar


daripada Mn . Hal ini dikarenakan perbedaan metode yang digunakan
untuk mengukur bobot molekul. Pengukuran dengan sifat koligatif
larutan menghasilkan kontribusi yang sama dari setiap molekul,
meskipun berat molekulnya berbeda, lain halnya dengan metode
hamburan cahaya, molekul - molekul yang besar memiliki kontribusi
yang lebih karena menghambur cahaya secara lebih efektif. Nilai dari
Mw dan Mn , memiliki berbagai manfaat, yakni:
1. Jika Mw =
Mn , artinya semua molekul memiliki ukuran
besar yang sama
2. Indeks polidispersi, dengan melihat rasio nilai Mw / Mn

Berdasarkan bobot molekulnya, polimer dapat digolongkan menjadi


polimer tinggi dan polimer rendah. Polimer tinggi mempunyai bobot
4
molekul lebih besar dari 10 , sedangkan polimer rendah mempunyai
4
bobot molekul kurang dari 10 . Polimer rendah disebut juga oligomer.
Contoh dari polimer tinggi antara lain karet alam, damar, poliester alam,
grafit, fosfat, karbohidrat, selulosa, protein, polietilen, polistirena,
polivinil klorida.
Penentuan bobot molekul polimer dapat dilakukan dengan fraksinasi
polimer yakni untuk memisahkan sampel polimer tertentu ke dalam
beberapa golongan bermassa molekul sama.
Umumnya cara yang digunakan dalam fraksinasi didasarkan pada
kenyataan bahwa kelarutan polimer berkurang dengan naiknya massa
molekul.
Cara - cara melakukan fraksinasi:
1. Pengendapan bertingkat
Langkah-langkahnya:
Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok sehingga
membentuk larutan yang berkonsentrasi 0,1 persen.
Kedalam larutan ini ditambahkan bukan pelarut setetes demi
setetes sambil diaduk cepat. Bahan bermassa molekul paling
tinggi menjadi tak larut dan segan terpisah.
Tambahkan lagi bukan - pelarut sebagai pengendap untuk
mengendapkan polimer bermassa molekul tertinggi berikutnya.
Tata kerja ini dilakukan berulang - ulang sampai terpisah menjadi
beberapa fraksi yang kian berkurang massa molekulnya.
2. Elusi bertingkat
Langkah-langkahnya:
Polimer diekstraksi dari zat padat kedalam larutan.
Kolom diisi dengan bahan polimer dan diisi sampel, lalu dielusi
dengan campuran pelarut dan bukan pelarut secara bertahap. Jadi
polimer yang bermassa molekul rendah keluar dari kolom
pertama kali, diikuti oleh fraksi yang mengandung bahan
bermassa molekul lebih besar.
3. Kromatografi Permiasi Gel (KPG)
Cara kerja:
Kolom diisi dengan beberapa bentuk bahan kemasan polimer.
Larutan sampel polimer yang sedang diteliti dilewatkan ke dalam
kolom dan dielusi dengan lebih banyak pelarut.

Dengan demikian molekul paling besar (bermassa molekul


tertinggi) akan terelusi lebih dahulu karena tidak dapat memsuki
lubang kemasan.
Setelah dilakukan pemisahan, untuk menentukan massa molekulnya
dapat dilakukan dengan Analisis Gugus Ujung, metode Viskositas,
Osmometri dan Hamburan Sinar.
1.8 Pengukuran Bobot Molekul Polimer
Pengukuran bobot molekul polimer dilakukan dengan berbagai cara.
Metode yang digunakan, tergantung kepada besaran bobot molekul
polimer yang akan diukur. Secara garis besar dibagi sebagai berikut:
a. Pengukuran bobot molekul rata-rata jumlah, digunakan metodemetode:
i. Osmometri membran
ii. Osmometri tekanan uap
iii.Analisis gugus ujung
b. Pengukuran bobot molekul rata-rata berat, digunakan metodemetode:
i. Ultrasentrifugasi
ii.Hamburan cahaya
iii.Viskositas
1.8.1. Osmometri
Osmometri adalah salah satu metode penentuan bobot molekul rata - rata
jumlah dengan prinsip osmosis. Caranya, pelarut akan dipisahkan dari
larutan polimer dengan menggunakan suatu penghalang, sehingga hanya
pelarut saja yang dapat lewat sedangkan zat terlarut tertahan didalam
penghalang yang dilengkapi dengan membran semipermiabel.

Tabung pengukur
h

Larutan

Pelarut

Membran semipermiabel
Gambar 10. Prinsip kerja osmometer

Persamaan vant Hoff, menyatakan hubungan antara tekanan osmotik


dengan berat molekul, dirumuskan sebagai berikut:

RT
+
=
C C =0 Mn
A2C......................................................................................................(1.4)
dimana: = tekanan osmotik
= gh................................................................................(1.5)
-1 -1
-1 -1
dengan: R: tetapan gas ideal = 0,082 L atm mol K = 8,314 Jmol K
T : suhu (K)
C : konsentrasi (mol/liter)
: massa jenis (g/ml)
2
g : percepatan gravitasi = 0,981 m/s
h : perbedaan tinggi antara pelarut dan larutan (cm)
A2 : koefisien virial kedua (ukuran interaksi antara pelarut dan polimer)
Untuk mendapatkan nilai bobot molekul rata - rata jumlah ( Mn ),
dilakukan dengan menggunakan metode grafik, yakni memplotkan /C
(tekanan osmotik reduksi) vs konsentrasi. Hasilnya ditunjukkan pada
gambar-11, seperti dibawah ini:

/C

RT
Mn


Slope = A2
C

Gambar 11. Plot /C vs C

Kelemahan metode osmometri ialah ada beberapa spesi polimer yang


tidak ikut terukur, yakni spesi yang memiliki berat molekul yang rendah,
dikarenakan polimer dengan berat molekul rendah tersebut akan terdifusi
melewati membran. Akibatnya, jumlah bobot molekul rata - rata jumlah
yang terukur bukan menyatakan harga keseluruhan dari bobot molekul
polimer sampel.
1.8.2. Analisis Gugus Ujung
Prinsip analisis gugus ujung ialah memanfaatkan gugus - gugus ujung
dari polimer, yang umumnya berupa gugus - gugus fungsi, dimana sifat
ini dapat diukur dengan metode kimia maupun fisika. Ada beberapa
kelemahan metode ini, yakni baik digunakan untuk polimer linier dan
cabang yang jumlah cabangnya diketahui jumlahnya; harus diketahui
dengan pasti mekanisme polimerisasi yang terjadi; tidak efektif
digunakan untuk yang memiliki dua gugus ujung atau lebih untuk satu
polimer, karena yang terukur hanya satu gugus ujung saja dan untuk
beberapa gugus ujung yang berbeda dalam satu rantai polimer, hanya
terhitung satu gugus ujung saja, sedangkan gugus ujung yang lain tidak
terhitung serta hanya efektif untuk mengukur polimer - polimer yang
memiliki berat molekul 5000 - 10000.
Metode yang digunakan untuk menentukan bobot molekul polimer
dengan analisis gugus ujung, yakni titrasi dan spektrometri. Bobot
molekul polimer dihitung dengan menggunakan rumus:
Berat molekul = 1/mol polimer per gram...............................(1.6)

1.8.3. Ultrasentrifugasi
Metode penentuan bobot molekul dengan menggunakan ultrasentrifugasi,
dilakukan dengan metode:
a. Kesetimbangan sedimentasi
Kesetimbangan sedimentasi dilakukan dengan pemutaran terhadap
larutan polimer dengan kecepatan rendah dalam waktu tertentu sampai
tercapai kesetimbangan antara sedimentasi dan difusi. Bobot molekul rata
- rata bobot dirumuskan sebagai berikut:

2RT lnC 2
Mw =

C1

2
2

....................................................(1.7)

2
2
(1 v ) (r 1 r )

dimana: C1 dan C2 = konsentrasi


r1 dan r2 = jarak dari pusat rotasi ke titik pengamatan didalam sel
v = volume spesifik polimer
= massa jenis larutan
= kecepatan sudut rotasi
b. Kecepatan sedimentasi
Metode ini dilakukan dengan menggunakan kecepatan tinggi (70000
rpm) untuk menghasilkan sedimentasi. Besarnya sedimentasi diukur
dengan menggunakan laju sedimentasi. Laju sedimentasi (s) adalah
tetapan sedimentasi yang dihubungkan dengan massa partikel. Besarnya
laju sedimentasi (s) dirumuskan:
1 dr
m(1 ....................................................(1.8)
s= 2

r dt

)
f

dimana: f
= koefisien friksi
m = massa
dr/dt = kecepatan sedimentasi
Sedangkan besarnya koefisien difusi dirumuskan:
D=

kT
..................................................................................(1.9)
f

Sehingga besarnya bobot molekul rata - rata bobot Mw dapat dihitung


dengan menggunakan persamaan:

...............................................................(1.10)
D
RT
=
s
Mw(1
)

1.8.4. Hamburan Cahaya


Prinsip metode hamburan cahaya, bahwa suatu pelarut atau larutan ketika
melewati seberkas cahaya akan melepaskan energi akibat adsorbsi,
konversi kepanas dan hamburan. Untuk mengukur besarnya hamburan
cahaya, dilakukan dengan turbidimetri. Besarnya turbiditas dalam suatu
bahan polimer dihitung dengan menggunakan persamaan:
= Hc Mw ..........................................................................(1.11)
dengan

32

H=

no

(dn dc)2 .........................................................(1.12)


4

No

dimana: no
= indeks refraksi pelarut

= panjang gelombang dari sinar yang terjadi


No = bilangan Avogadro
dn/dc = kenaikan refraksi spesifik
Sehingga, untuk menetapkan bobot molekul digunakan persamaan:
Hc
1 + 2 A2C .......................................................(1.13)
=

M P(

dimana: P( ) = fungsi sudut pada saat diukur.


Plot Zimm memberikan gambaran bagaimana nilai Mw dapat diperoleh.

Hc

1
Mw

sin /2 + kc
= Perkiraan

= Eksperimen
Gambar 12. Plot Zimm

1.9 Soal-Soal Latihan


1. Sebutkan klasifikasi polimer!
2. Jelaskan manfaat polimer dalam bidang:
a. Kedokteran
b. Pertanian
c. Otomotif
3. Sebutkan 4 sifat polimer!
4. Sebutkan 5 faktor yang mempengaruhi kristalisasi!
5. Andaikan suatu sampel polimer terdiri dari:
10 molekul polimer yang mempunyai Mr 10.000
10 molekul polimer yang mempunyai Mr 12.000
10 molekul polimer yang mempunyai Mr 14.000
10 molekul polimer yang mempunyai Mr 16.000
Hitunglah Mn dan Mw!

Вам также может понравиться