Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Kasus Posisi Putusan Peradilan Tata Usaha Negara Nomor:


13/G/2013/PTUN-BL tentang Gugatan Atas Penolakan Pendaftaran
Tanah oleh Masyarakat Branti Raya
4.1.1. Pihak-Pihak Yang Berperkara Dalam Perkara Tata Usaha Negara
Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL
4.1.1.1.
Identitas Penggugat
Pihak-pihak dalam perkara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL adalah sebagai
berikut: 1. Ragiel Poernomo; 2. M. Johari; 3. Fembrio Hartoko; 4. Mulyono
Hadi Sutarno; 5. Syahrial Efendi Dalimunthe; 6. Supardi; 7. Tohir; 8.
Ngadiman; 9. Misdi Pranata; 10. Haryanto; 11. Eko Medio Kartiono; 12.
Mumuk Suasono; 13. Murini; 14. Martini Suwanto; 15. Ningsih:
kesemuanya adalah Kewarganegaraan Indonesia, Tempat Tinggal Desa
Branti Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Dalam hal ini
diwakili oleh Herwanto Semenguk, S.H. yang selanjutnya memberikan izin
pendampingan kepada Satria Prayoga, S.H.,M.H.; Eko Raharjo, S.H.,M.H.;
Depri Liber Sonata, S.H.,M.H.; Deswan Arwanda, S.H.,M.H. dan Eko
Yulianto, S.H. Kewarganegaraan Indonesia,dan kesemuanya merupakan
Advokat/Petugas Bidang Konsultasi BKBH Universitas Lampung yang

51

beralamat di Gedung A Lt. I Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl.


Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedong Meneng Bandar Lampung,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 7 Juli 2013.
4.1.1.2.
Identitas Tergugat
a. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan : Berkedudukan
di Jl. Indra Bangsawan No. 2 Kalianda, Lampung Selatan. Dalam hal ini
diwakili oleh kuasa hukumnya : Efendi.As, S.H.; Najib Wijaya, S.H. dan
Johan Siregar, S.ST. kesemuanya Kewarganegaraan Indonesia, PNS
(Pegawai Negeri Sipil) pada Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung
Selatan, beralamat di Jl. Indra Bangsawan No.2 Kalianda, Lampung
Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 29 Juli 2013.
b. PT. Kereta Api Indonesia (Persero), dalam hal ini diwakili oleh Edi
Sukmoro Direktur PT Kereta Api Indonesia (Persero) berdasarkan
Keputusan Menteri Negara BUMN RI tertanggal 11 Januari 2013 dan
Surat Kuasa tertanggal 13 Februari 2013, yang kemudian berdasarkan
surat kuasa tertanggal 4 Juni 2013 memebrikan kuasa kepada Bimo
Poerwadi, selaku Vice President Sub Devisi Regional III.2 Tanjung
karang dan selanjutnya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20
Agustus 2013 memberikan kuasa kepada : Johny Koesoema Hieo,S.H.;
Syarikat Gurusinga.S.H. dan Letnan Girsang, S.H. kesemuanya
Kewarganegaraan Indonesia, Advokat pada Kantor Hukum Neraca,
Beralamat di Sahid Office Boutique unit B Lantai 3, Komplek Sahid
Jaya, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 86 Jakarta.
4.1.2. Duduk

Perkara

Dalam

Perkara

13/G/2013/PTUN-BL
4.1.2.1.Dasar Gugatan Penggugat

Tata

Usaha

Negara

Nomor

52

Dasar gugatan Para Penggugat pada perkara ini adalah :


a. Bahwa PENGGUGAT telah menempati dan menguasai bidang tanah
dengan itikat baik sejak tahun 1960, hal ini dibuktikan dengan
diterbitkannya Surat Keterangan Tanah dari Kepala Desa Branti Raya
kepada PENGGUGAT, yaitu :
1) Berita Acara Pemeriksaan Tanah dan Pernyataan Tua-tua
Kampung, Nomor 010/VI.01.11/646/V/2012, tertanggal 14 Mei
2012, atas nama Ragiel Poernomo ;
2) Surat Keterangan Tanah Nomor. SKT / 194 / P.IMB/05.23/IX/88,
tertanggal 28 September 1988, atas nama M. Johari ;
3) Berita Acara Pemeriksaan Tanah dan Pernyataan Tua-tua
Kampung, Nomor 010/VI.01.11/661/V/2012, tertanggal 10 Mei
2012, atas nama Fembri Hartoko ;
4) Surat Keterangan Nomor 010//VI.01.11/627/V/2012, tertanggal 9
Mei 2012, atas nama Mulyono Hadi Sutarno ;
5) Surat Keterangan Nomor 010//VI.01.11/614/V/2012, tertanggal 9
Mei 2012, atas nama Syahrial Efendi Dalimunthe ;
6) Sporadik tertanggal 7 Mei atas nama Supardi
7) Sporadik tertanggal 7 Mei 2012 atas nama Tohir ;
8) Sporadik tertanggal 7 Mei 2012 atas nama Ngadiman ;
9) Sporadik tertanggal 7 Mei 2012 atas nama Misdi Pranata ;
10) Surat Keterangan Tanah Nomor. SKT/055/P.IMB/05.23/IX/88
tertanggal 20 September 1988, atas nama Haryanto ;
11) Surat Keterangan Kepala Desa Branti Raya

Nomor :

010/VI.01.11/600/V/2012 tertanggal 9 Mei 2012 atas nama Eko


Medio Kartiono
12) Sporadik tertanggal 7 Mei 2012 atas nama Mumuk Suasono
13) Surat Keterangan Tanah Nomor. SKT/077/P.IMB/05.23/IX/88
tertanggal 21 September 1988, atas nama Martini ;
14) Berita Acara Pemeriksaan Tanah dan Pernyataan Tua-tua
Kampung, Nomor 010/VI.01.11/708/V/2012, tertanggal 24 Mei
2012, atas nama Ningsih ;

53

15) Surat Keterangan Hibah Nomor RT/001/Hb/B/V/82, tertanggal


18 Mei 1982, penghibahan oleh Arjobiyem kepada Murini ;
b. Bahwa, bidang tanah tersebut merupakan Areal Kawasan Hutan
Produksi sebagaimana dimaksud dalam register 48 yang telah ditetapkan
dan disyahkan berdasarkan Besluit Resident Lampung District Nomor
48 tanggal 4 April 1940 dengan luas 1.1168 Ha ;
c. Bahwa terhadap Areal Kawasan Hutan Produksi daerah Bandar
Lampung telah berubah fungsinya menjadi Areal Kawasan Hutan
Produksi yang dapat di konversi (HPK) / Non Budidaya Kehutanan
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor :
67/KPTS-II/1991 tertanggal 31 Januari 1991, kemudian berdasarkan
usulan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Lampung Nomor :
522.11/2285/Bappeda/IV/1999 tanggal 7 Oktober 1999 kepada Menteri
Kehutanan dan Perkebunan RI yang memohon Pelepasan Areal
Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi, usulan tersebut
kemudian ditindak lanjuti oleh Pemerintah dengan diterbitkannya
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor 256/KPTSII/2000 Tanggal 23 Agustus 2000 ;
d. Dalam menindak lanjuti Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
RI

Nomor

G/320/B.IX/HK/2000

Tanggal

23

September

2000

menyatakan bahwa, tanah yang terletak di depan Bandara Radin Intan II


Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, temasuk dalam areal
Penggunan Lain / Non Budidaya Kehutanan sebagaimana dimaksud
dalam peta kehutanan Register 48 ;
e. Bahwa untuk menindaklanjuti Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan RI Nomor G/320/B.IX/HK/2000 Tanggal 23 September

54

2000, Pemerintah Provinsi Lampung menerbitkan Peraturan Daerah


Provinsi Lampung Nomor 6 tahun 2001 tentang Alih Fungsi Lahan Dari
Eks Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi (HPK) Seluas
145.125 Hektar Menjadi Kawasan Bukan HPK Dalam Rangka
Pemberian Hak Atas Tanah ;
f. Bahwa berdasarkan Keputusan

Gubernur

Lampung

Nomor

G/320/B.IX/HK/2000 Tanggal 23 September 2000 dan Peraturan Daerah


Provinsi Lampung Nomor 6 tahun 2001 hak atas tanah yang terletak di
kawasan register 48 dapat disertikatkan ;
g. Bahwa dalam hal petunjuk pelaksanaan pemberian hak atas tanah diatur
dalam Pasal 11 Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 tahun
2001 yang pada intinya untuk percepatan dan efisiensi pendaftaran tanah
dapat dilakukan melalui program ajudikasi swadaya, prona swadaya atau
pemberian sertifikat masal lainnya ;
h. Bahwa terbitnya Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI
tersebut ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Peraturan Gubernur
Nomor 31 Tahun 2010, yang menyatakan batas pengajuan Ajudikasi
terhadap eks areal Kawasan Hutan berakhir pada tanggal 12 Agustus
2012, dalam hal ini adalah Branti Register 48 ;
i. Bahwa untuk lebih meyakinkan maka PENGGUGAT pada tanggal 26
Maret 2012 menanyakan kepada Dinas Kehutanan yang kemudian
mendapat jawaban pada tanggal 9 April 2012 yang pada intinya adalah
menguatkan kembali isi ketentuan dalam Besluit Resident Lampung
District nomor 48, Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 67/KptsII/1991, usulan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Lampung Nomor
522.11/2285/Bappeda/IV/1999

kepada

Menteri

Kehutanan

RI,

55

Keputusan Menteri Kehutanan dan Pertanian RI Nomor 256/KptsII/2000, dan menjelaskan kembali bahwa status tanah di depan Bandara
Raden Intan II merupakan bagian dari keputusan tersebut, sesuai dengan
ketentuan Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2010 dapat diajukan
Ajudikasi terhadap eks areal kawasan hutan tersebut;
j. Bahwa berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2010, maka
masyarakat Branti Raya mengajukan permohonan hak melalui Kantor
Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah dan Peraturan Daerah Provinsi
Lampung Nomor 6 Tahun 2001 ;
k. Bahwa PENGGUGAT telah

melakukan

upaya

pensertifikatan

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun


2010 dengan melakukan pembayaran administrasi pada Bank Lampung
melalui nomor rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Lampung
Selatan atas petunjuk dari TERGUGAT ;
l. Bahwa segala petunjuk dan syarat-syarat proses pensertifikatan telah
dipenuhi sesuai dengan syarat dan prosedur yang ditentukan oleh
TERGUGAT ;
m. Bahwa PENGGUGAT mengajukan permohonan hak pada tanggal 3 Juli
2012, akan tetapi mendapat penolakan dari TERGUGAT dengan
dikeluarkannya surat nomor 124/200/IV/2013, tertanggal 16 April 2013
yang pada intinya adalah penolakan terhadap permohonan sertifikat
rutin masal warga Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan, dengan menggunakan dalih bahwa tanah yang dimohonkan

56

termasuk kedalam Peta GroondKart Nomor 32 Tanggal 30 September


1913 ;
n. Bahwa TERGUGAT

sengaja

melakukan

pembiaran

terhadap

permohonan yang dimohonkan PENGGUGAT kepada TERGUGAT, hal


ini

terbukti

bahwa

dengan

dikeluarkannya

surat

nomor

124/200/IV/2013 pada tanggal 16 April 2013, padahal telah dijelaskan


dalam Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2010 menyatakan batas
pengajuan Ajudikasi terhadap eks areal Kawasan Hutan berakhir pada
tanggal 12 Agustus 2012 dan TERGUGAT sangat memahami ketentuan
tersebut ;
o. Bahwa terhitung sejak dikeluarkannya surat nomor 124/200/IV/2013,
tertanggal 16 April 2013 oleh TERGUGAT, telah diadakan pertemuan
antara PT.Kereta Api Indonesia dengan PENGGUGAT pada tanggal 23
April 2013 sebagai tindak lanjut pertemuan yang dilakukan pada tanggal
13 April 2013 yang membahas mengenai proyek double track yang akan
dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia diatas lahan milik
PENGGUGAT, dengan kesimpulan bahwa PENGGUGAT menolak
proyek tersebut karena dilakukan diatas tanah milik PENGGUGAT ;
p. Bahwa dalam pertemuan tersebut PT. Kereta Api Indonesia meng klaim
memiliki lahan seluas 75 meter ke sisi kiri dan kanan rel kereta api,
termasuk dalam areal tanah PENGGUGAT, berdasarkan ground kraart
nomor 32 tanggal 30 september 1913 yang tidak dapat ditunjukkan
kepemikikannya oleh PT. Kereta Api Indonesia terhadap PENGGUGAT;
q. Bahwa dalam setiap pertemuan yang diadakan oleh PENGGUGAT
dengan PT. Kereta Api Indonesia tidak pernah dihadiri oleh pihak
TERGUGAT meskipun sudah di undang secara sah, padahal

57

TERGUGAT merupakan Pejabat yang berwenang mengenai hal tersebut


karena berkaitan dengan objek tanah yang terletak di wilayah
TERGUGAT ;
r. Bahwa berdasarkan Undang-undang nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36
Tahun 2011 tentang Pemotongan dan Persinggungan Antar Jalur Kereta
Api dengan Bangunan Lain ditentukan bahwa sisi kiri dan sisi kanan
jalur kereta api minimal 10 meter, jadi klaim PT. Kereta Api Indonesia
bahwa luas tanah yang dimiliki seluas 75 meter tidak berlandaskan,
bertentangan dan melawan hukum, bahwa segala sesuatu yang bersifat
tolak belakang dengan hukum yang berlaku merupakan bentuk
perlawanan terhadap negara dan merupakan sikap berontak terhadap
kodratnya sebagai penghuni negara Indonesia ;
s. Bahwa setelah adanya pertemuan yang dilakukan oleh PENGGUGAT
dengan PT. Kereta Api Indonesia, maka perwakilan PENGGUGAT
mendatangi TERGUGAT untuk meminta kejelasan terkait status tanah
PENGGUGAT yang di klaim oleh PT. Kereta Api Indonesia, dan
TERGUGAT tetap pada pendiriannya bahwa status tanah PENGGUGAT
masuk dalam ground kaart nomor 32 tanggal 30 september 1913 tanpa
melakukan upaya yang dapat menimbulkan kejelasan hukum terkait
status tanah tersebut ;
t. Bahwa upaya koordinasi telah dilakukan antara PENGGUGAT dengan
PT. Kereta Api Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam surat
nomor 124/200/IV/2013 tertanggal 16 April 2013 yang dikeluarkan oleh
TERGUGAT, akan tetapi TERGUGAT tidak melakukan tindakan terkait
dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai pejabat yang berwenang ;

58

u. Bahwa berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1960 pada dasarnya


ground kaart tidak diakui dalam sistem hukum Indonesia ;
v. Bahwa terhadap Pembuktian Hak lama telah ditentukan dalam Pasal 24
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yaitu:
1) Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal
dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti
mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis,
keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang
kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran
tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan
dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk
mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang
membebaninya.
2) Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat
pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembukuan
hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik
bidang tanah yang bersangkutan selama 20 (dua puluh) tahun
atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan
pendahuluan-pendahulunya, dengan syarat:
penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan
secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang
berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang
yang dapat dipercaya;
penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama
pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat

59

atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak


lainnya.
w. Bahwa dengan adanya ketentuan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 telah memberikan keleluasaan kepada TERGUGAT
untuk menyelenggarakan pendaftaran tanah, disamping itu tugas dan
fungsi TERGUGAT salah satunya adalah pelaksanaan pendaftaran tanah
dalam rangka menjamin kepastian hukum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (6) Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasional ;
x. Bahwa dalam Pasal 15,16,17,18 Peraturan Presiden Nomor 10 tahun
2006 tentang Badan Pertanahan Nasional telah menjelaskan secara jelas
salah satu tugas pokok TERGUGAT adalah melakukan Pengkajian dan
penelitian data-data informasi terhadap tanah yang ada diwilayahnya,
maka dalam hal ini TERGUGAT dianggap sebagai pihak yang paling
mengetahui status tanah yang ada di wilayahnya ;
y. Bahwa berdasarkan point 17 dan 18, TERGUGAT telah melalaikan
tugas dan fungsinya hal ini telah dibuktikan dengan diterbitkanya surat
nomor 124/200/IV/2013 tertanggal 16 April 2013 yang pada intinya
meminta kepada PENGGUGAT untuk meminta konfirmasi dengan
pengklaim tanah milik PENGGUGAT ;
z. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun

1997

mengenai

syarat

dalam

melakukan

permohonan

pendafataran hak atas tanah secara jelas dan nyata syarat tersebut telah
dipenuhi

oleh

PENGGUGAT,

akan

tetapi

TERGUGAT tidak

mengindahkan peraturan tersebut ;


aa. Bahwa dengan tidak dijalankan Ketentuan-ketentuan, Peraturanperaturan, dan Perundang-undangan yang mewajibkan TERGUGAT

60

untuk melakukan sesuatu berkaitan dengan kewenangannya, di


khawatirkan terjadi kepentingan dan maksud lain dengan adanya
wewenang yang dimiliki TERGUGAT ;
ab. Bahwa berdasarkan uraian diatas keputusan

yang

dikeluarkan

TERGUGAT telah mengandung cacat hukum, sebab :


1) Surat nomor
124/200/IV/2013 tertanggal 16 April 2013,
bertentangan

dengan

peraturan

perundang-undangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2 a) Undangundang Nomor 5 tahun 1986, sebab dikeluarkannya surat
tersebut sama hal nya telah melakukan penolakan terhadap
PENGGUGAT dalam memohon penerbitan sertifikat, padahal
telah diketahui oleh TERGUGAT bahwa segala bentuk syarat
dan prosedur permohonan sertifikat telah sesuai dengan
peraturan

perundang-undangan,

akan

tetapi

TERGUGAT

melalaikan amanat Undang-undang yang diberikan kepada


TERGUGAT sehingga TERGUGAT mengeluarkan keputusan
tersebut.
ac. Bahwa TERGUGAT dalam mengeluarkan surat nomor 124/200/IV/2013
tertanggal 16 April 2013, telah menggunakan wewenangnya untuk
kepentingan lain sebagai mana dimaksud dalam 53 ayat (2 b) Undangundang Nomor 5 tahun 1986, TERGUGAT sebagai pihak yang
bertanggujawab telah menelantarkan dan melakukan pembiaran terhadap
apa yang menjadi HAK PENGGUGAT, dengan cara lepas tangan
terhadap polemik yang timbul antara PENGGUGAT dengan PT. Kereta
Api Indonesia yang meng-klaim tanah milik PENGGUGAT, dengan
adanya rencana proyek double track yang akan di lakukan PT. Kereta

61

Api Indonesia diatas tanah PENGGUGAT, maka TERGUGAT seolaholah memiliki kepentingan lain dalam hal tersebut.
ad. Bahwa tertugat selaku pejabat tata usaha negara yang memiliki
kewenangan dalam menjalankan tugasnya yakni menerbitkan sertifikat
atas tanah dimaksudkan untuk menimbulkan suatu kepastian hukum
terhadap hak atas tanah berdasarkan alas hak yang diakui dalam undangundang yang berlaku di Indonesia. Dalam hal tersebut penggugat telah
mengajukan permohonan sertifikat berdasarkan alas ha katas tanah,
sedangkan pada kenyataannya tergugat menerbitkan surat Nomor ;
124/200/IV/2013 tertanggal 16 April 2013 yang pada intinya mengakui
keberadaan Grondkaart bukanlah merupakan alas ha katas tanah yang
diakui undang-undang.
ae. Bahwa dengan demikian surat Nomor : 124/200/IV/2013 tertanggal 16
April 2013 yang dikeluarkan oleh tergugat telah memenuhi ketentuan
sebagaimana Pasal 53 Ayat 2 a dan b Undang-undang Nomor 5 Tahun
1986, sehingga keputusan tersebut patut dinyatakan batal/tidak sah.

Berdasarkan alasan-alasan yang telah diuraikan diatas, Penggugat mohon


agar Pengadilan dapat memutus sebagai berikut :
a. Mengabulkan Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya ;
b. Menyatakan batal / tidak sah Surat Nomor: 124/200/IV/2013
tertanggal 16 April 2013 yang dikeluarkan oleh TERGUGAT ;
c. Mewajibkan TERGUGAT untuk mencabut Surat Nomor:
124/200/IV/2013 tertanggal 16 April 2013, Perihal Permohonan
Sertifikat Rutin Massal di Desa Branti Raya Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan;

62

d. Mewajibkan tergugat untuk menertibkan keputusan tata usaha


negara yang dimohonkan oleh para penggugat terhadap pembuatan
sertifikat massal di desa Branti Raya Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan;
e. Menghukum tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul.

4.1.2.2.Jawaban Tergugat
Jawaban Tergugat atas gugatan yang diajukan penggugat yaitu :
4.1.2.2.1. Tergugat I
a. Dalam Eksepsi (bukan dalam pokok perkara)
Tergugat telah mengajukan Eksepsi dan jawabannya tertanggal 27 Agustus
2013 yang pada pokoknya sebagai berikut :
1) Bahwa tergugat membantah dan menolak semua dalil, tuntutan,
dan segala sesuatu yang dikemukakan oleh para penggugat, kecuali
yang secara tegas diakui kebenarannya oleh tergugat.
2) Bahwa penggugat menyatakan telah menempati dan menguasai
bidang tanah dengan itikad baik sejak Tahun 1960 disertai dengan
bukti-bukti, dalam hal ini kami berpendapat bahwa dalam
penentuan kepemilikan yang sah atas suatu bidang tanah
merupakan Kompetensi Absolut dari Pengadilan Negeri bukan
Pengadilan Tata Usaha Negara.
3) Bahwa gugatan yang diajukan oleh penggugat adalah salah alamat
(error in persona) karena obyek perkara belum terdaftar di Kantor

63

Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan, dan obyek perkara masih


ada sengketa dengan PT. Kereta Api Indonesia.
4) Bahwa gugatan para penggugat cacat formal yaitu kurang
lengkapnya para pihak atau kurang subyek yang digugat.

b. Dalam Pokok Perkara


Bahwa penggugat telah mengajukan surat permohonan sertifikat kepada
tergugat selaku pejabat tata usaha negara yang mempunyai kewenangan
dalam menerbitkan sertifikat atas tanah yang dimaksud untuk menimbulkan
kepastian hukum, pada kenyataannya tergugat telah menerbitkan

Surat

Nomor ; 124/200/IV/2013 tanggal 16 April 2013 Perihal permohonan


sertifikat massal di Desa Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan yang pada intinya mengakui keberadaan Grondkaart, dan
jelas Grondkaart bukanlah merupakan alas hak atas tanah yang diakui
undang-undang. Dalam hal ini terbitnya surat tertanggal 16 April 2013
tersebut dikarenakan adanya surat dari PT. Kereta Api Indonesia Nomor
Asset : 12/II.2/496/VIII/2010 tanggal 12 Agustus 2010 perihal data asset
tanah milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero) LOBBI Tahun 2010 di
wilayah Subdivre III.2.
4.1.2.2.2. Tergugat II Intervensi
a. Dalam Eksepsi (bukan dalam pokok perkara)
Tergugat II Intervensi telah mengajukan eksepsi dan jawaban tanggal 4
September 2013, yang pada pokonya sebagai berikut :

64

1) bahwa tergugat II Intervensi membantah seluruh dalil-dalil yang


diajukan para penggugat, kecuali hal-hal yang diakui secara tegas
oleh tergugat II Intervensi.
2) Bahwa Tergugat berpendapat dalam hal penentuan kepemilikan
yang sah atas satu bidang tanah merupakan kompetensi absolut
( kewenangan ) pada Pengadilan Negeri dan bukan kewenangan
pada

Pengadilan

Tata

Usaha

Negara

untuk

memeriksa,

menyidangkan dan memutuskan perkara.


3) Bahwa gugatan penggugat adalah tentang kepemilikan atas
tanah,namun

yang

13/G/2013/PTUN-BL

menjadi
yaitu

obyek
surat

perkara
tergugat

Nomor;
Nomor:

124/200/IV/2013 tanggal 16 April 2013, sehingga dalil gugatan


penggugat tidak jelas dan kabur, karena tidak sesuai dengan
ketentuan Pasal 53 ayat 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986.
4) Gugatan Para Penggugat mengandung cacat formal yaitu kurang
lengkapnya para pihak atau kurang subyek yang digugat
seharusnya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) juga ditarik sebagai
pihak Tergugat.
5) Bahwa sudah benar tergugat menerbitkan Surat Nomor :
124/200/IV/2013 secara prosedur sudah benar dan tepat, karena
tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku,
yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, serta
memperhatikan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan baik bersifat prosedural/formal
maupun yang bersifat materil atau substansial serta sesuai dengan
kewenangan tergugat.

65

b. Dalam Pokok Perkara


1) Bahwa adapun sebelumnya, Tergugat II Intervensi sebagai pemilik
tanah sesuai dengan Peta Grondkaart No.32 tanggal 30 September
1913,

telah

menyurati

Tergugat

dengan

Surat

Nomor

Asset/12/III.2/496/VIII/2010 tanggal 12 Agustus 2010 Perihal :


Data Asset Tanah Milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero) LOBBI
Tahun 2010 di wilayah Subdivre III.2 .
2) Bahwa sehubungan hal tersebut, obyek yang menjadi permohonan
pensertifikatan Para Penggugat sampai dengan saat ini adalah
merupakan Asset PT. Kereta Api Indonesia sebagaimana Peraturan
Pemerintah Nomorb: 40 Tahun 1959 tentang Nasionalisasi
Perusahaan-perusahaan Kereta Api milik Belanda.
3) Bahwa adapun Asset tersebut merupakan Asset Negara, yang
terdiri penyertaan modal pemerintah pada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yaitu PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Dimana
diatur dalam ketentuan perundang-undangan yaitu : Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 6
ayat (1) : Presiden selaku kepala pemerintahan memegang
kekuasaan pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan; Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 ayat (10) : kekayaan
Negara yang terpisahkan adalah kekayaan Negara yang berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dijadikan
modal Negara pada persero dan/atau Perum serta Perseroan

66

terbatas lainnya; Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara.
4) Bahwa Tergugat II Intervensi menolak dan tidak benar dalil-dalil
Para Penggugat yang menyatakan telah diadakan pertemuan pada
tanggal 23 April 2013, sebagai tindaklanjut pertemuan tanggal 13
April Tahun 2013, khusus untuk membahas obyek sengketa a quo
yang dikuasai oleh Para Penggugat tanpa alas hak, atas
kepemilikan tanah milik Tergugat II Intervensi berdasarkan
Grondkaart No. 32, tanggal 30 September 1913, yang luasnya 75
M ( tujuh puluh lima meter ) dari As Rel, berkaitan dengan Surat
Tergugat Nomor : 124/200/IV/2013, tanggal 16 April Tahun 2013,
surat tergugat tersebut sudah tepat dan benar serta tidak
bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku, maka
beralasan menurut hokum gugatan Para Penggugat tersebut untuk
ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima.
5) Bahwa adapun obyek yang digugat oleh pihak penggugat dalam
perkara ini adalah Surat Tergugat I Nomor : 124/200/IV/2013,
tanggal 16 April 2013. Bahwa surat tergugat sebagaimana diatas,
bukan merupakan keputusan tata usaha negara yang bersifat
konkrit, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau badan hukum.

4.1.2.

Permohonan Penggugat
Bahwa atas jawaban Tergugat I dan Tergugat II Intervensi diatas, Penggugat telah
mengajukan Repliknya Tanggal 11 September 2013 yang pada pokoknya tetap
pada dalil gugatannya, sedangkan atas Replik Para Penggugat tersebut, Tergugat

67

mengajukan Dupliknya Tanggal 24 September 2013 yang pada pokoknya tetap


pada dalil jawabannya atau bantahannya dan Tergugat II Intervensi mengajukan
Dupliknya Tanggal 18 September 2013 yang pada pokonya tetap pada dalil
jawabannya atau bantahannya. Bahwa untuk menguatkan dalil gugatannya Para
Penggugat telah mengajukan bukti-bukti berupa fotocopy surat-surat yang telah
dicocokkan dengan asli maupun photocopynya dan bermaterai cukup di
persidangan dan Penggugat juga telah menghadirkan saksi-saksi.
4.1.3.

Putusan Hakim
Setelah hakim memeriksa suatu perkara dan telah mengetahui peristiwa/hubungan
hukum yang telah terjadi dan telah menemukan hukumnya, maka akan segera
menjatuhkan putusannya. Putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim harus
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, baik pertimbangan tentang duduk
perkaranya atau peristiwanya maupun pertimbangan tentang hukumnya.
Pertimbangan tersebut dimaksudkan sebagai pertanggung jawaban yang lebih
tinggi dan ilmu hukum, sehingga mempunyai nilai obyektif. Putusan pengadilan
mempunyai wibawa karena ada pertimbanganyang mendasari dan bukan karena
hakim tertentu yang menjatuhkan putusannya. Pertimbangan sebagai dasar
putusan dapat dilihat dari beberapa putusan Mahkamah Agung yang menetapkan
bahwa putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup dipertimbangkan
merupakan alas an untuk kasasi dan harus dibatalkan.1
Pada putusan itu hakim wajib mengadili semua bagian gugatan Penggugat dan
semua alas an yang dikemukakan oleh para pihak. Selain itu hakim dilarang

1 Sudikno Mertokusumo, 1993. Hal 185

68

menjatuhkan putusan terhadap hal yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih
dari apa yang dituntut. 2
Pada perkara Nomor: 13/G/2013/PTUN-BL, hakim telah menjatuhkan putusannya
yaitu :
a. Dalam Eksepsi
Menolak seluruh Eksepsi Tergugat dan Eksepsi Tergugat II Intervensi
b. Dalam Pokok Perkara
1) Menolak gugatan Para Penggugat
2) Menghukum Para Penggugat membayar biaya perkara sebesar Rp.
317.000 ( Tiga Ratus Tujuh Belas Ribu Rupiah)
Pemeriksaan dalam Sidang Pengadilan di Tingkat Pertama ini merupakan upaya
hukum terakhir dalam perkara diatas apabila tidak ada upaya hukum maka
sengketa ini telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

4.1.4.

Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor :


13/G/2013/PTUN-BL
Untuk terciptanya rasa keadilan, sebelum hakim mengambil suatu keputusan
perkara tata usaha Negara maka harus mengadakan pemeriksaan terlebih dahulu.
Majelis hakim telah mempertimbangkan semua apa yang menjadi pokok perkara
permasalahannya, untuk melihat mulai dari gugatan Penggugat, jawaban Tergugat
serta kesimpulan yang ada pada kedua belah pihak, apakah telah terjadi suatu
perbuatan melawan hukum.
Untuk dapat menyimpulkan apakah benar telah terjadi perbuatan melawan hukum,
hakim dapat melihat pada peristiwa-peristiwa yang mendahului sebelum
terjadinya suatu gugatan, dari bukti-bukti yang dikemukakan oleh kedua belah

2 Ibid. hal 186

69

pihak dan kemudian hakim dapat menyatakan peristiwa-peristiwa dan bukti-bukti


mana yang dapat diterima, dinyatakan sah dan mempunyai kekuatan hukum.
Pada Perkara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL. Sebelum pengadilan menjatuhkan
putusannya, pengadilan akan mempertimbangkan baik duduk perkaranya maupun
dasar hukumnya sampai hakim mengetahui peristiwa yang telah terjadi dan
menemukan hukumnya hingga putusan akan dijatuhkan. Hal-hal yang diakui atau
tidak disangkal oleh kedua belah pihak terutama pihak Penggugat dianggap
sebagai hal-hal yang telah terbukti kebenarannya.
Sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 107 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Hakim bebas menentukan apa
yang harus dibuktikan, beban pembuktian serta penilaian pembuktian.
Menurut pertimbangan Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung,
berdasarkan Putusan pada Perkara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL.
a. Dalam Eksepsi
Bahwa mengenai kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara diatur
berdasarkan ketentuan Pasal 47 Undang-undang No.5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, bahwa dalam jawaban Tergugat menyatakan
tentang obyek sengketa bukan merupakan keputusan tata usaha negara yang
bersifat konkrit, individual dan final adalah harus ditolak karena yang
dimaksud dengan Sengketa Tata Usaha Negara tertuang dalam Pasal 1
angka 10 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009. Bahwa yang menjadi
Obyek Sengketa a quo adalah Surat Nomor : 124/200/IV/2013, Perihal
Permohonan Sertifikat Rutin Massal di Desa Branti Raya Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan tertanggal 16 April 2013, yang diterbitkan oleh
Tergugat I. Maka hakim berpendapat obyek sengketa telah memenuhi unsurunsur dari ketentuan Pasal 1 angka 9 Undang-undang Nomor 51 Tahun

70

2009, karena obyek sengketa merupakan produk surat yang dikeluarkan


oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan ( Tergugat).
Maka jawaban Tergugat yang mendalilkan obyek sengketa bukanlah
Keputusan Tata Usaha Negara tidak berdasarkan hukum dan tidak dapat
dikabulkan atau harus di tolak.
Bahwa gugatan penggugat adalah kabur berdasarkan eksepsi dari Tergugat
dan Tergugat II Intervensi. Setelah majelis hakim mencermati gugatan Para
Penggugat mengenai ketentuan Pasal 56 ayat (1) seluruhnya telah terpenuhi
dalam gugatan Para Penggugat, karena dalam gugatan Para Penggugat telah
tercantum dengan jelas nama, kewarganegaraan, tempat tinggal dan
pekerjaan serta telah terpenuhinya unsur-unsur Penggugat dan Tergugat.
Maka gugatan telah jelas,tidak kabur dan jawaban Tergugat harus ditolak.
Bahwa gugatan Para Penggugat adalah salah alamat, maka sesuai dengan
Ketentuan Pasal 1 angka 12 Undang-undang No. 51 Tahun 2009
menyatakan bahwa : Tergugat adalah badan atau pejabat tata usaha Negara
yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya
atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan
hukum perdata, jo Pasal 56 ayat (1) huruf b Undang-undang No. 5 Tahun
1986 yang menyatakan bahwa gugatan harus memuat : nama, jabatan, dan
tempat kedudukan, maka jawaban Tergugat yang mendalilkan salah alamat,
haruslah ditolak.
Bahwa gugatan Para Penggugat adalah kurang pihak, maka berdasarkan
ketentuan Pasal 63 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 menyatakan
sebelum pemeriksaan pokok sengketa dimulai hakim wajib mengadakan
persiapan, dan dalam isi surat yang menjadi obyek sengketa a quo terdapat
pihak lain yang berkepentingan yaitu PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

71

dan berdasarkan ketentuan Pasal 83 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986,


majelis hakim telah memanggil berdasarkan Putusan Sela Nomor :
13/G/2013/PTUN-BL tertanggal 28 Agustus 2013. Maka jawaban Tergugat
yang mendalilkan gugatan Para Penggugat kurang pihak tidak beralasan
hukum untuk dikabulkan dan harus ditolak.

b. Dalam Pokok Perkara


Bahwa yang menjadi Obyek Sengketa a quo adalah Surat Nomor :
124/200/IV/2013, Perihal Permohonan Sertifikat Rutin Massal di Desa
Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tertanggal 16
April 2013, yang diterbitkan oleh Tergugat I. Maka Kepala Kantor
Pertanahan

Kabupaten

Lampung

Selatan

(Tergugat

I)

berwenang

menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara.


Apakah Tergugat I dalam menerbitkan obyek sengketa telah sesuai prosedur
dan peraturan perundangan yang berlaku, maka dalam hal ini tertuang dalam
ketentuan Pasal 12 angka 1 dan Pasal 14 angka 2 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 19997.
Bahwa Para Penggugat mengajukan permohonan sertifikat rutin massal di
desa Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, lokasi
yang dimohonkan diterbitkan sertifikat adalah areal kawasan hutan produksi
sebagaimana yang dimaksud dalam register 48 yang telah ditetapkan dan
disahkan berdasarkan besluit resident lampung district Nomor 48 tanggal 4
April Tahun 1940 yang mana telah berubah fungsinya menjadi areal
kawasan hutan yang dapat dikonversi (HPK) atau non budidaya kehutanan,
bahwa areal tanah yang dimohonkan oleh Para Penggugat terletak
berdekatan dengan rel kereta api. Bahwa setelah dilakukan pengecekan oleh

72

bagian pengukuran dan pemetaan Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung


Selatan, lokasi tanah yang dimaksud masuk dalam peta Grondkaart. Bahwa
areal tanah yang termasuk dalam Grondkaart pada dasarnya merupakan
kekayaan Negara yang dipisahkan sebagai aktiva tetap Perumka.
Maka Hakim berkesimpulan, tindakan Tergugat I dalam menerbitkan obyek
sengketa a quo tidak terdapat cacat hukum baik dari segi kewenangan,
prosedur penerbitan dan substansi materi, serta telah memenuhi asa-asas
umum pemerintahan yang baik, maka gugatan Para Penggugat yang
memohonkan obyek sengketa dinyatakan batal atau tidak sah, tidak
beralasan hukum untuk dikabulkan dan haruslah dinyatakan ditolak.
4.1.5.

Dasar Hukum Penolakan Pendaftaran Tanah Oleh Kantor Pertanahan


Lampung Selatan
Dalam kasus Putusan Tata Usaha Negara Nomor : 13/G/2013/PTUN-BL yang
ditujukan kepada Kantor Pertanahan Lampung Selatan sebagai tergugat, yang
merupakan tindak lanjut dari masyarakat Desa Branti Raya setelah dikeluarkannya
surat Nomor : 124/200/IV/2013 tanggal 16 April 2013 perihal permohonan
sertifikat massal di Desa Branti Raya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan dikarenakan adanya surat dari PT. Kereta Api Nomor Aset :
12/III.2/496/VIII/2010 tanggal 12 Agustus 2010 perihal Data Aset Tanah Milik
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) LOBBI Tahun 2010 di wilayah Subdivre III.2
Tnk antar lain :
a. Bersama ini terlampir kami kirimkan data asset Tanah milik PT Kereta
Api Indonesia diluar tanah yang dikuasai pemerintah di dalam

73

Groondkart untuk wilayah Sub Divisi Regional III.2 Tanjung karang


berdasarkan Lobbi 2010 dengan bukti kepemilikannya;
b. Dengan ini kami memohon/ menghimbau jika ada warga/ masyarakat/
instansi lain yang akan mensertifikatkan tanah yang berada diarea tanah
PT Kereta Api Indonesia agar terlebih dahulu untuk klarifikasi dengan
pihak-pihak terkait. Sehingga tanah milik PT Kereta Api Indonesia
Persero tidak timbul sertifikat oleh pihak lain.
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor : 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, selanjutnya disebut PP 24/1997, dijelaskan mengenai
pengertian pendaftaran tanah, yaitu:
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus
menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan
data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah
dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti
haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik
atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali berdasarkan Pasal 12 ayat (1) PP
24/1997, meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.

pengumpulan dan pengelolaan data fisik;


pengumpulan dan pengolahan data yuridis serta pembukuan haknya;
penerbitan sertifikat;
penyajian data fisik dan data yuridis;
penyimpanan daftar umum dan dokumen;

Untuk keperluan pengumpulan dan pengolahan data fisik pertama-tama dilakukan


kegiatan pengukuran dan pemetaan, yang meliputi:
a. pembuatan peta dasar pendaftaran;
b. penetapan batas-batas bidang tanah;

74

c. pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta


pendaftaran;
d. pembuatan daftar tanah, dan
e. pembuatan surat ukur;
Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran
tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik.
Ketentuan diatas berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yang
menetapkan bahwa apa yang harus dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional
dalam hal ini Kantor Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan, harus selalu cermat
dalam pelaksanaan pendaftaran tanah. Terlebih asas yang publikasi yang dianut di
Indonesia merupakan Asas Publikasi Negatif yang mengandung unsur Publikasi
Positif yang merupakan apabila keterangan dalam surat tanda bukti hak itu
ternyata tidak benar, maka masih dapat diadakan perubahan dan dibetulkan.
Sedangkan pengertian unsur positif yaitu adanya peran aktif dari pejabat
pendaftaran tanah/Kantor Pertanahan dalam pengumpulan data-data hak-hak atas
tanah yang didaftar, yaitu sebelum menerbitkan sertifikat dilakukan pengumuman.
Berdasarkan surat PT Kereta Api Indonesia diatas serta ketentuan-ketentuan
berdasarkan pengaturan yang berlaku artinya bidang tanah yang akan
disertifikatkan merupakan tanah yang masih bermasalah, dan dalam hal ini Kantor
Pertanahan Lampung Selatan tidak dapat mengabulkan permohonan hak yang
diajukan pada Tanggal 3 Juli 2013 oleh Masyrakat Desa Branti Raya.

75

4.1.6.

Pertimbangan Hukum Dalam Perkara Tata Usaha Negara Nomor :


13/G/2013/PTUN-BL Sesuai dengan Peraturan yang Berlaku
4.1.6.2. Pertimbangan Hukum Menurut Ketentuan Hukum Agraria
Dalam perkara ini, berdasarkan bukti Penggugat point kesatu yaitu berupa
Surat Keterangan Tanah dari Kepala Desa Branti serta Berita Acara
Pemeriksaan

Tanah

dan

Pernyataan

Tua-tua

kampung

Nomor

010/VI.01.11/661/V/2012 yaitu Para Penggugat telah menempati suatu


bidang tanah sejak Tahun 1960 dengan itikad baik.selanjutnya berdasarkan
Besluit Resident Lampung Distric Nomor 48 tanggal 4 April 1940 tanah
dengan luas 1.1168 Ha, merupakan areal kawasan hutan yang telah berubah
fungsinya menjadi areal kawasan hutan produksi yang dapat di konvensi
atau budidaya, berdasarkan KepMen Kehutanan dan Perkebunan RI.
Selanjutnya

berdasarkan

Keputusan

Gubernur

Lampung

Nomor

G/320/B.IX/HK/2000 , tertanggal 23 September 2000 dan Peraturan Daerah


Lampung Nomor 6 Tahun 2011, hak atas tanah yang terletak dikawasan
register 48 dapat disertifikatkan.
Areal kawasan hutan tersebut terdapat bentangan rel kereta api milik PT.
Kereta Api Indonesia sepanjang 400m, dan keberadaan rel tersebut hanya
melintasi sebagian Areal Kawasan Hutan Produksi dalam Register 48 yang
dapat di konversi, dalam Bukti P.26, keberadaan tanah dan atau bangunan
rumah yang dimiliki Para Penggugat berada diluar tanah milik PT. Kereta
Api Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun
2007 tentang Perkeretaapian dalam pelaksanaannya pada yaitu seluas 10
meter sisi kanan dan sisi kiri terhitung dari as rel kereta api. Maka dalam hal
ini Penggugat telah mengajukan permohonan hak untuk pensertifikatan
tanah pada Kantor Pertanahan Lampung Selatan tertanggal 3 Juli 2012,

76

namun Tergugat menerbitkan surat Nomor : 124/200/IV/2013 tertanggal 16


April 2013 Perihal permohonan sertifikat rutin massal warga Branti Raya
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dikarenakan adanya surat
dari PT. Kereta Api Nomor : Aset 12/III.2/496/VIII/2010 tanggal 12 Agustus
2010 perihal Data Aset Tanah Milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
LOBBI Tahun 2010 di wilayah Subdivre III.2. Dalam hal ini Tergugat
(Kepala Kantor Pertanahan Lampung Selatan) telah melakukan pembiaran
terhadap permohonan Para Penggugat. Sehingganya apa yang telah
dilakukan Badan Pertanahan Nasional dalam hal ini Kepala Kantor
Pertanahan Nasional tidak sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu:
a. Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan penguasaan dan
penggunaan tanah;
b. Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan pengaturan pemilikan
tanah dengan prinsip-prinsip bahwa tanah mempunyai sosial
sebagaimana diatur dalam UUPA;
c. Merencanakan pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran tanah
dalam upaya memberikan kepastian hukum dibidang pertanahan;
d. Melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka
memelihara tertib administrasi dibidang pertanahan;
e. Dan melaksanakan penelitian dan pengembangan

dibidang

pertanahan serta pendidikan dan latihan tenaga-tenaga yang


diperlukan dibidang administrasi pertanahan.3
Berdasarkan bukti Penggugat point ke 20 dan 21 telah diadakan pertemuan
antara Para Penggugat dan PT. Kereta Api Indonesia, dalam hal ini PT.
Kereta Api Indonesia Menyatakan bahwa status tanah Para Penggugat

3 Ali achmad chomzah, 2003. Hal 10

77

masuk dalam Grondkaart Nomor 32 Tanggal 30 September Tahun 1913,


yang menyatakan bahwa luas tanah yang dimiliki seluas 75 meter kesisi
kanan dan kiri pada As Rel kereta.
Dalam hukum nasional pengaturan mengenai lebar rel kereta api termuat
dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkretaapian dan
pelaksanaannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun
2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, Pasal 58 ayat (1)
menyatakan bahwa : Batas ruang milik jalur kereta api untuk jalan rel yang
terletak pada permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan
kanan ruang manfaat jalur kereta api, yang lebarnya paling sedikit 6 (enam)
meter. Dan Pasal 61 ayat (1,2, dan 3) Ruang pengawasan jalur kereta api
meliputi bidang tanah atau bidang lain di kiri dan di kanan ruang milik jalur
kereta api digunakan untuk pengamanan dan kelancaran operasi kereta api.
Batas ruang pengawasan jalur kereta api untuk jalan rel yang terletak pada
permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan kanan ruang
milik jalur kereta api, masing-masing selebar 9 (sembilan) meter. Dalam hal
jalan rel yang terletak pada permukaan tanah berada di jembatan yang
melintas sungai dengan bentang lebih besar dari 10 (sepuluh) meter, batas
ruang pengawasan jalur kereta api masing-masing sepanjang 50 (lima
puluh) meter ke arah hilir dan hulu sungai.
Sesuai dengan kewenangannya Tergugat dalam hal ini tidak melakukan
upaya terkait dengan tugas pokok dan fungsinya serta tidak cermat dalam
penyelesaian sengketa tanah sebagai pejabat tata usaha Negara. Maka pada

78

perkara ini Tergugat telah lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya
berdasarkan KEPPRES No. 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan
Nasional serta tidak menjalankan ketentuan dalam Pasal 6 jo. Pasal 15 dan
Pasal 18 UUPA Nomor 5 Tahun 1960 mengenai fungsi sosial hak atas tanah
yaitu bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.

4.1.6.3. Pertimbangan Hukum Menurut Ketentuan Hukum Tata Usaha


Negara
Dalam perkara ini, hakim dalam memutuskan perkara menggunakan
ketentuan berdasarkan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana yang menjadi dasar
pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama memutus perkara aquo
hakim bebas menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian,
beserta penilaian pembuktian, namun ketentuan tersebut bukan semata-mata
mutlak karena kedudukan hakim sebagai perpanjangan tangan Tuhan di
dunia, tetapi kewajiban yang mutlak bagi hakim dalam setiap menjatuhkan
putusannya adalah hakim wajib mendengarkan dan mempertimbangkan para
pihak secara seimbang Audit Et Atteram Partem.
Seharusnya hakim juga mempertimbangkan ketentuan Pasal 25 ayat (1)
Undang-undang No. 4 Tahun 2004, setiap amar putusan harus didukung
oleh alasan atau dasar pertimbangan hakim serta alasan/aturan hukum yang
membenarkannya.
Dalam perkara ini, hakim telah keliru mengakui keberadaan Grondkaart 32
tanggal 30 September 1913 sebagai alas hak atas tanah milik PT. Kereta Api

79

Indonesia, padahal dalam tatanan hukum dan perundang-undangan yang


berlaku di indonesia tidak terdapat kalimat yang menjelaskan mengenai
kedudukan Grondkaart sebagai alas hak, bahwa sejak adanya land reform
terhadap hukum agraria di Indonesia, maka seluruh hak-hak barat
dimusnahkan, atas hal tersebut maka dalam ketentuan Pasal 5 UUPA
disebutkan Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa
ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan
sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum
dalam

Undang-undang

ini

dan

dengan

peraturan

perundangan

lainnya,segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar


pada hukum agama, maka jelas menunjukan bahwa bagi rakyat indonesia
hukum agraria penjajahan itu tidak menjamin kepastian hukum, dan
Grondkaart merupakan produk agraria penjajahan tersebut yang di kemas
sebagai peta milik perusahaan milik belanda yang saat ini telah diambil alih
menjadi perusahaan milik negara. merujuk pada ketentuan tersebut,
seharusnya Tergugat memperhatikan ketentuan Pasal 46 Ayat (1) UndangUndang Nomor 23 Tahun 2007 Tanah yang terletak di ruang milik jalur
kereta api dan ruang manfaat jalur kereta api disertifikatkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, dalam ketentuan tersebut menjelaskan
bahwa tanah milik PT.Kereta Api Indonesia adalah tanah yang berada disisi
kanan dan kiri sebagai ruang manfaat jalur rel dan hal tersebut harus
disertifikatkan berdasarkan undang-undang yang berlaku.
Majelis Hakim Tingkat Pertama salah menafsirkan mengenai tindakan
Tergugat yang tidak cacat hukum, bahwa berdasarkan kedudukan BPN

80

sebagai pengelola proses ajudikasi terhadap tanah, dimana dalam hal


struktur organisasi proyek administrasi pertanahan di tingkat kabupaten
terdiri dari Kepala Kantor Pertanahan, Management Support Unit of Kantor
Pertanahan (MSUKP), dan Panitia Ajudikasi. Sehingga

kedudukan

Tergugat sebagai panitia ajudikasi seharusnya telah memahami secara jelas


mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses ajudikasi terhadap areal
Register 48 sebagaimana yang diperintahkan dalam Peraturan Daerah
Propinsi Lampung Nomor 6 tahun 2001 (Bukti Penggugat point 19) dan
Peraturan Gubernur Lampung Nomor 31 Tahun 2010 (Bukti Penggugat
point 20) dan memahami keadaan-keadaan mengenai objek yang akan
dilakukan ajudikasi.

Вам также может понравиться

  • Bab2 (1) Unlocked
    Bab2 (1) Unlocked
    Документ44 страницы
    Bab2 (1) Unlocked
    Aztria Aztrie
    Оценок пока нет
  • TB Odha-Pkm Karawang
    TB Odha-Pkm Karawang
    Документ12 страниц
    TB Odha-Pkm Karawang
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Data Posyandu
    Data Posyandu
    Документ1 страница
    Data Posyandu
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Cover Mini Project
    Cover Mini Project
    Документ1 страница
    Cover Mini Project
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Puskesmas Karawang Meliputi 6 Desa
    Puskesmas Karawang Meliputi 6 Desa
    Документ1 страница
    Puskesmas Karawang Meliputi 6 Desa
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Hipertensi Usu
    Hipertensi Usu
    Документ13 страниц
    Hipertensi Usu
    tinie_winie_felton
    100% (1)
  • Surat Kuasa STR
    Surat Kuasa STR
    Документ1 страница
    Surat Kuasa STR
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • TO 23 Jan 2016 Score Institusi UNILA PDF
    TO 23 Jan 2016 Score Institusi UNILA PDF
    Документ7 страниц
    TO 23 Jan 2016 Score Institusi UNILA PDF
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Surat Kuasa STR
    Surat Kuasa STR
    Документ1 страница
    Surat Kuasa STR
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • BST Ab Komplit
    BST Ab Komplit
    Документ4 страницы
    BST Ab Komplit
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • COVER
    COVER
    Документ2 страницы
    COVER
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • TINJAUAN HIPERTENSI
    TINJAUAN HIPERTENSI
    Документ5 страниц
    TINJAUAN HIPERTENSI
    AhMada 'Haji'
    Оценок пока нет
  • Buset (Penyakit Kulit Kelamin) PDF
    Buset (Penyakit Kulit Kelamin) PDF
    Документ28 страниц
    Buset (Penyakit Kulit Kelamin) PDF
    Yudy Hardiyansah
    100% (2)
  • KANKER SERVIKS
    KANKER SERVIKS
    Документ27 страниц
    KANKER SERVIKS
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Laprab Poli Rabu
    Laprab Poli Rabu
    Документ1 страница
    Laprab Poli Rabu
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Status Obstetri
    Status Obstetri
    Документ5 страниц
    Status Obstetri
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Refrat PEB
    Refrat PEB
    Документ8 страниц
    Refrat PEB
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • I Pendahuluan
    I Pendahuluan
    Документ7 страниц
    I Pendahuluan
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Status Neurologis 2
    Status Neurologis 2
    Документ21 страница
    Status Neurologis 2
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • STROKE
    STROKE
    Документ10 страниц
    STROKE
    Leonita Budi Utami
    Оценок пока нет
  • Tugas Referat
    Tugas Referat
    Документ6 страниц
    Tugas Referat
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Tugas Referat
    Tugas Referat
    Документ6 страниц
    Tugas Referat
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • SUSP. CA PENIS
    SUSP. CA PENIS
    Документ5 страниц
    SUSP. CA PENIS
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Tugas BST
    Tugas BST
    Документ3 страницы
    Tugas BST
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Eksresi Paru Paru
    Eksresi Paru Paru
    Документ1 страница
    Eksresi Paru Paru
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Case Skabies Anamnesis
    Case Skabies Anamnesis
    Документ3 страницы
    Case Skabies Anamnesis
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • BST DR Yulisna
    BST DR Yulisna
    Документ5 страниц
    BST DR Yulisna
    janamuhamad23
    Оценок пока нет
  • Porto Folio 1
    Porto Folio 1
    Документ4 страницы
    Porto Folio 1
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • TB Odha-Pkm Karawang
    TB Odha-Pkm Karawang
    Документ12 страниц
    TB Odha-Pkm Karawang
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет
  • Portofolio Scabies
    Portofolio Scabies
    Документ23 страницы
    Portofolio Scabies
    Ratu Erika Sarah
    Оценок пока нет