Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
51
Perkara
Dalam
Perkara
13/G/2013/PTUN-BL
4.1.2.1.Dasar Gugatan Penggugat
Tata
Usaha
Negara
Nomor
52
Nomor :
53
Nomor
G/320/B.IX/HK/2000
Tanggal
23
September
2000
54
Gubernur
Lampung
Nomor
kepada
Menteri
Kehutanan
RI,
55
Keputusan Menteri Kehutanan dan Pertanian RI Nomor 256/KptsII/2000, dan menjelaskan kembali bahwa status tanah di depan Bandara
Raden Intan II merupakan bagian dari keputusan tersebut, sesuai dengan
ketentuan Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2010 dapat diajukan
Ajudikasi terhadap eks areal kawasan hutan tersebut;
j. Bahwa berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2010, maka
masyarakat Branti Raya mengajukan permohonan hak melalui Kantor
Pertanahan Kabupaten Lampung Selatan dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah dan Peraturan Daerah Provinsi
Lampung Nomor 6 Tahun 2001 ;
k. Bahwa PENGGUGAT telah
melakukan
upaya
pensertifikatan
56
sengaja
melakukan
pembiaran
terhadap
terbukti
bahwa
dengan
dikeluarkannya
surat
nomor
57
58
59
1997
mengenai
syarat
dalam
melakukan
permohonan
pendafataran hak atas tanah secara jelas dan nyata syarat tersebut telah
dipenuhi
oleh
PENGGUGAT,
akan
tetapi
TERGUGAT tidak
60
yang
dikeluarkan
dengan
peraturan
perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2 a) Undangundang Nomor 5 tahun 1986, sebab dikeluarkannya surat
tersebut sama hal nya telah melakukan penolakan terhadap
PENGGUGAT dalam memohon penerbitan sertifikat, padahal
telah diketahui oleh TERGUGAT bahwa segala bentuk syarat
dan prosedur permohonan sertifikat telah sesuai dengan
peraturan
perundang-undangan,
akan
tetapi
TERGUGAT
61
Api Indonesia diatas tanah PENGGUGAT, maka TERGUGAT seolaholah memiliki kepentingan lain dalam hal tersebut.
ad. Bahwa tertugat selaku pejabat tata usaha negara yang memiliki
kewenangan dalam menjalankan tugasnya yakni menerbitkan sertifikat
atas tanah dimaksudkan untuk menimbulkan suatu kepastian hukum
terhadap hak atas tanah berdasarkan alas hak yang diakui dalam undangundang yang berlaku di Indonesia. Dalam hal tersebut penggugat telah
mengajukan permohonan sertifikat berdasarkan alas ha katas tanah,
sedangkan pada kenyataannya tergugat menerbitkan surat Nomor ;
124/200/IV/2013 tertanggal 16 April 2013 yang pada intinya mengakui
keberadaan Grondkaart bukanlah merupakan alas ha katas tanah yang
diakui undang-undang.
ae. Bahwa dengan demikian surat Nomor : 124/200/IV/2013 tertanggal 16
April 2013 yang dikeluarkan oleh tergugat telah memenuhi ketentuan
sebagaimana Pasal 53 Ayat 2 a dan b Undang-undang Nomor 5 Tahun
1986, sehingga keputusan tersebut patut dinyatakan batal/tidak sah.
62
4.1.2.2.Jawaban Tergugat
Jawaban Tergugat atas gugatan yang diajukan penggugat yaitu :
4.1.2.2.1. Tergugat I
a. Dalam Eksepsi (bukan dalam pokok perkara)
Tergugat telah mengajukan Eksepsi dan jawabannya tertanggal 27 Agustus
2013 yang pada pokoknya sebagai berikut :
1) Bahwa tergugat membantah dan menolak semua dalil, tuntutan,
dan segala sesuatu yang dikemukakan oleh para penggugat, kecuali
yang secara tegas diakui kebenarannya oleh tergugat.
2) Bahwa penggugat menyatakan telah menempati dan menguasai
bidang tanah dengan itikad baik sejak Tahun 1960 disertai dengan
bukti-bukti, dalam hal ini kami berpendapat bahwa dalam
penentuan kepemilikan yang sah atas suatu bidang tanah
merupakan Kompetensi Absolut dari Pengadilan Negeri bukan
Pengadilan Tata Usaha Negara.
3) Bahwa gugatan yang diajukan oleh penggugat adalah salah alamat
(error in persona) karena obyek perkara belum terdaftar di Kantor
63
Surat
64
Pengadilan
Tata
Usaha
Negara
untuk
memeriksa,
yang
13/G/2013/PTUN-BL
menjadi
yaitu
obyek
surat
perkara
tergugat
Nomor;
Nomor:
65
telah
menyurati
Tergugat
dengan
Surat
Nomor
66
4.1.2.
Permohonan Penggugat
Bahwa atas jawaban Tergugat I dan Tergugat II Intervensi diatas, Penggugat telah
mengajukan Repliknya Tanggal 11 September 2013 yang pada pokoknya tetap
pada dalil gugatannya, sedangkan atas Replik Para Penggugat tersebut, Tergugat
67
Putusan Hakim
Setelah hakim memeriksa suatu perkara dan telah mengetahui peristiwa/hubungan
hukum yang telah terjadi dan telah menemukan hukumnya, maka akan segera
menjatuhkan putusannya. Putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim harus
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, baik pertimbangan tentang duduk
perkaranya atau peristiwanya maupun pertimbangan tentang hukumnya.
Pertimbangan tersebut dimaksudkan sebagai pertanggung jawaban yang lebih
tinggi dan ilmu hukum, sehingga mempunyai nilai obyektif. Putusan pengadilan
mempunyai wibawa karena ada pertimbanganyang mendasari dan bukan karena
hakim tertentu yang menjatuhkan putusannya. Pertimbangan sebagai dasar
putusan dapat dilihat dari beberapa putusan Mahkamah Agung yang menetapkan
bahwa putusan yang tidak lengkap atau kurang cukup dipertimbangkan
merupakan alas an untuk kasasi dan harus dibatalkan.1
Pada putusan itu hakim wajib mengadili semua bagian gugatan Penggugat dan
semua alas an yang dikemukakan oleh para pihak. Selain itu hakim dilarang
68
menjatuhkan putusan terhadap hal yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih
dari apa yang dituntut. 2
Pada perkara Nomor: 13/G/2013/PTUN-BL, hakim telah menjatuhkan putusannya
yaitu :
a. Dalam Eksepsi
Menolak seluruh Eksepsi Tergugat dan Eksepsi Tergugat II Intervensi
b. Dalam Pokok Perkara
1) Menolak gugatan Para Penggugat
2) Menghukum Para Penggugat membayar biaya perkara sebesar Rp.
317.000 ( Tiga Ratus Tujuh Belas Ribu Rupiah)
Pemeriksaan dalam Sidang Pengadilan di Tingkat Pertama ini merupakan upaya
hukum terakhir dalam perkara diatas apabila tidak ada upaya hukum maka
sengketa ini telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
4.1.4.
69
70
71
Kabupaten
Lampung
Selatan
(Tergugat
I)
berwenang
72
73
74
75
4.1.6.
Tanah
dan
Pernyataan
Tua-tua
kampung
Nomor
berdasarkan
Keputusan
Gubernur
Lampung
Nomor
76
dibidang
77
78
perkara ini Tergugat telah lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya
berdasarkan KEPPRES No. 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan
Nasional serta tidak menjalankan ketentuan dalam Pasal 6 jo. Pasal 15 dan
Pasal 18 UUPA Nomor 5 Tahun 1960 mengenai fungsi sosial hak atas tanah
yaitu bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.
79
Undang-undang
ini
dan
dengan
peraturan
perundangan
80
kedudukan