Вы находитесь на странице: 1из 5

AKTUALISASI PERAN PEREMPUAN INDONESIA

DALAM SEKTOR PRIVAT DAN PUBLIK


Kiky Dwi Kurniawati, HMI Cabang Malang Komisariat Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMM

Dalam pemuliaan secara umum Allah SWT mengabarkan tentang pemuliaan-Nya


kepada anak Adam dalam penciptaannya yang (merupakan) sebagus-bagus bentuk dan
sempurna. (Tafsir Ibnu Katsir). Dalam pemuliaan secara khusus Allah SWT memberikan
hidayah untuk masuk ke dalam agama ini yaitu Islam, memberikan taufik untuk taat kepada
Allah. Dan itulah hakikat kemuliaan yang sebenarnya, hakikat kebahagiaan yang abadi di
dunia dan akhirat. Sebab, Islam adalah agama Allah, agama yang mulia dan tinggi.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu, dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah,
ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui,
lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat ayat 13)

Secara epistemologi istilah perempuan berasal dari kata Per-Empu-An, yang


memiliki arti mampu sedangkan per dan an konjungsi yang jika disambungkan menjadi
perempuan. Sehingga perempuan adalah seseorang yang mampu untuk melakukan
sesuatu. Berbeda dengan istilah wanita, kata wanita terdiri dari kata wani dan tata yang
diambil atau berasal dari bahasa jawa yang berarti wani atau berani ditata atau diatur.
Dalam bahasa sansekerta wanita berasalh dari kata wan dan ita yang berarti yang dinafsuhi
Sehingga istilah wanita sering diartikan menjadi seseorang yang mudah untuk ditata, diatur
atau dikendalikan. Oleh sebab itu, bagi mereka yang paham akan lebih senang ketika
disebut atau dipanggil dengan istilah perempuan bukan wanita.
Allah SWT meciptakan makhluknya dengan sebagus-bagusnya bentuk dan sebaikbaiknya bentuk. Dalam ajaran agama Islam perempuan memiliki keistimewaan yang dapat
diakatan lebih unggul dari laki laki. Hal ini dibuktikan melalui kitab suci Al-Quran, dimana
telah banyak memberitahukan kepada kita semua tentang kedudukan perempuan dan
emansipasinya dengan kaum laki-laki. Dan tak akan terhitung berapa jumlah keistimewaan
yang Allah SWT berikan kepada kaum perempuan. Karena perempuan merupakan makhluk
yang diistimewakan dengan sifat kelembutan, keibuan, kepekaan, kemandirian serta
kecerdasan. Hingga dengan segala keistimewaannya tersebut perempuan dianggap
sebagai tiang Negara. Apabila baik perempuannya maka akan baik pula negaranya dan
apabila rusak perempuannya maka rusak pula negaranya (H.R Bukhari)
Secara ontology perempuan berbeda dengan laki-laki. Perempuan dianugerahi Allah
SWT kodrat untuk Menstruasi, Mengandung, Melahirkan dan Menyusui sedangkan laki-laki
tidak. Selain itu, perempuan diberikan Allah SWT rasa yang lebih dibanding laki-laki
sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan memiliki kekuatan perasaan yang lembut
dibanding laki-laki. Dalam hal lain yang berhubungan dengan kehidupan sosial, perempuan
dan laki-laki tidak memiliki perbedaan. Baik itu perempuan atau laki-laki memiliki hak yang
setara atau sama untuk terjun langsung dalam ranah sosial, akan tetapi perempuan memiliki

kodrat yang tidak dapat dipungkiri apabila perempuan terjun ke ranah sosial maka
perempuan tidak akan secara total melaksanakan tugasnya atau peranannya dalam ranah
sosial.
Berbicara tentang perempuan, patut halnya kita mengambil aktualisasi peran
perempuan Indonesia sebagai topik dalam artikel ini. Sebagaimana diketahui bersama di
Indonesia bagi beberapa golongan masyarakat perempuan sering dianggap obyek bukan
subyek. Hal inilah yang membuat perempuan di Indonesia masih dapat dikatakan bahwa
ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Fenomena ini muncul karena adanya
konstruks social masyarakat yang mempengaruhi keyakinan serta budaya masyarakat
tentang bagaimana seharusnya lelaki dan perempuan berpikir dan bertindak sesuai dengan
ketentuan sosial tersebut. Secara ringkas kebudayaan berisi sistem nilai, norma dan
kepercayaan. Sehingga dalam konteks ini budaya dapat dianggap sebagai instrumen untuk
melihat kencenderungan perilaku pengembangnya.
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang muncul karena konstruk masyarakat
inilah yang menyebabkan adanya ketidakadilan terhadap perempuan. Hal ini
terejawantahkan dalam berbagai bentuk diantaranya yakni marginalisasi atau proses
pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik,
stereotyping dan Diskriminasi atau pelabelan negatif, kekerasan (Violence) dan bekerja
dengan waktu lebih panjang. Ketidakadilan tersebut masing-masing tidak bisa dipisahkan,
karena saling berkaitan dan mempengaruhi secara dialektika. Sekalipun pada aspek hukum
sebenarnya sudah banyak undang-undang yang mengatur hak atas perempuan. Namun,
karena tidak semua penegak hukum memahami dan memiliki perspektif yang sama dalam
upaya penanganan terhadap permasalahan perempuan. Sehingga dengan adanya
pengaruh budaya yang masih melekat, menjadi penghambat belum ada kesepahaman
antara penyidik, penuntut umum, hingga hakim dalam menerapkan metode pembuktiannya.
Berbagai macam bentuk subordinasi pada perempuan, seperti anggapan bahwa
perempuan tidak pantas untuk mejadi seorang pemimpin atau jabatan politis dengan alasan
bahwa perempuan lebih mudah untuk emosi. Hal ini menyebabkan seringkali ditempatkan
pada posisi yang kurang begitu penting. Zaman dahulu di tanah Jawa terdapat anggapan
bahwa perempuan tidak perlu untuk sekolah tinggi-tinggi, karena pada akhirnya perempuan
akan kembali ke dapur. Bentuk subordinasi terhadap perempuan yang paling terlihat adalah
bahwa semua pekerjaan yang dikategorikan sebagai reproduksi dianggap lebih rendah
dan menjadi subordinasi dari pekerjaan produksi yang dikuasai kaum lelaki. Hal ini
menyebabkan banyak lelaki dan perempuan sendiri akhirnya menganggap bahwa pekerjaan
domestik dan reproduksi lebih rendah dan ditinggalkan. Subordinasi terhadap jenis
pekerjaan perempuan ini ternyata tidak hanya terjadi di rumah tangga, namun juga
terproyeksi di tingkat masyarakat.
Selain itu di beberapa orang beranggapan bahwa program pembangunan juga
membuat perempuan menjadi termarginalkan. Banyak sekali studi yang telah dilakukan
untuk membahas bagaimana hal tersebut dapat terjadi. Sebagai contoh adanya program
revolusi hijau (Green Revolution) telah menyingkirkan kaum perempuan sebagai pekerja
secara ekonomis. Program ini memperkenalkan jenis padi unggul yang tumbuh lebih
rendah, dan pendekatan panen dengan sistem tebang menggunakan sabit, tidak
memungkinkan lagi menggunakan ani-ani, atau alat yang digunakan kaum perempuan.
Sehinga hal ini menyebabkan banyak perempuan miskin di desa menjadi termarginalkan
dan tersingkir dari lahan sawah. Ini berarti bahwa program revolusi hijau tersebut dirancang
tanpa mempertimbangkan aspek perempuan. Selain itu marginalisasi lahir karena adanya
diskriminasi terhadap pembagian pekerjaan. Persoalan tersebut timbul ketika jenis

pekerjaan yang dikuasai oleh perempuan selalu dinilai lebih rendah. Contohnya yaitu
pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga yang mayoritas dikuasai oleh perempuan dan
dapat dikatakan bahwa pekerjaannya lebih berat dari orang yang bekerja sebagai sopir
sumah tangga.
Berdasarkan dengan hal tersebut perlu kiranya kita sebagai perempuan Indonesia
memahami akan bagaimana peran kita sebagai perempuan yang sesungguhnya. Banyak
sekali perempuan diluar sana belum paham akan bagaimana mengaktualisasikan dirinya
baik di ranah public atau privat. Hal tersebut terjadi kare konstruk social di Indonesia
sebagaimana dijelaskan diatas masih menganggap bahwa perempuan dan laki-laki memiliki
perbedaan. Sebagaimana diketahui bersama Islam sebagai agama rahmatan lillalamin tidak
melarang perempuan untuk mengaktualisasika dirinya diranah public. Hal ini dibuktikan
dengan pada zaman Rasulullah terdapat Siti Aisyah yang aktif di bidang politik, Siti
Khadijah di bidang ekonomi yang menjadi seorang saudagar kaya dan banyak lagi
perempuan-perempuan istimewa yang berperan di public. Hal ini juga seharusnya terjadi
saat ini di Indonesia, sekarang sudah terlihat bahwa perempuan telah mendapat
kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya untuk beraktivitas dan berkreatifitas karena
sudah tidak ada lagi sekat yang membatasi perempuan beraktualisasi diranah public.
Dalam tatanan realistis, perempuan masa kini di Indonesia banyak yang berperan
di sector private,
juga
publik
seperti
bekerja, menghidupi keluarga, mengajar,
menduduki jabatan dan sebagainya. Akan tetapi ,munculnya dikotomi menjadi pemicu bagi
munculnya konstruksi sosial, khususnya dalam pembagian kerja, dimana perempuan
ditempatkan di wilayah domestik dan laki-laki di wilayah publik. Kecenderungan ini muncul
karena tak dapat dipungkiri bahwa fenomena kesetaraan gender masih banyak ditemukan di
dalam keseharian kita. Pengertian gender sendiri sering mengalami kerancuan apabila
disandingkan dengan jenis kelamin (sex). Berbeda dengan jenis kelamin, gender mengarah
pada perbedaan perilaku dari perempuan dan laki-laki yang diciptakan oleh manusia itu
sendiri, bukan seperti jenis kelamin yang merupakan kodrat dari Tuhan. Selain itu gender
merupakan konstruksi sosial dimana masyarakat memilah apa yang dimaksud dengan
maskulin dan apa yang dimaksud dengan feminin. Dengan kata lain gender merupakan hasil
dari konstruksi sosial.
Pemisahan publik dan private menjadi kendala utama bagi perempuan untuk bisa
hadir secara penuh di ranah publik. Salah satu yang paling menonjol adalah beban
reproduksi dan kelangsungan generasi yang hampir seluruhnya dibebankan pada pundak
perempuan. Perempuan yang bekerja dituntut untuk dapat berperan ganda dalam
artiperempuan dapat berkiprah aktif diwilayah public dengan asumsi dia diharuskan juga
tetap aktif di wilayah private. Beban reproduksi dan kelangsungan generasi yang hamper
seluruhnya dibebankan pada pundak perempuan. Tuntutan ini tidak berlaku bagi kaum lakilaki sehingga tidak dikenal sebutan peran ganda laki-laki. Apabila kita melihat kembali pada
catatan sejarah yang ada di Indonesia, persoalan terkait perbedaan peran laki-laki dan
perempuan di sector private dan public ini telah menjadi bahasan sebelum kita mengenal
kemerdekaan. Tokoh emansipase wanita atau Raden Ajeng Kartini menjadi sosok yang
dikenal oleh public sebagai perempuan yang berhasil untuk meruntuhkan bahwa perempuan
ini tidak boleh beraktualisasi di sector public. Cita-cita besar R A Kartini yang tertuang dalam
suratnya tahun 1902 Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anakanak perempuan, bukan sekali-sekali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu
menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan

pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebihcakap melakukan
kewajibannya, kewajiban yang diserahkan ke dalam tangannya, yakni menjadi ibu, pendidik
manusia yang pertama.
Dalam pandangan Islam, perempuan memiliki harkat yang setara dengan laki-laki
untuk mengemban amanah kekhalifahan di bumi, melakukan amar maruf nahi munkar,
serta memiliki potensi intrinsik sebagai Ibu untuk generasi penerus. Seorang perempuan
yang sukses ialah perempuan yang paham terhadap agamanya, sukses mendidik putraputrinya, dan dapat mendukung aktifitas suami yang baik, serta dapat bermanfaat bagi
lingkungannya. Signifikansi peranan perempuan terhadap pembangunan bisa dilihat dari
seberapa jauh dia mengerahkan segala kompetensi dan sifat keibuannya dalam
menyumbang perbaikan kehidupan bermasyarakat di negara ini. Hak dan kesempatan yang
dimiliki oleh perempuan dalam berperan aktif di publik harus diimbangi dengan
kewajibannya dalam menjalankan ruang privat pada rumah tangganya dengan baik pula.
Kesetaraan hak dan kesempatan bagi perempuan telah dicontohkan sejak zaman
dahulu oleh Rasulullah saw. Pada masanya, perempuan telah memiliki kebebasan untuk
berperan aktif dalam ranah publik, diantaranya tidak melarang perempuan untuk aktif di
bidang militer, yang tidak hanya mengandalkan kematangan dan kepiawaian konsep. Dalam
ranah social perempuan memiliki peran memberikan kontribusi positif dalam kehidupan
seperti: Perempuan memiliki sifat soft power (keibuan) sehingga akan lebih peka dan
responsif terhadap keadaan di sekitar. Apabila seorang perempuan berprofesi sebagai
tenaga pengajar tentunya ia akan memberikan pembinaan dan pendidikan untuk tunas
muda tidak hanya pada anak-anaknya di rumah saja. Selain itu perempuan juga dapat
menciptakan kesejahteraan perempuan dengan menciptakan sistem yang peka dan
kondusif terhadap kaum perempuan melalui keikut sertaannya dalam memperjuangkan hakhak perempuan lainnya. Perempuan juga memiliki 4 tugas utama yaitu Sebagai Putri atau
buah hati dari kedua orang tuanya. Sebagai istri yakni pendamping bagi suaminya. Sebagai
Ibu yakni orang tua bagi buah hatinya. Sebagai Anggota masyarakat yakni seseorang yang
berdiam dan terdaftar sebagai bagian dalam suatu komunitas.
Berdasarkan dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada lagi sekat
antara perbedaan perempuan dan laki-laki. Baik itu di sector public atau privat, tugas lakilaki dan perempuan ialah sebagai khalifah fi lard dan berlomba-lomba dalam kebaika.
Dimata Allah SWT yang membedakan perempuan dan laki-laki ialah hanya tingkat
ketaqwaan nya saja. Sehingga tidak ada lagi alasan bagi peremuan untuk tidak
beraktualisasi diranah public serta menjadi panutan yang baik diranah privat. Tugas ganda
yang selama ini diemban oleh perempuan akan terkurangi apabila kaum lelaki sadar akan
tugas mereka. Sehingga jelas sudah bahwa perempuan dapat berperan dalam kedua ranah
yakni dalam sector privat dan ranah publik/sosial. Sehingga peranan perempuan tidak
melulu bertanggung jawab dalam ranah privat rumah tangga saja karena perempuan pun
memiliki hak untuk berkiprah dalam ranah sosial dengan tanpa mengesampingkan tugas
dan kewajibannya dalam ranah privat. Keduanya merupakan kewajiban mulia bagi seorang
perempuan untuk mengejewantahkan tujuan suci yakni membuat tiang negara jaya serta
juga tetap mengawal panji islam. Jayalah Perempuan Indonesia .

CURRICULUM VITAE

Nama

: Kiky Dwi Kurniawati

Tempat Tanggal Lahir

: Pasuruan. 20 September 1995

Alamat Malang

: Jalan Tirto Utomo gang 5 no 11

Alamat Asal

: Jalan Sumbergareng Sukorejo no 12

HP

: 087859352223

Perguruan Tinggi

: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Fakultas/Jurusan

: FISIP/ILMU PEMERINTAHAN

Jenjang pendidikan:
SD

: SDN SUKOREJO IV PASURUAN lulus tahun 2007

SMP

: SMPN 2 SUKOREJO PASURUAN lulus tahun 2010

SMA

: SMAN 1 LAWANG MALANG lulus tahun 2013

Pengalaman Organisasi:
Internal HMI:
1. Anggota Bidang Pemberdayaan Perempuan HMI ISIP UMM tahun 2015/2016
2. Ketua Pengembangan Sumber Daya Organisasi KOHATI ISIP UMM tahun
2015/2016
3. Bendahara UMUM KOHATI ISIP UMM tahun 2016/2017
4. Wakil Bendahara Umum HMI ISIP UMM tahun 2016/2017
Eksternal HMI
1. Anggota Bidang PPSDM Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan 20142015
2. Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan UMM 20152016
3. Anggota Forum Komunikasi Kerja Sama Mahasiswa Ilmu Pemerintah seIndonesia (Fokkermapi)
Karya yang pernah dihasilkan : Buku Pemikiran-pemikiran Politik Dunia tahun
2015
Moto Hidup:
Lakukan yang terbaik, Lillahitaala semua karena Allah

Вам также может понравиться